Anda di halaman 1dari 2

Pengemasan produk pangan merupakan suatu proses pembungkusan dengan bahan

pengemas yang sesuai untuk mempertahankan dan melindungi makanan hingga ke tangan
konsumen, sehingga kualitas dan keamanannya dapat dipertahankan (Hui, 2006). Fungsi dari
pengemas pada bahan pangan adalah mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan
pangan dari bahaya pengenceran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Di
samping itu pengemasan berfungsi sebagai wadah agar mempunyai bentuk yang memudahkan
dalam penyimpanan, pengangkutan dan pendistribusiannya. Dari segi promosi, pengemas
berfungsi sebagai daya tarik pembeli (Syarief et al. 1988).
1) Hui, Y. H. 2006. Handbook Of Food Science, Technology, And, Engineering Volume I. Crc Press. USA

Kemajuan teknologi dewasa ini, menyebabkan pengguanaan polimer sintetik sebagai


plastic kemasan berkembang sangat pesat. Hal ini disebabkan plastic sintetik sangat mudah
untuk didapatkan, lebih ekonomis dan multifungsi. Pengguanaan plastic sintetik ini
menimbulkan masalah yang cukup signifikan bagi lingkungan, salah satunya karena plastic tidak
dapat terdegradasi secara cepat, baik oleh mikroorganisme atau sinar matahari (Nugroho et al.,
2013). Polimer plastik yang tidak mudah terdegradasi secara alami mengakibatkan terjadimya
penumpukan limbah dan menjadi penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
Kondisi demikian menyebabkan bahan kemasan plastik tidak dapat dipertahankan penggunaanya
secara meluas, oleh karena akan menambah persoalan lingkungan dan kesehatan di waktu
mendatang.
Menurut Syarief et al., (1988) ada lima persyaratan yang dibutuhkan dalam menentukan
pilihan jenis dan cara pengemasan yang akan digunakan yaitu penampilan, perlindungan, fungsi,
harga dan biaya, serta penanganan limbah kemasan. Dengan tidak dapat dipertahakannya lagi
penggunaan plastik sebagai bahan kemasan serta adanya persyaratan bahwa kemasan yang
digunakan harus ramah lingkungan, maka hal ini mendorong dilakukannya penelitian dan
pengembangan teknologi bahan kemasan yang “biodegradable”. Saat ini pengembangan
teknologi bahan kemasan biodegradable terarah pada usaha untuk membuat bahan kemasan yang
memiliki sifat seperti plastik yang berbahan dasar dari bahan alam dan mudah terurai yang
disebut dengan “edible film”. Edible dapat mengendalikan kelembapan, oksigen, karbon
dioksida, rasa dan perpindahan aroma antara komponen makanan atau atmosfer yang
mengelilingi makanan. Umumnya, film yang dapat dimakan didefinisikan sebagai lapisan tipis
preformed atau lembaran padat bahan edible yang ditempatkan pada atau di antara komponen
makanan (Krochta, 1997).
Krochta JM, De Mulder-Johnston C. Edible and biodegradable polymer films: challenges and opportunities. Food
Technology.
1997;51:61-74.

Edible film merupakan lapisan tipis yang berfungsi sebagai pengemas atau pelapis
makanan yang sekaligus dapat dimakan bersama dengan produk yang dikemas (Guilbert and
Biquet 1990). Robertson (1992) menambahkan, selain berfungsi untuk memperpanjang masa
simpan, edible film juga dapat digunakan sebagai pembawa komponen makanan, diantaranya
vitamin, mineral, antioksidan, antimikroba, pengawet, bahan untuk memperbaiki rasa dan warna
produk yang dikemas. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat edible film relatif
murah, mudah dirombak secara biologis (biodegradable), dan teknologi pembuatannya
sederhana. Contoh penggunaan edible film antara lain sebagai pembungkus permen, sosis, buah,
dan sup kering (Susanto dan Saneto 1994).

Salah satu bahan yang berpotensi untuk dapat digunakan sebagai edible film adalah
kutikula tanaman. Kutikula adalah matriks kutin (poliester) terpolimerisasi yang menempel
dengan lilin pada permukaan organ tanaman yang berinteraksi dengan udara. Kutikula berfungsi
sebagai anti air, melindungi tanaman dari kekeringan, berperan melawan serangga, patogen dan
serangan fisik (Riederer and Muller, 2008). Di sisi menghadap ke dalam daun, kutikula
menempel pada dinding sel tanaman epidermis, sedangkan di sisi yang menghadap ke luar
kutikula membentuk lapisan atau kulit yang menutupi permukaan daun. Kutin membentuk
penghalang hidrofobik yang tidak larut, yang berarti itu tidak hancur dengan melarutkan dalam
air tapi tetap di tempat untuk melindungi daun (Margono, 2002).

Tujuan dari penelitian ini adalah pemanfaatan kutikula daun talas sebagai edible film
sebagai kemasan biodegrable dan ramah lingkungan

Anda mungkin juga menyukai