Anda di halaman 1dari 14

A.

Pengertian Ekonomi Islam


Kata Islam setelah “Ekonomi” dalam ungkapan Ekonomi Islam
berfungsi sebagai identitas tanpa mempengaruhi makna atau definisi ekonomi itu
sendiri. Karena definisinya lebih ditentukan oleh perspektif atau lebih tepat lagi
worldview yang digunakan sebagai landasan nilai.
Sedang ekonomi adalah masalah menjamin berputarnya harta diantara manusia,
sehingga manusia dapat memaksimalkan fungsi hidupnya sebagai hamba Allah untuk
mencapai falah di dunia dan akherat (hereafter). Ekonomi adalah aktifitas yang
kolektif.
Menurut beberapa ahli (Kursyid ahmad) bahwa pengertian ekonomi
Islam adalah “sebuah usaha sistematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi,
dan tingkah laku manusia secara relasional dalam perspektif Islam” Sedangkan
menurut Muhammad Abdul Manan adalah “ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam”.
Menurut Badan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam,
bahwa pengertian dari ekonomi Islam adalah “ilmu yang mempelajari usaha manusia
untuk mengalokasikan dan mengolah sumber daya untuk mencapai falah berdasarkan
pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai Alquran dan Sunnah”.
Jadi, Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia
yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.

B. Sistem Ekonomi Islam


Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan
pada ajaran dan nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan
qiyas. Ini telah dinyatakan dalam surat al maidah ayat (3). Sistem ekonomi islam
berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis, sistem ekonomi islam
memiliki sifat-sifat baik dari sistem ekonomi sosialis dan kapitalis, namun terlepas
dari sifat buruknya.
Sistem ekonomi islam adalah sebuah sistemyang tidak lahir dari ahsil akal manusia,
akan tetapi sebuah system yang berdasarkan ajaran islam yang bersumber dari al-
qur’an dan Hadits yang dikembangkan oleh pemikiran manusia yang memenuhi
syarat dan ahli dalam bidangnya.
Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan sistem ekonomi
yang lain, dimana dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai moral dan nilai ibadah
dalam setiap kegiatannya.
C. PRINSIP-PRINSIP DASAR EKONOMI ISLAM
Beberapa prinsip dasar dalam ekonomi Islam adalah:
1. Pengaturan atas Kepemilikan
Kepemilikan dalam ekonomi Islam dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Kepemilikan Umum
Kepemilikan umum meliputi semua sumber, baik yang keras, cair
maupun gas, minyak bumi, besi, tembaga, emas, dan temasuk yang
tersimpan di perut bumi dan semua bentuk energi, juga industri berat yang
menjadikan energi sebagai komponen utamanya.
2) Kepemilikan Negara
Kepemilikan Negara meliputi semua kekayaan yang diambil Negara
seperti pajak dengan segala bentuknya serta perdagangan, industri, dan
pertanian yang diupayakan Negara diluar kepemilikan umum, yang
semuanya dibiayai oleh Negara sesuai dengan kepentingan Negara.
3) Kepemilikan Individu
Kepemilikan ini dapat dikelola oleh setiap individu atau setiap orang
sesuai dengan hukum atau norma syariat.1[5] 2. Penetapan Sistem Mata
Uang Emas dan Perak
Emas dan perak adalah mata uang dalam sistem Islam,
ditinggalkannya mata uang emas dan perak dan menggantikannya dengan
mata uang kertas telah melemahkan perekonomian Negara. Dominasi mata
uang dólar yang tidak ditopang secara langsung oleh emas mengakibatkan
struktur ekonomi menjadi sangat rentan terhadap mata uang dólar.

3. Penghapusan Sistem Perbankan Ribawi


Sistem ekonomi dalam Islam mengharamkan segala bentuk riba, baik
riba nasiah maupun fadhal. Yang keduanya memiliki unsur merugikan pihak
lain yang termasuk di dalam aktifitas ekonomi tersebut.

4. Pengharaman Sistem Perdagangan Di Pasar Non-Riil


Sistem ekonomi Islam melarang penjualan komoditi sebelum barang
menjadi milik dan dikuasai oleh penjualnya, haram hukumnya menjual barang
yang tidak menjadi milik seseorang seperti perdagangan dipasar non-riil
(vitual market.

Sedangkan Prinsip ekonomi sebenernya adalah langkah yang dilakukan manusia


dalam memenuhi kebutuhannya dengan pengorbanan tertentu, untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Sistem ekonomi yang digunakan diberbagai negara ada
berbagai macam,seperti:

 Sistem Ekonomi Kapitalis


Prinsip ekonomi kapitalis adalah:
- Kebebasan memiliki harta secara persendirian.
- Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas.
- Ketidaksamaan ekonomi.

 Sistem Ekonomi Komunis


Prinsip ekonomi komunis adalah:
- Hak milik atas alat-alat produksi oleh negara.
- Proses ekonomi berjalan atas dasar rencana yang telah dibuat.
- Perencanaan ekonomi sebagai rencana / dalam proses ekonomi yang harus
dilalui.

 Sistem Ekonomi Sosialis


Prinsip ekonomi sosialis adalah:
- Hak milik atas alat-alat produksi oleh koperasi-koperasi serikat pekerja, badan
hukum dan masyarakat yang lain. Pemerintah menguasai alat-alat produk yang
vital.
- Proses ekonomi berjalan atas dasar mekanisme pasar.
- Perencanaan ekonomi sebagai pengaruh dan pendorong dengan usaha
menyesuaikan kebutuhan individual dengan kebutuhan masyarakat.

D. Konsep Ekonomi Islam


Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim
(kapitalis dan komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara
keduanya (kebendaan dan rohaniah). Keberhasilan sistem ekonomi Islam tergantung
kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di antara keperluan
kebendaan dan keperluan rohani/etika yang diperlukan manusia. Sumber pedoman
ekonomi Islam adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul, yaitu dalam:
- Qs.al-Ahzab:72 (Manusia sebagai makhluk pengemban amanat Allah).
- Qs.Hud:61 (Untuk memakmurkan kehidupan di bumi).
- Qs.al-Baqarah:30 (Tentang kedudukan terhormat sebagai khalifah Allah di bumi).
Hal-hal yang tidak secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut
diperoleh ketentuannya dengan jalan ijtihad.

E. Tujuan dan Sumber Ekonomi Islam


Segala aturan yang diturunkan Allah SWT dalam sistem Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, keutamaan serta menghapuskan kejahatan dan kerugian pada
seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula pada ekonomi islam, tujuannya untuk mencapai
kemenangan di dunia dan di akhirat. melal[2]ui suatu tata kehidupan yang baik dan
terhormat (hayyah thayyibah). Inilah kebahagiaan hakiki yang diinginkan oleh setiap
manusia, bukan kebahagiaan semu yang sering kali pada akhirnya justru melahirkan
penderitaan dan kesengsaraan.
a. Tujuan Ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar dalam islam yaitu tauhid
dan berdasarkan rujukan pada Alquran dan Sunnah.
Secara umum tujuna ekonomi islam adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan ekonomi umat demi tercapainya kemakmuran
dan meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih baik.
2. Menciptakan ekonomi umat yang adil dan merata.
3. Mewujudkan perekonomian yang stabil namun tidak menghambat laju
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
4. Mewujudkan perekonomian yang serasi, damai, besatu dalam suasana
kekeluargaa sesama umat.
5. Mewujudkan perekonomian yang menjamin kemerdekaan dalam hal
produksi, distribusi, serta menumbuhkan rasa kebersamaan.
6. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang tidak membuat kerusakan di
muka bumi.
7. Menciptakan ekonomi yang mandiri..
8. ikut serta dalam mengatasi masalah ekonomi
9. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu papan, sandang, pangan
kesehatan dan pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.
10. Memastikan kesamaan kesempatan bagi semua orang.
11. Mencegah terjadi pemusatan kekayaan dan meminimalkan
ketimpangan dana distribusi pendapatan dan kekayaan di masyarakat.
12. Memastikan untuk setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-nilai
moral.
13. Memastikan stabilitas dan juga pertumbuhan ekonomi.
b. Adapun sumber-sumber hukum dalam ekonomi Islam adalah:
1. Alquranul Karim
Alquran adalah sumber utama, asli, abadi, dan pokok dalam hukum
ekonomi Islam yang Allah SWT turunkan kepada Rasul Saw guna
memperbaiki, meluruskan dan membimbing Umat manusia kepada jalan yang
benar. Didalam Alquran banyak tedapat ayat-ayat yang melandasi hukum
ekonomi Islam, salah satunya dalam surat An-Nahl ayat 90 yang
mengemukakan tentang peningkatan kesejahteraan Umat Islam dalam segala
bidang termasuk ekonomi.
2. Hadis dan Sunnah
Setelah Alquran, sumber hukum ekonomi adalah Hadis dan Sunnah.
Yang mana para pelaku ekonomi akan mengikuti sumber hukum ini apabila
didalam Alquran tidak terperinci secara lengkap tentang hukum ekonomi
tersebut.
3. Ijma'
Ijma' adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan
konsensus baik dari masyarakat maupun cara cendekiawan Agama, yang tidak
terlepas dari Alquran dan Hadis.
4. Ijtihad atau Qiyas
Ijtihad merupakan usaha meneruskan setiap usaha untuk menemukan
sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat. Sedangkan qiyas
adalah pendapat yang merupakan alat pokok ijtihad yang dihasilkan melalui
penalaran analogi.
5. Istihsan, Istislah dan Istishab
Istihsan, Istislah dan Istishab adalah bagian dari pada sumber hukum
yang lainnya dan telah diterima oleh sebahagian kecil oleh keempat mazhab.
F. karaktersitik Ekonomi Islam

1. Harta kepunyaan Allah dan Manusia merupakan Khalifah atas harta.

a) Semua harta baik benda maupun alat-alat produksi adalah milik Allah
SWT. Seperti tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 284.

b) Manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Seperti tercantum dalam surat
al-Hadiid ayat 7. Terdapat pula sabda Rasulullah yang juga menjelaskan bahwa
segala bentuk harta yang dimiliki manusia pda hakikatnya adalah milik Allah SWT
semata dan manusia diciptakan untuk menjadi khalifah “ Dunia ini hijau dan manis.
Allah telah menjadikan kamu khalifah (penguasa) di dunia. Karena itu hendaklah
kamu membahas cara berbuat mengenai harta di dunia ini”.

2. Ekonomi Terikat dengan akidah, Syariah (Hukum), dan Moral

Bukti-bukti hubungan ekonomi dan moral dalam islam:

a. Larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat


menimbulkan kerugian atas harta orang lain atau kepentingan masyarakat. Sabda
Rasulullah “ Tidak boleh merugikan diri sendiri dan juga orang lain” (HR. Ahmad)

b. Larangan melakukan penipuan dalam transaksi, ditegaskan dalam Sabda


Rasulullah “Orang-orang yang menipu kita bukan termasuk golongan kita”.
c. Larangan menimbun emas, perak atau sarana moneter lainnya sehingga dapat
mencegah peredaran uang dan menghambat fungsinya dalam memperluas lapangan
produksi. Hal ini sperti tercantum dalam QS 9:34.

d. Larangan melakukan pemborosan karena dapat menghancurkan individu dalam


masyarakat.

3. Keseimbangan antara Kerohanian dan Kebendaan

Aktivitas keduniaan yang dilakukan manusia tidak boleh bertentangan atau bahkan
mengorbankan kehidupan akhirat. Apa yang kita lakukan hari ini adalah untuk
mencapai tujuan akhirat kelak. Prinsip ini jelas berbeda dengan ekonomi kapitalis
maupun sosialis yang hanya bertujuan untuk kehidupan duniawi saja. Hal ini jelas
ditegaskan oleh surat al-Qashash ayat 77:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. “

4. Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbanagan Antara Kepentingan


Individu dengan Kepentingan umum.

Islam tidak mengakui hak mutlak dan atau kebebasan mutlak, tetapi mempunyai
batasan-batasan tertentu termasuk dalam hak milik. Hal ini tercantum dalam surat Al
Hasyr ayat 7, al maa’uun ayat 1-3, serta surat al-Ma’arij ayat 24-25.

5. Kebebasan individu dijamin dalam islam


Islam memberikan kebebasan tiap individu untuk melakukan kegiatan ekonomi
namun tentu saja tidak bertentangan dengan aturan AlQuran dan AsSunnah, seperti
tercantum dalam surat al Baqarah ayat 188.

6. Negara diberi kewenangan turut campur dalam perekonomian

Dalam islam, Negara berkeawjiban melindungi kepentingan masyararakat dari


keridakadilan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang taupun dai
negara lain, berkewajiban memberikan kebebasan dan jaminan sosial agar seluruh
masyarakat dapat hidup dengan layak. Seperi sabda Rasulullah “ Brangsiapa yang
meninggalkan beban, hendaklah dia datang kepada-Ku, karena akulah maula
(pelindung)nya” (Al-Mustadrak oelh Al-Hakim)

7. Bimbingan konsumsi

Dalam hal konsumsi, islam melarang hidup berlebih-lebihan, terlalu hidup


kemewahan dan bersikap angkuh. Hal ini tercermin dalam surat al-A’raaf ayat 31 seta
Al-Israa ayat 16.

8. Petunjuk investasi

Kriteria yag sesuai daalm melakukan investasi ada 5:

1. proyek yang baik menurut isla


2. memberikan rezeki seluas mungkin pda masyarakat
3. memberantas kekafiran,memperbaiki pendapatan dan kekayaan
4. memelihara dan menumbuhkembangkan harta
5. melindungi kepentingan anggota masyaakat.

9. Zakat
Adalah karakteristik khusu yang tidak terdapat daalm system ekonomi lainnya
manapun, penggunaannya sangat efektif guna melakukan distribusi kekayaan di
masyarakat.

10. Larangan riba

Islam sangat melarang munculnya riba (bunga) karean itu merupakan salah satu
penyelaewangan uang dari bidangnya. Seperi tercermin dalam surat al-baqarah ayat
275

G. Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem


ekonomi yang lain

Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lain adalah:
a. Asumsi dasar / norma pokok maupun aturan main dalam proses ataupun interaksi
kegiatan ekonomi yang diberlakukan. Dalam sistem ekonomi Islam asumsi dasarnya
adalah syari'ah Islam, diberlakukan secara menyeluruh baik terhadap individu,
keluarga, kelompok masyarakat, usahawan maupun penguasa/pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk keperluan jasmaniah maupun rohaniah.

b. Prinsip ekonomi Islam adalah penerapan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan alam.

c. Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan di dunia dan di akhirat selaku
khalifatullah dengan jalan beribadah dalam arti yang luas.

Berbicara tentang sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi kapitalis tidak bisa
dilepaskan dari perbedaan pendapat mengenai halal-haramnya bunga yang oleh
sebagian ulama dianggap sebagai riba yang diharamkan oleh al-Qur'an.
Manfaat uang dalam berbagai fungsi baik sebagai alat penukar, alat penyimpan
kekayaan dan pendukung peralihan dari sistem barter ke sistem perekonomian uang,
oleh para penulis Islam telah diakui, tetapi riba mereka sepakati sebagai konsep yang
harus dihindari dalam perekonomian.

Sistem bunga dalam perbankan (rente stelsel) mulai diyakini oleh sebagian ahli
sebagai faktor yang mengakibatkan semakin buruknya situasi perekonomian dan
sistem bunga sebagai faktor penggerak investasi dan tabungan dalam perekonomian
Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara terbaik mengatasi lemahnya ekonomi
rakyat.

Larangan riba dalam Islam bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang
menetapkan bahwa modal itu tidak dapat bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada
keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa penempatan diri pada resiko sama
sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang terhadap riba dan ummat
Islam wajib meninggalkannya (Qs.al-Baqarah:278), akan tetapi Islam menghalalkan
mencari keuntungan lewat perniagaan (Qs.83:1-6).

H. Hukum Jual-Beli

Secara asalnya jual beli itu merupakan hal yang hukumnya mubah atau
dibolehkan. Sebagaimana ungkapan AL-Imam Asy-Syafi’i rahumahullah: dasarnya
hukum jual-beli itu seluruhnya adalah mubah, yaitu apabila dengan keridhaan dari
kedua belah pihak. Kecualii apabila jual-beli itu dilarang oleh Rasulullah SAW. Atau
yang maknanya termasuk yang dilarang beliau SAW. Jual beli dalam keadaan
terpaksa atau dipaksakan oleh salah satu pihak, bukanlah cara yang sesuai dengan
ajaran islam, karena itu tidak sah jual beli dibawah ancaman, ketakutan atau
keterpaksaan. Asepk saling menguntungkan dan saling meridhai merupakan ciri
utama dalam ekonomi islam.
Agar tehindar dari kekecewaan dan kerugian, dalam ekonomi islam terdapat
aturan tentang khiyar. Khyar adalah pilihan, yaitu kesempatan dimana pembeli atau
penjual menimbang nimbang atau memikirkan secara matang sebelum yransaksi jual
beli dilakukan. Khyar ini masih bisa dilakukan selama penjual dan pembeli belum
terpisah.
Untuk menghindari kekecewaan lainnya dalam transaksi jula beli, islam
mengajarkan agar pembeli melihat dan memeriksa barang yang hendak dibelinya.
Apabila barang yang telah dilihat dan diperiksa calon pembeli, maka tidak berarti saat
itu terjadi jual beli, pembeli masih memiliki hak khyar, baik barang maupun harga
barang selama mereka belum mengambil keputusan.
Barang yang diperdagangkan adalah barang yang jelas adanya, sehingga
pembeli dapat melihat dan memeriksanya sebelum menetapkan penawaran dan
membelinya. Ajaran islam melarang menyembunyikan kecacatan barang-barang yang
dijual dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan sendiri.
Adapun rukun dalam jual beli adalah:
a. Adanya orang yang melakasankan jual beli (penjual dan pembeli)
 Berakal
 Balig
 Berhak menggunakan hartanya
b. Sighat atau ucapan ijab dan kabul
 Kerelahan hati antara penjual dan pembeli yang diwujudkan
dalam ijab (dari pihak penjual) dan kabul (dari pihak pembeli)
c. Ada barang yang diperjual belikan
 Halal
 Bermanfaat
 Barang tersebut ada di tempat
 Milik sah si penjual
 Diketahui dengan jelas antara pembeli dan penjual
d. Nilai tukar barang yang dijual
 Harga disepakati antara penjual dan pembeli
 Nilai tukar barang dapat diserahkan pada waktu transaksi
 Apabila jual-beli dengan cara barter, nilai tukar barang jangan
sama dengan barang haram misalnya, babi.

I. Larangan-Larangan Dalam Perdagangan Menurut Islam.


1. Jika akad jual beli itu menyulitkan ibadah, misalnya mengambil waktu
shalat.
2. Di antara jual beli yang dilarang dalam Islam, yaitu menjual barang yang
diharamkan. Jika Allah sudah mengharamkan sesuatu, maka Dia juga
mengharamkan hasil penjualannya.
3. Menjual barang yang dimanfaatkan oleh pembeli untuk sesuatu yang
haram.
4. Menjual barang yang tidak ia (pedagang) miliki.
5. Menyembunyikan kecacatan barang.
6. Sumpah dalam jual beli yang sengaja dilakukan untuk membuat pembeli
tertarik untuk membeli barang tersebut.
7. Bersaing secara tidak sehat.
8. Spekulasi, beusaha dengan harapan yang belum jelas.yang umumnya
melahirkan kekecewaan dan penyesalan.

Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2006)
P3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)
An-Nabhani,Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persektif Islam, Risalah
Gusti, 1996, Surabaya
Aziz, Abdul. 2008. Ekonomi Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu
Suprayitno, Eko. 2005. Ekonomi Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai