Anda di halaman 1dari 12

 MODEL KULIT

Dimulai dari ide yang mirip dengan model kulit pada model atom dimana pada model
atom kulit-kulit menggambarkan tingkat energi (bilangan kuantum). Hal yang sama juga
dijumpai dalam persoalan inti atom. Eksperimen menunjukkan bahwa inti dengan jumlah
nukleon tertentu cenderung lebih stabil dibandingkan dengan inti lainnya.

Jumlah nukleon yang istimewa tersebut adalah 2, 8, 20, 28, 50, 82, dan 126 (magic
numbers), karena kestabilan berkaitan dengan keadaan energi, maka magic numbers ini juga
mestinya berkaitan dengan hal yang sama sebagaimana pada model kulit atom. Selain itu juga
diperoleh fakta eksperimen yang berkaitan dengan energi pisah neutron.

Bilangan-bilangan kuantum pada model atom diperoleh dengan penyelesaian


persamaan Schrȍdinger dituliskan sebagai berikut :

2
−h d 2 u l ( l+1 ) h
2m0 dr 2
+
[
2m 0 r 2 ]
+V ( r ) u=E u
...........................................(2-4)

Potensial sederhana yang biasa digunakan adalah sumur potensial tak hingga (infinite-
square well) dengan bentuk potensial

V=0 r<R

V=∞ r=R

Atau potensial osilator harmonik

.
1
V = mω2 r 2
2 ........................................................................................(2-5)

Dimana ω adalah frekuensi osilasi dari suatu partikel bermassa m.

Tingkatan energinya diberikan oleh :

( 32 ) ћω
E= v +
...................................................................................(2-6)

Potensial yang lebih realistis yang biasa digunakan adalah sumur potensial berhingga
(finite-square well)
V = -V0 r<R

V=0 r=R
Jika menggunakan infinite-square well diperoleh tingkat-tingkat energi seperti pada
gambar (1.1 a) dibawah ini. Sedangkan jika menggunakan potensial osilator harmonik,
didapatkan tingkat-tingkat energi seperti pada gambar (1.1 b) dibawah ini.

Gambar 1.1 Tingkat energi untuk (a) infinite-square well dan (b) osilator harmonik

Jika menggunakan finite-square well dengan memperhitungkan efek kopling spin-


orbit didapatkan hasil yang lebih mendekati seperti pada gambar (1.2) dibawah ini.

Gambar 1.2 Tingkat energi untuk finite-square well dengan memperhitungkan efek kopling
spin-orbit
Untuk memahami pengisian nukleon pada setiap tingkat energi perhatikan gambar
dibawah ini :

Gambar 1.3 Deretan Tingkat Energi Per Nukleon Model Kulit

Perlu diingat bahwa pada inti ada beberapa sifat lain seperti energi keadaan tereksitasi
dan momen magnet. Untuk menjelaskan hal tersebut memerlukan suatu model mikroskopik.
Ada suatu perubahan yang menyolok dalam sifat-sifat inti yaitu inti yang memiliki bilangan
ajaib (magic numbers), misalnya jumlah N atau Z yang sama denagn 2, 8, 20, 28, 50, 82, atau
126 dan menyarankan inti atom memiliki struktur kulit seperti atom.

Sifat inti tersebut adalah :

a) Inti-intinya stabil dan jumlahnya banyak sekali.


b) Nukleon-nukleon terakhir atau ajaib yang mengisi penuh “kulit-kulit”nya memiliki
energi ikat yang tinggi.
c) Energi keadaan-keadaan eksitasi pertama diketahui lebih besar daripada inti dalam
urutan didekatnya yang tidak memiliki bilangan ajaib.
Contoh

Inti yang mempunyai bilangan ajaib Z = 50, memiliki 10 buah isotop


stabil (Z sama, tetapi A berbeda), dibutuhkan energi sekitar 11 MeV untuk
membebaskan satu proton pada keadaan eksitasi pertama, sedangkan untuk
berbagai isotop genap-genap memerlukan energi sekitar 1,2 MeV diatas
keadaan dasar. Fluktuasi perilaku yang serupa juga teramati dalam atom-
atom, pada saat elektron-elektron mengisi penuh berbagai kulit atom.
Kemiripan perilaku ini memberi kean bahwa beberapa sifat ini mungkin
dapat diterangkan dengan model kulit inti.

 MASSA DAN ENERGI

Massa inti atom sangat kecil jika dinyatakan dengan satuan massa biasa, yaitu kurang dari
1021 gram. Oleh karena itu, harus dinyatakan dengan satuan yang berbeda. Satuan yang diakui
secara universal adalah didasarkan pada massa atom 12C yang berada dalam keadaan netral
dan tingkat energi dasar. Satuan yang dimaksud adalah sma (satuan massa atom) atau amu
(atomic mass unit).

 Catatan Fisika

1 sma = ½ massa atom 12C


1 kg atom (kg mol) 12C = 12 kg, sehingga
1 gram atom (1 gram mol) 12C = 1 mol = 12 x 10-3 kg
1 gram atom 12C = 6.022 x 1023 atom / molekul
1 sma = 1/12 x 12 x 10-3 kg/ 6.02252 x 1023
= 6 x 10-3 kg/ 6.02252 x 1023
= 1.66043 x 10-27 kg
1 sma = 1 u
1 u = (1/NA) gram = (1/1000NA) kg

Dari kesetaraan massa dan energi (E = mc2), maka 1 sma setara dengan energi sebesar
1,492232 x 10-10 Joule. Dalam sistem atom, energi pada umumnya dinyatakan dalam satuan
elektron volt (eV). Massa dari berbagai elemen atom diketahui lebih besar dari berat atom.
Satu elektron volt didefinisikan sebagai energi yang diperoleh satu elektron yang
bermuatan 1,6 x 10-19 Coulomb setelah menempuh beda potensial sebesar 1 volt atau 1 eV =
1,6021 x 10-19 Joule, 1 sma = 1,66043 x 10-27 kg = 1,492232 x 10-10 Joule = 9,3148 x 108 eV =
931,48 MeV.

Contoh

Isotop oksigen 16O terdiri dari 8 proton, 8 neutron, dan 8 elektron dengan
jumlah massanya sama dengan 16,132 smu, sedangkan berat atomnya sebesar
16
15,99491 smu. Sehingga isotop oksigen O lebih ringan 0,13709 amu dari
elemen penyusun.

 DEFEK MASSA (MASS DEFECT)

Defek massa adalah perbedaan antara total massa proton, neutron dan elektron secara
individu dengan massa atom. Defek massa juga merupakan pengurangan massa inti yang
disebabkan karena adanya perubahan massa inti menjadi energi ikat. Persamaan untuk defek
massa adalah :

Defek Massa = Z.mh + (A-Z) . mn – M

∆m = Z.mh + (A-Z) . mn – M
.............................................................(2-7)

Dimana :

Z = Nomor Atom A-Z = Nomor Neutron

mh = Massa Atom Hidrogen M = Massa Inti Atom

mn = Massa Neutron

 Catatan
Jika berat atom pada persamaan diatas diganti dengan massa inti, maka massa
atom hidrogen harus diganti massa proton. Persamaan menjadi :

Defek Massa = Z.mp + (A-Z) . mn – M


...........................................................(2-8)
 ENERGI IKAT

Energi ikat merupakan :

1. Energi yang dilepaskan jika penyusun inti bergabung membentuk inti.


2. Perbedaan antara massa inti sesungguhnya dengan massa nukleon pembentuknya.
3. Energi yang dibebaskan jika terjadi penyusunan nukleon-nukleon menjadi
nukleus.
4. Kerja yang diperlukan untuk memisahkan inti atom (nucleous) menjadi nukleon-
nukleon penyusunnya.

Energi dengan jumlah yang sama akan diperlukan untuk memecah inti atom menjadi
elemen penyusun, karena itu energi yang ekuivalen dengan defek massa digunakan sebagai
ukuran dengan energi ikat inti. Jika mh , mn , dan M dinyatakan dalam satuan massa atom
(sma), maka energi ikat inti dinyatakan dalam satuan MeV, dengan persamaan berikut :

Suatu atom yang massanya M(A, Z) dengan Z adalah jumlah proton dan N adalah
jumlah neutron dalam keadaan bebas memiliki energi diam (rest energy) sebesar

RE = -Z.mp.C2 + N.mn.C2 + Z.me.C2


..................................................(2-9)

Energi ikat nukleon A = Z + N dalam inti

B(A, Z) = Z.mp.C2 + N.mn.C2 – M (A, Z)C2


......................................(2-10)

Contoh

Massa atom 168O adalah 15,995 sma; hidrogen 1,0078 sma; dan neutron 1,0087 sma.
Tentukan :

a. Defek massa
b. Energi ikat inti oksigen
c. Energi ikat rata-rata per nukleon

Pembahasan

Diketahui : mi = M = 15,995 sma Z=8


mp = mh = 1,0078 sma A = 16

mn = 1,0087 sma

Ditanya :

a. Defek massa
b. Energi ikat inti oksigen
c. Energi ikat rata-rata per nukleon

Jawab :

a. Defek massa = Z.mh + (A-Z) . mn – M


= 8 (1,0078) + (16-8) (1,0087) – 15,995 sma
= 16,132 sma
b. E = m (931,5 MeV/sma)
= (0,137 sma) (931,5 MeV/sma)
= 127,62 MeV
E 127,62 MeV
c. En = = =7,97625 MeV
A 16 nukleon
 TINGKAT ENERGI INTI
Seperti elektron atom, inti atom juga berada di beberapa tingkat energi, dengan
perbedaan celah energi antara tingkat-tingkat inti lebih besar dibandingkan tingkat-tingkat
elektronik. Pada umumnya, energi pemisahan dan tingkat-tingkat inti berorde juta eV. Jika
(E2 – E1) sebesar 1 MeV atau 106 eV, maka panjang gelombang radiasi dari transisi tersebut
adalah 1,2 x 1012 cm. Panjang gelombang tersebut berhubungan dengan panjang gelombang
sinar X sangat pendek atau sinar gamma panjang. Dengan demikian sinar gamma
dipancarkan karena transisi inti dan tingkat energi lebih tinggi ke tingkat lebih rendah.
Ciri penting dari tingkat eksitasi : energi yang dipancarkan tidak benar-benar tajam,
spektrum energinya berupa pita bukan garis. Hal ini untuk memenuhi prinsip ketidakpastian
Heisenberg, yaitu ketidakpastian pengukuran waktu berhubungan dengan ketidakpastian
pengukuran energi. Jika keadaan inti tersebut tidak stabil dengan waktu hidup rata-rata τ,
maka energinya tidak memiliki nilai tertentu, hanya tingkat dasar yang memiliki τ akan
berenergi mutlak tepat.
Ketidakpastian energi ini diukur dengan level width Г dan hubungannya dengan τ
adalah
h ..............................................................(2-11)
Г. τ = =6,6 x 10−16 eV . s

Г didefinisikan sebagai berikut :


