Anda di halaman 1dari 77

SPO

SPO
PENJADWALAN
PENJADWALAN OPERASI TIDAKOPERASI
BERENCANA (CYTO)
TIDAK BERENCANA (CYTO)
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.01 1/11/1
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.01 0
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Proses pengaturan jadwal dan tim operasi dalam keadaan
darurat yang harus segera dilakukan tindakan pembedahan.

Menyusun jadwal operasi yang efesien dan menyediakan


Tujuan fasilitas operasi yang sesuai dengan kebutuhan.

Kebijakan Setiap pasien yang terdapat kedaruratan medis / mengancam


jiwa sebagai operasi cyto dan diprioritaskan mendapat
pertolongan pembedahan lebih dahulu dari pada operasi
elektif.
Prosedur 1. Perawat ruangan mengurus administrasi pasien.
2. Perawat ruangan memberitahukan diagnosa an tindakan
operasi yang akan dilakukan kepada perawat ke kamar
bedah.
3. Perawat kamar bedah menghubungi dokter anestesi
penanggung jawab pada hari itu.
4. Perawat kamar bedah menyiapkan alat / ruangan.
5. Perawat ruangan mengantar pasien ke kamar bedah ½
jam sebelum operasi.
Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah
2. Unit Rawat Inap.
3. Unit Rawat Jalan.
4. Unit Gawat Darurat.
5. ICU.
Dokumen terkait SK Direktur Utama RSUD Kota Bekasi tentang Kebijakan
Umum No.
Referensi 1. Pedoman Pelayanan Perawat Kamar
Bedah Depkes tahun 1993.
2. Pedoman Pelayanan Kamar Bedah
RSUD Kota Bekasi.
SPO
SPO
PERUBAHAN
PERUBAHAN JADWAL JADWAL OPERASI
OPERASI DI KAMAR BEDAH
DI KAMAR BEDAH
No.Dokumen
10.05.01.02 No. Revisi Halaman
1/2
RSUD KOTA BEKASI
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.02 0 1/1
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Suatu kejadian berubahnya operasi dari jadwal yang telah
ditentukan baik operasi elektif maupun adanya operasi cito.

Tujuan 1. Perubahan jadwal operasi dapat diinformasikan dengan


jelas kepada pasien dan tim bedah.
2. Perubahan jadwal operasi tidak mengganggu jadwal
operasi yang lain.

Kebijakan Setiap perubahan jadwal operasi dari jadwal yang sudah


ditentukan harus diinformasikan kepada seluruh tim bedah.

Prosedur A. OPERASI ELEKTIF

1. Dokter bedah / dokter Anestesi minimal 1-2 jam


sebelum jadwal yang ditentukan sudah memberitahu
perawat kamar bedah atau ruang perawatan.
2. Perawat kamar bedah menanyakan sebab perubahan
jadawal operasi dan menanyakan waktu penjadwalan
operasi yang akan dilakukan kembali.
3. Perawat kamar bedah memberitahu jadwal operasi
yang tertulis pada papan jadwal operasi.
4. Perawat kamar bedah memberitahu tim bedah
(perawat kamar bedah yang akan membantu, dokter
bedah / dokter anestesi) akan perubahan jadwal
operasi dan waktu penentuan jadwal operasi yang
terbaru.
5. Perawat bedah memberitahu ruang rawat untuk
disampaikan kepada pasien tentang perubahan
jadwal operasi.
SPO
PERUBAHAN JADWAL OPERASI
DI KAMAR BEDAH
RSUD KOTA BEKASI No.Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.02 0 2/2
Kota Bekasi
B. OPERASI CITO
1. Dokter bedah memberitahu adanya operasi cito
kepada perawat kamar bedah.
2. Perawat kamar bedah memberitahu dokter bedah
dan dokter anestesi tentang perubahan jadwal
operasi yang telah direncanakan (elektif).
3. Penentuan jadwal operasi elektif yang tertunda
dilakukan kembali.
4. Perawat kamar bedah memberitahu ruang rawat
dan sebab penundaan jadwal operasi untuk
disampaikan kepada pasien / keluarga.

Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.


2. Rawat Inap.
3. ICU.
Referensi Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD Kota Bekasi.
2. Melaporkan keadaan darurat kepada kepala kamar bedah
/ penanggung jawab.
3. Memberitahu semua tim operasi tentang keadaan
kedaruratan.
4. Menyiapkan ruangan, instrument, alat kesehatan dan
obat-obatan yang dibutuhkan.
5. Memanggil bantuan tenaga (perawat dan dokter) bila
diperlukan.
6. Melaksanakan pembedahan kedaruratan sesuai
kebutuhan.
7. Menerima informasi dari UGD bahwa keadaan darurat
telah selesai.
8. Kepala kamar bedah atau penanggung jawab
menanyakan keadaan darurat selesai.
Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.
2. Unit Gawat Darurat.
3. Unit Farmasi.
4. IPSRS.
5. Unit Laundry.
Referensi Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD Kota Bekasi.
SPO
PENYEDIAAN KEBUTUHAN PEMBEDAHAN
DALAM KEADAAN DARURAT
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.04 0 1/1
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Suatu cara dalam menyiapkan seluruh kebutuhan untuk
pelayanan pembedahan dalam keadaan darurat.

Tujuan Seluruh kebutuhan pelayanan pembedahan (peralatan dan


sarana) dalam keadaan darurat dapat terpenuhi sesuai
kebutuhan.

Kebijakan Setiap keadaan darurat kebutuhan pembedahan (peralatan


dan sarana) dapat terpenuhi.

Prosedur 1. Siapkan dan sterilkan alat-alat pembedahan.


2. Siapkan kamar operasi, obat-obatan dan alat kesehatan.
3. Siapkan gas anestai.
4. Meminta alat-alat tambahan sesuai kebutuhan dalam
pembedahan keadaan darurat.
5. Koordinasi ke bagian logistik, farmasi dan sarana
tentang kemampuan dan kebutuhan yang diperlukan
pada pembedahan keadan darurat.
6. Koordinasi dengan UGD untuk kemampuan penyediaan
kebutuhan pembedahan keadaaan darurat.
Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.
2. Unit Gawat Darurat.
3. Unit Farmasi.
4. Unit Sarana.
Referensi Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD Kota Bekasi.
SPO
PENERIMAAN PASIEN DI KAMAR OPERASI
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.05 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Penerimaan pasien di kamar operasi adalah kegiatan untuk
persiapan pasien sebelum dilakukan tindakan pembedahan /
operasi.

Tujuan Sebagai acuan untuk menghindari terjadi kesalahan


prosedur pelayanan dan keperawatan.

Kebijakan Setiap penerimaan pasien dikamar bedah harus sesuai


dengan check list persiapan operasi.

\ 1. Perawat kamar operasi menerima pasien diruang


penerima.
2. Dilakukan searah terima antara perawat kamar operasi
dan perawat Ruangan / poliklinik/ Unit Gawat Darurat
(UGD) / ICU.
3. Perawat kamar operasi bersama dengan perawat ruangan
/ ICU/ UGD/ Poliklinik memeriksa secara bersama-
sama kelengkapan check list persiapan pasien yang akan
dioperasi diantaranya :
- Perawatan fisik.
- Perawatan mental.
- Persiapan Administrasi.
4. Memindahkan pasien ke brankard dan memindahkan
keruang premedikasi.
5. Memindahkan pasien ke kamar tindakan.
6. Memindahkan pasien kemeja operasi.

Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.


2. Unit Rawat Inap.
3. Unit Rawat Jalan.
4. Unit Gawat Darurat.
5. ICU.

SPO
PENERIMAAN PASIEN DI KAMAR OPERASI
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.05 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Referensi 1. Pedoman Pelayanan Perawat Kamar Operasi Depkes
Tahun 1993.
2. Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD Kota Bekasi.
SPO
PENYULUHAN KEPADA PASIEN YANG
AKAN DIOPERASI
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.06 0 1/1
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Memberikan informasi kepada pasien mengenai tindakan
operasi yang akan dilakukan, tindakan pembiusan serta
pengaruhnya setelah tindakan tersebut dilakukan.
Tujuan Sebagai Acuan dalam memberikan penyuluhan kepada
pasien yang akan di operasi, untuk menghilangkan efek
emosional dan memberikan rasa aman kepada pasien
sehingga tidak takut dalam menghadapi tindakan tersebut.

Kebijakan Dokter operator / dokter anestesi / perawat kamar operasi


memberikan penyuluhan kepada pasien sebelum dilakukan
tindakan pembedahan.

Prosedur 1. Petugas kamar operasi memperkenalkan diri kepada


pasien.
2. Memberi penyuluhan / motivasi kepada pasien agar
pasien merasa aman dan tidak merasa takut.
3. Memberi informasi mengenai tindakan yang akan
dilakukan sebelum dan sesudah operasi.
4. Memberi penjelasan mengenai jenis anestesi yang akan
diberikan dan pengaruhnya.
5. Menerangkan kepada pasien bahwa setelah operasi
selesai pasien akan berada diruang pulih (recovery
room).

Unit terkait Instalasi Kamar Bedah.

Referensi 1. Pedoman Pelayanan Perawat Kamar Operasi Depkes


Tahun 1993.
2. Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD Kota
Bekasi.

SPO
PERSIAPAN PASIEN SEBELUM OPERASI
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.07 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Operasi atau pembedahan yaitu suatu tindakan dengan
melakukan sayatan pada tubuh pasien sesuai lokasi penyakit
atau yang dikeluhkan pasien.
Tujuan 1. Karena operasi suatu tindakan yang dilakukan
dengan sayatan, maka prinsip kerja antiseptic adalah suatu
keharusan, karena pada tempat sayatan sangat besar
kemungkinan terjadi infeksi.
2. untuk mencegah infeksi silang antara petugas
dan pasien.
Kebijakan Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD Pemerintah Kota
Bekasi.
Prosedur 1. Pasien masuk rumah sakit sedekat mungkin dengan
waktu pembedahan + jam sebelum operasi.
2. Persiapan masa yang cukup + 7 jam dan pemberian
lavemen (Clysma) 4-5 jam sebelum operasi kecuali pada
pasien akut dan harus segera dilakukan operasi,
pencukuran cukup daerah pubis dan sekitarnya tergantung
macam operasinya.
3. Persiapan kulit pada daerah yang akan dilakukan operasi,
misalnya : 1 – 2 jam sebelum operasi di kompres dengan
alkohol 70% tergantung masing-masing.
4. Pakai baju bedah ( operasi ) yang bersih.
5. Gigi palsu, perhiasan dilepas, kosmetik (pasien wanita)
dihapus

Unit terkait 1. Unit Rawat Inap


2. Unit ICU
3. Unit IGD
Referensi 1. Pedoman Pelayanan Perawat Kamar Operasi
Depkes Tahun 1993.
2. Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD Kota
Bekasi.

SPO
PERAWATAN SELAMAPEMBEDAHAN
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.08 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Perawatan selama pembedahan adalah perawatan yang
dilakukan dimulai seak pasien berada diatas meja operasi
sampai pasien dipindahkan ke ruang pulih.
Tujuan Melakukan tindakan operasi sesuai dengan penyakit pasien
Kebijakan Perawatan selama pembedahan dilakukan oleh perawat
kamar bedah yang bertugas saat itu.
Prosedur 1. Memberikan dukungan mental
2. Menjelaskan tentang fasilitas yang ada disekitar meja
operasi.
3. Mengenalkan pasien kepada ahli anestesi, dokter ahli
bedah, dokter asisten dan perawat
4. Memberikan penjekasan tentang tahap-tahap pembiusan
5. Memasang sabuk pengaman.
6. Memasang alat-alat pemantauan hemodinamik antara lain
infuse, kateter, alat monitoring : EKG, Oximeter dan
tensimeter.
7. Membantu pelaksanaan pembiusan.
8. Mengatur posisi pasien sesuai jenis operasi.
9. Menyiapkan bahan / alat untuk antisepsis daerah
pembedahan.
10. Memasang duk stril (drapping).
11. Membantu pelaksanaan tindakan pembedahan.
12. Memeriksa kelengkapan instrument dan alat.
13. Mehitung kassa yang dipakai dan sisa kassa yang belum
dipakai.
14. Jika jumlah perhitungan kassa sudah selesai luka dapat
ditutup.
15. Mengumpulkan bahan pemeriksaan (buat label/striker.
16. Membersihkan luka dengan larutan NaCl 0.9% lalu
ditutup dengan sofratul kemudian ditutup kembali dengan
kasa steril dan plester.
17. Menyambung pipa drain (kalau ada).
18. Mengatur posisi pasien.
SPO
PERAWATAN SELAMAPEMBEDAHAN
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.08 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Unit terkait Instalasi kamar bedah.

Referensi 1. Pedoman pelayanan perawat kamar operasi


depkes tahun 1993.
2. Pedoman pelayanan kamar bedah rsud kota
bekasi.
SPO
PENYERAHAN PASIEN PASCA BEDAH
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.09 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Proses kegiatan pasien yang telah dilakukan pembedahan
dari RR ke ruang perawatan.

Tujuan Sebagai prosedur dalam tata laksana pengembalian pasien


pasca operasi.

Kebijakan Setiap pasien pasca bedah diserah terimakan ke perawatan


ruangan atau perawat ICU.
Prosedur 1. Dokter anestesi menginstruksikan kepada perawat
anestesi, pasien boleh dipindahkan keruang perawatan /
ruang ICU.
2. perawat kamar bedah menghubungi ruang perawatan
agar pasien dijemput dari kamar bedah.
3. Perawat kamar bedah sera terima pasien dan status
kepada perawat ruangan / ICU dengan check list pasca
bedah.
4. Memindahkan pasien dari brankar kamar bedah ke
brank ruangan secara bersama-sama.
5. Pasien kembali ke ruang perawatan / ICU.
Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.
2. Unit Perawatan.
3. Unit ICU
Dokumen terkait SK Direktur Utama RSUD Kota Bekasi tentang Kebijakan
Umum No.

Referensi 1. Pedoman Pelayanan Perawat Kamar Operasi Depkes


Tahun 1993.
2. Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD Kota Bekasi.

SPO
PENGIRIMAN BAHAN PATOLOGI

No.Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD KOTA BEKASI
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.10 0 1/2
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Suatu cara pengiriman pemeriksaan jaringan / specimen
hasil operasi.

Tujuan Untuk membantu menegakan diagnosa dan terapi.

Kebijakan Setiap jaringan / specimen yang memerlukan pemeriksaan


patologi anantomi dilkakukan sesuai prosedur.

Prosedur 1. Masukan jaringan ke tempat yang telah diisi formalin 3


% sampai jaringan terendam.
2. Tuliskan nam pasien, dokter pengirim, ruangan serta
keterangan dari jaringan atau spesimen.
3. Dokter operator mengisi formulir pemeriksaan dengan
lengkap serta tanda tangani.
4. Tuliskan dibuku expedisi antara lain : nama, tanggal,
ruangan, nama operator dan jumlah jaringan / spesimen.
5. Petugas perawat ruangan/ keluarga pasien (pasien
dengan rawat jalan) mengambil jaringan dan membuat
tanda terima di buku expedisi lalu dikirim ke
Laboratorium Patoloh\gi Anatomie.
Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.
2. Unit Poliklinik.
3. Unit Perawatan.
4. Unit Patologi Anatomi.

Referensi 1. Pedoman Pelayanan Perawat Kamar Operasi Depkes


Tahun 1993.
2. Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD Kota Bekasi.

SPO
MEKANISME PENANGANANSPO
KECELEKAAN / KEGAGALAN DI
KAMAR BEDAH
MEKANISME PENANGANAN
KECELEKAAN / KEGAGALAN
RSUD KOTA BEKASI
DI KAMAR BEDAH
Jl. Pramuka No.55 No.Dokumen No. Revisi Halaman
Kota Bekasi 10.05.01.11 0 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:


Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Kesalahan / kelalaian pada saat dilakukan tindakan operasi
sehingga menimbulkan kerugian pada pasien.

Tujuan Supaya dilakukan tindakan pengendalian / pengamanan dan


pengobatan atas kejadian, kecelakaan di kamar operasi.

Kebijakan Setiap kecelakaan / kegagalan harus dicatat di dalam buku


kecelakaan / kegagalan dan segera dilaporkan dalam waktu
1 X 24 jam kepada kepala kamar bedah.

Prosedur 1. Apabila terjadi kegagalan / kecelakaan saat dilakukan


tindakan di kamar bedah, dokter / perawat kamar bedah
harus mencatat di formulir catatan kecelakaan /
kegagalan operasi dan segera melaporkan kepada
penanggung jawab (PJ) kamar bedah dalam waktu 1 X
24 jam.
2. Penanggung jawab kamar bedah melaporkan kejadian
tersebut kepada kepala kamar bedah, selanjutnya kepala
kamar bedah melaporkan kejadian tersebut kepada
Kabid. Komite Medik.
3. Ka. Bid Penunjang Medik memeberitahukan hal tersebut
kepada direktur medik.
4. Direktur Medik bersama-sama dengan kepala SMF
Bedah dan dokter bedah yang bersangkutan, Sub Komite
Medik, Sub Komite Etik, Kabid. Perawatan megadakan
pertemuan untuk membahas hal tersebut dan
memutuskan langkah-langkah sebagai tindak lanjutnya.
Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.
2. Komite Medik.
3. SMF Bedah yang bersangkutan.

SPO
MEKANISME PENANGANAN KECELEKAAN
/ KEGAGALAN
RSUD KOTA BEKASI DI KAMAR BEDAH
Jl. Pramuka No.55 No.Dokumen No. Revisi Halaman
Kota Bekasi 10.05.01.11 0 2/2

Dokumen terkait SK Direktur Utama RSUD Kota Bekasi tentang Kebijakan


Umum No.

Referensi 1. Pedoman Pelayanan Perawat Kamar Operasi


Depkes Tahun1993.
2. Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD Kota
Bekasi.
SPO
PENCATATAN, PENGHITUNGAN KASSA
DAN INSTRUMENT SEBELUM
RSUD KOTA BEKASI
OPERASI DAN SEBELUM
Jl. Pramuka No.55 PENUTUPAN PERITONIUM
Kota Bekasi No.Dokumen No. Revisi Halaman
10.05.01.12 0 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:


Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Perhitungan kassa dan instrument untuk operasi yang
dilakuan oleh perawat intstrument dan disaksikan oleh
perawat sirkuler sebelum dan sesudah operasi.
Tujuan Mencegah tertinggalnya alat / kassa di dalam tubuh pasien
dan terjadinya ketidaksesuaian jumlah kassa dan instrument.
Kebijakan Kassa dan instrument harus dihitung sebelum operasi
dimulai dan sebelum penutupan peritonium.
Prosedur 1. Perawat instrument disaksikan oleh perawat sirkuler
penghitung jumlah kassa dan instrument sebelum
dilakukan operasi, kemudian dicatat pada formulir kassa
dan instrument.
2. Perawat instrument dibantu oleh perawat sirkuler
menghitung jumlah kassa dan instrument yang belum
dipakai dan yang telah dipakai.
3. Lakukan penghitungan kassa sebelum peritonium
ditutup.
4. Jika terdapat selisih antara jumlah kassa dan instrument
yang disediakan dengan jumlah sisa kassa dan
instrument yang dipakai harus segera lapor kepada
dokter operator / ahli bedah dan segera melakukan
pencarian bersama hingga jumlah sesuai.
5. Perawat instrument dibantu oleh perawat sirkuler
menghitung ulang jumlah kassa dan instrument.
6. Jika jumlah perhitungan kassa dan instrument sesuai
dengan jumlah kassa dan instrument sebelum dilakkan
operasi maka luka operasi dapat ditutup.
7. Penghitungan jumlah kassa dan instrument dicatat
dalam formulir.

SPO
PENCATATAN, PENGHITUNGAN KASSA
DAN INSTRUMENT SEBELUM OPERASI
RSUD KOTA BEKASI DAN SEBELUM PENUTUPAN
Jl. Pramuka No.55 PERITONIUM
Kota Bekasi
No.Dokumen No. Revisi Halaman
10.05.01.12 0 2/2

Unit terkait Unit Kamar Bedah.

Referensi 1. Pedoman Pelayanan Perawat Kamar Operasi


Depkes Tahun 1993.
2. Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD Kota Bekasi.
SPO
PERLINDUNGAN PETUGAS KAMAR BEDAH
TERHADAP PENULARAN HIV AIDS
RSUD KOTA BEKASI
DAN HEPATITIS B/C
Jl. Pramuka No.55 No.Dokumen No. Revisi Halaman
Kota Bekasi 10.05.01.13 0 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:


Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian HIV / AIDS atau Hepatitis B/C merupakan penyakit yang
mudah menular melulaui darah dan cairan tubuh, dan dapat
menular akibat tertusuk jarum atau benda tajam dari
peralatan operasi, maka perlu penangan yang khusus dan
meningkatakan kewaspadaan secara menyeluruh.

Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pembedahan pada pasien


yang menderita HIV / AIDS atau Hepatitis B/C untuk
mencegah terjadinya kontaminasi.

Kebijakan Setiap tindakan pembedahan pada pasien dengan HIV


/AIDS dan Hepatitis B/C dilaksanakan dengan prinsip
kewaspadaan umum (Universal Precaution).

Prosedur 1. Petugas kamar bedah yang turut dalam pembedahan


memakai baju khusus operasi, topi, masker, pelindung
muka dan sarung tangan yang tebal atau lapis dua.
2. Bila memungkinkan sediakan alat-alat sekali pakai.
3. Sediakan tempat perantara untuk memberi instrument
tajam (pisau operasi) kepada operator, untuk mencegah
terjadinya luka.
4. Hati-hati dan hindari luka tusuk oleh benda tajam.
5. Cairan tubuh penderita yang melekat harus segera
dibersihkan.
6. Menggunakan pincet atau klem untuk memgang alat-
alat tajam.
7. Memasang jarum jahit ke needle holder harus
menggunakan pincet otomatis.
8. Memasang dan melepas mata pisau di scaple handle
dengan menggunakan klem.

SPO
PERLINDUNGAN PETUGAS KAMAR BEDAH
TERHADAP PENULARAN HIV AIDS DAN
RSUD KOTA BEKASI HEPATITIS B/C
Jl. Pramuka No.55 No.Dokumen No. Revisi Halaman
Kota Bekasi 10.05.01.13 0 2/2

9. Sediakan kantong plastik warna kuning untuk tempat


kassa yang tercemar cairan tubuh pasien.
10. Sediakan Waskom stainless dan beri larutan chlorine
untuk menampung benda tajam sehabis pakai.
11. Semua peralatan, alat tenun dan instrument yang habis
pakai segera direndam dengan larutan chlorine 0,5 %
selama 10 menit, selanjutnya dicuci dan dibilas dengan
air bersih.
12. Perawat yang mencuci instrument dan anestesi harus
memakai sarung tangan, celemek plastik dan pelindung
mata.
13. Kamar operasi segera dibersihkan dengan larutan
resigard, petugas yang melakukan harus memakai sarung
tangan dan pelindung mata.

Unit terkait Instalasi Kamar Bedah.

Referensi 1. Pedoman Pelayanan Perawat Kamar Operasi


Depkes Tahun 1993.
2. Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSUD
Kota Bekasi.
SPO
EVALUASI PERSIAPAN PASIEN
PRA ANESTESIA
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.14 0 1/1
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
lainnya sebelum pasien dilakukan tindakan anestesi.

Tujuan 1. Menilai kelayakan pasien yang akan dilakukan tindakan


anestesi.
2. merencanakan jenis anesthesia yang akan dilakukan.

Kebijakan Dokter anestesi melakukan evaluasi persiapan pada setiap


pasien yang akan dilakukan tindakan anestesi minimal 60
menit sebelum dilakukan tindakan anestesi.
Prosedur 1. Lakukan pemeriksaan fisik, menilai keadaan umum,
tanda vital, berat badan paien.
2. Melakukan anamnesa / alloanamnesa riwayat penyakit
pasien yang pernah diderita, riwayat pembiusan, alergi
obat dan lain-lain.
3. Menilai hasil pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium, radiology, konsultasi yang pernah
dilakukan USG, EKG, obat yang pernah dan sedang
diberikan dan lain-lain.
4. menetapkan layak atau tidaknya pasien untuk dilakukan
anestesi.
5. Jika pasien belum layak dilakukan tindakan anestesi
berikan penjelasan kepada dokter operator, pasien dan
keluarga pasien jika diperlukan dapat memberi saran
untuk konsul ke dokter terkait atau dilakukannya
pemeriksaan tambahan.
Unit terkait Instalasi Kamar Bedah.
Referensi 1. Clinical Anesthesiologi Morgan 2002.
2. Regional Anesthesi Moore.
3. Pedoman YanMed Anesthesiologi dan
Reanimasi di rumah Sakit Depkes, Dirjen YanMed,tahun
1998.

SPO
PREMIDIKASI
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.15 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Pemberian obat-oabatan sebelum dilakukan induksi
anestesi.

Tujuan Memberi ketenangan dan menurunkan ketegangan pada


pasien sebelum operasi dilakukan.

Kebijakan Dokter anestesi melakukan premedikasi dan dapat dibantu


oleh perawat anestesi.

Prosedur 1. Memberitahu pasien sebelum premedikasi diberikan


2. Pemberian intra vena diberikan 5-15 menit sebelum
induksi dan pemberian intra muscular 30 – 45 menit
sebelum induksi.
3. Pemberian dapat dikombinasi 2 atau 3 macam jenis obat
(seperti : Morfin +DBP + Sulfas Atropin) sesuai
keperluan.
4. Tetap lakukan monitor tanda vital dan tingkat kesadaran
setelah pemberian premedikasi.
5. Untuk neonatus dan bayi lihat prosedur tetap anestesi
pada bayi.

Jenis Obat Dosis (mg/Kg BB) Max Dosis (mg)

Dormicum 0,1 – 0,2 10


DBP 0,1 – 0,2 5
Pethidin 1 50
Valium 0,1 – 0,2 10
Sulfas Atropin 0,0,1 – 0,02 0,5
Fenthamyl 0,001 – 0,002 0,05

SPO
PREMIDIKASI
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.15 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Unit terkait Unit Kamar Bedah.

Referensi
1. Clinical Anesthesiologi Morgan 2002.
2. Regional Anesthesi Moore.
3. Pedoman YanMed Anesthesiologi dan Reanimasi di
rumah Sakit Depkes, Dirjen YanMed,tahun 1998.
SPO
ANESTESI UMUM PADA PASIEN DEWASA
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.16 0 1/3
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP

Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS


NIP : 140 119 174
Pengertian Anestesi umum adalah pemberian obat-obatan anestesi
untuk mencapai trias anestesi yaitu: hipnotik, analgesia dan
relaksasi.

Tujuan Membuat keadaan pasien tetap berada pada pengatuh obat-


obat anestesi secara penuh selama pembedahan dilakukan
dengan menurunkan tingkat kesadaran dan memiliki efek
analgesik.
Kebijakan Setiap pembedahan dengan anestesi umum dilakukan oleh
dokter anestesi.

Prosedur 1. Memberi tahu pasien tentang anestesi yang akan


dilakukan dan tahap-tahap pembiusan.
2. Tentukan jenis anestesi umum yang akan dilakukan :
a. Anestesi Umum Intervena
(Pembedahan lamanya ± 20 – 30 menit).
b. Anestesi Umum Sungkup Intervena
(Pembedahan lamanya ± 30 – 60 menit).
c. Anestesi Umum Intubasi
( Pembedahan yang memakan waktu lama dan atau
lokasi pembedahan pada daerah kepala atau leher
serta posisi pasien terlengkup / prone saat
pembedahan).
d. Anestesi Umum Laryngeal Mask
(Sebagai anestesi alternative selain sungkup muka
atau intubasi).
3. Melakukan premedikasi (lihat protap premedikasi).
4. lakukan induksi yaitu pemberian obat-obat untuk
mencapai Stadium II Anestesi.
Obat-obat yang dapat digunakan untuk induksi :

SPO
ANESTESI UMUM PADA PASIEN DEWASA
No.Dokumen No. Revisi Halaman
10.05.01.16 0 2/2
RSUD KOTA BEKASI
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
a. Pentotal 3 -5 mg / Kg
BB
b. Safol / Diprivan 2 - 2,5 mg / Kg BB
c. Diazepam 0,2 - 0,5 mg / Kg BB
d. Dormicum 0,2 - 0,5 mg / Kg BB
5. Melakukan intubasi yaitu memasukan pipa endotracheal
kedalam trakhea.
Obat-oabt yang dapat digunakan untuk intubasi dengan
melumpuhkan otot-otot :
a. Succinyl Choin 1–2 mg / Kg
BB
b. Esmeron
c. Norcuron
6. Pertahankan trias anestesi ( rumatan anestesi) dengan :
a. N2O : O2 dengan O2 minimal 33,3%.
b. Obat inhalasi anestesi :
- Isoflurane
- Ethrane
- Sevoflurane
- Halothane
c. Untuk operasi yang memerlukan pelumpuh otot
dapat menggunakan :
- Esmeron 1- 2 mg / Kg BB
- Norcuron 0,06- 0.08 mg / Kg BB
7. Monitor keadaan pasien dengan EKG, tekanan darah dan
pilse oksimeter monitor.
8. Pemberian cairan : sesuai protap pemberian cairan /
darah selama pembedahan.
9. Untuk memulihkan dari pelumpuh otot (revers) dapat
gunakan kombinasi Prostimin + Sulfas Atropin dengan
perbandingan 2 : 1.

SPO
ANESTESI UMUM PADA PASIEN DEWASA
No.Dokumen No. Revisi Halaman
10.05.01.16 0 3/3
RSUD KOTA BEKASI
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Unit terkait Unit Kamar Bedah.

Referensi 1. Clinical Anesthesiologi Morgan 2002.


2. Regional Anesthesi Moore.
3. Pedoman YanMed Anesthesiologi dan Reanimasi di
rumah Sakit Depkes, Dirjen YanMed,tahun 1998.
SPO
ANESTESI UMUM PADA BAYI / ANAK
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.17 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Anestesi umum pemberian obat-obat anestesi untuk
mencapai trias anestesi ( hipnotik, analgesia dan relaksasi).
Tujuan Pasien (Bayi / Anak) tetap berada dalam pengaruh obat-obat
anestesi selama pembedahan dilakukan dengan cara
menurunkan tingkat kesadaran dan efek analgesia.
Kebijakan Setiap pembedahan dengan anestesi umum pada bayi / anak
dilakukan oleh dokter anestesi.
Prosedur Bayi / anak dipuasakan :
- Neonatus s/d 6 tahun
: 4 jam
- 6 bulan s/d 3 tahun
: 6 jam
- > 3 tahun
: 8 jam
1. Tentukan jenis anestesi umum yang
dilakukan :
a. Anestesi Sungkup Muka
( Pembedahan lamanya 20 60 menit)
b. Anestesi Umum Intubasi
( Pembedahan yang memakan wktu lama dan atau
lokasi pembedahan pada daerah kepala atau leher
serta posisi pasien terlengkup / prone saat
pembedahan).
c. Anestesi Umum Laryngeal Mask
( Anestesi alternative selain sungkup muka atau
intubasi).
2. Melakukan Premedikasi :
a. Neonatus s/d 1 tahun atau bayi / anak dengan
BB < 10 Kg diberikan sulfas atropine 0,01 – 0,02
mg / Kg BB.
b. Anak > 1 tahun selain sulfas atropine
diberikan :
- Phenergan 0,5 -1
mg / Kg BB
- DBP 0,1 –
0,15 mg / Kg BB
- Petidine 1
mg / Kg BB

SPO
ANESTESI UMUM PADA BAYI / ANAK
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.17 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
- Fentanyl 0,001
mg / Kg BB
3. Melakukan Intubasi :
a. Neonatus < 1 bulan dilakukan intubasi sadar :
- Pentonal 3 – 5 mg / Kg BB
- Ketalar 1 – 2 mg / Kg BB
b. Obat pelumpuh otot yaitu succinyl cholin 1-2
mg / Kg BB atau Pavulon 0,04 – 0,07 mg / Kg BB.
4. Rumatan anestesi (mempertahankan trias
anestesi):
a. Pada bayi biasanya secara inhalasi N2O dan
Halothane (0,5 – 2,5 %) menggunakan Jackson Rees.
b. Menggunakan Jackson Rees dengan gas N2O
dan O2 sebesar 2 -3 kali vertilasi per menit.
5. Monitor keadaan pasien EKG, tekanan darah
pulse oksimetri monitor, gunakan pula stetoskop pre
kardial.
6. Untuk memulihkan dari pelumpuh otot
(revers) dapat diberikan Prostigmin dan Silfas Atropin
(2:1).
7. Pemberian cairan (sesuai protap pemberian
cairan / darah selama pembedahan).

Unit terkait Instalasi Kamar Bedah.

Referensi 1. Clinical Anesthesiologi Morgan 2002.


2. Regional Anesthesi Moore.
3. Pedoman YanMed Anesthesiologi dan Reanimasi di
rumah Sakit Depkes, Dirjen YanMed,tahun 1998.
SPO
TINDAKAN ANESTESI REGIONAL DENGAN
EPIDURAL
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.18 0 1/2
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan analgesia dengan memasukan obat anestesika
lokal ke dalam ruang epidural dari medula spinalis.

Tujuan Tercapainya keadaan analgesia pada daerah saraf yang


dipersarafi oleh saraf yang telah dilumpuhkan untuk
sementara.

Kebijakan Tindakan analgesia dengan epidural di kamar bedah


dilakukan oleh dokter anesthesia.

Prosedur 1. Cuci tangan sebelum melakukan anesthesia.


2. Check dan ukur takanan darah, denyut
jantung, pulse oksigen pasien.
3. Beritahu pasien sebelum tindakan
dilakukan.
4. Atur pasien untuk miring ke kiri / kanan,
lutut di lipat ke perut dan kepala menunduk atau posisi
pasien duduk dengna kepala menunduk sehingga celah
invertebra terbuka maksimal.
5. Pakai sarung tangan steril.
6. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik
pada daerah penusukan (lumbal).
7. Pilih celah invertebra L4 –L5 atau L3 – L4
dengan beracun pada SIAS.
8. Lakukan anestesi local dengan Lidocain 2%
pada tempat yang akan ditusuk jarum epidural secara
infiltrasi.
9. Jarum epidural ditusukan ± 1 – 1,5 cm.
10. Cabut mandarin epidural dan masukan udara
atau NaCl 0,9% dengan spuit 20 cc.
11. Spuit dilepas dan yakinkan tidak keluar
cairan les.
12. Masukan marcain sebanyak 5 cc untuk test
dosis, tunggu ± 1 menit dan tanyakan pada pasien
apakah terasa mendenging ditelinga atau tidak,
SPO
TINDAKAN ANESTESI REGIONAL DENGAN
EPIDURAL
RSUD KOTA BEKASI No.Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.18 0 2/2
Kota Bekasi
Bila tidak masukan kembali marcain sesuai dengan dosis
yang dikehendaki.
13. Bila mengginakan kateter epidural masukan
kateter sampai pangkal jarum epidural dan masukan obat
anestesi sesuai dosis yang dikehendaki.
14. Tempat suntikan ditusuk dengan kassa steril
dan di plester.
15. Pasien kembali ke posisi terlentang dan atur
posisi operasi yang dikehendaki.
16. Selama anestesi dilakukan monitor tanda
vital setiap 5 -10 menit.

Unit terkait Instalasi Kamar Bedah.

Referensi 1. Clinical Anesthesiologi Morgan 2002.


2. Regional Anesthesi Moore.
3. Pedoman YanMed Anesthesiologi dan
Reanimasi di rumah Sakit Depkes, Dirjen YanMed,tahun
1998.
SPO
TINDAKAN ANESTESI REGIONAL
DENGAN SPINAL
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.19 0 1/2
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan analgesia dengan cara memasukan obat anestesika
local yang memblok saraf tertentu kedalam ruang
subraknoid dari medula spinalis.

Tujuan Tercapainya keadaan analgesia pada daerah saraf yang


dipersarafi oleh saraf yang telah diblok (dilumpuhkan
sementara).

Kebijakan Tindakan anestesi regional dengan spinal dilakukan oleh


dokter anestesi.

Prosedur 13. Cuci tangan sebelum melakukan anestesia.


14. Periksa kembali tekanan darah, irama
denyut jantung, gambaran fungsi jantung (EKG) dan
pulse oksigen pada pasien.
15. Atur posisi pasien miring kiri / kanan
dnegna lutut dilipat keperut dan kepala menunduk
sehingga celah invertebra terbuka maksimal atau dengan
posisi pasien duduk dan kepala menunduk.
16. Pakai sarung tangan steril.
17. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik
pada daerah lumbal.
18. Cari daerah penusukan pada celah
invertebra L4 – L5 atau L3 – L4 yang berpatokan pada
SIAS.
19. Lakukan anestesi local pada daerah yang
akan ditusuk dengan suntikan Lidocain 2 %.
20. Tusukan jarum spinal hingga menembus
duramater (bagian yang keras) dan teruskan ± 2 mm
lebih dalam.
21. Cabut mandarin pada jarum dan tunggu
sampai cairan les keluar hingga menetes.

SPO
TINDAKAN ANESTESI REGIONAL
DENGAN SPINAL
RSUD KOTA BEKASI No.Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.19 0 2/2
Kota Bekasi
10. Masukan spuit yang sudah terisi obat anestesi.
11. Setelah obat selesai disuntikan, cabut jarum spinal dan
tutup luka suntikan dengan kassa steril lalu plester.
12. Atur posisi pasien terlentang untuk siap dilakukan
tindakan pembedahan.
13. Monitor keadaan pasien dan ukur vital setiap 5 menit.

Unit terkait Instalasi Kamar Bedah.

Referensi 1. Clinical Anesthesiologi Morgan 2002.


2. Regional Anesthesi Moore.
3. Pedoman YanMed Anesthesiologi dan
Reanimasi di rumah Sakit Depkes, Dirjen YanMed,tahun
1998.
SPO
PENANGGULANGAN HENTI JANTUNG
(CARDIAC ARREST) DI KAMAR
RSUD KOTA BEKASI
BEDAH
Jl. Pramuka No.55 No.Dokumen No. Revisi Halaman
Kota Bekasi 10.05.01.20 0 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:


Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian “ Cardiac Arrest” adalah berhentinya denyut jantung yang
tidak diharapkan pada saat itu.

Tujuan Bila terjadi “ Cardiac Arrest” pda pasien pre / intra/ pasca
pembedahan di kamar bedah dapat diatasi dengan cepat,
aman dan efektif.

Kebijakan Setiap kejadian “ Cardiac Arrest” pada pasien dikamar


bedah dilakukan dokter anestesi dibantu oleh perawat kamar
bedah.

Prosedur 1. Bila terjadi “ Cardiac Arrest” saat pembedahan, maka


perawat sirkuler segera memberitahu dokter anestesi.
2. Dokter anestesi segera datang dan melakukan tindakan.
3. Pembagian tugas :
- Dokter anestesi sebagai pemegang komando.
a. Perawat kamr bedah (sirkuler) 1 orang sebagai
penanggungjawab untuk ventilasi dan kompresi
jantung (KJL).
b. Perawat kamar bedah (1 orang) untuk
bertanggung jawab dalam pemberian obat-
oabtan resusitasi seperti adrenalin tiap 3 5 menit,
Bicnat tiap 10 menit dan obat-obat lain sesuai
dengan intruksi dokter anestesi.
4. Setelah resusitasi dilakukan selama 30 menit dokter
anestesi harus membuat keputusan :
- Resusitasi diteruskan atau dihentikan.
a. Menetapkan operasi bisa diteruskan
atau dihentian.
b. Bersama operator, meberitahu
keluarga pasien tentang kondisi pasien.
c. Bersama perawat kamar bedah
membawa ke ICU.

SPO
PENANGGULANGAN HENTI JANTUNG
(CARDIAC ARREST) DI KAMAR BEDAH
RSUD KOTA BEKASI No.Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.20 0 2/2
Kota Bekasi
6. Setelah selesai resusitasi dokter anestesi membuat status
lengkap dan laporan kejadian.
7. Perawat kamar bedah mencatat semua obat dan alat
kesehatan yang dipakai.

Unit terkait Instalasi Kamar Bedah.

Referensi 1. Clinical Anesthesiologi Morgan 2002.


2. Regional Anesthesi Moore.
3. Pedoman YanMed Anesthesiologi dan
Reanimasi di rumah Sakit Depkes, Dirjen YanMed,tahun
1998.
SPO
ANESTESIA DENGAN TEHNIK HIPOTENSI
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.21 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Suatu teknik dengan mengusahakan tekanan darah sistolik
dapat diturunkan sampai 30% dari tekanan darah sebelumnya
dengan menggunakan obat medikamentosa.
Tujuan Memberikan kemudahan kepada operator dimana lapangan
operasi diminimalkan (terbebas) dari adanya perdarahan.
Kebijakan 1. setiap tindakan anestesi tehnik hipontensi
khususnya untuk operasi craniotomi,
mastoidektomi dan FESS dilakukan oleh dokter
Anestesi.
2. pedoman pelayanan anestesiologi dan
reanimasi Depkes. RI.
Prosedur umum 1. Check keadaan umum pasien dan ukur tanda-tanda vital
pasien.
2. Beritahukan pasien sebelum tindakan dilakukan.
3. Lakukan premedikasi dengan Phenergan 1 mg / kg BB
maksimal 50 mg atau petidine 1 mg / BB maksimum 50
mg.
4. Lakukan induksi dengan pentotal 5 mg / kg BB atau
diprivan 2-2,5 mg / kg BB.
5. Intubasi dapat dilakukan, diusahakan menggunakan ETT
non King dengan obat :
- Succinyl Collin 1-2 mg / kg BB
- Esmeron 0,5 mg/ kg BB
- Norcuron 0,1 mg / kg BB
6. Rumatan anestesi dengan :
- N2o : o2 (60 sampai 40%)
- Isoflurane atau Ethrane sesuai kebutuhan pasien
- Pelumpuh otot : norcuron 0,1 mg / kg BB atau
Esmaron 0,5 mg /kg/BB
7. Untuk induksi hipotensi dengan :
- Nitrosin 10 mg /10 ml / amp. Diencerkan dengan 10
ml NaCl 0,9% dalam spuit 20 cc sehingga dosisnya
500 mikrogram / ml.

SPO
ANESTESIA DENGAN TEHNIK HIPOTENSI
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.21 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
- Dosis awal 25 mmg setiap 5 menit sampai tekanan
darah Sistolik turun 30% (± 80 mmHg),diberikan
dengan “sirip pump”.
- Dapat pula dosis awal 25 mmg dengan 240 ml NaCl
0,9% dalam “Infusion pump”.
- Pemberian Nitrosin dimula setelah induksi.
8. Pemberian cairas sesuai protap pemberian
cairan / darah di kamar bedah.
9. Penghentian Anestesia :
- Nitrosin dihentikan bila
hipotensi tidak diperlukan lagi.
10. Perawatan di ruang pulih sesuai protap di
ruang pulih.

Unit terkait Instalasi Kamar Bedah.


Referensi 1. Clinical Anesthesiologi Morgan 2002
2. Regional Anesthesi Moore.
3. Pedoman YanMed Anesthesiologi dan
Reanimasi di rumah Sakit Depkes, Dirjen YanMed,tahun
1998.

SPO
PEMBERIAN CAIRAN / DARAH
DI KAMAR BEDAH
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.22 0 1/3
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Pemberian cairan intravena dan atau darah selama di kamar
bedah sebagai :
1. Kebutuhan cairan pengganti puasa.
2. Kebutuhan cairan “maintenance”.
3. Kebutuhan oparasi.

Tujuan Memenuhi kebutuhan cairan dan atau darah selama di


kamar bedah serta menghindari terjadinya komplikasi pasca
pembedahan (shock hipovolemik).
Kebijakan Setiap tindakan pemebdahan pemberian cairan / darah
dilakaukan oleh dokter anestesi dan dapat dan bantu oleh
perawat kamar bedah.
Prosedur 1. Mencheck pemberian cairan yang telah
diberikan pada formulir pemberian cairan psien.
2. Pemberian cairan selama operasi :
a. Kebutuhan operasi :
- Pasien Dewasa
 Operasi Kecil : 4 ml /
kg BB / jam
 Operasi Sedang : 6 ml /
kg BB / jam
 Operasi Besar : 8 ml /
kg BB / jam
- Pasien Anak
 Operasi Kecil :0–2
ml / kg BB / jam
 Operasi Sedang :2–4
ml / kg BB / jam
 Operasi Besar :4–6
ml / kg BB / jam
Kebutuhan berdasarkan BB Bayi / Anak :
 BB 0 – 10 kg : 100 cc / kg BB
/ 24 jam (4 cc/kg/jam)
 BB 10 – 20 kg : 1000 + 50 cc /
kg BB / 24 jam
 BB > 20 kg : 1500 cc + 20
cc / kg BB / 24 jam

SPO
PEMBERIAN CAIRAN / DARAH
DI KAMAR BEDAH
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.22 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
b. Cara pemberian cairan :
- Pasien Bayi / Anak :
 Jam pertama : 50% kebutuhan cairan
puasa + kebutuhan cairan / jam + kebutuhan
operasi.
 Jam kedua : 25% kebutuhan cairan
puasa + kebutuhan cairan / jam + kebutuhan
operasi.
 Jam ketiga : 25% kebutuhan cairan
puasa + kebutuhan cairan / jam + kebutuhan
operasi.
- Dewasa :
 Jam pertama :
50% komponen 1+2+3
 Jam kedua :
25% komponen 1+2+3
 Jam ketiga :
25% komponen 1+2+3
 Jam keempat :
2+3
c. Jenis cairan yang diberikan :
- Pasien Bayi / Anak :
 Cairan pengganti “replacement” : kaen 3A.
 Cairan Pengaganti puasa : dextrose dalam ¼
saline.
 Cairan Pengaganti darah : haes 6%.
Jika perdarahan > 10% harus diberiakn darah.
- Pasien Dewasa :
 Cairan Pengganti “replacement” : ringer laktat /
asering, RD 5 % / asering 5 , NaCL 0,9%.
 Cairan Pengganti “maintenant” : dextrose 5%,
dextrose 10%.
 Cairan Pengganti darah (< 20% total darah
tubuh)
 Haes 6% sesuai dengan jumlah perdarahan atau
ringer laktat 2 – 3 kalli jumlah perdarahan.
Jika perdarahan > 20% harus diberikan darah.
3. Mencatat dan memeriksa dengan cermat
setiap pemberian cairan atau darah.
4. Monitor tanda vital dan keadaan umum
pasien.
SPO
PEMBERIAN CAIRAN / DARAH
DI KAMAR BEDAH
RSUD KOTA BEKASI No.Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.22 0 3/3
Kota Bekasi
Unit terkait Instalasi Kamar Bedah.

Referensi 1. Clinical Anesthesiologi Morgan 2002.


2. Regional Anesthesi Moore.
3. Pedoman YanMed Anesthesiologi dan
Reanimasi di rumah Sakit Depkes, Dirjen YanMed,tahun
1998.
SPO
PENGANGKATAN APENDECTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.23 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Pengangkatan usus buntu.

Tujuan Memeberikan penyembuhan pada penderita appendicitis


dengan tindakan pembedahan.
Kebijakan Setiap operasi appendectomie dilakukan oleh dokter bedah
umum dan dokter bedah digestive sesuai dengan standar.
Prosedur 1. Pasien tidur terlentang, dalam keadaan
narkose umum / spinal.
2. Lakukan anti sepsis daerah operasi dan
sekitarnya (dokter Mc. Burney) serta pasang duk steril.
3. Insisi kulit pada titik burney dan insisi di
perdalam sampai peritoneum.
4. Peritonium dibuka derah caecum diluxir
serta indentifikasi appendiks.
5. Appendeiks diangkat ( = Appendectomie,
dan jaringan APP di PA).
6. Punctum APP ditanam / dijahit dalam
tabac sacc.
7. Perdarahan dirawat.
8. Luka operasi dituutp jahit lapis demi lapis
dan kemudian ditutup kassa steril.
9. Operasi selesai, pasien diantar ke
recovery room, kemudian dimonitor.
Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.
2. Unit Perawatan.
3. Dokter Bedah / Anestesi.
Referensi 1. Ninth Edition Vol. I, Maingot Abdominal Operations,
oleh Sevmour I Schwart and Harold Ellis.
2. Surgical Anatomy and Technique, oleh Jhon E.
Skandalakis, Panajiotis N Skandalakis, Lee Jhon
Skandalakis.

SPO
HERNIOTOMIE DAN HERNIATHERAPY
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.24 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 - 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Hernia adalah penonjolan alat visera kedalam kantong yang
seharusnya tidak ada secara patofisiologi dibagi :
- Hernia pada orang dewasa.
- Hernia pada anak-anak.

Tujuan Mengembalikan alat visera ke letak semula dengan jalan


operasi.

Kebijakan Setiap Operasi herniotomie dan herniotherapy dilakukan


oleh dokter bedah umum dan dokter bedah digestive sesuai
dengan standar.

Prosedur 1. Asepsis / antisepsis daerah operasi.


2. Lakuk sayatan 2 jari medial dari lipat
paha dan sejajar lipat paha sepanjang ± 5 cm pada hernia
lateral dan medialis orang dewasa.
3. Syatan pada lipat kulit paling bawah
pada perut sepanjang 2 cm transversal, jarak 1-2cm dari
lipat paha pada hernia anak-anak.
4. Sayatan sejajar lipat paha pada paha,
diatas kantong hernia, pada hernia femoralis.
5. Frascia disayat untuk mencari kantong
hernia.
6. Kantong dikenali isi kantong di
identifikasikan bila ada dan dinyatakan vitalisnya.
7. Kantong dipisahkan menjadi kantong
proximal diikat bila perlu digantung pada dinding
abdomen untuk mempertumpul sudut yang dibentuk
oleh ikatan ujung kantong.
8. Funikulus spematikan dipisahkan.
9. Dilakukan bassiny plassty bertujuan
memperkuat dinding belakang canalis inguilnalis
dengan cara mendekatkan dan menjahit conjoint tendon
dengan ligament inguinal pauparti secara satu-satu
dengan benang bassiny atau benang etibon.
SPO
HERNIOTOMIE DAN HERNIATHERAPY
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.24 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
10. Fascia dijahit dengan dexon.
11. Luka tutup lapis demilapis.
12. Pada hernia femoralis ligamentum
paupati dipotong tegak lurus pada ligamentum tersebut,
pesris diatas kantong kemudian dilakuakn herniotomi, isi
kantong ligamentum ingunalis paupati dijahit kembali
dan foramen ovale dikecilkan dengan menjahit
ligamentum inguinalis paupati dan ligamentum pectnea.
13. Luka ditutup lapis demi lapis.

Unit terkait 1. Unit Rawat Inap.


2. ICU.
3. Instalasi Kamar Bedah.
4. Dokter Anestesi.
5. Dokter Spesialis Bedah.

Referensi 1. Ninth Edition Vol. I, Maingot


Abdominal Operations, oleh Sevmour I Schwart and
Harold Ellis.
2. Surgical Anatomy and Technique, oleh
Jhon E. Skandalakis, Panajiotis N Skandalakis, Lee Jhon
Skandalakis.
SPO
HAEMORROIDECTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.25 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Adalah pengangkatan haemorroid baik dalam keadaan akut
atau efektif. Haemorroid yang dimaksud adalah pelebaran
vena ke maroidules dianus.
Bila asalnya dari anus disebut Haemorroid interna. Bila
asalanya dari luar anus disebut Haemoroid externa.

Tujuan Melakuakan pengangkatan haemoroid dengan tindakan


operasi.

Kebijakan Setiap operasi haemorroidectomie dilakukan oleh dokter


den dokter bedah digestive sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Penderita dipuasakan.


2. Penderita diberi pencakar dan diklisma.
3. Diberikan AB.
4. Diberikan AB pencegahan bila perlu.
5. Penderita dalam posisi litotomi.
6. Aseptik/antiseptik daerah operasi.
7. Pengikatan arteri ahaemoroid dalam
pada pile yang akan diangkat.
8. Haemorroid dipisahkan dari kulit
kemudian diklem.
9. dilakukan jahitan kontinopus bolak-
balik dibawah klem kemudian diikat.
10. dilakukan hal yang sama pada pile yang
lain.
11. Perdarahan diatasi.
12. Dipasang tampon vaselin.

Unit terkait 1. Unit Rawat Inap.


2. ICU.
3. Instalasi Kamar Bedah.
4. Dokter Anestesi.
5. Dokter Spesialis Bedah.

]
SPO
HAEMORROIDECTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.25 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Referensi 1. Ninth Edition Vol. I, Maingot
Abdominal Operations, oleh Sevmour I Schwart and
Harold Ellis.
2. Surgical Anatomy and Technique, oleh
Jhon E. Skandalakis, Panajiotis N Skandalakis, Lee Jhon
Skandalakis.
SPO
LAPARATOMI RESEKSI USUS
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.26 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Usaha memotong sebagian loop usus yang non vital yang
diduga menjadi penyebab masalah timbulnya obstruksi
didaerah tersebut.
Tujuan Menyambung kembali usus yang tersisa (anetomosis) atau
dikeluarkan dari rongga abdomen berupa stoma (Colostomy
ileustomy).
Kebijakan Setiap operasi Laparatomi Reseksi Usus dilakukan oleh
dokter bedah digestive sesuai dengan standar.
Prosedur 1. Posisikan pasien tidur terlentang
dikamar operasi.
2. Dilakukan pembiusan umum.
3. Tindakan aseptik dan antiseptik daerah
operasi dan sekitarnya.
4. Insisi mediana secukupnya.
5. Dilakukan explorasi dan tentukan
penyebab obstruksinya.
6. Penyebabnya diatasi, bila harus
dilakukan reseksi : tentukan batas bagian yang akan
dibuang sampai bagian yang sehat kemudian untuk
dilakukan anastomosis nantinya.
7. Setelah bagian yang akan dibuang
ditentukan batasnya, bagian tersebut disebabkan dari
meja penggantungnya (meso ileus ata mesa colon).
8. Bagian proximal dan distal di klem dan
masing-masing dua buah klem usus.
9. Usus diantara dua buah klem (bagian
proximal dandistal) dipotong.
10. Reseksi usus selesai.
11. Selanjutnya bila akan dilakukan
penyambungan (anastomosis) maka bagian usus yang
ditinggalkan dijahitkan end to end antara abgian
proximal dan distal.

SPO
LAPARATOMI RESEKSI USUS
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.26 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
12. Penggantung usus (meso) juga ditutup dengan cara dijahit
untuk mencegah heriasi unterna.
13. Rongga abdomen dicuci dan dibersihkan dengan larutan
isotonik steril.
14. Setelah dianggap bersih kemudian rongga abdomen
ditutup lapis demi lapis.
15. Apakah digunakannya drain tube intra abdomen ?
tergantung situasi intra op dan keputusan operator.
16. Pada umumnya pasca operasi, pasien dipuasakan 3 – 5
hari, tergantung keputusan operator.

Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.


2. Dokter Pelayanan Medik.
3. ICU.
4. Perawatan.

Referensi 1. Ninth Edition Vol. I, Maingot


Abdominal Operations, oleh Sevmour I Schwart and
Harold Ellis.
2. Surgical Anatomy and Technique, oleh
Jhon E. Skandalakis, Panajiotis N Skandalakis, Lee Jhon
Skandalakis.
SPO
CHOLECYSTECTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.27 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Pengangkatan kantong empedu dengan cara operasi.

Tujuan Memebrikan penyembuhan pada penderita cholicystitis dan


cholicysthisian dengan tindakan pembedahan.

Kebijakan Setiap Operasi cholicystectomie dilakukan oleh dokter


bedah umumdan bedah digestive sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Pasien tidur terlentang, dalam keadaan


narkose.
2. Antisepsis daerah operasi (darah
abdomen) dan sekitarnya serta pasang duk steril.
3. Insisi kulit pada garis tengah abdomen
sepanjang proses xyphoideus sampai pusat.
4. Insisi kulit diperdalam berturut-turut
sehingga membuka peritonium.
5. Pasang hack otomatis dan lever hack
sehingga lapangan operasi dapat di expose.
6. Identifikasi artei dan ductus cyticus,
kemudian dipotong ligasi.
7. Kantong empedu diangkat
(cholicystectomie) kemudian kantong empedu dibelah dan
jaringan kantong dirim ke Patologi Anatomi.
8. Punctum Ductus Cyticus diligasi dan
dimplantasi kantong empedu di hepar dijahit.
9. Pasang drain intra abdominal dan
perdarahan dirawat.
10. Luka operasi ditutup dijahit lapis demi
lapis, tutup kassa steril.
11. Operasi selesai pasien diantar ke
recovery room, kemudian domonitor.

Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.


2. UGD.
3. Dokter Ahli Bedah.

SPO
CHOLECYSTECTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.27 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Referensi 1. Ninth Edition Vol. I, Maingot
Abdominal Operations, oleh Sevmour I Schwart and
Harold Ellis.
2. Surgical Anatomy and Technique, oleh
Jhon E. Skandalakis, Panajiotis N Skandalakis, Lee Jhon
Skandalakis.
SPO
SECTIO CAESRIA
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.28 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Persalian yang dilakukan melalui tindakan bedah.

Tujuan Melahirkan janin per abdominal dengan tindakan bedah.

Kebijakan Setiap operasi Sectiio Caesaria dilakukan oleh dokter


Obstetri Genecology sesuai standar.

Prosedur 1. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis


didaerah abdomen dan sekitarnya.
2. Dilakukan insisi pada kulit Panensteil.
3. Peitonium dibuka terlihat uteus gravia.
4. Plika Vesicouterina diidentifikasi, disayat
melintang ke iri dan ke kanan.
5. Disayat secara tajam ± 2 cm, kemudian
diperluas secara tumpul atau tajam ke kiri dank e kanan
kearah pangkal ligamentum rotundum kiri dan kanan.
6. Ketuban dipecahkan.
7. Bayi dilahirkan dengan memutir kepala,
menarik kaki, dinilai BB, PB, APGAR menit pertama
dan kelima.
8. Kontraksi uterus di nilai.
9. Kemudian plasenta dilahirkan dengan tarikan
tali pusat, ukur berat.
10. Uterus ditutup, dijahit 2 lapis, 1 lapis dijahit
jelujur interlocking dengan dexon / chromic no 01, lapis
ke II di jahit dengan chromic no.01.
11. Luka operasi dijahit lapis demi lapis.

SPO
SECTIO CAESRIA
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.28 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Referensi 1. Obstetri Operatif, Bag. Obstetri & Ginecologi FK
UNPAD Bandung.
2. Hanbook Of Obstertics & Gynecology, Ralph C. Benson
MD.
3. SMF Obsterti dan Ginekologi RSUD Kota Bekasi.
SPO
MYOMECTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.29 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Myomectomy adalah pemotongan dan pengangkatan
myoma uteri.

Tujuan Mengangkat seta mengeluarkan myoma uterus dengan


tindakan pembedahan.

Kebijakan Setiap operasi Myomectomie dilakukan oleh dokter Obstetri


Genecology sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Pasien tidur terlentang dalam keadaan narkose umum.


2. Antisepsis daerah operasi (abdomen bawah) dan
sekitarnya serta pasang duk steril.
3. Insisi kulit secara melintang dari SIAS kiri ke SIAS
kanan.
4. Insisi diperdalam sampai peritonium lalu peritonium di
buka.
5. Peritonium dibuka, tampak uterus.
6. Lakukan identifikasi myoma uteri kemudian diangkat
(myomectomie) tempat implantasi myoma dijahit.
7. Jaringan myoma uteri di PA.
8. Perdarahan dirawt.
9. Luka operasi dijahit tutup lapis demi lapis.

Unit terkait 1. Unit Rawat Inap.


2. Instalasi Kamar Bedah.
3. Dokter Ahli Kebidanan-Kandungan.

SPO
MYOMECTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.29 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Referensi 1. Obstetri Operatif, Bag. Obstetri &
Ginecologi FK UNPAD Bandung.
2. Hanbook Of Obstertics & Gynecology,
Ralph C. Benson MD.
3. SMF Obsterti dan Ginekologi RSUD
Kota Bekasi.
SPO
HYSTERECTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.30 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan pengangkatan rahim dengan jalan operasi.

Tujuan Pengangkatan rahim oleh karena suatu penyakit dengan


tindakan operasi.
Kebijakan Setiap operasi Hysterectomie dilakukan oleh dokter Obstetri
Genecology sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Tindakan asepsis / antisepsis daerah abdomen


dan sekitarnya.
2. Insisi kulit cpada pfanensteil / mediana
inferim.
3. Peritonium dibuka terlihat uterus.
4. Dilakukan identifikasi / explorasi.
5. Ligomentum rotundum kiri / kana diklem,
dipotong dan di ikat.
6. Dibuat jendela, melalui jendela tersebut
ligamentum ovari propium, a. ovarika kiri dan kanan
diklem, dipotong dan diikat secara ligasi ganda.
7. A. uterine kiri/kanan diklem dipotong dan
siikat secara ligasi ganda.
8. Ligamentum kardinate dan lig. Socrouterina
kiri dan kanan diklem, dipotong dan diikat.
9. Puncak vagina dan portio diidentifikasi.
10. Dengan 2 buah klem vagina, puncak vagina
dipotong sehingga rahim terangkat seluruhnya puncak
vagina dijahit satu-satu dilakukan reperitoncalisasi,
perdarahan dirawat.
11. Luka operasi dijahit lapis demi lapis.
12. Operasi selesai.

Unit terkait 1. Unit Rawat Inap.


2. Instalasi Kamar Bedah.
3. Dokter Ahli Kebidanan-Kandungan.

SPO
HYSTERECTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.30 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Referensi 1. Obstetri Operatif, Bag. Obstetri & Ginecologi FK
UNPAD Bandung.
2. Hanbook Of Obstertics & Gynecology, Ralph C. Benson
MD.
3. SMF Obsterti dan Ginekologi RSUD Kota Bekasi.
SPO
SALPINGO OVAAREKTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.31 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan bedah yang dilakukan dengan mengangkat
ovarium dan tuba.

Tujuan Pengangkatan ovarium dan tuba karena adanya kiste dengan


tindakan bedah.

Kebijakan Setiap operasi Salpingo Ovarektomie dilakukan oleh dokter


Obstetri Genecology sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis didaerah


abdomen dan sekitarnya.
2. Dilakukan insisi kulit cpada pfanensteil / mediana
iferim.
3. Peritonium dibuka terlihat massa berasal dari overium.
4. Dilakkan identifikasi / explorasi.
5. Ligomentum infurdibulo pelvikum kiri / kana diklem,
ligament ovari propium kanan / kiri dansebagian
mesosalping di klem, dipotong dan di ikat sehingga
massa tumor terangkat seluruhnya.
6. Perdarahan dirawat.
7. Explorasi cavum abdomen, hepar, omentum bagian
terndah gaster dan difagrama.
8. Luka operasi dijahit lapis demi lapis.
9. Operasi selesai.

Unit terkait 1. Unit Rawat Inap.


2. Unit Gawat Darurat.
3. ICU.
4. Instalasi Kamar Bedah.
5. Dokter Ahli Kebidanan-Kandungan.

SPO
SALPINGO OVAAREKTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.31 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Referensi 1. Obstetri Operatif, Bag. Obstetri &
Ginecologi FK UNPAD Bandung.
2. Hanbook Of Obstertics & Gynecology,
Ralph C. Benson MD.
3. SMF Obsterti dan Ginekologi RSUD
Kota Bekasi.
SPO
TRANS URETHA RESECTION
PROSTATECTOMIE CONVENTIONAL
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.32 0 1/2
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan bedah yang dilakukan dengan mengangkat
ovarium dan tuba.

Pengertian Tindakan pengangkatan jaringan prostate secra endoscopic


menggunakan cutting loop.

Tujuan Urine dapat keluar melalui urethra dengan lancar.

Kebijakan Setiap operasi Urethral Reection Prestatectomie


Conventional dilakukan oleh dokter Urology sesuai dengan
standar.

Prosedur 1. Posisikan pasien terlentang pada meja operasi.


2. Siapkan alat endoscopy, cutting loop dan
irigator.
3. Lakukan anestesi umum / regional.
4. Posisikan pasien dalam posisi lothototmy.
5. Lakukan tindakan antisepsis pada daerah
genetalia.
6. Masukan alat endoscopy melalui urethra
dengan bimbingan lensa (300), melalui daerah prostate
sampai ke buli-buli.
7. Lakukan TURP, sambil mengeluarkan cip
jaringan prostat dengan menggunakan elique.
8. Lepaskan alat endoscopi dan cutting loop.
9. Pasang dour catheter three ways dengan
ukuran yang sesuai lengkap dengan irigator.
10. Traksi dour catheter pada regio femur mediall
dext/sin.
11. Prosedur selesai pasien dibangunkan.
12. Antar pasien ke recovery room.
13. Kirim jaringan prostat untuk pemeriksaan PA.
14. Membuat laporan operasi.
15. Membuat laporan anestesi.

SPO
TRANS URETHA RESECTION
PROSTATECTOMIE CONVENTIONAL
RSUD KOTA BEKASI No.Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Pramuka No.55 10.05.01.32 0 2/2
Kota Bekasi
Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.
2. Ruang Perawatan.
3. Dokter Ahli Urology.
Referensi SMF Bedah Urologi RSUD Kota Bekasi.
SPO
URETERONOSCOPY (URS)
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.33 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan diagnostik pada kelainan sepanjang ureter.

Tujuan Terdeteksinya kelainan sepanjang ureter.

Kebijakan Setiap operasi Ureteronoscopy (URS) dilakukan oleh dokter


Urology sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Posisikan pasien terlentang pada meja operasi.


2. Siapkan alat URS.
3. Lakukan anestesi umum / regional.
4. Posisikan pasien dalam posisi lithotomy.
5. Lakukan tindakan antisepsis pada daerah genetalia.
6. Masukan alat ureteronoscopie kearah ureter sin/dext.
Dari muara ureter sampai pyelum ginjal sin/dext.
7. Keluarkan alat URS.
8. Prosedur selesai , pasien dibangunkan.
9. Antar pasien ke recovery room.
10. Membuata laporan operasi.
11. Membuat laporan anestesi.

Unit terkait 1. Unit Kamar Operasi.


2. Ruang Perawatan.
3. Dokter Ahli Urology.

Referensi SMF Bedah Urologi RSUD Kota Bekasi.

SPO
URETROLITHOTHOMY
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.34 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan pengangkatan / pengeluaran Uretrolithiasis.

Tujuan Urine dapat keluar dari ginjal ke buli-buli dengan lancar.

Kebijakan Setiap operasi Uretrolithothomy dilakukan oleh dokter


Urology sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Posisikan pasien terlentang pada meja operasi.


2. Siapkan alat-alat operasi.
3. Lakukan anestesi umum / regional.
4. Pasang dour catheter lengkap dengan ukuran yang
sesuai.
5. Lakukan tindakan antisepsis pada daerah abdomen dan
genetalia.
6. Insisi mediana dari umbilikus kearah pubis.
7. Pisahkan alt rectus abdominis secara tumpul.
8. Identifikasi urethter distal sin/dext dan bebaskan dari
jaringan sekitar di daerah retro peritonial.
9. Cari batu dan ligasi pada posisi proximal batu dengan
ventil.
10. Angkat / keluarkan batu melalui insisi pada urether
dapat diatas batu.
11. Perhatika aliran urine dari bagian proximal batu.
12. Dengan nelaton catheter spooling kearah proximal dan
distal menggunakan NaCL.

Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.


2. Ruang Perawatan.
3. Dokter Ahli Urology.

Referensi SMF Bedah Urologi RSUD Kota Bekasi.

SPO
NEPHRECTOMY
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.35 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan operasi pengangkatan ginjal.
Tujuan Mengangkat / pembuangan ginjal yang meliatkan penyakit /
tidak berfungsi.
Kebijakan Setiap operasi Nephrectomy dilakukan oleh dokter Urology
sesuai dengan standar.
Prosedur 1. Posisikan pasien terlentang pada meja operasi.
2. Siapkan alat operasi.
3. Lakukan anestesi umum.
4. Pasang dover catheter lengkap dengan ukuran yang
sesuai.
5. Posisikan pasien pada lumbotomy.
6. Lakukan tindakan antisepsis pada daerah costal lumbal.
7. Insisi kulit lateromedial setinggi inter costal lumbal.
8. Otot dibuka secar tajam.
9. Preperitoneal fat dibuka, fasciagerota dibuka.
10. Bebaskan ginjal dari jaringan sekitarnya.
11. Identifikasi urethter serta bebaskan dari jaringan
sekitarnya.
12. Identifikasi arteri / vena renalis smpai ke pangkal.
13. Klem dan potong ureter serta ligasi pada kedua ujung
dengna benang side (no. 0).
14. Double klem arteri renalis kemudian double klem vena
renalis dilanjutkan dengan pemotongan arteri renalis
kemudian vena renalis menggunakan gunting bengkok.
15. Jahit ikat arteri renalis dengan side (no.1).
16. Lanjut dengan jahit ikat vena renalis dnegan side ( no.0).
17. Cuci luka operasi dengan NaCL dan pasang drain
retroperi-toneal.
18. Hitung kassa dan kelngkapan instrument operasi.
19. Tutup otot dengan jahitan menggunakan benang vycril
(no.0).

SPO
NEPHRECTOMY
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.35 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
21. Balut luka operasi dengan menggunakan kasa steril.
22. Prosedur selesai pasien dibangunkan.
23. antar passien ke recovery room.
24. Kirim jaringan ginjal ke Laboratorium untuk
pemeriksaan PA.
25. Membuat laporan operasi.
26. Membuat laporan anestesi.
27. Pasien pindah ke ruang perawatan ICU.
28. Tutup kulit dengan jahitan menggunakan kassa steril.

Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.


2. Ruang Perawatan/ ICU.
3. Dokter Bedah / Anestesi.

Referensi SMF Bedah Urologi RSUD Kota Bekasi.


SPO
PYELO LITOTOMY
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.36 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan operasi pengangkatan pengangkatan batu ginjal /
pyelum melalui bukaan pyelum.

Tujuan Urine mengalir lancar dari ginjal kateter.

Kebijakan Setiap operasi Pyelo Litotomy dilakukan oleh dokter


Urology sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Posisikan pasien terlentang pada meja operasi.


2. Siapkan alat operasi.
3. Sipkan anestesi umum.
4. Pasang doverr catheter lengkap dengan ukuran yang
sesuai.
5. Posisikan pasien pada lumbotomy.
6. Lakukan tindakan antisepsis pada daerah costal lumbal.
7. Insisi kulit lateromedial setinggi inter costal XI-XII.
8. Otot dibuka secara tajam.
9. Preperitoneal fat dibuka fascia gerota dibuka.
10. Bebaskan ginjal dari jaringan sekitarnya.
11. Identifikasi urethter serta bebaskan dari jaringan
sekitarnya sampai kearah pyelum di daerah posteryor
ginjal.
12. Pyelum diinsisi bentuk V.
13. Identifikasi dan diangkat.
14. Lakukan spooling kearah ginjal dengan menggunakan
canula untuk mengeluarkan partikel batu.
15. Lakukan spooling kerarah distal ureter.
16. Pasang double J. Cathteter dengan ukuran yang sesuai .
17. Tutup otot dengan jahitan menggunakan benang vycril
No.0.
18. Cuci luka operasi dengan NaCL dan pasang drain
retroperi-toneal.

SPO
PYELO LITOTOMY
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.36 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
19. Hitung kassa dan kelngkapan instrument operasi.
20. Tutup otot dengan jahitan menggunakan benang
Porelene (no.0).
21. Tutup kulit dengan jahitan menggunakan benang prolene
no.3/0.
22. Balut luka operasi dengan menggunakan kain kassa.
23. Prosedur selesai.
24. Antar pasien ke recovery room.
25. Kirim jaringan pyelum ke Laboratorium untuk
pemeriksaan PA.
26. Membuat laporan operasi.
27. Membuat laporan anestesi.
28. Pasien kembali ke ruang perawatan ICU.

Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.


2. Ruang Perawatan/ ICU.
3. Dokter Bedah / Anestesi.

Referensi SMF Bedah Urologi RSUD Kota Bekasi.


SPO
SACHE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.37 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan urethrotomy dengan cara endoscopic
menggunakan alat sache.

Tujuan Melancarkan pengeluaran urine melalui urethra dan


melakukan insisi ditempat terjadinya strikture pada urethra.

Kebijakan Setiap operasi Sache dilakukan oleh dokter Urology sesuai


dengan standar.
Prosedur 1. Posisikan pasien terlentang pada meja operasi.
2. Siapkan alat operasi sache irigator (oleh perawat OK).
3. Lakuakan anestesi umum / regional (oleh dokter
anestesi).
4. Posisi pasien pada lithotomy.
5. Lakukan tindakan antisepsis pada daerah genetalia.
6. Masukan alat sache memlalui urethra dengan bimbingan
lensa ( 00) sampai ditempat terjadinya striktura.
7. Lakukan urethretomy interna di tempat terjadinya
striktura.
8. Lepaskan alat sache.
9. Pasang daver catheter lengkap dengan ukuran yang
sesuai dan irigator.
10. Prosedur selesai.
11. Antar pasien ke recovery room.
12. Membuat laporan operasi (oleh dokter bedah).
13. Membuat laporan anestesi (oleh dokter anestesi).
14. Pasien ke ruangan.
Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.
2. Ruang Perawatan/ ICU.
3. Dokter Bedah / Anestesi.
Referensi SMF Bedah Urologi RSUD Kota Bekasi.

SPO
FIBROMAADENOMA MAMMAE (FAM)
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.38 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Pengangkatan tumor yang terdapat di daerah mammae.

Tujuan Memberikan penyembuhan pada penderita dengan tindakan


pembedahan.

Kebijakan Setiap operasi Fibro Adenoma Mammae (FAM) dilakukan


oleh dokter Onkology dengan standar.

Prosedur 1. Pasien tertidur terlentang dalam keadaan narcose umum.


1. Lakukan antisepsis daerah operasi mammae dan
sekitarnya serta pasang duk steril.
2. insisi kulit pada daerah tumor.
3. Insisi perdarahan serta tumor dibebaskan dari jaringan
sekitarnya, tumor diangkat dan jaringan tumor dikirim
ke PA.
4. Perdarahan dirawat dengan ligasi dan katerisasi.
5. Pasang drain sufascial dan subcutan.
6. Luka operasi dijahit dengan chromic 2/0 (subcitus) dan
chromic no.0, prolene 4/0 (kulit).
7. Luka operasi ditutup dengan sofratule kemudian ditutup
dengan kassa steril lalu diplester.
8. Operai selesai, pasien diantar ke recovery room,
kemudian dimonitor.
9. Pasien dipindahkan keperawatan.

Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.


2. Ruang Perawatan/ ICU.
3. Dokter Anestesi.

Referensi SMF Bedah Umum RSUD Kota Bekasi.

SPO
MASTECTOMY
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.39 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Mastektomi adalah pengangkatan seluruh bagian payudara
yang terkena tumor ganas.
Ada 3 cara mastectomy :
- Simple mastektomi.
- Radikal mastectomy (Halsteid).
- Midifired Radikal Mastektomi (Patey).

Tujuan Pengangkatan payudara dengan tindakan bedah.

Kebijakan Setiap operasi Mastectomie oleh dokter Bedah Umum


sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Dibuat gambar/ sketsa daerah yang akan di insisi dan


batas dilakukan insisi lemak dubkutis.
2. Insisi kulit 5 cm dari tumor.
3. Perdarahan di kauter atau ligasi.
4. Tumor diangkat dengan menyertakan fascia musculus
pectoralis mayor (pada simple mostektomi).
5. Tumor diangkat dengan menyertakan foscia musculus
pectoralis mayor dan minor (pada radikal
mastectomy).
6. Dilakukan reseksi kelenjar axilla dan supraclavicula
( pada radikal mastektomi).
7. Dilakukan deteksi kelenjar getah bening axilla (pada
midified radical mastektomi).
8. Bila perlu dilakukan fandur alih kulit.
Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.
2. Unit Rawat Inap.
3. Dokter Anestesi.
4. Dokter Spasialis Bedah Tumor.
5. ICU.
Referensi SMF Bedah Umum RSUD Kota Bekasi.

SPO
STRUMECTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.40 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Strumectomie adalah pengangkatan gondok baik sebagian
atau seluruhnya tergantung kebutuhan.

Tujuan Menatalaksana struma.

Kebijakan Setiap operasi Strumectomia dilakukan oleh dokter bedah


umum sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Asepsis dan antisepis daerah operasi.


2. Dilakukan colon insisi 3 jari diatas angulus ludovici.
3. Insisi sampai menembus plastima.
4. kemudian dibuat lap kearah cephal dan coudal.
5. Vena jugularis externa dibebaskan diklem dipotong
antara 2 klem dan di ligasi dengna side 3/0.
6. Facia otot leher disayat melintang.
7. Otot leher dibebaskan dan disayat melintang sampai
terlihat jaringan struma.
8. Perlekatan dibebaskan.
9. Arteri thyroidea supersioi dipotong dan diligasi.
10. Bila ada, arteri thyroidea ini juga dipotong dan ligasi.
11. Struma diangkat sub.capsuler.
12. Pada jaringan yang dicurigai keganasan minimal
dilakukan 1 setelah molobectomi.
13. Pada jaringan yang sudah pasti diketahui keganasan
dilakukan nearlyl total thyroidectomi.
14. Pada simple goiter dilakukan sub total lobectomi.
Unit terkait 1. Unit Rawat Inap.
2. Instalasi Kamar Bedah.
3. Dokter Anestesi.
4. Dokter Spasialis Bedah

Referensi SMF Bedah Umum RSUD Kota Bekasi.

SPO
TOSILECTOMIE
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.41 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Menyembuhkan penderita tonsil (anabdel) dengan tindakan
pembedahan.

Tujuan 1. Dilakukan di kamar opererasi.


2. Tersedian sarana dan instrumentasi operasi.
3. Adanya tim pelaksana : dokter ahli THT, dokter
anestesi dan perawat kamar bedah.

Kebijakan Setiap operasi Tonsilectomie dilakukan oleh dokter THT


sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Posisikan pasien tidur terlentang.


2. Lakukan tindakan A/antipasti daerah operasi.
3. Pasang hack mulut, serta lidah disisihkan / difiksir
sehingga lapangan operasi dapat diexpose.
4. dilakukan incisi mukosa / capsul tonsil serta tonsil
dibebaskan dari jaringan sekitarnya.
5. kelenjarnya tonsil diangkat (tonsilectomy).
6. Rawat perdarahan, ligasi dan cuterisasi dengan abotil
liquit di daerah operasi.
7. Hak mulut dilepas pasien pasien dibangunkan.
8. Operasi selesai pasien dikirim ke recovery.

Unit terkait 1. Unit Rawat Inap.


2. Unit Rawat Jalan.
3. Instalasi Kamar Bedah.
4. Dokter Ahli THT.

Referensi SMF Bedah THT RSUD Kota Bekasi.

SPO
SINUSITIS MAXILLARIS RESECTION
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.42 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan untuk melakukan insisi dan amputasi septum nasal
dalam mengatasi septum deviasi.

Tujuan Menyembuhkan penderita deviasi septum nasi dengan


tindakan pembedahan.

Kebijakan Setiap operasi Sinus Maxillaris Resection (SMR) dilakukan


oleh dokter THT sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Posisikan pasien terlentang diatas meja operasi.


2. Lakukan narkose umum.
3. Posisikan pasien tidur terlentang dengan kepala
extensi.
4. Lakukan daerah operasi dengan bantuan spekulum
hidung.
5. Suntikan adrenalin 1 :200.000 pada mukosa hidung.
6. Lakukan insisi mukosa hidung dan secara tumpul
dipisahkan dari jaringan sekitarnya.
7. Identifikasi tulang septum nasal.
8. Lakukan amputasi tulang septum nasal.
9. Perdarahan dirawat dengan menjahit mukosa septum
nasal.
10. Pasang tampon pada kedua lubang hidung dan pasang
drain melalui tampon.
11. Operasi selesai, pasien dibangunkan.
12. Kirim pasien ke recovery room.

Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.


2. Ruang Perawatan.
3. Dokter Ahli Anestesi.
Referensi 1. Head and Neck Surgery.
2. SMF Bedah THT RSUD Kota Bekasi

SPO
KATARAK
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.43 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Katarak kekeruhan pada lensa mata, yang dapat
menimbulkan gangguan penglihatan atau komplikasi.

Tujuan 1. Membuang lensa yang keruh atau dengan menggunakan


implan sebagai penggantian.
2. Memperbaiki penglihatan.
3. Mencegah komplikasi katarak.

Kebijakan Setiap operasi katarak dilakukan oleh dokter Spesialis Mata


sesuai dengan standar.

Prosedur 1. Ekstrasi lensa ektra kapsular (“ECCE”) ekstrasi lensa


intra kapsul (pada kasus tertentu saja).
2. Pemasangan lensa okular (saat operasi) atau pemberian
kacamata atau lensa kontak ( setelah operasi).

Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.


2. Dokter Ahli Mata.

Dokumen terkait SK Direktur Utama RSUD Kota Bekasi tentang Kebijakan


Umum No.
Referensi Sari Ilmu Penyakit Mata, Penerbit Falkutas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 1981.

SPO
BEDAH PTERYGIUM
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.44 0 1/1
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Pterygium adalah jaringan fibravaskular peru yang tumbuh
berasal dari konjungtiva menuju & mengindentifikasi
kornea.

Tujuan Membuang jaringan “Abnorma” tersebut baik untuk tujuan


kosmetik, mencegah komplikasi ataupun menghilangkan
keluhan (subyektif) pasien.

Kebijakan Setiap operasi Bedah Pterygium dilakukan oleh Spesialis


Mata sesuai dengan standar.

Prosedur Namun pada kasus-kasus residif (pterygium berulang) atau


pada kasus-kasus pterygium primer tetapi disertai tanda-
tanda kemungkinan residif yang besar. Tehnik exterpatie
akan disertai dengan salah satu dari :
1. Tehnik Bedah Plastik + Transpalntasi
cangkok-auto konjungtiva .
2. Tehnik Bedah plastik + transplantasi cangkok
auto rotasi konjungtiva.
3. Tehnik bedah plastik +cangkok auto limbus.
4. Tehnik bedah plastik +trensplantasi memberan
amnion.

Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.


2. Dokter Ahli Mata.

Referensi Sari Ilmu Penyakit Mata, Penerbit Falkutas Kedokteran


Universitas Indonesia, Jakarta, 1981.

SPO
TREPANASI
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.45 0 1/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
Tanggal Terbit Ditetapkan / disahkan oleh:
Direktur RSUD Kota Bekasi
18 – 06 – 2007
PROSEDUR TETAP
Dr.H.Bambang Djati Santoso,MARS
NIP : 140 119 174
Pengertian Tindakan pembedahan pengangkatan bekuan daerah
epidural.
Tujuan Menurunkan tekanan intra cranial.
Kebijakan Setiap operasi Trepanasi dilakukan oleh dokter Spesialis
Bedah Syaraf sesuai dengan standar.
Prosedur 1. Posisikan pasien terlentang dengan proyeksi kepala.
2. Lakukan pembiusan umum.
3. kepala digambar untuk menentukan letak insisi.
4. Siapkan instrument operasi.
5. Lakukan tindakan anti sepsis daerah kepala yang
terpoyeksi kecuali wajah.
6. Injeksi NaCL sampai tulang kepala sesuai gambar.
7. Lakukan insisi kulit ditempat yang sesuai gambar
sebelumnya sambil mengatasi perdarahan dengan
agrave.
8. Pisahkan otot dari tulang kepala dengan respatorium.
9. lakukan bor pada titik sesuai letak bekuan darah.
10. Lakukan pemotongan tulang kepala dengan gigley.
11. Atasi perdarahan dengan bone waxes.
12. Evakuasi bekuan darah sebanyak mungkin sambil
mengatasi perdarahan dengan coagulasi bipolar dan
waxes sign serta drinage dengan NaCL + kemicetine
powder.
13. Jahit durameter dengan benang side (No.4/0, Vcyril 3/0)
dan gantung pada otot kepala.
14. Pasang drain subkutis.
15. Tutup tulang kepala dan kulit kepala dijahit dan side
(No.0).
16. Balut luka operasi dengan kain kassa.
17. Prosedur selesai, bangunkan pasien.
18. Bawa pasien ke recovery room.
19. membuat laporan operasi.

SPO
TREPANASI
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD KOTA BEKASI 10.05.01.45 0 2/2
Jl. Pramuka No.55
Kota Bekasi
20. Membuat laporan Anestesi
21. Pasien pindah ke ICU
Unit terkait 1. Instalasi Kamar Bedah.
2. Unit Perawatan / ICU.
3. Dokter Bedah Syaraf / Anestesi.

Referensi SMF Bedah Syaraf.

Anda mungkin juga menyukai