Anda di halaman 1dari 13

Analisis Building Envelope,Green Wall,Desain

Fasade,Desain Roof,Agritecture
1.Buiding Envelope

Building Envelope adalah suatu aplikasi yang menggambarkan semua area


dari teknik bangunan, khususnya ilmu bangunan dan lingkungan ruang dalam.
Bidang ini memfokuskan pada analisa dan disain selubung bangunan, meliputi
ketahanan bangunan, perpindahan panas dan kelembaban serta interaksi dengan
lingkungan ruang dalam.

1.1 Fungsi Selubung Bangunan

Selubung bangunan terdiri dari komponen tak tembus cahaya (misalnya


dinding) dan sistem fenestrasi atau komponen tembus cahaya (misalnya jendela)
yang memisahkan interior bangunan dari lingkungan luar. Selubung bangunan
memberikan perlindungan terhadap pengaruh lingkungan luar yang tidak
dikehendaki seperti panas, radiasi, angin, hujan, kebisingan, polusi dll. Selubung
bangunan memiliki peran penting dalam mengurangi konsumsi energi untuk
pendinginan dan pencahayaan. Pada bangunan gedung bertingkat menengah dan
tinggi, luas dinding jauh lebih besar daripada luas atap. Oleh karena itu,
perancangan selubung bangunan vertikal, terutama jendela, harus dilakukan
secara hati-hati untuk menghindari masuknya panas ke dalam bangunan secara
belebihan.

Untuk bangunan bertingkat rendah di mana atap menjadi bagian yang lebih luas
daripada dinding, panas yang masuk dari atap mungkin menjadi faktor penentu
beban pendinginan secara keseluruhan. Selain itu, jendela dan skylight akan
menentukan besarnya cahaya yang dapat masuk ke dalam bangunan. Dengan
mengoptimalkan desain komponen tembus cahaya, konsumsi energi untuk
pencahayaan buatan dapat dikurangi secara signifikan dengan tetap menghindari
masuknya panas yang berlebihan ke dalam bangunan.

1.2.1Tren Konstruksi
Berdasarkan karakteristik termalnya, konstruksi selubung bangunan dapat
dikelompokkan dalam dua kategori utama: konstruksi dinding tirai (curtain wall)
dan konstruksi dinding bata-jendela. Konstruksi dinding tirai, apakah sepenuhnya
kaca atau kombinasi kaca dan panel (misalnya panel komposit aluminium) sangat
umum diterapakan pada bangunan kantor dan apartemen. Jenis bangunan lainnya,
terutama bangunan tingkat rendah, cenderung menggunakan konstruksi dinding
bata-jendela.

Gambar dinding tirai kaca Gambar dinding bata-jendela

1.3.1 Prinsip-Prinsip Desain

 Prinsip Bangunan melalui Selubung Bangunan


Dalam bangunan yang didominasi beban pendinginan eksternal, konsumsi energi
untuk sistem HVAC terutama ditentukan oleh perpindahan panas melalui
komponen selubung bangunan termasuk:

• Perpindahan panas melalui jendela,


• Perpindahan panas melalui dinding
• Perpindahan panas melalui atap
• Laju infiltrasi dan eksfiltrasi melalui retak-retak, jendela dan
bukaan pintu.

Ada sejumlah prinsip desain yang dapat diterapkan untuk mengurangi perolehan
panas melalui selubung bangunan: • Merancang bentuk dan orientasi bangunan
untuk meminimalkan paparan selubung bangunan dari radiasi matahari timur dan
barat.

• Mengurangi transmisi panas melalui jendela dengan mengurangi luas jendela,


menyediakan peneduh eksternal yang dirancang secara tepat dan memilih material
kaca dengan nilai SHGC atau SC yang rendah.

• Mengurangi transmisi panas melalui dinding dengan menggunakan insulasi


yang memadai.

• Mengurangi transmisi panas melalui atap dengan memiliki nilai reflektifitas,


emisivitas dan insulasi yang lebih tinggi.

• Mengurangi infiltrasi dan eksfiltrasi dengan menyekat bangunan secara rapat


dan mengendalikan bukaan pintu dan jendela.

1.4.1Bentuk dan Orientasi Bangunan

Karena pergerakan harian dan tahunan dari matahari, radiasi matahari yang
diterima selubung bangunan bervariasi untuk setiap orientasi. Untuk Jakarta dan
lokasi lainnya pada lintang yang sama, dinding vertikal pada arah Barat menerima
radiasi matahari rata-rata sebesar 303 W/m2 perhari, sedangkan timur, utara dan
selatan masing-masing menerima radiasi matahai rata-rata sebesar 268 W/m2, 207
W/m2, dan 165 W/m2 per hari. Permukaan horisontal (atap) menerima radiasi
matahari rata-rata sebesar 527 W/m2 per hari. Untuk menghindari perolehan
panas radiasi matahari yang berlebihan, permukaan utama selubung bangunan
dengan jendela sedapat mungkin diorientasikan ke utara dan selatan. Ini
memungkinkan jendela mendapatkan pencahayaan alami dari kubah langit dengan
tetap meminimalkan perolehan panas dari radiasi matahari secara langsung.
Ruang-ruang servis dan tangga dengan dinding masif dapat diletakkan di sisi
Barat dan Timur, sehingga dapat berfungsi sebagai thermal buffer zones.
1.5.1Peneduh Eksternal

Peneduh eksternal lebih efektif dalam mengurangi perolehan panas matahari


dibandingkan dengan peneduh internal karena dapat menghalangi radiasi matahari
sebelum mencapai selubung bangunan. Peneduh eksternal perlu dirancang secara
hati-hati agar tidak hanya untuk mengurangi beban pendinginan tetapi juga untuk
menciptakan arsitektur yang estetis, dengan tetap memperhitungkan kinerja
pencahayaan

Geometri perangkat peneduh harus dirancang sesuai dengan jalur pergerakan


matahari, yang meyebabkan rancangan bentuk dan ukuran yang berbeda untuk
orientasi yang berbeda. Secara umum, perangkat peneduh horisontal lebih sesuai
untuk jendela dengan orientasi selatan dan utara di mana sudut datang sinar
matahari relatif tinggi. Sirip vertikal dapat efektif menghalau radiasi matahari
dengan sudut datang rendah pada jendela yang berorientasi ke arah timur dan
barat. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, diagram jalur matahari (sun
path diagram) sebaiknya digunakan untuk pengembangan rancangan perangkat
peneduh.

2.Green Wall

Green wall adalah dinding yang dipenuhi oleh hijauan, sehingga terlihat
alami, menambah suplai oksigen serta memperindah struktur bangunan. Green
Wall sangat cocok untuk digalakkan di daerah perkotaan, yang notabene lahan
(tanah) sudah sangat terbatas, dan polusi yang memerlukan penyerapan oleh
tumbuh-tumbuhan. Dengan green wall, intensitas ruang hijau dapat diperluas,
tidak terbatas hanya di taman-taman atau menanam tanaman di pot di lahan
mendatar, namun di setiap dinding, pagar, di luar maupun dalam ruangan dapat
menjadi area hijau yang menyejukkan pandangan serta menyegarkan pernafasan.
Green Wall yang lazim dilakukan di sekitar kita adalah dengan menanam tanaman
rambat, dan membuat rangka sedemikian rupa agar tanaman merambat menyusuri
tembok atau bidang yang diinginkan. Green Wall model ini cukup mudah dibuat,
namun memerlukan waktu lama sampai dinding dipenuhi hijauan, serta pilihan
tanaman terbatas pada tanaman merambat.

Green Wall model lain adalah dengan "menempelkan" media tanam ke dinding,
sehingga kita menanam tanaman secara vertikal. Secara alami, fenomena ini bisa
terlihat di tebing-tebing. Tanaman tetap dapat tumbuh meskipun tidak ditanam di
media dengan penempatan horizontal. Green Wall dapat hijau penuh secara
instan, dengan menyelipkan tanaman-tanaman yang telah disiapkan sebelumnya
dipot atau di polibeg ke struktur dinding yang telah dibuat.Green Wall model
"menanam di dinding" dapat dibuat dengan membeli modul-modul yang sudah
jadi (yang saya tahu sekarang masih impor) dengan biaya kira-kira > 1 juta/m2
atau membuat sendiri dengan terlebih dahulu memahami konsep pembuatannya.
Bahan-bahan yang dijelaskan di situs luar kadang tidak tersedia/sulit didapatkan
di Indonesia. Jadi akan perlu penyesuaian bila kita ingin membuat sendiri baik
untuk memperindah ruangan ataupun berupaya memperbanyak suplai oksigen di
sekitar kita dengan memanfaatkan ruang vertikal.
Berikut ini empat hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat taman vertikal:

 Media Tanam
Karena dipasang di bidang vertikal, hal terpenting adalah pemilihan media
tanam. Beberapa media tanam yang kerap digunakan pada taman vertikal
adalah cocopeat, sekam, pumice, perlite, rumput laut, dan lain-lain.Media
tanam yang ringan sangat disarankan, karena tidak membebani struktur
dinding, seperti campuran peatmoss (gambut) dan cocopeat. Gambut
mengandung nutrisi untuk pertumbuhan dan cocopeat baik untuk
menyimpan air.
 Jenis Tanaman
Tanaman yang banyak dipilih untuk taman vertikal adalah yang dapat
merambat atau tumbuh menjuntai ke bawah. Contoh: adiantum (suplir), lili
paris, phytonia, bromelia, kadaka, tanduk menjangan, sirih gading, pakis
boston, dan lain-lain.

 Komposisi Tanaman
Agar tampil cantik, taman vertikal menggunakan lebih dari satu jenis
tanaman dengan komposisi dan warna yang beragam. Tanaman juga harus
disesuaikan dengan penempatan: indoor atau outdoor. Untuk aplikasi di
dalam ruangan, taman harus dibantu dengan lampu artifisial sebagai
sumber cahaya untuk proses fotosintesis.
 Penyiraman Tanaman
Apabila taman vertikal tidak terlalu tinggi (maksimal 2,5 meter),
penyiraman dapat dilakukan secara manual menggunakan selang.
Sedangkan pemupukan dapat menggunakan penyemprot (sprayer).Bila
ukurannya besar, harus digunakan sistem penyiraman mekanis dengan
pompa dan pemupukan dengan infus atau dosing unit. Agar tidak
merepotkan, dapat digunakan pengatur waktu (timer) yang akan mengatur
secara otomatis waktu-waktu penyiraman dan pemupukan.

3.Desain Fasade

Fasade bangunan merupakan elemen penting dalam penyampaian dari fungsi,


makna serta suatu masa dari kebudayaan saat bangunan itu berdiri.
Ketidakseragaman fasade bangunan dapat menyebabkan memburuknya kualitas
visual kawasan dan lunturnya identitas suatu kelompok bangunan. Sebagai
Universitas Negeri yang terbesar di Kalimantan Barat dan mengusung tema
sebagai “public university”, komposisi visual dari fasade bangunan di Universitas
Tanjungpura perlu diperhatikan untuk meningkatkan identitas kawasan kampus,
yang diidentifikasi memiliki karakteristik bangunan Melayu. Dengan
menggunakan metode tipologi dan deskriptif-analitis, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis karakteristik fasade pada sampel bangunan eksisting sesuai
dengan masing-masing fungsi, yaitu fungsi nonakademik manajemen dan
akademik umum. Dari kedua karakteristik tersebut, diambil karakter pengikat
yang dapat dijadikan kriteria desain fasade agar bangunan baru dapat dibangun
selaras dengan bangunan lama dan dapat memperkuat identitas kawasan.
Beberapa elemen fasade yang dapat digunakan sebagai karakter pengikat adalah
komponen atap bangunan, ornament, komposisi simetri, irama, geometri serta
unsur warna dan material.

3.2 Analisis Komponen Fasade Bangunan

Fungsi non-akademik manajemen

Nama Bangunan Fasad Bangunan

Gedung Fakultas MIPA


Fungsi non-akademik manajemen

Nama Bangunan Fasad Bangunan

Gedung Fakultas kip


3.2.1 Entrance (pintu masuk)

Karakter visual pintu masuk pada fungsi non-akademik manajemen


didominasi oleh lokasi entrance yang berada di tengah garis sumbu simetri pada
bidang fasade, bentuk yang dimajukan keluar dengan atap pelindung berbentuk
atap kombinasi serta ditandai secara visual dengan adanya kolom yang menonjol
dan ornamen pada atap pelindung. Pada fungsi akademik umum, karakter yang
dominan adalah lokasi yang berada di tengah garis sumbu simetri bidang fasade,
bentuk dimajukan keluar dengan kanopi pelindung berbentuk atap kombinasi serta
ditandai dengan adanya kolom yang menonjol, kenaikan tinggi lantai dan
ornamen pada atap.

3.2.2 Bukaan Karakter

Bukaan pada bangunan non-akademik manajemen ditandai dengan


komposisi masif dan bukaan yang seimbang, bentuk bukaan yang memanjang
secara horizontal, letak bukaan yang dikelompokkan pada bidang dinding dan
dibatasi oleh kolom, jenis bukaan yang dominan adalah jendela hidup dengan
material kusen kayu, kaca bening, railing besi serta ventilasi jalusi kayu. Karakter
bukaan yang dominan terdapat pada bangunan akademik umum adalah komposisi
yang seimbang antara masif dan bukaan, bentuk bukaan yang memanjang secara
vertikal, letak bukaan yang dikelompokkan pada bidang dinding dan kolom. Jenis
bukaan yang dominan adalah menggunakan jendela mati dengan material kusen
kayu, kaca bening, railing besi serta ventilasi dengan material kaca atau jalusi
kayu. Dari kedua fungsi bangunan tersebut, terdapat karakter bukaan yang sama
terhadap arah hadapnya. Bukaan yang mengarah kearah barat daya, barat laut dan
barat didominasi oleh jenis jendela mati dengan material yang dapat menfilter
panas matahari atau jenis jendela hidup dengan penambahan sun shading. Bukaan
yang menghadap pada arah sebaliknya, yaitu arah timur laut, timur dan tenggara
menggunakan jenis jendela hidup dengan material kaca bening dan komposisi
massif bukaan yang seimbang.

3.2.3 Atap bangunan Fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum

Memiliki karakter atap bangunan yang sama. Bentuk atap bangunan yang
dominan adalah berbentuk perisai atau pelana yang terpatah menjadi dua
kemiringan atau dikombinasi dengan bentuk atap lain. Kemiringan atap antara
30°-60° sesuai dengan bentuk atap tropis dengan kemiringan yang dominan
digunakan adalah 30°. Material atap terbuat dari tanah liat dengan warna abu-abu
gelap atau warna terakota.

3.2.4 Ornamen Ornament pada bangunan non-akademik manajemen

dominan terletak pada dinding dibawah atap, sedangkan pada bangunan


akademik umum dominan terletap pada bagian atap. Karakter dari bentuk, motif
dan material ornament pada kedua fungsi memiliki ciri yang sama yaitu bentuk
ornament yang mengikuti garis atap (bentuk segitiga), motif ornamen yang
dominan berbentuk geometri dengan unsur garis tegas dan material ornamen yang
terbuat dari kayu serta warna yang selaras dengan warna kusen dan atap.

3.3 Analisis Komposisi Fasade Bangunan

3.3.1 Geometri

Karakteristik geometri dari kedua fungsi non-akademik manajemen dan


akademik umum memiliki ciri yang sama yaitu tipe bidang geometri pembentuk
fasade yang dominan adalah terdiri dari persegi panjang horizontal, trapesium dan
segitiga sama kaki yang disusun secara vertikal dengan urutan dari bawah adalah
bidang persegi panjang sebagai badan bangunan serta bidang persegi panjang,
trapesium dan atau segitiga sebagai pembentuk atap.

3.3.2 Simetri

Karakteristik simetri dari kedua fungsi non-akademik manajemen dan


akademik umum memiliki ciri yang sama yaitu garis sumbu yang terletak di
tengah bidang sekaligus merupakan sumbu pencapaian. Keseimbangan simetris
menunjukkan kesan formal yang sesuai dengan fungsi bangunan.

3.3.3 Irama

Karakteristik irama dari kedua fungsi non-akademik manajemen dan


akademik umum memiliki ciri yang sama, yaitu elemen yang berulang berupa
kolom, bukaan dan ornamen. Jenis perulangan yang dominan adalah perulangan
bentuk dan ukuran saat mendekati garis sumbu. Pola perulangan yang dominan
pada kolom dan bukaan adalah pola linier horizontal yang simetris, sedangkan
pola pada ornamen adalah menggunakan pola sekuensial menurut ukuran yang
menyesuaikan dengan garis atap.

3.3.4 Skala dan proporsi

Perbedaan ciri karakteristik proporsi pada kedua fungsi bangunan


adalah proporsi ketinggian atap dan bangunan dominan seimbang pada fungsi
bangunan nonakademik manajemen, sedangkan pada fungsi akademik umum
memiliki karakter yang dominan lebih besar perbandingan tinggi atap
dibandingkan dengan tinggi bangunan. Hasil analisis indikator skala dan proporsi
lainnya menunjukkan ciri yang sama dari kedua fungsi. Skala menyesuaikan
dengan dimensi tinggi manusia rata-rata di Indonesia, dimensi pintu masuk yang
dominan adalah dengan tinggi 220cm dan lebar 80-100cm. Jarak dari lantai ke
plafon memiliki ketinggian antara 3.5 – 4m dengan jumlah lantai antara 1-2 lantai.
Perbandingan panjang bangunan lebih besar dibandingkan dengan tinggi
bangunan.

3.4 Analisis Unsur Fasade Bangunan

3.4.1 Warna dan material

Karakter warna yang dominan pada fungsi non-akademik manajemen


dan akademik umum adalah penggunaan warna netral diluar lingkaran warna,
yaitu warna putih, abu-abu dan krem, sedangkan beberapa bangunan
menggunakan sedikit warna kontras sebagai identitas masing-masing fakultas
Material bangunan yang banyak digunakan adalah penggunaan material kaca
bening sebagai pengisi jendela, material kayu pada kusen, material tanah liat pada
atap dan material dinding bata dengan finishing cat warna.

3.5 Kriteria Desain

3.5.1 Komponen Fasade Bangunan

 Pintu masuk (entrance)

Anda mungkin juga menyukai