Anda di halaman 1dari 81

Seminar Perpajakan IKPI

Merlyn Park Hotel, 5 Februari 2020

OMNIBUS LAW DAN


PENGARUHNYA TERHADAP
PROFESI KONSULTAN
Oleh: Yustinus Prastowo PAJAK
Executive Director of Center for Indonesia
Taxation Analysis (CITA)
OUTLINE
01 Perubahan Kondisi Ekonomi Global dan Tantangan
Investasi di Indonesia

02
Substansi Omnibus Law Perpajakan

03
Pengaruh Omnibus Law terhadap Sistem Perpajakan

04 Profesi Konsultan Pajak

05 Role Konsultan Pajak dalam Perubahan Sistem Perpajakan

06 Apa yang Perlu Disiapkan?

2
01
Perubahan Kondisi Ekonomi Global
dan Tantangan Investasi di Indonesia
3
Global Economy Turbulence
VUCA
Volatile, Uncertain, Complex and Ambiguous

Cepatnya Mengacu pada Mengacu pada Mengacu pada


perubahan ketidakmampua sejumlah faktor, kurangnya
pada suatu n untuk dapat ragam dan kejelasan tentang
industri, memprediksi variabel yang bagaimana
pasar atau masa depan perlu kita menafsirkan
dunia. dengan yakin. perhitungkan. sesuatu.
Semakin Semakin tidak Semakin Semakin ambigu
volatile pasti dunia ini, kompleks dunia, semakin
dunia, semakin sulit dunia ini, sulit untuk
semakin untuk semakin sulit ditafsirkan.
banyak hal diprediksi. untuk
berubah. dianalisis.
Global Tax Issues, disruptive and new path?
Trade War (US-China),
Is there but in G-20 Fukuoka
international tax G20? OECD? UN? New Pragmatism US/China vs
authority? UK/France on taxation
on digital economy

Is there all about interest,


OECD Guidelines?
international tax Political Taxation who get what,
UN? EU?
law? when…

unilateralism/ competition,
Where we are multilateralism/ cooperation, or
regionalism? New Path coopetition?
heading to
FATCA vs AEoI?

Good boy as
New World US vs China? How about follower, or
Hegemony Third Way? Indonesia? trendsetter?

5
Facing Global Turbulence
Membaca dan Membangun Tax
Global Economy Policy Tax Reform Ecosystem dan
Memahami Tren
Turbulence: VUCA
Global Transformation ‘Sadar Pajak’
Environment

Shifts in International Thinking Shifting Paradigm


On Fiscal Policy…

First Shift Second Shift Third Shift Fourth Shift

Trade-off between
Fiscal policy as a Moving beyond Fiscal policy in an
stabilization and
stabilisation tool economic growth uncertain
sustainability
environment

Pergeseran isu utama kebijakan fiskal dari pengeluaran/ expenditure menjadi pendapatan/
revenue…
6
Kondisi ekonomi dan geopolitik global sepanjang 2019

7
Sumber: kemenkeu
Risiko dan Tantangan Perekonomian Global

AS-China Japan-Korea 2020 elections


Brexit
trade war trade tensions in US

Iran sanctions
Hongkong Argentina debt
and shadow Kashmir crisis
Protests restructuring
war with Israel

8
27,27

24,63

20,53

“Secular stagnation” 16,18


17,77

Low interest rates ≠ 12,36


13,05

high investment 9,22


8,35
7,75
6,37 6,79 6,52 6,46
4,59 4,11

2010
-1,75 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

interest rate (%) investment (yoy,%) Sumber: World Bank, BKPM


Low unemployment ≠ high inflation
8,00 1,2

7,00 1

0,8
6,00
Tingkat pengangguran terbuka (%)

0,6
5,00

Inflasi (%)
0,4
4,00
0,2

3,00
0
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2,00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
-0,2

1,00 -0,4
inflasi tingkat pengangguran terbuka (%)

- Sumber: World Bank, BKPM -0,6


Sumber: BKPM, BPS
Realisasi Penerimaan Pajak 10 thn terakhir (Rp Tn)

15%
Penerimaan pajak kembali tidak mencapai Secara persentase, realisasi penerimaan pajak
target, yaitu terealisasi Rp 1.332 T atau tahun 2019 lebih rendah dibandingkan dua tahun Volatilitas
20%pencapaian target
84,4% dari target. Dengan kata lain terjadi terakhir, yakni di tahun 2017, realisasi penerimaan penerimaan ini perlu
shortfall Rp 245 T atau meleset Rp 105 T pajak 89,7% dan di tahun 2018 kembali meningkat
10% diantisipasi dan dianalisis
dari outlook Pemerintah sebesar Rp 140 T. menjadi 92,4%. Namun realisasi 2019 ini masih secara mendalam demi
Berarti 10 tahun terakhir Pemerintah belum lebih baik dibandingkan realisasi penerimaan pajak mendapatkan formula
berhasil mencapai target pajak yang tahun 2015 tahun 2015 dan 2016 yang mencapai pemungutan pajak yang
ditetapkan dalam APBN. 82% dan 81,6%. efektif dan sustain.
Shortfall Pajak 2019 meleset Rp 105 T dari outlook
pemerintah sebesar Rp140 T

249,39 245,50
233,40

Dalam Rp triliun

131,90
110,60
87,40
74,20
40,00 49,00
20,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
12
Sumber: kemenkeu
Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak 2019
Penyebab turunnya pertumbuhan pajak 2019: Pertumbuhan realisasi ini menjadi
Turunnya harga komoditas di tahun 2019 yang yang terendah semenjak tahun 2009
menekan kinerja penerimaan pajak terutama dari
sektor perkebunan, migas dan pertambangan. pasca Global Financial Crisis (GFC)
sektor perdagangan internasional menurun yang
secara langsung akan berdampak pada
menghempas ekonomi dunia.
penerimaan PPN Impor. 34,35%

Insentif pajak yang cukup banyak digelontorkan


Trade war

pemanfaatan data dan informasi yang belum 23,31%


optimal 19,92% 19,65%
18,72%
tahun politik yang memaksa dilakukannya
moratorium tindak lanjut data/informasi dan 13,94% 14,04%
tertundanya pemungutan pajak beberapa sektor 12,52%
10,17%
Global finance 6,95% 7,70%
crisis 4,24% 4,15%
1,42%

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 APBN
2020
-4,55%
Sumber: Kemenkeu 13
Kinerja Pajak:
Masih policy driven

Sumber: kemenkeu
Bagaimana untuk mencapai target penerimaan pajak di tahun 2020
pertumbuhan penerimaan perlu meningkat sebesar
dengan tahun 23,2% (dari realisasi 2019).

2020?
23,2% 1642

1332,1
Tak jauh berbeda dengan
tahun 2019, ekonomi
pada tahun 2020 masih
dipenuhi dengan
ketidakpastian. Kinerja
pertumbuhan
penerimaan dapat Realisasi 2019 APBN 2020
diperkirakan tidak
mengalami perubahan Sulit untuk direalisasikan,. sehingga revisi
besar. target di APBN 2020 menjadi pilihan paling
rasional
Ke Mana Arah Perkembangan Konsensus Global

Pemajakan
Ekonomi Digital?

UNILATERAL ACTION FUKUOKA


Usaha sepihak suatu negara dalam memperoleh
“pendapatan Negara”, yakni melalui pengaplikasian pajak
langsung (PPh) dan tidak langsung (PPN), yang dipungut Can it be done?
dari aktivitas digital tanpa melakukan negosiasi ulang atas Conflict of
perjanjian pajak bilateral, atau tanpa berkonsultasi dengan Unified Interest?
negara-negara lain. Approach 16
Proposed solution to tax DIGITAL ECONOMY in
BEPS ACTION PLAN 1
Modifications to the Exemptions
from Permanent Establishment
Status
A New Nexus based
on Significant Digital virtual agency PE
Proposed Solution

Presence

Virtual Permanent virtual fixed place of


Establishment business PE

Creation of a
on-site business
Withholding Tax on
presence PE
Digital Transactions
Exemptions for
Imports of Low Valued
Consumption Tax Goods
Options
Remote digital
supplies to consumers 17
G20 Ministerial Symposium on International Taxation
(Fukuoka, Japan)
Namun, dikotomi
GLOBAL CONSENSUS UPDATE negara konsumen dan
negara produsen
menjadi akar sulitnya
pencapaian consensus

PPN dapat menjadi


solusi efektif dari
penggalian potensi
pajak ekonomi
digital. Pemungutan
PPN akan
memberikan
keadilan pajak bagi
negara konsumen
yang selama ini
3 Proposal: 2 Proposal: merasa tidak
“User Participation”,“Marketing Intangible”, “Global Intangible Low-Taxed Income” mendapatkan
dan “Significant Economic Presence”. dan “Income Inclusion Rules” bagian/porsi PPh.
18
Consensus-based long-term solution by the end of 2020
PILLAR ONE
Proposed solution: Pillar one “the cure worse than the disease”
- Marlies de Ruitter -

Ring Fencing Digital Business

Marketing User Significant Economic


Intangible Participation Presence

Fokus pada Digitaliasi ekonomi


bukan ekonomi digital

Berfokus pada ekonomi digital


Mampu menangkap perusahaan bukan digitalisasi ekonomi
konvensional yang terdigitalisasi tak
hanya perusahaan digital saja

Merugikan Amerika Serikat


Memberikan keadilan dan solusi dan negara asal Perusahaan
jangka panjang, mengingat perusahaan Digital
konvensional juga akan terdigitalisasi

Geopolitical Envy? 19
OECD Unified Approach Framework Established because there were gaps in
(October 2019) the Pillar One proposals.

Covers highly digital Extractive industries


Scope business models but are assumed to be
goes wider out of the scope

PILLAR ONE

Proposal for a New nexus rule The new nexus


Largely based on could have
“Unified Approach” unconstrained by
sales. thresholds
Multiple-tier approach physical presence

Amount A – Portion (%) of deemed residual profit


Consensus based
long term solution Profit allocation
Amount B – Fixed return for distribution functions
by the end of 2020 rules

Amount C – Additional return based on TP analysis


20
Omnibus law diharapkan dapat
menjawab tantangan
perubahan kondisi ekonomi
global dan tantangan investasi
di Indonesia

Hipotesis
Omnibus law berdampak pada
ekosistem pajak sehingga juga
mengubah pola relasi/ interaksi
antarelemen. Maka dituntut
adaptasi dan respon yang berbeda
dari konsultan pajak
02
Substansi Omnibus Law Perpajakan

22
Sejarah Omnibus Law
1967
Untuk pertama kalinya, pengaturan mengenai
penyadapan dilindungi oleh konstitusi. Pengaturan
1928 perihal penyadapan dinilai penting untuk proses
penegakan hukum di bidang kejahatan yang
Supreme Court of the United States
pernah menerima penyadapan sebagai terorganisir. Namun, penyadapan juga harus dilakukan
bukti di pengadilan. dengan perlindungan prosedural untuk meminimalkan
ancaman terhadap privasi individu.

1937 1968
Pengadilan melarang Kepolisian Amerika ingin menggunakan bukti
penyadapan sebagai penyadapan di depan pengadilan namun belum ada
bukti di pengadilan. UU yg mengatur. Kekhawatiran atas penyadapan
akhirnya menghasilkan The 1968 Omnibus Crime
Control Act. Jadi, UU ini mengatur perihal
pemberantasan kejahatan terorganisir, kemungkinan
penyadapan, dan kekuasaan diskresioner kepada
Presiden dalam situasi darurat.
23
Praktik Omnibus Law di Negara-Negara Lain (1)

Turkey New Zealand


Canada Turki adalah negara yang Selandia Baru adalah negara yang
Negara yang menganut menggunakan omnibus law menggunakan omnibus law dalam sektor
common law system untuk melakukan pajak
amandemen terhadap
Kanada menggunakan menggunakan peraturan perpajakan.
pendekatan omnibus untuk Rancangan Undang-Undang: “Taxation Act
mengimplementasikan perjanjian Aspek amandemen: PPh, PPN, 2019”
perdagangan internasional. belanja pajak, tabungan pensiun,
jaminan sosial dan asuransi kesehatan Poin amandemen: Meningkatkan
Penerapan pengaturan pajak yang saat ini berlaku dalam
Januari 2019: Turki menerbitkan
Omnibus Law No. 7161 yang membuat
kerangka yang luas (broad-base) dan bertarif
Kanada menerbitkan WTO Act yang rendah (low-rate).
beberapa amandemen penting
memodifikasi 23 undang-undang yang
telah berlaku untuk dapat tunduk Kerangka RUU ini sangat penting untuk
Poin omnibus: Penambahan perbedaan mata
kepada kewajiban WTO uang sebagai basis PPN, menjadikan "rasio mendorong kepatuhan terhadap
Sumber: Study Paper, 2006, Possible Use of the Omnibus Legislative harga konsumen" sebagai dasar untuk kewajiban pajak.
Technique for Implementation of Vietnam’s WTO Obligations and
Commitments, Institute of Law Science The World Bank menentukan kenaikan harga leasing, serta
pembebasan 70% pajak dalam pembayaran Sumber: Explanatory Note, Taxation (KiwiSaver, Student Loans, and Remedial
gaji personil penerbangan swasta. Matters) Bill New Zealand
24
Praktik Omnibus Law di Negara-Negara Lain (2)
Negara ini
menggunakan
omnibus law untuk
dapat menerapkan
perjanjian
Philippines
internasional di
Australia negaranya. Filipina juga telah
mulai mereformasi
Australia adalah hukum dalam
negara yang konteks investasi
menganut Salah satu omnibus law di dengan menerbitkan
common law Australia adalah Act on The Omnibus
system. Implementation of US Investment Code The Omnibus Investment Code
FTA yang digunakan untuk merupakan serangkaian
mengimplementasikan peraturan yang memberikan
perjanjian perdagangan bebas insentif komprehensif, baik
antara Amerika Serikat fiskal maupun non-fiskal, yang
dengan Australia. dipertimbangkan oleh
Pemerintah Filipina sebagai
Sumber: Study Paper, 2006, Possible Use of the Omnibus Legislative Technique for Implementation of Vietnam’s WTO
Obligations and Commitments, Institute of Law Science The World Bank prioritas pembangunan nasional.
Sumber: Regulus E Cabote, 2001, Investment Incentives Under The Omnibus Investment Code Of The
Philippines, Mondaq: Philippines
25
Konsepsi Omnibus Law: Reformasi Regulasi

26
Konsepsi Omnibus Law: Penerapan Omnibus Law di Indonesia

27
RUU KETENTUAN DAN FASILITAS PERPAJAKAN
UNTUK PENGUATAN PEREKONOMIAN
(RUU Omnibus Law Perpajakan)

28
Latar Belakang
Potensi Stagnansi
Tantangan Perlambatan Belum Optimalnya Daya
Perekonomian Indonesia
Ekonomi Global Saing Investasi di Indonesia
(middle income trap)

TUJUAN
1. Meningkatkan iklim usaha yang kondusif dan atraktif bagi investor;
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia;
3. Meningkatkan kepastian hukum dan mendorong minat WNA untuk bekerja di Indonesia yang
dapat mendorong alih keahlian dan pengetahuan bagi peningkatan kualitas SDM Indonesia;
4. Mendorong kepatuhan sukarela Wajib Pajak; dan
5. Menciptakan keadilan berusaha antara pelaku usaha dalam negeri dan pelaku usaha luar
negeri.
29
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Beberapa Pertimbangan Omnibus Law Perpajakan
Alasan Penyusunan Omnibus Law
Pertumbuhan ekonomi yang kuat memerlukan investasi, namun tarif Ketentuan yang relevan
PPh Badan pengenaan PPh atas dividen dari dalam/luar negeri dirasa
masih tinggi dengan seluruh kebijakan
tsb tertuang dalam UU
yang berbeda, yakni
Dasar hukum yang belum memadai untuk menciptakan kesetaraan UU KUP, PPh, PPN,
perlakuan (level playing field) antara pelaku usaha dalam negeri dan Kepabeanan, Cukai,
luar negeri atas transaksi konvensional maupun e-commerce barang serta PDRD.
dan jasa.

Kebijakan pajak daerah yang tidak sejalan dengan kebijakan fiskal Oleh karena itu,
nasional sehingga cenderung menghambat kemudahan berusaha dan diperlukan UU yang
investasi. dapat mengakomodir
perubahan/
penyesuaian ketentuan
Ketentuan sanksi administrasi perpajakan, imbalan bunga, dan tsb secara sekaligus
pengkreditan Pajak Masukan kurang mendorong kepatuhan sukarela
dalam satu Undang-
Wajib Pajak
undang dengan
menggunakan skema
omnibus law.
30
Substansi RUU PEMBANGUNAN
NASIONAL

PENINGKATAN PEREKONOMIAN

MENDORONG MENCIPTAKAN
MENINGKATKAN MENEMPATKAN
PENERAPAN SISTEM KEPATUHAN WAJIB KEADILAN IKLIM
PENDANAAN FASILITAS KE
PERPAJAKAN PAJAK SECARA BERUSAHA DI DALAM
INVESTASI DALAM UU PAJAK
SUKARELA NEGERI

1. Pemajakan Transaksi Bentuk Fasilitas:


Pengaturan Tarif PPh: a.Penentuan Subjek 1. Relaksasi Hak
Pengkreditan Pajak Elektronik: a.Taxholiday.
Pajak Dalam Negeri
a. Penurunan tarif PPh Badan dan Luar Negeri. Masukan bagi a.Penunjukan platform memungut PPN.
secara bertahap 22% (2021 & b.Super deduction.
Pengusaha Kena
2022) & 20% (2023 dst) serta b.Sistem Pemajakan b.Pengenaan pajak atas penghasilan SPLN
Pajak. c.Fasilitas PPh untuk
penurunan tarif PPh Badan WP Teritorial untuk terkait dengan transaksi elektronik di
2. Pengaturan Ulang kawasan ekonomi
Go Public (3% dari tarif umum). penghasilan tertentu Indonesia berupa PPh atau pajak transaksi
Sanksi Administratif khusus.
dari LN. elektronik.
b. Penghapusan PPh atas dividen Perpajakan (Bunga d.PPh untuk surat
dari dalam negeri dan luar 2. Rasionalisasi Pajak Daerah
keterlambatan dan berharga Negara.
negeri seanjang diinvestasikan di denda kesalahan). a.Pemerintah Pusat dapat menetapkan tarif
Indonesia e.Keringanan,
pajak daerah yg berlaku secara nasional.
c. Adanya ruang Penyesuaian Tarif pengurangan &
PPh Pasal 26 atas Bunga dengan b.Pemerintah Pusat dapat menetapkan pembebasan Pajak
PP sanksi dan membatalkan Perda yg Daerah oleh Kepala
menghambat investasi Daerah

UU terdampak: UU KUP, UU PPh, UU PPN, UU Pemda, UU PDRD, UU KEK, UU Penanaman Modal


31
PENURUNAN TARIF PPh BADAN
Penurunan tarif PPh WP Badan untuk memberi ruang pendanaan dari dalam negeri untuk menambah
investasi dan meningkatkan FDI.

% %
%
%

32
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Penurunan Tarif PPh Badan
Saat ini:
• Ps. 17 (1) UU PPh: Tarif pajak yang dikenakan kepada
badan adalah 25%.
• Untuk WP Badan Dalam negeri yang memiliki
sedikitnya 40% jumlah keseluruhan saham yang
disetor dan diperdagangkan di BEI  Tarif yang
dikenakan sebesar 5% lebih rendah daripada tarif
normal.

RUU Omnibus:
Tarif pajak yang dikenakan kepada badan adalah
22% (berlaku pada tahun 2021-2022) & 20%
(mulai berlaku pada tahun 2023).
Untuk WP Badan Dalam negeri yang berbentuk
Perseroan Terbuka, dengan jumlah keseluruhan
saham yang disetor diperdagangkan pada BEI
Secara umum tarif PPh Badan kita juga bukan min. 40%, dan memenuhi syarat tertentu  Dapat
yang tertinggi di ASEAN memperoleh tarif sebesar 3% lebih rendah.

33
PENGHAPUSAN PPh ATAS DIVIDEN
DARI DN DAN LN
Penghapusan PPh atas dividen yang diterima WPDN (Badan & OP) untuk memberi ruang pendanaan dari
dalam negeri dan luar negeri untuk menambah investasi

% %

%
%

%
%

34
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Perlakuan Pajak atas Dividen dan Penghasilan Lain dari Luar Negeri (1)

Dividen yang berasal dari luar Dikecualikan dari pengenaan


negeri (non bursa) PPh jika diinvestasikan di
Indonesia dengan syarat
Penghasilan setelah pajak dari BUT tertentu
Penghasilan dari kegiatan usaha di
Jika diinvestasikan di Indonesia Jika diinvestasikan di Indonesia luar negeri, tidak melalui bentuk
< 30% dari jumlah laba setelah pajak ≥ 30% dari jumlah laba setelah pajak usaha tetap dikecualikan dari
pengenaan PPh dengan syarat:
Dividen dan penghasilan setelah pajak dividen dan penghasilan setelah pajak
yang diinvestasikan dikecualikan dari yang diinvestasikan dikecualikan • Diinvestasikan di Indonesia
pengenaan PPh dari pengenaan PPh • Penghasilan dari usaha aktif di LN
• Bukan dari perusahaan yang dimiliki
Selisih dari 30% laba setelah pajak sisa laba setelah pajak dikurangi LN
dikurangi dividen dan/atau penghasilan dengan dividen dan/atau penghasilan
setelah pajak yang diinvestasikan dikenai setelah pajak yang diinvestasikan
Pajak Penghasilan tidak dikenai Pajak Penghasilan.

Sisa laba setelah pajak sebesar 70%


(tujuh puluh persen), tidak dikenai
Pajak Penghasilan.

35
Perlakuan Pajak atas Dividen dan Penghasilan Lain dari Luar Negeri (2)

Contoh

X Limited membagikan dividen tunai sebesar $20.000,00 (20% dari laba setelah pajak sebesar $100.000,00).
PT Y, yang memiliki 70% saham pada X Limited., menerima pembagian dividen tunai sebesar $14.000,00. PT
Y menginvestasikan dividen tsb ke Indonesia sebesar $10.000,00 dalam jangka waktu tertentu

Dengan demikian:
1. Atas dividen yang diinvestasikan di Indonesia ($10.000,00) dikecualikan dari PPh;
2. Dividen yang dibagikan X Limited sebesar 20% dari total jumlah laba setelah pajak (berada di bawah
batasan minimal 30%) sehingga selisih 10% (batasan minimum sebesar 30% - persentase dividen
dibagikan sebesar 20%) atau sebesar $7.000 (10% x 70% x $100.000,00) merupakan objek PPh di
Indonesia;
3. Dividen yang dibagikan oleh X Limited sebesar $4.000,00 ($14.000,00 - $10.000,00) tidak diinvestasikan
oleh PT Y di Indonesia sehingga atas dividen tersebut juga merupakan objek Pajak Penghasilan di
Indonesia.

Oleh karena itu nilai objek Pajak Penghasilan terkait dividen PT Y dari X Limited. adalah sebesar $11.000,00
($7.000 + $4.000,00).

36
Pengaturan Subjek Pajak DN/LN
No Pengaturan Saat Ini RUU
a. WNI atau  WNI diperlakukan Penentuan WNI atau WNA sebagai Subyek Pajak Dalam
WNA Subjek Pajak Dalam Negeri berdasarkan time test keberadaan di Indonesia:
sebagai Negeri (SPDN)  <183 hari SPLN
SPDN karena
 >183hari SPDN, dan dalam hal memiliki keahlian
kewarganegaraan dan
tertentu hanya dikenakan PPh atas penghasilan
 WNA >183 hari dari Indonesia (4 tahun pertama).
diperlakukan SPDN
 WNI berada di luar lndonesia > 183 hari dapat
menjadi SPLN, sepanjang memenuhi syarat
tertentu;

b. Prinsip Pemajakan Sistem worldwide Sistem teritorial


atas Penghasilan a.penghasilan tertentu dari LN (dividen dari entitas listed
& non-listed, penghasilan dari BUT di LN) yang
diinvestasikan di Indonesia tidak dikenai PPh. Dalam hal
investasi < 30% dari laba setelah pajak di LN, selisih
investasi s.d. 30% dikenai PPh, serta sisa laba setelah
pajak di LN tidak dikenai PPh.
b. PPh bagi WNA SPDN dengan keahlian tertentu hanya
atas penghasilan dari Indonesia yang berlaku selama 4
tahun pertama. 37
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Perubahan Rezim Teritorial secara Terbatas

WNI WNA
Diperlakukan sebagai
Subjek Pajak Luar Negeri
dengan syarat yang dapat yang berada di
yang berada di luar berupa: Indonesia lebih dari Kecuali WNA dengan
Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12 keahlian tertentu & 4
183 hari dalam 12 o tempat tinggal; bulan tahun pajak pertama
bulan o pusat kegiatan utama; sejak kedatangan
o tempat menjalankan pertama ke Indonesia
kebiasan;
Diperlakukan o status subjek pajak; Diperlakukan PPh hanya dikenakan
sebagai dan/atau sebagai atas penghasilan
Subjek Pajak Dalam o persyaratan tertentu Subjek Pajak Dalam 38
yang diterima dari
Negeri lainnya. Negeri Indonesia
RELAKSASI HAK PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PKP
Relaksasi ketentuan Pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan untuk memberikan keadilan, mendorong
kepatuhan, dan mengurangi hambatan investasi
No Pengaturan Saat Ini RUU

a. Pajak Masukan tidak dilapor di SPT Tidak dapat Dapat dikreditkan sesuai bukti
& ditemukan saat pemeriksaan. dikreditkan Faktur Pajak yang dimiliki.

b. Pajak Masukan ditagih dengan ketetapan Tidak dapat Dapat dikreditkan sebesar pokok pajak.
pajak. dikreditkan

c. Pajak Masukan perolehan Dapat dikreditkan hanya atas 1. Dapat dikreditkan atas semua perolehan
BKP/JKP sebelum PKP barang modal BKP/JKP yang berhubungan langsung
melakukan penyerahan terutang dengan penyerahan BKP/JKP
PPN 2. LB dikompensasikan ke masa berikutnya
dam dapat direstitusi di akhir tahun buku
3. Bila 3 tahun pertama sejak mengkreditkan
belum ada penyerahan BKP/JKP, PPN
menjadi tidak dapat dikreditkan
(dibatalkan)
d. Identitas pembeli dalam Faktur Berupa nama, Berupa:
Pajak yang dapat dikreditkan alamat dan NPWP 1. nama, alamat, dan NPWP
Pembeli pembeli, atau
2. Nama dan NIK Pembeli.
39
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Pengaturan lebih lanjut mengenai pengkreditan pajak masukan (1)

Pajak Masukan yang belum dikreditkan Pajak Masukan yang diperoleh sebelum
dapat tetap dikreditkan pada Masa Pajak Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
berikutnya paling lama 3 Masa Pajak setelah dapat dikreditkan oleh PKP dengan
berakhirnya Masa Pajak saat Faktur Pajak menggunakan pedoman pengkreditan Pajak
dibuat sepanjang belum dibebankan sebagai Masukan sebesar 80% dari Pajak Keluaran yg
biaya atau belum ditambahkan (dikapita-
seharusnya dipungut
lisasi) dalam harga perolehan BKP/JKP

Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP,


serta pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan
JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang
Faktur Pajaknya tidak memenuhi persyaratan formal 
dapat dikreditkan oleh PKP OP, sepanjang nama dan NIK pembeli
BKP atau penerima JKP tercantum dalam Faktur Pajak

40
Pengaturan lebih lanjut mengenai pengkreditan pajak masukan (2)

Pajak Masukan yang tidak dilaporkan


dalam SPT Masa PPN yang diberitahukan
dan/atau ditemukan pada waktu dilakukan
pemeriksaan  dapat dikreditkan oleh PKP

Pajak Masukan yang ditagih dengan


penerbitan ketetapan pajak dapat
dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak
sebesar jumlah pokok Pajak Pertambahan
Nilai yang tercantum dalam ketetapan pajak,
dengan ketentuan ketetapan pajak dimaksud
telah dilakukan pelunasan dan tidak dilakukan
upaya hukum
Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP
bagi PKP yg belum memulai
penjualannya  dapat dikreditkan
sepanjang perusahaan tersebut memulai
penjualan dalam waktu kurang dari 3 tahun

41
PENGATURAN ULANG SANKSI ADMINISTRATIF PERPAJAKAN

Pengaturan ulang sanksi administratif perpajakan (Pajak, Pabean dan Cukai) berupa bunga keterlambatan, denda
kesalahan dan imbalan bunga.

Sanksi administratif antara lain: Imbalan Bunga, antara lain:

No. Sanksi RUU No. Imbalan Bunga RUU

Terlambat bayar/ angsuran ketetapan/ Tarif bunga/bulan =


1
tagihan cukai/ tagihan kepabeanan suku bunga acuan/12 1 Terlambat pencairan restitusi

Terlambat bayar/ pembetulan SPT (self Tarif bunga/bulan =


2
assessment sebelum pemeriksaan) (suku bunga acuan + 5%)/12
Kelebihan bayar pajak akibat
Tarif bunga/bulan
Tarif bunga/bulan = Keputusan Keberatan,
3 Pembetulan SPT saat pemeriksaan 2 = (suku bunga
(suku bunga acuan + 10%)/12 Putusan Banding, atau
acuan + 10%)/12
Putusan Peninjauan Kembali
Kekurangan pembayaran pajak hasil
4
pemeriksaan (SKP)
Tarif bunga/bulan = Terlambat pengembalian
(suku bunga acuan + 15%)/12 3 jaminan tunai atas keberatan
Pembayaran kembali PPN yang tidak dapat
5 Cukai atau Kepabeanan
dikreditkan

Sumber: Materi Sosialisasi DJP 42


Pengaturan mengenai Imbalan Bunga dalam RUU Omnibus Law Perpajakan (1)

Pemberian imbalan bunga

Pengajuan keberatan Permohonan pembetulan

Permohonan banding
Penyesuaian besaran Permohonan pengurangan /
pemberian bunga dalam hal pembatalan SKP
pengembalian jaminan Permohonan pengurangan /
Permohonan peninjauan kembali
berupa uang tunai / atas pembatalan STP
pengembalian cukai
dilakukan setelah jangka waktu
Dikabulkan sebagian / 30 hari sejak keberatan Dikabulkan sebagian /
seluruhnya sehingga dikabulkan seluruhnya sehingga
menyebabkan kelebihan menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak pembayaran pajak
43
Pengaturan mengenai Imbalan Bunga dalam RUU Omnibus Law Perpajakan (2)

Sanksi administratif berlaku Bagi WP dalam negeri dan BUT yg tahun bukunya
untuk: tidak sama dengan tahun kalender, berlaku ketentuan:

Surat Tagihan Pajak


atau
Surat Ketetapan Pajak Untuk WP yg tahun Untuk WP yg tahun
bukunya dimulai bukunya dimulai
setelah 1 Januari setelah 1 Juli 2020,
Imbalan bunga berlaku untuk: 2020 s.d. tahun PPh nya dihitung
bukunya dimulai pada berdasarkan RUU
tanggal 1 Juli 2020, ketentuan dan
PPh nya dihitung fasilitas perpajakan
berdasarkan UU untuk penguatan
Surat Keputusan Pemberian
PPh ekonomi
Imbalan Bunga

44
MENEMPATKAN FASILITAS KE DALAM UU PAJAK

45
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
PEMAJAKAN ATAS PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK (PMSE)

46
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Kehadiran Ekonomi Signifikan
Pedagang luar negeri, penyedia jasa luar
negeri, dan/atau Penyelenggara Pedagang luar negeri, penyedia
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik Bagaimana apabila jasa luar negeri, dan/atau PPMSE
PPMSE luar negeri yg memenuhi penetapan BUT tidak dapat yg memenuhi kehadiran ekonomi
ketentuan kehadiran ekonomi dilakukan karena signifikan dikenakan pajak
signifikan dapat diperlakukan penerapan P3B? transaksi elektronik
sebagai BUT dan dikenakan PPh

Ketentuan kehadiran ekonomi


signifikan berupa: Pedagang luar negeri,
Siapa yang membayar &
penyedia jasa luar negeri,
melaporkan PPh tersebut?
dan/atau PPMSE
Omzet konsolidasi grup
usaha s.d. jumlah tertentu
Apakah pedagang LN, penyedia
Penjualan di Indonesia s.d jasa LN, dan/atau PPMSE dapat
jumlah tertentu menunjuk perwakilan yang
berkedudukan di Ya, bisa.
Indonesia untuk memenuhi
Jumlah pengguna aktif media kewajiban PPh / pajak transaksi
digital elektronik tsb?
47
Pengenaan PPN atas Transaksi Cross Border

PPN atas pemanfaatan Barang Kena


Pajak Tidak Berwujud dan/atau
Jasa Kena Pajak dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean

dipungut, disetorkan, dan dilaporkan oleh

Pedagang luar Penyedia jasa luar PPMSE luar PPMSE dalam


negeri negeri negeri negeri

Dapat menunjuk
perwakilan di Indonesia
48
Pengaturan Pajak Daerah (1)

Pengaturan Pajak Konsekuensi:


Daerah: Keringanan
Pemerintah pusat
• Penentuan tarif dapat menerapkan
tertentu atas pajak
tarif tertentu yg
daerah yang
berlaku secara
berbeda dg tarif
Fasilitas pajak pajak daerah yg
nasional oleh Diatur daerah guna
pemerintah pusat dengan telah ditetapkan
mendukung
• Pelaksanaan Peraturan Pengurangan dlm Perda
kebijakan
evaluasi terhadap Kepala
Daerah perekonomian
Perda yg nasional
menghambat Evaluasi Perda
kemudahan dalam • Evaluasi rancangan
berusaha Perda mengenai
PDRD
Pembebasan • Evaluasi atas
Perda PDRD yg
telah di tetapkan
49
Pengaturan Pajak Daerah (2)

Bagaimana pengaturan regulasinya?

01 Rancangan Perda tentang PDRD yg telah disetujui


Bersama DPR sebelum ditetapkan oleh Kepala
Apabila dalam evaluasi dinyatakan “menghambat
kemudahan berusaha”, Pemerintah Daerah wajib
Daerah wajib disampaikan ke Menteri & Mendagri
melakukan perubahan Perda / aturan
untuk dievaluasi sesuai peraturan per-UU-an
pelaksanaannya paling lama 6 bulan sejak hasil
evaluasi terbit. Apabila tidak dilakukan perubahan,
sanksinya adalah penundaan / pemotongan dana
04
Evaluasi  Untuk menguji kesesuaian antara transfer ke daerah / sanksi lain sesuai peraturan

02 Rancangan Perda dengan peraturan yg lebih tinggi &


kebijakan fiskal nasional. Hasil evaluasi tsb dapat
“dilanjutkan” atau “harus disesuaikan”
per-UU-an

Perda dan aturan pelaksanaannya yg telah


Ketentuan lebih lanjut perihal evaluasi rancangan
Perda; pengawasan pelaksanaan Perda PDRD; dan 05
pengenaan sanksi, akan diatur dalam Peraturan
ditetapkan, wajib disampaikan kepada Menteri paling Pemerintah
03 lama 7 hari kerja setelah ditetapkan. Menteri dapat
melakukan pengawasan terhadap PDRD dengan
adanya evaluasi

50
03
Pengaruh Omnibus Law dalam Sistem
Perpajakan
51
Pengaruh Omninbus Law dalam Sistem Perpajakan

Memberikan kepastian
sistem pajak Indonesia Omnibus law perpajakan
secara efisien, efektif, akan lebih memudahkan
dan dalam jangka investor asing memahami
panjang dapat sistem perpajakan di
menyudahi sengketa Indonesia.
pajak yang berlarut.

Mempermudah wajib pajak


atau perusahaan dengan Menjadi jurus pamungkas
banyak cabang di daerah, bagi pemerintah sebagai
untuk mematuhi dan bentuk antisipasi dan
memenuhi kewajiban pemajakan atas kasus-
perpajakannya. kasus pajak ekonomi digital.

52
Komplikasi Hukum (1)
Menurut tradisi dan UU 12/2011, setiap PUU
• Bagaimana kalau omnibus law justru bertentangan dengan sistem PUU yang berlaku di
harus dibentuk berdasarkan asas-asas
Indonesia?
pembentukan PUU yang patut dan
• Bagaimana jika pasal-pasal omnibus law dipertentangkan dengan UU (asalnya) melalui
berdasarkan landasan filosofis, yuridis, dan
pengujian ke MK karena ketidakpastian hukum, bahkan bertentangan dengan pasal-pasal
sosiologis, yang tentu berbeda bagi setiap UUD 1945?
PUU.

• Mengganti definisi dalam Ketentuan Umum suatu UU akan berakibat pada seluruh pasal
Teknis pembentukan omnibus law: menyusun dalam UU (asal) yang diubah.
dalam kelompok, golongan, atau kluster,
• Setiap UU, selain mengatur materi muatan yang berbeda-beda, juga mengatur subyek
menuliskan apa yang harus diubah.
(adressat) yang berbeda-beda.

Risiko jadi bumerang: RUU yang


Jangan lupakan Pasal 33 UUD dimaksudkan menjamin
1945 sebagai sokoguru kepastian/harmoni justru semakin
perekonomian nasional memperparah
ketidakpastian/disharmoni
53
Sumber: Maria Farida Indrati, “’Omnibus Law’, UU Sapu Jagat?” Kompas, 4 Januari 2020, hlm. 6.
Komplikasi Hukum (2)

Omnibus law: kemungkinan salah diagnosis?

Pertumbuhan investasi yang diukur dengan pembentukan modal tetap Jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, bahkan dengan China
bruto dalam lima tahun terakhir masih di atas pertumbuhan PDB sekalipun, pertumbuhan investasi Indonesia masih lebih tinggi

Tantangan Indonesia: meningkatkan kualitas investasi

Selama ini kebanyakan investasi dalam bentuk Konsolidasi perbankan: bagaimana Jangan lagi terjadi dana puluhan triliun rupiah yang
dihimpun dari darah dan keringat rakyat
bangunan. Sedangkan investasi dalam bentuk perekonomian hendak berlari lebih cepat jika diinvestasikan di perusahaan-perusahaan yang tidak
mesin dan peralatan hanya sekitar 10% detak jantung lemah? punya reputasi baik. Benahi regulator.

Sumber: Faisal Basri, “’Sesat Pikir’ Omnibus Law,” faisalbasri.com/2020/01/19/sesat-pikir-omnibus-law/


54
Kelanjutan Reformasi
Identifikasi masalah • Kebijakan? Regulasi? Administrasi?
sudah tepat? • Evaluasi insentif fiskal?
Upaya membangung
level playing field Pajak Daerah dalam Tegangan: kebutuhan
Peralihan ke rezim Relaksasi sanksi
Penurunan tarif PPh antara ranah skema omnibus terobosan yang cepat
territorial administrasi konvensional dan dan masalah yang
law
digital telanjur
menumpuk
Risiko tergerusnya Risiko penumpang
penerimaan. Tidak ada gelap yang Cukup melegakan, tetapi Perlu memastikan Risiko penolakan
bukti penurunan tarif PPh ingin territorial belum mencakup kesiapan sampai di daerah Perlu grand design
akan diikuti banjir investasi. perbaikan tata kelola tataran teknis-
murni. kebijakan dan peta
sengketa pajak administrasi
jalan yang lebih
komprehensif dan
berkelanjutan

Perluasan basis pajak 


Omnibus law jangan tindak lanjut data Perbaikan administrasi
Penggunaan NIK Evaluasi menyeluruh
sampai bertentangan perpajakan pasca- dan tata kelola
sebagai common dan reorientasi skema
dengan agenda amnesti, hasil perpajakan yang belum
identifier fasilitas perpajakan
reformasi pajak akses/pertukaran tersentuh omnibus
informasi
Sumber: Yustinus Prastowo, “’Omnibus Law’ dan Reformasi Pajak,” Kompas, 4 Desember 2019, hlm. 6.
55
Manjurkah
Omnibus Law bukan panacea, obat dari segala penyakit. Maka
kemanjurannya juga bergantung pada diagnosis atas penyakit.

Omnibus Omnibus Law adalah sebuah terobosan paradigmatik, yang


menjadi breakthrough untuk mengatasi kebuntuhan, kemacetan,

Law? dan kemandekan.

Omnibus Law ada pada dilema: terlalu lengkap berisiko lamban


dan hilang momentum, terlampau cepat khawatir ada yang
tertinggal. Maka perlu identifikasi masalah yang bisa
diakomodir di revisi UU sektoral/parsial, PP dan aturan
turunan UU Omnibus.

Jika Omnibus Law ini untuk gaspol, maka perlu rem yang pakem.
Penting disusun roadmap dan taskforce yang memastikan
implementasi berjalan efektif.
Bagaimana Konsultan Pajak Harus Merespon?

01 02 03 04
Understand, Improve, Disseminate and
Acquire Accept
Feedback Participate

Respon
Konsultan
Pajak

Peluang Ancaman Tantangan

57
04
Profesi Konsultan Pajak

58
Toward a New Tax Ecosystem Model
Tax Policy
(Clarity and Fairness)

Tax Revenue

Taxpayers Tax
Authority
Trust
Tax
Tax Law Administration
(Certainty and (Simplicity
Consistency) Non- and
Tax Government
Intermediaries Transparency)
Actor

59
Pengaturan tentang Kuasa WP di Indonesia
Pasal 23A UUD 1945 Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan undang-undang

Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
Pasal 32 (3) UU KUP kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

memberikan kelonggaran dan kesempatan bagi wajib pajak untuk meminta bantuan pihak lain
yang memahami masalah perpajakan sebagai kuasanya, untuk dan atas namanya, membantu
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak
Pasal yang
diujikan
Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa sebagaimana
Pasal 32 (3a) UU KUP dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan

PP 74 Tahun 2011 Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

PMK 229 Tahun 2014 Persyaratan serta Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Seorang Kuasa
60
PP No. 74 WP dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus
Tahun 2011 WP dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban perpajakannya,

juncto. PMK kecuali kewajiban mendaftarkan diri bagi WP OP untuk memperoleh


NPWP dan melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP harus
dilaksanakan sendiri oleh WP.
No. 229
Tahun 2014 Konsultan Pajak & Karyawan WP
Kuasa yang dimaksud meliputi konsultan pajak dan karyawan WP (Pasal
2 ayat (4) PMK 229/2014).

Seorang kuasa harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut:
a) menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan;
b) memiliki surat kuasa khusus dari Wajib Pajak yang memberi kuasa;
c) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
d) telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak terakhir, kecuali terhadap seorang kuasa yang Tahun Pajak
terakhir belum memiliki kewajiban untuk menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan; dan
e) tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
61
Konsultan Pajak di Indonesia
PMK Nomor 111 Tahun 2014 tentang Konsultan Pajak

• Konsultan Pajak adalah orang yang memberikan jasa konsultasi perpajakan


kepada Wajib Pajak dalam rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.
• Harus mempunyai Izin Praktik yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal
Pajak atau pejabat yang ditunjuk.
• Izin Praktik Konsultan Pajak merupakan bukti legal bahwa seseorang
dinyatakan expert di bidang perpajakan, sehingga dapat dipercaya memegang
kuasa untuk dan atas nama wajib pajak

Persyaratan permohonan Izin Praktik


Konsultan Pajak (Pasal 3 ayat (3)):

a. daftar riwayat hidup/pengalaman kerja dan riwayat pendidikan;


b. fotokopi Sertifikat Konsultan Pajak yang telah dilegalisasi;
c. SKCK dari Kepolisian RI
d. Pas foto terakhir
e. KTP dan NPWP
f. surat pernyataan tidak terikat dengan pekerjaan/jabatan pada
pemerintah/negara dan/atau BUMN/BUMD
g. fotokopi surat keputusan keanggotaan Asosiasi Konsultan Pajak
h. surat penyataan komitmen akan menjalankan peraturan perundang-
undangan dengan sebaik-baiknya
Konsultan Pajak di Indonesia
Dalam sistem perpajakan yang rumit dan dinamis, konsultan pajak dan kuasa hukum pajak memiliki peranan
besar. Di beberapa negara, peranan konsultan pajak dapat berasal dari profesi berbeda, seperti pengacara, akuntan, auditor.

Pada sistem no regulation, perwakilan oleh nonlawyers di hadapan otoritas pajak/pengadilan diperbolehkan/relatif
tidak terbatas. Namun tidak semua negara memperbolehkan profesi konsultan pajak sebagai representasi wajib
pajak di pengadilan. Pada sistem full regulation/partial regulation, diberlakukan beberapa persyaratan bagi
konsultan pajak agar eligible dalam mendampingi wajib pajak.

Setiap negara memiliki kedaulatan penuh untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan fungsi pemerintahannya, tergantung pada tujuan negara itu sendiri.

Pasal 32 ayat (3) UU KUP memberikan kelonggaran bagi wajib pajak atas bantuan pihak lain
sebagai kuasanya, sepanjang kuasanya memenuhi kriteria. Pembatasan kriteria tersebut
penting, tidak hanya untuk melindungi kepentingan wajib pajak, namun juga memastikan
jasa yang diberikan konsultan pajak tidak merugikan negara, misalnya dengan
aggressive tax planning.

Pengacara, kuasa pajak maupun kuasa hukum pada Pengadilan Pajak merupakan profesi
dengan lisensi yang berbeda-beda. Masing-masing lisensi di dapatkan dengan syarat
dan prosedur yang berbeda. Dengan demikian, seorang pengacara tidak secara otomatis
menjadi kuasa pajak maupun kuasa hukum pada Pengadilan Pajak.
63
Putusan MK No. 63/PUU-XV/2017 tanggal 26 April 2018
“conditionally unconstitutional”
Bagaimana Indonesia
Frasa “pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa” dalam Ps.
(mencoba) mengatur? 32 ayat (3a) UU KUP tidak mengikat &
berkekuatan hukum jika mengatur terkait
• Kuasa (Pengertian lebih luas, bias
perluasan/pembatasan hak dan kewajiban WN
mencakup: akuntan public, lawyer, fiscal
economist) & Konsultan Pajak
• UU Konsultan Pajak tidak menjadi syarat Problem?
utama bagi praktik terbaik
Ps. 2 (4) PMK No. 229/PMK.03/2014 memuat norma
• Standarisasi kompetensi dan penerapan
terkait pembatasan hak dan kewajiban seseorang yang
kode etik
mempunyai hak menjadi kuasa, yaitu konsultan pajak dan
karyawan wajib pajak. Padahal UU12/2011 menyebutkan
bahwa “Pendelegasian kewenangan mengatur dari UU
kepada menteri, pemimpin lembaga pemerintah
Tantangan: nonkementerian, atau pejabat yang setingkat dengan
menteri dibatasi untuk peraturan yang bersifat
• Merumuskan norma baru yang administratif”.
komprehensif dan visioner di UU KUP,
terutama konsep ‘kuasa wajib pajak’ Quo Vadis Konsultan
sebagai jangkar.
Pajak Indonesia?
• Apakah problem mendasar kita adalah
ada atau tidaknya UU Konsultan Pajak? Kesediaan membuka
• Berdasarkan best practice di banyak diri sehingga Conclusion:
negara dengan sistem perpajakan prosesnya inklusif- Pendelegasian tersebut dimungkinkan sepanjang
terbaik, eksistensi UU Konsultan Pajak partisipatoris berkenaan dengan pengaturan yang bersifat
bukan sesuatu yang niscaya. teknis-administratif, bukan yang bersifat
normatif. 64
RUU atas Inisiatif DPR

Pasal 20 ayat (1) UUD 1945:


Pembentukan undang-undang (UU) atas inisiatif Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) diatur dalam
Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi: “Dewan
Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-
undang”. Jadi, dalam membentuk suatu UU maka diawali dengan
pembentukan suatu rancangan undang-undang (RUU) terlebih
dahulu. Sebuah RUU, salah satunya dapat berasal dari inisiatif
DPR.

Apa saja tahapan setelah sidang paripurna?


Setelah sidang paripurna dan disetujui bahwa RUU KP adalah
inisiatif dari DPR, tahapan selanjutnya berdasarkan UU 12/2011
adalah melakukan rapat paripurna lanjutan untuk diputuskan
apakah sebuah RUU disetujui, disetujui dengan perubahan
atau ditolak untuk pembahasan lebih lanjut. Jika disetujui untuk
dibahas, RUU akan ditindaklanjuti dengan dua tingkat
pembicaraan.

65
05
Peran Konsultan Pajak dalam Perubahan
Sistem Perpajakan
66
Edelman Trust Barometer
Percent who rate each spokesperson as extremely/very credible (2018)

People trust technical


expert more than
government officials

Sumber: 2019 Edelman Trust Barometer

67
SURVEY PAJAK 2019 (Kepatuhan, Keadilan, dan Efisiensi Pelayanan Pajak)
Oleh: CITA & Pusat Data dan Analisa Tempo

Tingkat kepercayaan WP Tingkat kepercayaan WP Badan


Orang Pribadi terhadap terhadap individu/Institusi
individu/Institusi

96% 96% 95%


87% 83% 89% 88%
79% 80%

46%
43%
Di Manakah Peran Konsultan Pajak?
Sistem perpajakan yang rumit dan dinamis akan sulit
dijalankan tanpa peran serta konsultan pajak (tax
adviser)

OECD (Study into the Role of Tax Intermediaries Tahun,2008) mengakui peran
penting intermediaries dalam mengedukasi dan meningkatkan kepatuhan WP dan
mendorong kerjasama tripartit antara otoritas pajak, WP, dan tax intermediaries,
bukan pengawasan eksternal.

Sifat pajak yang “memaksa” (Ps 23A UUD’45) mendasari proses pemungutan pajak
yang harus disertai dengan perlindungan WP, agar tidak mendapat perlakuan
semena-mena yang tidak sesuai UU

Demi melindungi hak dan kewajiban WP agar dapat berjalan dengan baik,
Pemerintah mengatur profesi konsultan pajak. Hal ini berfungsi untuk memastikan
jasa yang diberikan oleh konsultan pajak tidak merugikan negara melalui
aggressive tax planning 69
Tax Adviser’s Social Responsibility (1)
Cuaca Persaingan
Orang
Kapitalisme =
terkondisikan
persaingan 
meminggirkan /
menyebar ke
menunda
segala aspek
pertimbangan
hidup
moral

Perspektif
Perspektif moral: jangka
persaingan: panjang, hasil
jangka tidak serta-
pendek, hasil merta, bahkan
serta-merta kerap kali
kelihatan tampaknya tidak
ada.
Sumber: Scott B. Rae & Kenman L. Wong, Beyond Integrity,
Second Edition (Grand Rapids: Michigan, 2004), 15-18
70
Tax Adviser’s Social Responsibility (2)
Sukses dan Integritas: 3 pendirian

Albert Z. Carr: “The ethics Norman Bowie: “Good


Amar Bhide & Howard H.
of business are not those
Stevenson: “Honesty is ethics doesn’t always lead
of society, but rather to higher profit, but ethics
the best policy.”
those of the poker game.” has positive impact on the
Integritas menghasilkan bottom line”. Integritas
Integritas tidak
sukses. tidak selalu menjamin
menghasilkan sukses.
Moral = sukses. sukses, tetapi pada
Moral >< sukses. akhirnya tetap sesuatu
Jujur = mujur yang positif.
Jujur = ajur.

Sumber: Rae & Wong, 2004:


71
21-23
Tax Adviser’s Social Responsibility (3)
Advisers have an obligation Tax advisers should
to be competent and not abandon concerns
professional and to for the public interest
maintain skills and or social welfare in
knowledge. They should be favour of
up to date in the current commercialism and
law as it applies to their client advocacy.
client’s circumstances.

Tax advisers have an Ethics > Law


obligation to obey the law Tax advisers is justified to
and this overrides obligations decline to advise on or
to act in the best interests of recommend tax planning
the client. They should which is considered to be
clearly explain to clients inappropriate or does not
where these boundaries align with business
lie. principles and ethics
Michael Walpole, “Ethical Standards for Tax Advisers”, Robert F. van Brederode,
72 “Ethics and
Taxation” (Singapore: Springer Nature Singapore Pte Ltd., 2020)
Peran Konsultan Pajak Kini dan Nanti…

Intermediaries >> berperan aktif


Membantu WP menjalin constructive engagement
membangun komunikasi dan saling
dengan DJP yang dilandasi trust
percaya antara otoritas pajak, wajib pajak

Membantu verifikasi LK dgn menilai Berkontribusi untuk melakukan harmonisasi


kewajaran penyajian LK yang kemudian dan sinkronisasi ketentuan perpajakan dengan
akan dilakukan rekonsiliasi fiskal standar akuntansi sehingga terjamin kepastian
hukum yang dapat memitigasi risiko

Mendukung edukasi dan peningkatan


kepatuhan pajak Menjadi bagian risk management karena
penilaian dan pengungkapan yang dilakukan
sejalan dgn otoritas pajak
Di era transparansi ini, Akuntan Publik
diharapkan mampu mengedukasi WP
 tidak perlu khawatir karena Perppu Menjalin kerja sama dengan DJP untuk
memberikan keadilan bagi yang telah membangun trust tripartit.
ikut TA
73

73
06
Apa yang Perlu Disiapkan?

74
Way Forward

Performing 2018–2019 2022- onward


New
Governance Strengthening supervision and Performing New Governance (legal
public education (strategy, staging foundation, structure, and
and pacing, communication mechanism) :
2022 onward program, mandated in SKPPL) technology based and dedicated
Internal External Designing Legal Foundation & unit serving end to end process
Institutional Transitional Design (strengthening Potentially outsourced some
Institutional PMK 111 and drafting UU Profesi)
Development Development processes

2020-2021
Strengthening Designing Legal Internal Institutional Development
supervision and public Foundation & Transitional (organizational design of
education supervision function & the use of
Design technologies)
External Institutional
2018 - 2019 Development (various LSP)

2020–2021

75
SUPERVISION

Unclear strategy and roadmap SIKOP needs to be enhanced to


of tax agent supervision allow active supervision and
leverage the big data, anticipate
block chain

Limited program for structured Type of supervision only on No grievances system


supervision and business process administrative aspect, not accommodating tax payers and
including quality and DGT
professionalism of tax agent
(rely only on Association)
Challenges Ahead

Positioning of tax agents (strategic role)


01 to support national interests
Inclusiveness of tax agent governance
02

More toward enabling than approval and


promote competition 03 07 Part of fiscal system’s reform

Broad-based sources of tax agents incld. non


credentialed, by geographical, or by sectors or
06 by roles and responsibilities simply impress
Incentives & demand/market-based
and competence standard
04 your audience and add a unique zing.
05
The use of technologies (data economy)

intitution readiness, data analysis, managerial competency, business


Internal absorptive capacity:
acumen
THE CHALLENGES OF TAX CONSULTANT

Source: Strengthening The Tax Consultant Regulation in Indonesia - DJP


78
Recommendations

Certification needs to align with


Internal governance in DGT
the national guidelines for
regarding tax consultant.
professional certification
Organta is too small and
cannot wok alone.
Get a modern PowerPoint SKPPL
needs to be more open and
strategic that is beautifully designed.

Development of competency standard


which will then be reflected with suitable
academic training or equivalent, practical
training, and then certification
Long term and short term vision in Stakeholder consultation for the
strengthening the governance adn roles whole process. Many issues, many
of Tax agents: UU and PMK different interests. Start the regular
forum of Tax Consultant.
Another Recommendations

Source: Strengthening The Tax Consultant Regulation in Indonesia - DJP


80
Terima Kasih
Center for Indonesia
Taxation Analysis
Wisma Korindo 5th Floor
Jalan MT Haryono Kav. 62, Pancoran Jakarta Selatan
www.cita.or.id

81

Anda mungkin juga menyukai