Jika E adalah energi di pusat pita (yaitu energi dengan probabilitas paling besar),
maka energi sebesar E ± ½ Г akan terjadi ½ kali energi E.
Agar dapat memahami aturan pengisian nukleon untuk setiap tingkat energi dan
tingkat kulit, harus memperhatikan hal yang berkaitan dengan momentum sudut intrinsik,
yaitu keadaan-keadaan momentum sudut orbital nukleon ditunjukkan leh nilai momentum
sudut orbital (l) adalah 0, 1, 2, 3........ dan lambang huruf s p d f g h... dan bilangan n adalah
suatu bilangan bulat yang mengambil nilai-nilai 1, 2, 3, 4....
Pada notasi spektroskopik, berbagai tingkat energi yang diprediksi dari potensial
osilator harmonik dengan jumlah nukleon maksimum pada tiap-tiap energi sesuai dengan
asas larangan pauli yaitu tidak ada nukleon yang memiliki himpunan bilangan kuantum yang
sama seperti (n, l, j). Jumlah nukleon maksimum yang terkandung dalam sebuah orbit adalah
2j + 1 buah).
Menurut Maria Goeppert-Mayer dan Hans Jensen, secara terpisah mengusulkan
kehadiran interaksi spin-orbit ( l • s ) disamping potensial osilator harmonik. Karena nukleon-
nukleon memiliki nilai s = ½ untuk bilangan kuantum spinnya, maka efek spin-orbit akan
menyebabkan tiap-tiap keadaan momentum sudut orbital dengan 1 > 0 pecah dalam dua orbit,
maka bilangan kuantum momentum sudut totalnya j = 1 + s atau j = 1 – s. Tampak bahwa
pemisahan energi antara kedua orbit sebanding lurus dengan 2l + 1, maka dengan demikian
menjadi semakin lebar begitu l bertambah. Orbit-orbit pecahan yang baru ini diberi nama
dengan menambahkan pnulisan nilai j sebagai indeks bawah susun pada lambang keadaan
momentum sudut.
Perlu diketahui dalam atom, pemisahan spin-orbit merupakan efek kecil yang
menimbulkan struktur halus, tetapi dalam inti, interaksi spin-orbitnya agak kuat sehingga
menimbulkan pemisahan energi yang berorde sama dengan pemisahan tingkat-tingkat energi
osilator harmonik. Perbedaan lain antara pemisahan l • s dalam inti energi orbit j = l + ½ lebih
rendah daripada milik orbit j = l – ½ yang merupakan kebalikan dari yang dijumpai dalam
atom. Pernyataan yang timbul sekarang adalah tidak mungkin untuk meramalkan apakah
spin-orbit akan atau tidak akan “melewati” tingkat-tingkat energi osilator harmonik dan
ternyata pengukuran akhir orbit-orbit ini ternyata masih ditentukan dari data-data eksperimen.
Penutupan kulit-kulit (shell closing) sangat berhubungan dengan bilangan-bilangan ajaib.
Pada orbit yang sama proton-proton dan (netron-netron) dalam orbit yang sama
cenderung berpasangan membentuk keadaan-keadaan yang momentum sudutnya nol.
Eksperimental, momen magnetik proton :

μ p=2,79 μ N
.......................................................................................(2-12)

μ p=5,58 μ N S
.......................................................................................(2-13)
s=½
untuk neutron

μ N =−1,91 μ p .......................................................................................(2-14)

μ N =−3,82 μ p S
.......................................................................................(2-15)
s=½
jika , μ2=(5,58 s z +l z ) μ N

¿ ⃗j 2≥ћ2 j( j+1) ................................................................................(2-16)

¿ l⃗ 2≥ћ2 l(l+1)
................................................................................(2-17)

¿ ⃗s2≥ћ2 s(s+1) ................................................................................(2-18)

Maka,

1
¿ ⃗s . ⃗j≥ < ⃗j 2>+ ¿ ⃗s 2>−¿ ⃗l2 >¿
2

1
¿ ⃗s . ⃗j≥ (ћ2 j ( j+ 1 )+ ћ2 s ( s+1 )−ћ2 l ( l+ 1 ))
2
2
ћ
¿ ⃗s . ⃗j≥ ( j ( j+1 ) +s ( s+ 1 )−l (l+1 ) )
2 ................................(2-19)

1
¿ l⃗ . ⃗j≥ < ⃗j 2>+¿ l⃗ 2 >−¿ ⃗s2 >¿
2

1
¿ l⃗ . ⃗j≥ (ћ 2 j ( j +1 ) +ћ 2 l (l+1 ) −ћ2 s ( s+1 ) )
2

ћ2 (
¿ l⃗ . ⃗j≥ ( j j+ 1 )+ l ( l+1 )−s ( s+1 ) ) ................................(2-20)
2

1
¿ l⃗ . ⃗s ≥ < ⃗j 2 >−¿ l⃗ 2 >−¿ ⃗s2 >¿
2

1
¿ l⃗ . ⃗s ≥ (ћ2 j ( j+1 )−ћ2 l ( l+ 1 )−ћ2 s ( s+1 ))
2

ћ2 (
¿ l⃗ . ⃗s ≥ ( j j+1 ) −l ( l+1 )−s ( s+1 ) )
2 ................................(2-21)

Sehingga,
ћ2
5,58 [ j ( j +1 ) + s ( s +1 )−l ( l+1 ) + ( j ( j+1 )+ l ( l+1 )−s ( s+1 ) ) ]
2 2
μ= ¿¿
5,58 [ j ( j +1 ) + s ( s +1 )−l ( l+1 ) + ( j ( j+1 )+ l ( l+1 )−s ( s+1 ) ) ]
μ2=
2 j( j+ 1)

2
5,58 [ j ( j +1 ) + j ( j+1 ) + s ( s +1 )−s ( s+1 )−l ( l+1 )+ ( l ( l +1 ) ) ]
μ=
2 j( j+ 1)
5,58 [ 2 j( j+1) ]
μ2 = =5,58 .......................................................................................(2-
2 j( j +1)
22)
 ENERGI PEMISAHAN
Energi pemisahan dapat didefinisikan sebagai :
1. Kerja yang diperlukan untuk memisahkan proton, neutron, deutron atau zarah alfa
dari inti atom
2. Energi yang dibebaskan pada saat proton, neutron, deutron atau zarah alfa
ditangkap inti

Untuk sebuah neutron, tenaga pemisahnya adalah

Sn={M ( A−1 , Z ) + M n−M ( A , Z ) }C 2


...................................................(2-23)
 PEMANFAATAN TEKNOLOGI PEMISAHAN INTI

Salah satu pemanfaatan teknik nuklir adalah didalam bidang kedokteran yaitu untuk
memeriksa kandungan unsur-unsur kelumit didalam tubuh dengan teknik analisa pengaktifan
neutron (APN). Unsur kelumit biasanya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil sehingga
sulit untuk di identifikasi dengan cara pemisahan kimia biasa. Teknik APN mampu
mengidentifikasi unsur kelumit dengan orde bagian per juta (part per million, ppb) .
disamping itu, teknik APN tidak terpengaruh oleh sifat kimia dan tidak merusak terhadap
bahan yang dianalisa. Dengan teknik APN dapat diperoleh informasi yang akurat mengenai
distribusi unsur-unsur yang kadarnya kecil dalam berbagai organ.

Prinsip dasar APN adalah bila suatu bahan yang terdiri dari beberapa unsur ditembak
dengan neutron (cepat) maka akan terjadi reaksi inti pada unsur-unsur yang terdapat dalam
bahan tersebut. Akibat terjadinya reaksi inti, maka unsur-unsur akan menjadi radioaktif yang
ditandai dengan adanya pancaran radiasi dari unsur-unsur yang telah menjadi radioaktif
tersebut.

Inti atom dari unsur-unsur yang ditembak dengan neutron cepat akan mengalami eksitasi
atau inti terganggu sehingga menjadi radioaktif dan untuk kembali ke keadaan dasarnya, inti
akan mengalami peluruhan dan memancarkan radiasi. Radiasi yang dipancarkan dari inti
yang tereksitasi dapat berupa pancaran radiasi Alpha, Beta dan Gamma.
Dalam perkembangannya, dunia atomik semakin dikembangkan, sehingga muncul ide
pemisahan kedua partikel penyusun inti atom. Terpisahnya proton dengan neutron oleh
sebuah tembakan partikel menyebabkan terjadinya pelepasan energi ikat. Untuk memisahkan
proton dengan neutron diperlukan energi yang setara dengan energi ikat inti tersebut.
Contohnya deutron. Dengan menembakkan foton sinar gamma yang berenergi minimum 2,2
MeV mampu memisahkan proton dan neutron dalam inti deutron. Dimana energi ikat inti
deutron sekitar 2,2 MeV.

Reaktor nuklir juga menggunakan prinsip yang sama, yakni memecah inti berat suatu
atom menjadi beberapa bagian inti yang lebih kecil. Hal ini akan menimbulkan terlepasnya
sejumlah energi yang cukup besar. Sehingga prinsip bom atom yang menggunakan uranium
yaitu memisahkan proton dan neutron pada seluruh inti sehingga menghasilkan energi yang
sangat besar dan mampu menghancurkan satu kota dalam beberapa saat saja.

Anda mungkin juga menyukai