a) Semua harta baik benda maupun alat-alat produksi adalah milik Allah
SWT. Seperti tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 284.
b) Manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Seperti tercantum dalam surat
al-Hadiid ayat 7. Terdapat pula sabda Rasulullah yang juga menjelaskan bahwa
segala bentuk harta yang dimiliki manusia pda hakikatnya adalah milik Allah SWT
semata dan manusia diciptakan untuk menjadi khalifah “ Dunia ini hijau dan manis.
Allah telah menjadikan kamu khalifah (penguasa) di dunia. Karena itu hendaklah
kamu membahas cara berbuat mengenai harta di dunia ini”.
Aktivitas keduniaan yang dilakukan manusia tidak boleh bertentangan atau bahkan
mengorbankan kehidupan akhirat. Apa yang kita lakukan hari ini adalah untuk
mencapai tujuan akhirat kelak. Prinsip ini jelas berbeda dengan ekonomi kapitalis
maupun sosialis yang hanya bertujuan untuk kehidupan duniawi saja. Hal ini jelas
ditegaskan oleh surat al-Qashash ayat 77:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. “
Islam tidak mengakui hak mutlak dan atau kebebasan mutlak, tetapi mempunyai
batasan-batasan tertentu termasuk dalam hak milik. Hal ini tercantum dalam surat Al
Hasyr ayat 7, al maa’uun ayat 1-3, serta surat al-Ma’arij ayat 24-25.
7. Bimbingan konsumsi
8. Petunjuk investasi
9. Zakat
Adalah karakteristik khusu yang tidak terdapat daalm system ekonomi lainnya
manapun, penggunaannya sangat efektif guna melakukan distribusi kekayaan di
masyarakat.
Islam sangat melarang munculnya riba (bunga) karean itu merupakan salah satu
penyelaewangan uang dari bidangnya. Seperi tercermin dalam surat al-baqarah ayat
275
Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lain adalah:
a. Asumsi dasar / norma pokok maupun aturan main dalam proses ataupun interaksi
kegiatan ekonomi yang diberlakukan. Dalam sistem ekonomi Islam asumsi dasarnya
adalah syari'ah Islam, diberlakukan secara menyeluruh baik terhadap individu,
keluarga, kelompok masyarakat, usahawan maupun penguasa/pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk keperluan jasmaniah maupun rohaniah.
b. Prinsip ekonomi Islam adalah penerapan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan alam.
c. Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan di dunia dan di akhirat selaku
khalifatullah dengan jalan beribadah dalam arti yang luas.
Berbicara tentang sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi kapitalis tidak bisa
dilepaskan dari perbedaan pendapat mengenai halal-haramnya bunga yang oleh
sebagian ulama dianggap sebagai riba yang diharamkan oleh al-Qur'an.
Manfaat uang dalam berbagai fungsi baik sebagai alat penukar, alat penyimpan
kekayaan dan pendukung peralihan dari sistem barter ke sistem perekonomian uang,
oleh para penulis Islam telah diakui, tetapi riba mereka sepakati sebagai konsep yang
harus dihindari dalam perekonomian.
Sistem bunga dalam perbankan (rente stelsel) mulai diyakini oleh sebagian ahli
sebagai faktor yang mengakibatkan semakin buruknya situasi perekonomian dan
sistem bunga sebagai faktor penggerak investasi dan tabungan dalam perekonomian
Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara terbaik mengatasi lemahnya ekonomi
rakyat.
Larangan riba dalam Islam bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang
menetapkan bahwa modal itu tidak dapat bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada
keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa penempatan diri pada resiko sama
sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang terhadap riba dan ummat
Islam wajib meninggalkannya (Qs.al-Baqarah:278), akan tetapi Islam menghalalkan
mencari keuntungan lewat perniagaan (Qs.83:1-6).
H. Hukum Jual-Beli
Secara asalnya jual beli itu merupakan hal yang hukumnya mubah atau
dibolehkan. Sebagaimana ungkapan AL-Imam Asy-Syafi’i rahumahullah: dasarnya
hukum jual-beli itu seluruhnya adalah mubah, yaitu apabila dengan keridhaan dari
kedua belah pihak. Kecualii apabila jual-beli itu dilarang oleh Rasulullah SAW. Atau
yang maknanya termasuk yang dilarang beliau SAW. Jual beli dalam keadaan
terpaksa atau dipaksakan oleh salah satu pihak, bukanlah cara yang sesuai dengan
ajaran islam, karena itu tidak sah jual beli dibawah ancaman, ketakutan atau
keterpaksaan. Asepk saling menguntungkan dan saling meridhai merupakan ciri
utama dalam ekonomi islam.
Agar tehindar dari kekecewaan dan kerugian, dalam ekonomi islam terdapat
aturan tentang khiyar. Khyar adalah pilihan, yaitu kesempatan dimana pembeli atau
penjual menimbang nimbang atau memikirkan secara matang sebelum yransaksi jual
beli dilakukan. Khyar ini masih bisa dilakukan selama penjual dan pembeli belum
terpisah.
Untuk menghindari kekecewaan lainnya dalam transaksi jula beli, islam
mengajarkan agar pembeli melihat dan memeriksa barang yang hendak dibelinya.
Apabila barang yang telah dilihat dan diperiksa calon pembeli, maka tidak berarti saat
itu terjadi jual beli, pembeli masih memiliki hak khyar, baik barang maupun harga
barang selama mereka belum mengambil keputusan.
Barang yang diperdagangkan adalah barang yang jelas adanya, sehingga
pembeli dapat melihat dan memeriksanya sebelum menetapkan penawaran dan
membelinya. Ajaran islam melarang menyembunyikan kecacatan barang-barang yang
dijual dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan sendiri.
Adapun rukun dalam jual beli adalah:
a. Adanya orang yang melakasankan jual beli (penjual dan pembeli)
Berakal
Balig
Berhak menggunakan hartanya
b. Sighat atau ucapan ijab dan kabul
Kerelahan hati antara penjual dan pembeli yang diwujudkan
dalam ijab (dari pihak penjual) dan kabul (dari pihak pembeli)
c. Ada barang yang diperjual belikan
Halal
Bermanfaat
Barang tersebut ada di tempat
Milik sah si penjual
Diketahui dengan jelas antara pembeli dan penjual
d. Nilai tukar barang yang dijual
Harga disepakati antara penjual dan pembeli
Nilai tukar barang dapat diserahkan pada waktu transaksi
Apabila jual-beli dengan cara barter, nilai tukar barang jangan
sama dengan barang haram misalnya, babi.
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2006)
P3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)
An-Nabhani,Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persektif Islam, Risalah
Gusti, 1996, Surabaya
Aziz, Abdul. 2008. Ekonomi Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu
Suprayitno, Eko. 2005. Ekonomi Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu