Anda di halaman 1dari 16

Makalah Bintang Dan Galaksi

1. Anggia Novaliza

2. Meuretta Alawiyah Pulungan

3. Sarah Kirana

4. Widya Rahmatika Rizaldi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
A. Bintang
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Di mana bintang sendiri
terbagi menjadi bintang semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak
menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain.
Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan
bintang adalah objek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (bintang nyata).
Bintang merupakan benda langit yang jaraknya sangat jauh dari bumi. Penemuan
jarak bintang baru dapat dilihat pada abad ke-19, cara yang digunakan adalah cara paralaks
trigonometri. Kita tahu bahwa bumi bergerak mengitari matahari dalam waktu sekali keliling
dalam waktu satu tahun. Akibat gerak edar bumi, bintang yang dekat akan terlihat seolah-
olah menempuh lintasan berbentuk elips yang sebenarnya merupakan mencerminan gerak
bumi. Dan matahari adalah sebuah bintang dilihat dengan teropong bintang hanya terlihat
sebagai titik cahaya saja yang tidak ada bedanya dengan kalau kita melihat dengan mata
telanjng (tanpa alat). Penggunaan teropong atau teleskop dapat membantu pengamatan
bintang lebih teliti diantaranya:
1. Bintang yang lemah cahayanya dapat dilihat dan dimati dengan teleskop bergaris
dengan 60 cm kita dapat melihat bintang yang 100.000 kali lebih lemah dari pada bintang
terlemah yang dilihat oleh mata telanjang (tanpa alat)
2. Bintang yang jarak sudutnya sangat kecil dapat dilihat secara terpisah.

B. Tata Nama Bintang


Ada beberapa macam cara yang digunakan oleh beberapa macam cara ahli astronom
dalam memberikan nama bintang, dintaranya adalah:
a. Pemberian nama berdasarkan nama yang telah diberikan atau digunakan orang sejak
zaman kuno. Misal: Bintang Antares, Bintang Sirius, Bintang Betelgeuse, dan Bintang
Aideboran.
b. Pemberian nama berdasarkan/menurut rasi konstelasi tempat bintang itu berada. Misal :
α Centauri adalah bintang terterang dirasi centaurus, sedangkan bintang β Centauri
adalah bintang kedua dirasi centaurus, demikian seterusnya. Untuk mengatakan urutan
terangnya bintang pada suatu rasi digunakan abjad yunani α β Y dan seterusnya. Bintang
antares juga disebut bintang scorpii artinya bintang terang dirasi scorpio.
c. Dalam astronomi modern, nama bintang dinyatakan menurut nomornya dalam catalog.
Misal bintang HD 226868 adalah bintang yang tercantum dalam katalog. Henry Draper
dengan nomor 226868, N31 adalah bintang yang terdapat dalam katalog Nissier dengan
nomor 31, dan bintang NGC 6205 adalah bintang yang tercantum dalam New General
Catalogue dengan nomor 6205. Bintang terdekat dengan dengan bumi setelah matahari
adalah centauri, jaraknya terhadap bumi sekitar 4,5 tahun cahaya.

C. Peta Bintang
Bila kita menengadah ke langit tampak seolah olah bumi kita dinaungi “atap”
setengah bola yang disebut “bola langit”. Bintang-bintang dan benda langit lainnya seolah
olah menempel pada bola langit itu. Orang yunani kuno membagi bola langit dalam daerah
daerah yang disebut rasi atau “konstelasi” nama nama rasi dihubungkan dengan nama nama
tokoh dan makhluk dalam mitologi. Misal : Rasi Centaurus diambil dari nama makhluk hidup
setengah kuda setengah manusia, Orion atu si pemburu, Scorpio atu kalajengking, Gemini
atau sinak kembar, Hercules atau si orang kuat, dalam dongeng yunani kuno (putra zeus atau
alemene).
Andromeda yaitu putri Cepheus raja ethopia dalam dongeng yunani.international
Astronomical Union pada tahun 1928 meresmikan 88 buah rasi dan menentukan batas setiap
rasi. Dengan mempelajari peta bintang, dan nama rasi rasi bintang , kita dapat mencari letak
bintang itu di bola langit dan mempelajarinya sifat sifat atau ciri - ciri dan perubahan bintang
tadi. Seperti telah diuraikan bahwa bintang adalah anggota dari suatu galaksi, seperti matahari
adalah anggota bintang di galaksi bima sakti.

D. Cahaya Bintang
Ada bintang yang tak tampak terang ada pula yang tidak terlihat kurang terang. Energi
bintang tiba di bumipada permukaan seluas 1 cm² dalam selang waktu 1 detik disebut “fluks
energi” bintang itu. Sebuah bintang tampak terang bila fluks energinya besar. Namun kuat
cahaya bintang bila fluks energinya besar, namun kuat cahaya bintang yang tampak oleh kita
tidak merupakan ukuran terang sebenarnya bintang itu. Bisa saja suatu bintang sebenarnya
memancarkan enegi yang relatiftidak banyak, tetapi tampak terang berhubung letaknya yang
dekat atau sebaliknya sebuah bintang menghamburkan energi secara dahsyat. Namun dari
bumi tampak lemah berhubung letaknya jauh. Energi yang dipancarkan bintang per detik
disebut “ luminositas bintang”. Bila fluks merupakan pengukur kuat cahaya yang tampak dari
bumi, maka luminositas merupakan pengukur kuat cahaya sebenarnya bintang itu.
Matahari adalah bintang merupakan salah satu penghubung antara manusia dan
bintang bintang. Cahaya yang kasat mata ( tampak oleh mata) sebenarnya hanya merupakan
sebagian kecil gelombang elektromagnetik.
Ada beberapa yang dapat kita pelajari dengan mengamati radiasi elektromagnetik ini
yaitu:
1. Arah radiasi dari pengamatannya ini kita dapat mengamati letak dan gerak benda yang
dipancarkan.
2. Kuantitas radiasi yang kita ukur dalam hal ini adalah kuat kuat atau kecerahan radiasi
kita.
3. Kualitas radiasi dalam hal ini kita mempelajari warna, spectrum, maupun sifat polarisasi.
Jadi bintang dan benda langit lainnya memencarkan seluruh kekuatan gelombang
elektromagnetiknya. Tetapi tak semuanya dapat kita tangkap dibumi karena atmosfer bumi
hanya meneruskan sebagian gelombang itu, sedangkan sebagian lainnya diserap oleh
atmosfer.

E. Terang dan Warna Bintang


Kita tak akan pernah dapat terbang secara langsung menuju bintang–bintang walau
Astronot sekalipun, demikian juga jika di lihat dari teropong yang paling besar sekalipun,
bintang – bintang hanya akan terlihat sebagai titik saja , Untuk itu Astronom memiliki tugas
yang berat dalam menerangkan bintang–bintang yang penuh dengan liku–liku .
a) Magnitudo Bintang
Secara tradisi kecerahan bintang dinyatakan dalam satuan magnitudo. Kecerahan
bintang yang kita amati, baik menggunakan mata bugil maupun teleskop, dinyatakan oleh
magnitudo tampak (m) atau magnitudo semu. Secara tradisi magnitudo semu bintang yang
dapat dilihat oleh mata bugil dibagi dari 1 hingga 6, dimana satu ialah bintang paling cerah,
dan 6 sebagai bintang paling redup, dengan demikian maka “makin terang suatu bintang ,
makin kecil magnitudonya “sehingga beberapa bintang yang di ketahui tidak berubah-ubah
cahayanya di ukur magnitudonya dengan cermat dapat di gunakan sebagai standar
magnitudo.
Untuk lebih jelasnya kita lihat di bawah ini merupakan magnitudo beberapa benda
langit, di mana untuk planet Venus dan Jupiter di berikan pada saat terangnya maksimum.
Dalam magnitudo juga terdapat kecerahan yang diukur secara mutlak, yang menyatakan
kecerahan bintang sebenarnya. Kecerahan ini dikenal sebagai magnitudo mutlak (M), dan
terentang antara +26.0 sampai -26.5. Magnitudo adalah besaran lain dalam menyatakan fluks
pancaran, yang terhubungkan melalui persamaan, dimana m adalah magnitudo semu dan E
adalah fluks pancaran.
b) Warna Bintang
Pada tahun 1943, William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith Kellman dari
Observatorium Yerkes menambahkan sistem pengklasifikasian berdasarkan kuat cahaya
atau luminositas, yang seringkali merujuk pada ukurannya. Pengklasifikasian tersebut
dikenal sebagai sistem klasifikasi Yerkes dan membagi bintang ke dalam kelas-kelas
berikut :
• 0 Maha maha raksasa
• I Maharaksasa
• II Raksasa-raksasa terang
• III Raksasa
• IV Sub-raksasa
• V deret utama (katai)
• VI sub-katai
• VII katai putih
Kita melihat warna bintang brbda – beda , matahari berwarna putih kekuning-
kuningan. Sirius berwarna biru, Betelgense berwarna merah . Perbedaan warna ini
menunjukan suhu bintang . energi radiasi sebagai fungsi panjang gelombang berbeda-beda
bergantung suhu benda. Pada suhu yang rendah, energi paling besar di pancarkan pada
panjang gelombang yang panjang Sedangkan suhu yang tinggi ,sebagian besar energi di
pancarkan pada daerah panjang gelombang pendek hingga warna benda terlihat lebih biru.

F. Spektrum Bintang
a. Spektrum atau uraian cahaya
Pada tahun 1989 Kirchoff mengemukakan 3 hukum yang merupakan dasar
spektoroskopi ( ilmu yang menelaah spectrum cahaya ) yakni :
1. Bila sutau gasa yang mampat di pijarkan maka gas itu memancarkan spectrum kontinu,
artinya radiasi pada semua panjang gelombang di pancarkan.
2. Bila suatu gas yang renggang di pijarkan maka hanya warna-warna tertentu atau panjang
gelombnag tertentu saja yang di pancarkan .
3. Bila berkas cahaya putih dengan spectrum kontinudi lewatkan melalui gas yang dingin dan
renggang , gas tersebut akan menyerap cahaya tadi pada warna-warna atau panjang
gelombang tertentu.
b. Klasifikasi Spektrum Bintang
Berdasarkan spektrumnya, bintang dibagi ke dalam 7 kelas utama yang dinyatakan
dengan huruf O, B, A, F, G, K, M yang juga menunjukkan urutan suhu, warna dan
komposisi-kimianya. Klasifikasi ini dikembangkan oleh Observatorium Universitas Harvard
dan Annie Jump Cannon pada tahun 1920an dan dikenal sebagai sistem klasifikasi Harvard.
Untuk mengingat urutan penggolongan ini biasanya digunakan kalimat "Oh Be A Fine Girl
Kiss Me". Dengan kualitas spektrogram yang lebih baik memungkinkan penggolongan ke
dalam 10 sub-kelas yang diindikasikan oleh sebuah bilangan (0 hingga 9) yang mengikuti
huruf. Sudah menjadi kebiasaan untuk menyebut bintang-bintang di awal urutan sebagai
bintang tipe awal dan yang di akhir urutan sebagai bintang tipe akhir. Jadi, bintang A0 bertipe
lebih awal daripada F5, dan K0 lebih awal daripada K5.
Pada tahun 1943, William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith Kellman dari
Observatorium Yerkes menambahkan sistem pengklasifikasian berdasarkan kuat cahaya atau
luminositas, yang seringkali merujuk pada ukurannya. Pengklasifikasian tersebut dikenal
sebagai sistem klasifikasi Yerkes dan membagi bintang ke dalam kelas-kelas berikut :
• 0 Maha maha raksasa
• I Maharaksasa
• II Raksasa-raksasa terang
• III Raksasa
• IV Sub-raksasa
• V deret utama (katai)
• VI sub-katai
• VII katai putih
Umumnya kelas bintang dinyatakan dengan dua sistem pengklasifikasian di atas.
Matahari kita misalnya, adalah sebuah bintang dengan kelas G2V, berwarna kuning, bersuhu
dan berukuran sedang.

G. Evaluasi Bintang
Kelahiran suatu bintang terjadi di bagian dalam suatu awan gas dan debu yang
menebar luas di antariksa . Awan gas dan debu semacam itu banyak sekali terdapat di langit
dan para astronom menyebutnya dengan sebutan Nebula. Pembentukan sebuah benda di
mulai ketika sebagian debu dan gas di bagian – bagian dalam nebula mulai berkumpul dan
bergabung . kemudian secara perlaha-lahan gabungan gas dan debu itu mengerut dan
memadat, serta di bagian dalamnya menjadi panas . Maka jadilah sebuah benda yang brsinar
dan akan terus bersinar sampai hidrogennya habis terbakar.
Demikian yang terjadi dengan matahari , bila nanti di bagian luas justru mengembang
dan nmendingin karena mendingin itulah warnanya akan berubah menjadi merah dan di sebut
dengan raksasa merah yang akan mengkrut lagi sampai menjadi kecil dan berwarna merah
cebol putih. Selanjutnya akan menjadi sebuah bold yang gelap dan dingin sehingga kita tidak
dapat mlihatnya lagi. Begitulah kira-kira akhir hidup sebagian bintang – bintang termasuk
dengan matahari.

H. Rasi Bintang

PENGERTIAN RASI BINTANG.


Banyak pengertian dari rasi bintang. Akan tetapi dari beberapa tersebut dapat
diketahui bahwa pengertian rasi bintang adalah sebagai berikut.
“Suatu rasi bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan
membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang
kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti
berkelompok pada bola langit malam” (Ikka.2009).

MACAM-MACAM RASI BINTANG


Di jagad raya ini sebenarnya terdapat banyak sekali rasi bintang. (Ikka,2009)
menyatakan bahwa, “Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88
rasi bintang resmi dengan batas-batas yang jelas, 56 buah di antaranya terdapat di belahan
langit selatan dan 32 rasi bintang terdapat di belahan langit utara.

MANFAAT RASI BINTANG


Allah SWT memberi kelebihan kepada manusia berupa akal dan pikiran. Kalau
manusia mau dan bisa menggunakan pikiran tersebut, betapa mereka menyadari bahwa
banyak sekali anugerah-Nya yang memudahkan dalam kehidupan. Seperti bintang di langit
yang biasa disebut rasi bintang. Wulan (2009) beberapa manfaatnya antara lain:
Manusia dapat menentukan waktu dengan berpatokan pada matahari atau bulan,
membantu manusia untuk menentukan arah mata angin. petunjuk fenomena alam (kejadian-
kejadian alam) di bumi, untuk memprediksikan cuaca, penerbangan dan pelayaran. Misalnya,
harus dilaksanakan dalam cuaca yang mendukung.
Selain itu, sebagai penentu masa panen, dan untuk pelayaran sebagai petujuk arah,
manusia jadi mengetahui pergerakan, penyebaran, dan karakteristik benda-benda langit, para
pelaut hingga kini juga masih menggunakan bintang sebagai pemandu arah dan juga untuk
menentukan posisi kapalnya.
I. PENYALAHGUNAAN RASI BINTANG
Kalangan awam umumnya dan kalangan remaja khususnya, cenderung menggunakan
rasi bintang untuk mengetahui ramalan hidupnya. Mereka begitu percaya dengan para
peramal yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya. Padahal mereka punya Tuhan, yaitu
Allah SWT. Dialah yang menentukan garis hidup manusia, bukan peramal. Akan tetapi,
sebagian besar dari mereka tidak menyadarinya. Sungguh, betapa rendahnya pikiran mereka.

SEJARAH PENGAMATAN

Bintang-bintang telah menjadi bagian dari setiap kebudayaan. Bintang-bintang


digunakan dalam praktik-praktik keagamaan, dalam navigasi, dan bercocok tanam. Kalender
Gregorian, yang digunakan hampir di semua bagian dunia, adalah kalender matahari,
mendasarkan diri pada posisi Bumi relatif terhadap bintang terdekat, Matahari.
Astronom-astronom awal seperti Tycho Brahe berhasil mengenali ‘bintang-bintang
baru’ di langit (kemudian dinamakan novae) menunjukkan bahwa langit tidaklah kekal. Pada
1584 Giordano Bruno mengusulkan bahwa bintang-bintang sebenarnya adalah matahari-
matahari lain, dan mungkin saja memiliki planet-planet seperti Bumi di dalam orbitnya, ide
yang telah diusulkan sebelumnya oleh filsuf-filsuf Yunani kuno seperti Democritus dan
Epicurus. Pada abad berikutnya, ide bahwa bintang adalah matahari yang jauh mencapai
konsensus di antara para astronom. Untuk menjelaskan mengapa bintang-bintang ini tidak
memberikan tarikan gravitasi pada tata surya, Isaac Newton mengusulkan bahwa bintang-
bintang terdistribusi secara merata di seluruh langit, sebuah ide yang berasal dari teolog
Richard Bentley.
Astronom Italia Geminiano Montanari merekam adanya perubahan luminositas pada
bintang Algol pada 1667. Edmond Halley menerbitkan pengukuran pertama gerak diri dari
sepasang bintang “tetap” dekat, memperlihatkan bahwa mereka berubah posisi dari sejak
pengukuran yang dilakukan Ptolemaeus dan Hipparchus. Pengukuran langsung jarak bintang
61 Cygni dilakukan pada 1838 oleh Friedrich Bessel menggunakan teknik paralaks.
William Herschel adalah astronom pertama yang mencoba menentukan distribusi
bintang di langit. Selama 1780an ia melakukan pencacahan di sekitar 600 daerah langit
berbeda. Ia kemudian menyimpulkan bahwa jumlah bintang bertambah secara tetap ke suatu
arah langit, yakni pusat galaksi Bima Sakti. Putranya John Herschel mengulangi pekerjaan
yang sama di hemisfer langit sebelah selatan dan menemukan hasil yang sama. Selain itu
William Herschel juga menemukan bahwa beberapa pasangan bintang bukanlah bintang-
bintang yang secara kebetulan berada dalam satu arah garis pandang, melainkan mereka
memang secara fisik berpasangan membentuk sistem bintang ganda.

J. TERBENTUKNYA BINTANG

Bintang terbentuk di dalam awan molekul; yaitu sebuah daerah medium antarbintang
yang luas dengan kerapatan yang tinggi (meskipun masih kurang rapat jika dibandingkan
dengan sebuah vacuum chamber yang ada di Bumi). Awan ini kebanyakan terdiri dari
hidrogen dengan sekitar 23–28% helium dan beberapa persen elemen berat. Komposisi
elemen dalam awan ini tidak banyak berubah sejak peristiwa nukleosintesis Big Bang pada
saat awal alam semesta.
Gravitasi mengambil peranan sangat penting dalam proses pembentukan bintang.
Pembentukan bintang dimulai dengan ketidakstabilan gravitasi di dalam awan molekul yang
dapat memiliki massa ribuan kali matahari. Ketidakstabilan ini seringkali dipicu oleh
gelombang kejut dari supernova atau tumbukan antara dua galaksi. Sekali sebuah wilayah
mencapai kerapatan materi yang cukup memenuhi syarat terjadinya instabilitas Jeans, awan
tersebut mulai runtuh di bawah gaya gravitasinya sendiri.
Berdasarkan syarat instabilitas Jeans, bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri,
melainkan dalam kelompok yang berasal dari suatu keruntuhan di suatu awan molekul yang
besar, kemudian terpecah menjadi konglomerasi individual. Hal ini didukung oleh
pengamatan dimana banyak bintang berusia sama tergabung dalam gugus atau asosiasi
bintang.
Begitu awan runtuh, akan terjadi konglomerasi individual dari debu dan gas yang
padat yang disebut sebagai globula Bok. Globula Bok ini dapat memiliki massa hingga 50
kali Matahari. Runtuhnya globula membuat bertambahnya kerapatan. Pada proses ini energi
gravitasi diubah menjadi energi panas sehingga temperatur meningkat. Ketika awan
protobintang ini mencapai kesetimbangan hidrostatik, sebuah protobintang akan terbentuk di
intinya. Bintang pra deret utama ini seringkali dikelilingi oleh piringan protoplanet.
Pengerutan atau keruntuhan awan molekul ini memakan waktu hingga puluhan juta tahun.
Ketika peningkatan temperatur di inti protobintang mencapai kisaran 10 juta kelvin, hidrogen
di inti 'terbakar' menjadi helium dalam suatu reaksi termonuklir. Reaksi nuklir di dalam inti
bintang menyuplai cukup energi untuk mempertahankan tekanan di pusat sehingga proses
pengerutan berhenti. Protobintang kini memulai kehidupan baru sebagai bintang deret utama.

Menjelang kematiannya, sebuah bintang bisa meledak. Ledakan bintang ini disebut
nova. Istilah ini berarti “baru” karena seolah-olah telah lahir sebuah bintang baru. Kalau
bintang yang meledak berukuran besar, maka ledakannya juga sangat besar, sampai-sampai
menghancurkan bintang-bintang lain. Ledakan bintang besar ini disebut sebagai supernova.
Setelah meledak, materi bintang yang tersisa akan mengerut dan memadat dengan
kepadatan yang luar biasa dan gravitasinya begitu kuat sampai-sampai cahaya pun tak bisa
lepas. Materi bekas bintang inilah yang disebut black hole (lubang hitam).

K. Suhu

Suhu permukaan bintang deret utama ditentukan oleh laju penghasilan energi di
intinya yang umumnya diperkirakan dari indeks warna bintang. Biasanya suhu ini dinyatakan
dengan suhu efektif, yang merupakan suhu jika sebuah bintang dianggap sebagai benda hitam
ideal yang memancarkan energi dengan luminositas yang sama di seluruh permukaannya.
Jadi suhu efektif hanyalah sebuah gambaran, karena suhu pada sebuah bintang semakin tinggi
jika semakin dekat dengan intinya. Suhu di daerah inti sebuah bintang mencapai hingga
beberapa juta derajat celsius.

Suhu sebuah bintang menentukan laju ionisasi berbagai unsur di dalamnya, juga
menentukan sifat garis serapan spektrumnya. Suhu permukaan, magnitudo absolut dan sifat
serapan spektrografi bintang digunakan sebagai dasar untuk pengklasifikasian.

Bintang masif dalam deret utama dapat bersuhu hingga 50.000 °C. Sedang bintang
yang lebih kecil, seperti matahari, memiliki suhu permukaan beberapa ribu derajat celcius.
Raksasa merah memiliki suhu permukaan yang relatif rendah sekitar 3.300 °C, namun
bintang ini memiliki luminositas yang tinggi karena permukaan luarnya yang luas.

L. Umur

Sebagian besar bintang berumur antara 1–10 miliar tahun. Beberapa bintang mungkin
bahkan berumur mendekati 13,8 miliar tahun–umur teramati alam semesta. Bintang tertua
yang ditemukan hingga saat ini, HE 1523-0901, diperkirakan berumur 13,2 miliar tahun.
Semakin tinggi massa sebuah bintang maka semakin pendek pula umurnya. Hal ini
terutama disebabkan karena bintang dengan massa yang tinggi akan memiliki tekanan yang
tinggi pula pada intinya yang menyebabkannya membakar hidrogen dengan lebih cepat.
Bintang-bintang paling masif bertahan rata-rata hanya beberapa juta tahun, sementara bintang
dengan massa minimum (katai merah) membakar bahan bakarnya dengan perlahan dan
bertahan hingga puluhan sampai ratusan miliar tahun.

M. DISTRIBUSI

Selain berdiri sendiri, bintang bisa juga berada dalam sistem multibintang. Sistem
multibintang dapat terdiri dari dua atau lebih bintang yang terikat secara gravitasi dan saling
mengorbit satu sama lain. Jenis sistem multibintang yang paling sederhana dan sering ditemui
adalah bintang biner. Selain itu telah ditemukan juga sistem multibintang yang memiliki tiga
atau lebih bintang.

Sistem multibintang yang demikian seringkali secara hierarkis tersusun dari beberapa
bintang biner untuk mempertahankan stabilitas orbit bintang-bintangnya. Terdapat juga
kelompok yang lebih besar yang disebut gugus bintang. Gugus bintang berkisar dari
himpunan bintang yang tidak begitu padat dengan hanya beberapa bintang, hingga gugus bola
yang luar biasa besar dengan ratusan ribu bintang.

Telah lama dianggap bahwa sebagian besar bintang berada dalam sistem multibintang
yang terikat secara gravitasi. Hal ini khususnya benar untuk bintang-bintang masif kelas O
dan B, yang dipercaya 80% populasinya berada dalam sistem multibintang. Namun semakin
kecil bintang maka semakin banyak pula populasi jenisnya yang berada dalam sistem bintang
tunggal. Hanya 25% katai merah yang diketahui berada dalam sistem multibintang dan
karena 85% dari keseluruhan bintang adalah katai merah, maka mungkin sekali sebagian
besar bintang dalam Bima Sakti adalah tunggal sejak terbentuk.

Bintang-bintang tidak menyebar secara merata di alam semesta, tapi biasanya


berkelompok membentuk galaksi bersamaan dengan debu dan gas antarbintang. Sebuah
galaksi biasa mengandung ratusan miliar bintang, dan terdapat lebih dari 100 miliar (1011)
galaksi dalam alam semesta teramati. Berdasarkan sebuah cacah bintang pada tahun 2010
diperkirakan terdapat 300 triyar (3 × 1023) bintang dalam alam semesta teramati. Walau
sering dipercaya bahwa bintang hanya terdapat dalam galaksi, telah ditemukan bintang-
bintang yang berada di luar galaksi (bintang antargalaksi).

Bintang terdekat dengan bumi selain matahari adalah Proxima Centauri yang berjarak
sekitar 4,2 tahun cahaya atau kira-kira 39,9 triliun kilometer. Jika jarak ini ditempuh dengan
kecepatan orbit pesawat ulang-alik (8 km/s–hampir 30.000 km/jam), maka akan dibutuhkan
waktu kira-kira 150.000 tahun untuk sampai. Jarak seperti ini adalah jarak antar bintang yang
umum dalam piringan galaksi, termasuk di lingkungan sekitar tata surya. Bintang-bintang
dapat sangat berdekatan di pusat galaksi dan dalam gugus bola atau terpisah sangat jauh
dalam halo galaksi. Karena jarak antar bintang yang relatif sangat jauh dalam galaksi selain
pada daerah pusat galaksi, tabrakan antar bintang diperkirakan jarang terjadi. Pada daerah
yang lebih padat seperti inti gugus bola atau pusat galaksi, tabrakan antar bintang dapat
sering terjadi. Tabrakan seperti ini dapat menghasilkan apa yang dikenal dengan bintang
pengelana biru (blue straggler). Bintang-bintang abnormal ini memiliki suhu permukaan
yang lebih tinggi dari bintang-bintang deret utama lainnya dalam sebuah gugus bintang
dengan luminositas yang sama. Istilah pengelana merujuk pada lokasinya yang berada di luar
garis evolusi normal bintang lain pada diagram Hertzsprung-Russel gugus bintangya.

Pengertian Galaksi
Galaksi adalah kumpulan bintang yang membentuk suatu sistem, terdiri atas satu atau
lebih benda angkasa yang berukuran besar dan dikelilingi oleh benda-benda angkasa lainnya
sebagai anggotanya yang bergerak mengelilinginya secara teratur.

Di dalam ilmu astronomi, galaksi diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri atas
bintang-bintang, gas, dan debu yang amat luas, di mana anggotanya memiliki gaya tarik
menarik (gravitasi). Suatu galaksi pada umumnya terdiri atas miliaran bintang yang memiliki
ukuran, warna, dan karakteristik yang sangat beraneka ragam.

Galaksi merupakan salah satu komponen yang tersebar dalam alam semesta. Para ahli
astronomi menyimpulkan bahwa galaksi yang terdapat di alam semesta ini berjumlah
miliaran dengan tiap-tiap galaksi terdiri atas ratusan miliar bintang. Matahari dari sistem tata
surya kita adalah satu dari ratusan miliar bintang yang ada dalam satu galaksi.

Galaksi yang sering kita dengar adalah Bimasakti atau milky way. Kalau kita cermati
agak aneh nama milky way tersebut karena dari benda angkasa luar diumpamakan dengan
susu. Namun dari keanehan tersebut terdapat keunikan, yakni bintang bertebaran di langit
pada malam hari seperti susu yang tercecer di langit. Galaksi kita berbentuk spiral, dapat kita
samakan dengan lingkaran obat nyamuk jika dilihat dari atas dan seperti gasing bila dilihat
dari samping. Galaksi kita tidak sebundar lingkaran namun berbentuk elips. Hal ini
dibuktikan dengan ukurannya yang memiliki panjang sekitar 100 tahun cahaya dan lebar10
tahun cahaya dan Tata Surya kita berada 30 tahun cahaya dari pusat galaksi.

Selain galaksi Bimasakti kita juga dapat melihat beberapa galaksi dengan mata
telanjang ataupun dengan alat. Yang diungkap oleh para ilmuan yakni galaksi Andromeda,
Awan Megallianic Besar dan Awan Megallanic Kecil. Galaksi Andromeda lebih besar
daripada Milky way.

Bentuk-Bentuk Galaksi

a. Elips
Penampakan galaksi ini terlihat seperti elips. Galaksi yang termasuk dalam tipe elips
ini mulai dari galaksi yang berbentuk bundar sampai galaksi yang berbentuk bola pepat.
Struktur galaksi tipe ini tidak terlihat dengan jelas. Galaksi elips sangat sedikit mengandung
materi antarbintang dan anggotanya adalah bintang-bintang tua, lebih redup cahayanya
dibandingkan dengan tipe spiral dengan banyak bintang merah besar. Contoh galaksi tipe ini
adalah galaksi M87, yaitu galaksi elips raksasa yang terdapat di Rasi Virgo.

b. Spiral
Bagian-bagian utama galaksi spiral adalah halo, bidang galaksi (termasuk lengan
spiral) dan bulge (bagian pusat galaksi yang menonjol). Anggota galaksi spiral terdiri atas
bintang-bintang tua dan muda. Bintang-bintang tua terdapat pada kumpulan bintang-bintang
yang berjumlah ratusan dan berbentuk bola (gugus bola). Bintang-bintang muda terdapat di
lengan spiral galaksi yang berada di bidang galaksi. Galaksi spiral berotasi dengan cepat
sehingga membuat galaksi ini memipih dan membentuk bidang galaksi. Jumlah galaksi ini
kurang lebih 80% dari galaksi yang ada. Contoh dari galaksi tipe ini adalah galaksi
Andromeda dan galaksi Bimasakti. Di galaksi Bimasakti inilah Bumi sebagai bagian dari
sistem Tata Surya berada.

c. Tak Beraturan
Galaksi ini tidak memiliki bentuk khusus. Galaksi Tak Beraturan terdiri dari
bermiliar-miliar bintang muda berwarna putih kebiruan dan bintang raksasa biru yang sangat
panas.. Contoh dari galaksi tipe ini adalah Awan Magellan Besar dan Awan Magellan Kecil,
dua buah galaksi tetangga terdekat Bimasakti, yang hanya berjarak sekitar 180.000 tahun
cahaya dari Bimasakti. Galaksi tak beraturan ini banyak mengandung materi antarbintang
yang terdiri atas gas dan debu-debu. Banyaknya galaksi berbentuk tak beraturan ialah 3% dari
antariksa.

Ciri-Ciri Galaksi
Galaksi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

- Sumber cahaya berasal dari galaksi itu sendiri dan bukan merupakan cahaya pantulan;

- Antara galaksi satu dengan yang lain mempunyai jarak jutaan tahun cahaya;

- Galaksi-galaksi lainnya dapat terlihat berada di luar Galaksi Bimasakti;

- Galaksi punya bentukan tertentu, misalnya: bentuk spiral, bentuk elips, dan bentuk tidak
beraturan.

Macam-Macam Galaksi
Dalam jagat raya ini, terdapat begitu banyak galaksi. Ada beberapa galaksi di
antaranya telah dikenal dengan baik, misalnya galaksi Andromeda, galaksi Magellan, galaksi
Ursa Mayor, galaksi jauh, galaksi Black Eye dan galaksi kita yitu galaksi Bimasakti.

a. Galaksi Bimasakti
Galaksi Bimasakti ditemukan pada 18 Juli 1783, oleh seorang astronom Inggris
William Hershel. Galaksi BImasakti terdiri dari 400 milyar bintang, dengan garis tengah
sekitar 130.000 tahun cahaya (1 tahun cahaya sama dengan 9.500 milyar kilometer). Galaksi
Bimasakti merupakan rumah bagi matahari kita beserta planet-planet yang mengelilinginya.

b. Galaksi Magellan
Galaksi Magellan adalah galaksi yang paling dekat dengan galaksi Bimasakti.
Jaraknya kurang lebih 160.000 tahun cahaya dan berada di belahan langit selatan. Galaksi ini
memiliki bentuk tak beraturan.

c. Galaksi Ursa Mayor


Galaksi Ursa Mayor berjarak 10.000.000 tahun cahaya dari galaksi Bimasakti. Galaksi ini
mempunyai bentuk elips dan rapat.
d. Galaksi Andromeda
Galaksi Andromeda dikategorikan sebagai galaksi raksasa karena memiliki diameter
sekitar 200 ribu tahun cahaya atau dua kali lebih besar dari galaksi Bimasakti. Andromeda
memiliki massa 300 sampai 400 biliun kali masa matahari. Bentuknya yang bulat khas dan
ukurannya yang besar membuat galaksi ini mudah diamati dengan menggunakan teleskop
sederhana. Galaksi Andromeda berjarak 2,5 juta tahun cahaya dari galaksi Bimasakti.

Hipotesis Terbentuknya Galaksi


a. Hipotesis Fowler ( 1957 )
Menurut Fowler, 12000 juta tahun yang lalu galaksi kita tidaklah sepeti sekarang ini,
bentuknya berupa kabut gas hidrogen yang sangat besar yang bentuknya berada diluar
angkasa. Ia bergerak perlahan mengadakan rotasi sehingga keseluruhannya berbentuk bulat.
Karena gaya beratnya ia mengadakan kontraksi. Pada bagian yang berkisar lambat dan
mempunyai berat jenis yang besar terbentuklah bintang-bintang itupun semakin turun
temperaturnya setelah berpuluh-puluh ribu tahun. Ia mempunyai bentuk yang dikatakan tetap,
seperti halnya matahari, hipotesis itu diyakinkan oleh suatu observasi yang ditujukan pada
pusat galaksi, tempat dilahirkannya bintang baru, baik secara perlahan-lahan maupn secara
eksplosif.

b. Edwin Hubble (1929)

Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak
selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-
galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita
tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian
ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa
lampau yang dinamakan Dentuman Besar.

Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam
kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan
bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari
kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.

Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya dan galaksi.
Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan
hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan
meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari
Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan
kerapatan yang jauh lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai