02
Substansi Omnibus Law Perpajakan
03
Pengaruh Omnibus Law terhadap Sistem Perpajakan
2
01
Perubahan Kondisi Ekonomi Global
dan Tantangan Investasi di Indonesia
3
Global Economy Turbulence
VUCA
Volatile, Uncertain, Complex and Ambiguous
unilateralism/ competition,
Where we are multilateralism/ cooperation, or
regionalism? New Path coopetition?
heading to
FATCA vs AEoI?
Good boy as
New World US vs China? How about follower, or
Hegemony Third Way? Indonesia? trendsetter?
5
Facing Global Turbulence
Membaca dan Membangun Tax
Global Economy Policy Tax Reform Ecosystem dan
Memahami Tren
Turbulence: VUCA
Global Transformation ‘Sadar Pajak’
Environment
Trade-off between
Fiscal policy as a Moving beyond Fiscal policy in an
stabilization and
stabilisation tool economic growth uncertain
sustainability
environment
Pergeseran isu utama kebijakan fiskal dari pengeluaran/ expenditure menjadi pendapatan/
revenue…
6
Kondisi ekonomi dan geopolitik global sepanjang 2019
7
Sumber: kemenkeu
Risiko dan Tantangan Perekonomian Global
Iran sanctions
Hongkong Argentina debt
and shadow Kashmir crisis
Protests restructuring
war with Israel
8
27,27
24,63
20,53
2010
-1,75 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
7,00 1
0,8
6,00
Tingkat pengangguran terbuka (%)
0,6
5,00
Inflasi (%)
0,4
4,00
0,2
3,00
0
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2,00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
-0,2
1,00 -0,4
inflasi tingkat pengangguran terbuka (%)
15%
Penerimaan pajak kembali tidak mencapai Secara persentase, realisasi penerimaan pajak
target, yaitu terealisasi Rp 1.332 T atau tahun 2019 lebih rendah dibandingkan dua tahun Volatilitas
20%pencapaian target
84,4% dari target. Dengan kata lain terjadi terakhir, yakni di tahun 2017, realisasi penerimaan penerimaan ini perlu
shortfall Rp 245 T atau meleset Rp 105 T pajak 89,7% dan di tahun 2018 kembali meningkat
10% diantisipasi dan dianalisis
dari outlook Pemerintah sebesar Rp 140 T. menjadi 92,4%. Namun realisasi 2019 ini masih secara mendalam demi
Berarti 10 tahun terakhir Pemerintah belum lebih baik dibandingkan realisasi penerimaan pajak mendapatkan formula
berhasil mencapai target pajak yang tahun 2015 tahun 2015 dan 2016 yang mencapai pemungutan pajak yang
ditetapkan dalam APBN. 82% dan 81,6%. efektif dan sustain.
Shortfall Pajak 2019 meleset Rp 105 T dari outlook
pemerintah sebesar Rp140 T
249,39 245,50
233,40
Dalam Rp triliun
131,90
110,60
87,40
74,20
40,00 49,00
20,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
12
Sumber: kemenkeu
Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak 2019
Penyebab turunnya pertumbuhan pajak 2019: Pertumbuhan realisasi ini menjadi
Turunnya harga komoditas di tahun 2019 yang yang terendah semenjak tahun 2009
menekan kinerja penerimaan pajak terutama dari
sektor perkebunan, migas dan pertambangan. pasca Global Financial Crisis (GFC)
sektor perdagangan internasional menurun yang
secara langsung akan berdampak pada
menghempas ekonomi dunia.
penerimaan PPN Impor. 34,35%
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 APBN
2020
-4,55%
Sumber: Kemenkeu 13
Kinerja Pajak:
Masih policy driven
Sumber: kemenkeu
Bagaimana untuk mencapai target penerimaan pajak di tahun 2020
pertumbuhan penerimaan perlu meningkat sebesar
dengan tahun 23,2% (dari realisasi 2019).
2020?
23,2% 1642
1332,1
Tak jauh berbeda dengan
tahun 2019, ekonomi
pada tahun 2020 masih
dipenuhi dengan
ketidakpastian. Kinerja
pertumbuhan
penerimaan dapat Realisasi 2019 APBN 2020
diperkirakan tidak
mengalami perubahan Sulit untuk direalisasikan,. sehingga revisi
besar. target di APBN 2020 menjadi pilihan paling
rasional
Ke Mana Arah Perkembangan Konsensus Global
Pemajakan
Ekonomi Digital?
Presence
Creation of a
on-site business
Withholding Tax on
presence PE
Digital Transactions
Exemptions for
Imports of Low Valued
Consumption Tax Goods
Options
Remote digital
supplies to consumers 17
G20 Ministerial Symposium on International Taxation
(Fukuoka, Japan)
Namun, dikotomi
GLOBAL CONSENSUS UPDATE negara konsumen dan
negara produsen
menjadi akar sulitnya
pencapaian consensus
Geopolitical Envy? 19
OECD Unified Approach Framework Established because there were gaps in
(October 2019) the Pillar One proposals.
PILLAR ONE
Hipotesis
Omnibus law berdampak pada
ekosistem pajak sehingga juga
mengubah pola relasi/ interaksi
antarelemen. Maka dituntut
adaptasi dan respon yang berbeda
dari konsultan pajak
02
Substansi Omnibus Law Perpajakan
22
Sejarah Omnibus Law
1967
Untuk pertama kalinya, pengaturan mengenai
penyadapan dilindungi oleh konstitusi. Pengaturan
1928 perihal penyadapan dinilai penting untuk proses
penegakan hukum di bidang kejahatan yang
Supreme Court of the United States
pernah menerima penyadapan sebagai terorganisir. Namun, penyadapan juga harus dilakukan
bukti di pengadilan. dengan perlindungan prosedural untuk meminimalkan
ancaman terhadap privasi individu.
1937 1968
Pengadilan melarang Kepolisian Amerika ingin menggunakan bukti
penyadapan sebagai penyadapan di depan pengadilan namun belum ada
bukti di pengadilan. UU yg mengatur. Kekhawatiran atas penyadapan
akhirnya menghasilkan The 1968 Omnibus Crime
Control Act. Jadi, UU ini mengatur perihal
pemberantasan kejahatan terorganisir, kemungkinan
penyadapan, dan kekuasaan diskresioner kepada
Presiden dalam situasi darurat.
23
Praktik Omnibus Law di Negara-Negara Lain (1)
26
Konsepsi Omnibus Law: Penerapan Omnibus Law di Indonesia
27
RUU KETENTUAN DAN FASILITAS PERPAJAKAN
UNTUK PENGUATAN PEREKONOMIAN
(RUU Omnibus Law Perpajakan)
28
Latar Belakang
Potensi Stagnansi
Tantangan Perlambatan Belum Optimalnya Daya
Perekonomian Indonesia
Ekonomi Global Saing Investasi di Indonesia
(middle income trap)
TUJUAN
1. Meningkatkan iklim usaha yang kondusif dan atraktif bagi investor;
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia;
3. Meningkatkan kepastian hukum dan mendorong minat WNA untuk bekerja di Indonesia yang
dapat mendorong alih keahlian dan pengetahuan bagi peningkatan kualitas SDM Indonesia;
4. Mendorong kepatuhan sukarela Wajib Pajak; dan
5. Menciptakan keadilan berusaha antara pelaku usaha dalam negeri dan pelaku usaha luar
negeri.
29
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Beberapa Pertimbangan Omnibus Law Perpajakan
Alasan Penyusunan Omnibus Law
Pertumbuhan ekonomi yang kuat memerlukan investasi, namun tarif Ketentuan yang relevan
PPh Badan pengenaan PPh atas dividen dari dalam/luar negeri dirasa
masih tinggi dengan seluruh kebijakan
tsb tertuang dalam UU
yang berbeda, yakni
Dasar hukum yang belum memadai untuk menciptakan kesetaraan UU KUP, PPh, PPN,
perlakuan (level playing field) antara pelaku usaha dalam negeri dan Kepabeanan, Cukai,
luar negeri atas transaksi konvensional maupun e-commerce barang serta PDRD.
dan jasa.
Kebijakan pajak daerah yang tidak sejalan dengan kebijakan fiskal Oleh karena itu,
nasional sehingga cenderung menghambat kemudahan berusaha dan diperlukan UU yang
investasi. dapat mengakomodir
perubahan/
penyesuaian ketentuan
Ketentuan sanksi administrasi perpajakan, imbalan bunga, dan tsb secara sekaligus
pengkreditan Pajak Masukan kurang mendorong kepatuhan sukarela
dalam satu Undang-
Wajib Pajak
undang dengan
menggunakan skema
omnibus law.
30
Substansi RUU PEMBANGUNAN
NASIONAL
PENINGKATAN PEREKONOMIAN
MENDORONG MENCIPTAKAN
MENINGKATKAN MENEMPATKAN
PENERAPAN SISTEM KEPATUHAN WAJIB KEADILAN IKLIM
PENDANAAN FASILITAS KE
PERPAJAKAN PAJAK SECARA BERUSAHA DI DALAM
INVESTASI DALAM UU PAJAK
SUKARELA NEGERI
% %
%
%
32
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Penurunan Tarif PPh Badan
Saat ini:
• Ps. 17 (1) UU PPh: Tarif pajak yang dikenakan kepada
badan adalah 25%.
• Untuk WP Badan Dalam negeri yang memiliki
sedikitnya 40% jumlah keseluruhan saham yang
disetor dan diperdagangkan di BEI Tarif yang
dikenakan sebesar 5% lebih rendah daripada tarif
normal.
RUU Omnibus:
Tarif pajak yang dikenakan kepada badan adalah
22% (berlaku pada tahun 2021-2022) & 20%
(mulai berlaku pada tahun 2023).
Untuk WP Badan Dalam negeri yang berbentuk
Perseroan Terbuka, dengan jumlah keseluruhan
saham yang disetor diperdagangkan pada BEI
Secara umum tarif PPh Badan kita juga bukan min. 40%, dan memenuhi syarat tertentu Dapat
yang tertinggi di ASEAN memperoleh tarif sebesar 3% lebih rendah.
33
PENGHAPUSAN PPh ATAS DIVIDEN
DARI DN DAN LN
Penghapusan PPh atas dividen yang diterima WPDN (Badan & OP) untuk memberi ruang pendanaan dari
dalam negeri dan luar negeri untuk menambah investasi
% %
%
%
%
%
34
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Perlakuan Pajak atas Dividen dan Penghasilan Lain dari Luar Negeri (1)
35
Perlakuan Pajak atas Dividen dan Penghasilan Lain dari Luar Negeri (2)
Contoh
X Limited membagikan dividen tunai sebesar $20.000,00 (20% dari laba setelah pajak sebesar $100.000,00).
PT Y, yang memiliki 70% saham pada X Limited., menerima pembagian dividen tunai sebesar $14.000,00. PT
Y menginvestasikan dividen tsb ke Indonesia sebesar $10.000,00 dalam jangka waktu tertentu
Dengan demikian:
1. Atas dividen yang diinvestasikan di Indonesia ($10.000,00) dikecualikan dari PPh;
2. Dividen yang dibagikan X Limited sebesar 20% dari total jumlah laba setelah pajak (berada di bawah
batasan minimal 30%) sehingga selisih 10% (batasan minimum sebesar 30% - persentase dividen
dibagikan sebesar 20%) atau sebesar $7.000 (10% x 70% x $100.000,00) merupakan objek PPh di
Indonesia;
3. Dividen yang dibagikan oleh X Limited sebesar $4.000,00 ($14.000,00 - $10.000,00) tidak diinvestasikan
oleh PT Y di Indonesia sehingga atas dividen tersebut juga merupakan objek Pajak Penghasilan di
Indonesia.
Oleh karena itu nilai objek Pajak Penghasilan terkait dividen PT Y dari X Limited. adalah sebesar $11.000,00
($7.000 + $4.000,00).
36
Pengaturan Subjek Pajak DN/LN
No Pengaturan Saat Ini RUU
a. WNI atau WNI diperlakukan Penentuan WNI atau WNA sebagai Subyek Pajak Dalam
WNA Subjek Pajak Dalam Negeri berdasarkan time test keberadaan di Indonesia:
sebagai Negeri (SPDN) <183 hari SPLN
SPDN karena
>183hari SPDN, dan dalam hal memiliki keahlian
kewarganegaraan dan
tertentu hanya dikenakan PPh atas penghasilan
WNA >183 hari dari Indonesia (4 tahun pertama).
diperlakukan SPDN
WNI berada di luar lndonesia > 183 hari dapat
menjadi SPLN, sepanjang memenuhi syarat
tertentu;
WNI WNA
Diperlakukan sebagai
Subjek Pajak Luar Negeri
dengan syarat yang dapat yang berada di
yang berada di luar berupa: Indonesia lebih dari Kecuali WNA dengan
Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12 keahlian tertentu & 4
183 hari dalam 12 o tempat tinggal; bulan tahun pajak pertama
bulan o pusat kegiatan utama; sejak kedatangan
o tempat menjalankan pertama ke Indonesia
kebiasan;
Diperlakukan o status subjek pajak; Diperlakukan PPh hanya dikenakan
sebagai dan/atau sebagai atas penghasilan
Subjek Pajak Dalam o persyaratan tertentu Subjek Pajak Dalam 38
yang diterima dari
Negeri lainnya. Negeri Indonesia
RELAKSASI HAK PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PKP
Relaksasi ketentuan Pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan untuk memberikan keadilan, mendorong
kepatuhan, dan mengurangi hambatan investasi
No Pengaturan Saat Ini RUU
a. Pajak Masukan tidak dilapor di SPT Tidak dapat Dapat dikreditkan sesuai bukti
& ditemukan saat pemeriksaan. dikreditkan Faktur Pajak yang dimiliki.
b. Pajak Masukan ditagih dengan ketetapan Tidak dapat Dapat dikreditkan sebesar pokok pajak.
pajak. dikreditkan
c. Pajak Masukan perolehan Dapat dikreditkan hanya atas 1. Dapat dikreditkan atas semua perolehan
BKP/JKP sebelum PKP barang modal BKP/JKP yang berhubungan langsung
melakukan penyerahan terutang dengan penyerahan BKP/JKP
PPN 2. LB dikompensasikan ke masa berikutnya
dam dapat direstitusi di akhir tahun buku
3. Bila 3 tahun pertama sejak mengkreditkan
belum ada penyerahan BKP/JKP, PPN
menjadi tidak dapat dikreditkan
(dibatalkan)
d. Identitas pembeli dalam Faktur Berupa nama, Berupa:
Pajak yang dapat dikreditkan alamat dan NPWP 1. nama, alamat, dan NPWP
Pembeli pembeli, atau
2. Nama dan NIK Pembeli.
39
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Pengaturan lebih lanjut mengenai pengkreditan pajak masukan (1)
Pajak Masukan yang belum dikreditkan Pajak Masukan yang diperoleh sebelum
dapat tetap dikreditkan pada Masa Pajak Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
berikutnya paling lama 3 Masa Pajak setelah dapat dikreditkan oleh PKP dengan
berakhirnya Masa Pajak saat Faktur Pajak menggunakan pedoman pengkreditan Pajak
dibuat sepanjang belum dibebankan sebagai Masukan sebesar 80% dari Pajak Keluaran yg
biaya atau belum ditambahkan (dikapita-
seharusnya dipungut
lisasi) dalam harga perolehan BKP/JKP
40
Pengaturan lebih lanjut mengenai pengkreditan pajak masukan (2)
41
PENGATURAN ULANG SANKSI ADMINISTRATIF PERPAJAKAN
Pengaturan ulang sanksi administratif perpajakan (Pajak, Pabean dan Cukai) berupa bunga keterlambatan, denda
kesalahan dan imbalan bunga.
Permohonan banding
Penyesuaian besaran Permohonan pengurangan /
pemberian bunga dalam hal pembatalan SKP
pengembalian jaminan Permohonan pengurangan /
Permohonan peninjauan kembali
berupa uang tunai / atas pembatalan STP
pengembalian cukai
dilakukan setelah jangka waktu
Dikabulkan sebagian / 30 hari sejak keberatan Dikabulkan sebagian /
seluruhnya sehingga dikabulkan seluruhnya sehingga
menyebabkan kelebihan menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak pembayaran pajak
43
Pengaturan mengenai Imbalan Bunga dalam RUU Omnibus Law Perpajakan (2)
Sanksi administratif berlaku Bagi WP dalam negeri dan BUT yg tahun bukunya
untuk: tidak sama dengan tahun kalender, berlaku ketentuan:
44
MENEMPATKAN FASILITAS KE DALAM UU PAJAK
45
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
PEMAJAKAN ATAS PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK (PMSE)
46
Sumber: Materi Sosialisasi DJP
Kehadiran Ekonomi Signifikan
Pedagang luar negeri, penyedia jasa luar
negeri, dan/atau Penyelenggara Pedagang luar negeri, penyedia
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik Bagaimana apabila jasa luar negeri, dan/atau PPMSE
PPMSE luar negeri yg memenuhi penetapan BUT tidak dapat yg memenuhi kehadiran ekonomi
ketentuan kehadiran ekonomi dilakukan karena signifikan dikenakan pajak
signifikan dapat diperlakukan penerapan P3B? transaksi elektronik
sebagai BUT dan dikenakan PPh
Dapat menunjuk
perwakilan di Indonesia
48
Pengaturan Pajak Daerah (1)
50
03
Pengaruh Omnibus Law dalam Sistem
Perpajakan
51
Pengaruh Omninbus Law dalam Sistem Perpajakan
Memberikan kepastian
sistem pajak Indonesia Omnibus law perpajakan
secara efisien, efektif, akan lebih memudahkan
dan dalam jangka investor asing memahami
panjang dapat sistem perpajakan di
menyudahi sengketa Indonesia.
pajak yang berlarut.
52
Komplikasi Hukum (1)
Menurut tradisi dan UU 12/2011, setiap PUU
• Bagaimana kalau omnibus law justru bertentangan dengan sistem PUU yang berlaku di
harus dibentuk berdasarkan asas-asas
Indonesia?
pembentukan PUU yang patut dan
• Bagaimana jika pasal-pasal omnibus law dipertentangkan dengan UU (asalnya) melalui
berdasarkan landasan filosofis, yuridis, dan
pengujian ke MK karena ketidakpastian hukum, bahkan bertentangan dengan pasal-pasal
sosiologis, yang tentu berbeda bagi setiap UUD 1945?
PUU.
• Mengganti definisi dalam Ketentuan Umum suatu UU akan berakibat pada seluruh pasal
Teknis pembentukan omnibus law: menyusun dalam UU (asal) yang diubah.
dalam kelompok, golongan, atau kluster,
• Setiap UU, selain mengatur materi muatan yang berbeda-beda, juga mengatur subyek
menuliskan apa yang harus diubah.
(adressat) yang berbeda-beda.
Pertumbuhan investasi yang diukur dengan pembentukan modal tetap Jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, bahkan dengan China
bruto dalam lima tahun terakhir masih di atas pertumbuhan PDB sekalipun, pertumbuhan investasi Indonesia masih lebih tinggi
Selama ini kebanyakan investasi dalam bentuk Konsolidasi perbankan: bagaimana Jangan lagi terjadi dana puluhan triliun rupiah yang
dihimpun dari darah dan keringat rakyat
bangunan. Sedangkan investasi dalam bentuk perekonomian hendak berlari lebih cepat jika diinvestasikan di perusahaan-perusahaan yang tidak
mesin dan peralatan hanya sekitar 10% detak jantung lemah? punya reputasi baik. Benahi regulator.
Jika Omnibus Law ini untuk gaspol, maka perlu rem yang pakem.
Penting disusun roadmap dan taskforce yang memastikan
implementasi berjalan efektif.
Bagaimana Konsultan Pajak Harus Merespon?
01 02 03 04
Understand, Improve, Disseminate and
Acquire Accept
Feedback Participate
Respon
Konsultan
Pajak
57
04
Profesi Konsultan Pajak
58
Toward a New Tax Ecosystem Model
Tax Policy
(Clarity and Fairness)
Tax Revenue
Taxpayers Tax
Authority
Trust
Tax
Tax Law Administration
(Certainty and (Simplicity
Consistency) Non- and
Tax Government
Intermediaries Transparency)
Actor
59
Pengaturan tentang Kuasa WP di Indonesia
Pasal 23A UUD 1945 Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan undang-undang
Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
Pasal 32 (3) UU KUP kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
memberikan kelonggaran dan kesempatan bagi wajib pajak untuk meminta bantuan pihak lain
yang memahami masalah perpajakan sebagai kuasanya, untuk dan atas namanya, membantu
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak
Pasal yang
diujikan
Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa sebagaimana
Pasal 32 (3a) UU KUP dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
PP 74 Tahun 2011 Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
PMK 229 Tahun 2014 Persyaratan serta Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Seorang Kuasa
60
PP No. 74 WP dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus
Tahun 2011 WP dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban perpajakannya,
Pada sistem no regulation, perwakilan oleh nonlawyers di hadapan otoritas pajak/pengadilan diperbolehkan/relatif
tidak terbatas. Namun tidak semua negara memperbolehkan profesi konsultan pajak sebagai representasi wajib
pajak di pengadilan. Pada sistem full regulation/partial regulation, diberlakukan beberapa persyaratan bagi
konsultan pajak agar eligible dalam mendampingi wajib pajak.
Setiap negara memiliki kedaulatan penuh untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan fungsi pemerintahannya, tergantung pada tujuan negara itu sendiri.
Pasal 32 ayat (3) UU KUP memberikan kelonggaran bagi wajib pajak atas bantuan pihak lain
sebagai kuasanya, sepanjang kuasanya memenuhi kriteria. Pembatasan kriteria tersebut
penting, tidak hanya untuk melindungi kepentingan wajib pajak, namun juga memastikan
jasa yang diberikan konsultan pajak tidak merugikan negara, misalnya dengan
aggressive tax planning.
Pengacara, kuasa pajak maupun kuasa hukum pada Pengadilan Pajak merupakan profesi
dengan lisensi yang berbeda-beda. Masing-masing lisensi di dapatkan dengan syarat
dan prosedur yang berbeda. Dengan demikian, seorang pengacara tidak secara otomatis
menjadi kuasa pajak maupun kuasa hukum pada Pengadilan Pajak.
63
Putusan MK No. 63/PUU-XV/2017 tanggal 26 April 2018
“conditionally unconstitutional”
Bagaimana Indonesia
Frasa “pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa” dalam Ps.
(mencoba) mengatur? 32 ayat (3a) UU KUP tidak mengikat &
berkekuatan hukum jika mengatur terkait
• Kuasa (Pengertian lebih luas, bias
perluasan/pembatasan hak dan kewajiban WN
mencakup: akuntan public, lawyer, fiscal
economist) & Konsultan Pajak
• UU Konsultan Pajak tidak menjadi syarat Problem?
utama bagi praktik terbaik
Ps. 2 (4) PMK No. 229/PMK.03/2014 memuat norma
• Standarisasi kompetensi dan penerapan
terkait pembatasan hak dan kewajiban seseorang yang
kode etik
mempunyai hak menjadi kuasa, yaitu konsultan pajak dan
karyawan wajib pajak. Padahal UU12/2011 menyebutkan
bahwa “Pendelegasian kewenangan mengatur dari UU
kepada menteri, pemimpin lembaga pemerintah
Tantangan: nonkementerian, atau pejabat yang setingkat dengan
menteri dibatasi untuk peraturan yang bersifat
• Merumuskan norma baru yang administratif”.
komprehensif dan visioner di UU KUP,
terutama konsep ‘kuasa wajib pajak’ Quo Vadis Konsultan
sebagai jangkar.
Pajak Indonesia?
• Apakah problem mendasar kita adalah
ada atau tidaknya UU Konsultan Pajak? Kesediaan membuka
• Berdasarkan best practice di banyak diri sehingga Conclusion:
negara dengan sistem perpajakan prosesnya inklusif- Pendelegasian tersebut dimungkinkan sepanjang
terbaik, eksistensi UU Konsultan Pajak partisipatoris berkenaan dengan pengaturan yang bersifat
bukan sesuatu yang niscaya. teknis-administratif, bukan yang bersifat
normatif. 64
RUU atas Inisiatif DPR
65
05
Peran Konsultan Pajak dalam Perubahan
Sistem Perpajakan
66
Edelman Trust Barometer
Percent who rate each spokesperson as extremely/very credible (2018)
67
SURVEY PAJAK 2019 (Kepatuhan, Keadilan, dan Efisiensi Pelayanan Pajak)
Oleh: CITA & Pusat Data dan Analisa Tempo
46%
43%
Di Manakah Peran Konsultan Pajak?
Sistem perpajakan yang rumit dan dinamis akan sulit
dijalankan tanpa peran serta konsultan pajak (tax
adviser)
OECD (Study into the Role of Tax Intermediaries Tahun,2008) mengakui peran
penting intermediaries dalam mengedukasi dan meningkatkan kepatuhan WP dan
mendorong kerjasama tripartit antara otoritas pajak, WP, dan tax intermediaries,
bukan pengawasan eksternal.
Sifat pajak yang “memaksa” (Ps 23A UUD’45) mendasari proses pemungutan pajak
yang harus disertai dengan perlindungan WP, agar tidak mendapat perlakuan
semena-mena yang tidak sesuai UU
Demi melindungi hak dan kewajiban WP agar dapat berjalan dengan baik,
Pemerintah mengatur profesi konsultan pajak. Hal ini berfungsi untuk memastikan
jasa yang diberikan oleh konsultan pajak tidak merugikan negara melalui
aggressive tax planning 69
Tax Adviser’s Social Responsibility (1)
Cuaca Persaingan
Orang
Kapitalisme =
terkondisikan
persaingan
meminggirkan /
menyebar ke
menunda
segala aspek
pertimbangan
hidup
moral
Perspektif
Perspektif moral: jangka
persaingan: panjang, hasil
jangka tidak serta-
pendek, hasil merta, bahkan
serta-merta kerap kali
kelihatan tampaknya tidak
ada.
Sumber: Scott B. Rae & Kenman L. Wong, Beyond Integrity,
Second Edition (Grand Rapids: Michigan, 2004), 15-18
70
Tax Adviser’s Social Responsibility (2)
Sukses dan Integritas: 3 pendirian
73
06
Apa yang Perlu Disiapkan?
74
Way Forward
2020-2021
Strengthening Designing Legal Internal Institutional Development
supervision and public Foundation & Transitional (organizational design of
education supervision function & the use of
Design technologies)
External Institutional
2018 - 2019 Development (various LSP)
2020–2021
75
SUPERVISION
81