Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

ANALISIS PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN DINDING


TEROWONGAN MRT JAKARTA

Oleh:
Septiana Widi Astuti, API Madiun, Email: septiana@api.ac.id
Dadang Sanjaya, API Madiun, Email: dadang@api.ac.id
Ario Waskito, API Madiun, Email: ario@taruna.api.ac.id

ABSTRAK

Konstruksi terowongan pada MRT Jakarta (MRTJ) adalah terowongan beton yang dibangun
dengan menggunakan mesin bor Tunnel Boring Machine (TBM). Dinding terowongan pada
konstruksi underground menggunakan material beton pre-cast (segment) yang disusun
melingkar menjadi satu ring segment secara langsung oleh TBM. Pemeriksaan pada
terowongan diperlukan untuk menjadi dasar diagnosa dalam perawatan terowongan.
Perawatan terowongan dilakukan untuk menjaga kondisi terowongan dapat berfungsi
dengan baik dan aman untuk dioperasikan secara berkelanjutan sesuai dengan beban
yang telah diperkirakan, meliputi: beban tanah atau batuan di atasnya (overburden), beban
mati dan beban hidup, beban akibat tekanan air, beban gempa, dan beban lainnya yang akan
mempengaruhi konstruksi terowongan. Hasil penelitian bahwa kerusakan pada dinding
terowongan dapat diklasifikasikan sebagai kebocoran dan keretakan. Pelaksanaan
pemeriksaan komponen pada dinding terowongan MRTJ dengan memperhatikan bagian
detail pada dinding berupa baut segmen, sambungan antar segmen, struktur beton pada
segmen. Sementara untuk perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan mencegah
kebocoran dinding terowongan dapat dilakukuan dengan Grouting cairan polyurethane dan
Mengganti karet sealing pada baut, untuk perawatan akibat keretakan dapat dilakukan dengan
Grouting cairan mikrosemen dan plesteran.

Kata kunci: terowongan, pemeriksaan terowongan, perawatan terowongan, MRT Jakarta.

a. Akibat yang ditimbulkan dari pergerakan


1. PENDAHULUAN kereta secara konstan dan terus menerus
Perawatan prasarana perkeretaapian adalah sehingga kesatuan struktur penambat, slab,
kegiatan yang dilakukan untuk dan unsur-unsur komponen pendukung
mempertahankan keandalan prasarana pada suatu track menjadi berkurang.
perkeretaapian agar tetap laik operasi dan b. Getaran yang ditimbulkan dari pergerakan
secara khusus menjaga kondisi prasarana sesuai
kereta membuat kestabilan komponen bisa
dengan standar pengoperasian untuk melayani
berubah.
sarana perkeretaapian sesuai nilai indeks
kualitas yang telah ditetapkan. c. Bahaya kerusakan pada komponen yang
berkarat dan sudah tidak layak pakai.
Prasarana ini harus mampu mempertahankan
fungsi nya agar dapat melayani kereta untuk Peraturan mengenai perawatan telah ditetapkan
beroperasi secara aman dan memberikan dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2007
kenyamanan pada pengguna jasa. Pada buku tentang Perkeretaapian bahwa prasarana
Railway Engineering (2007: 329) perawatan perkeretaapian yang dioperasikan wajib
menjadi suatu kebutuhan dan keharusan karena. memenuhi persyaratan kelaikan yang berlaku
bagi setiap jenis prasarana perkeretaapian.

40
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

Persyaratan kelaikan prasarana perkeretaapian diselaraskan dengan diameter dan luas pada
meliputi persyaratan teknis dan persyaratan tunnel tersebut.
operasional. Perawatan yang baik akan
memberikan keuntungan berupa umur Tujuan dari penelitian ini yaitu
komponen yang lebih panjang, dan biaya
operasi yang lebih rendah karena penggunaan 1. Menghitung titik bocor maksimal yang
yang optimal dan efisien. dapat diterima pada dinding terowongan MRT
Jakarta pada segmen Dukuh Atas - Setiabudi
Perawatan dapat dilakukan secara manual dan Dukuh Atas - Bundaran HI.
dengan menggunakan peralatan
ringan/sederhana atau menggunakan alat-alat 2. Menyusun prosedur perawatan
berat. Perawatan prasarana perkeretaapian kebocoran dan retakan yang terjadi pada
secara umum harus dilakukan, dapat dinding terowongan Dukuh Atas - Setiabudi
dikelompokkan dalam 2 (dua) katagori, yaitu: dan Dukuh Atas - Bundaran HI.
1. Perawatan rutin
Perawatan rutin yang dimaksud disini 2. METODOLOGI
meliputi perawatan harian dan perawatan
berkala. Jenis pekerjaan yang dilakukan Penelitian ini menggunakan pendekatan
pada perawatan rutin ialah membetulkan kualitatif. Dengan melakukan site visit di lokasi
kerusakan, cacat dan hal lain yang tidak terowongan, konsultasi dengan ahli serti
sesuai dengan yang seharusnya. pengukuran dan pemeriksaan. Data sekunder
2. Perawatan khusus didapat dari spesifikasi teknis pembangunan
Perawatan jalan rel yang secara khusus dan terowongan di MRT Jakarta.
diadakan sewaktu diperlukan disebut Data yang diambil pada penelitian ini yaitu data
sebagai perawatan khusus. Perawatan primer dan data sekunder. Data primer yang
khusus ini biasanya dilakukan karena diambil antara lain: Site visit konstruksi
keadaan yang mendesak. underground pengamatan secara visual,
Segment tunnelmerupakan komponen dinding pengambilan sampel dengan pengukuran dan
beton dari terowongan berupa precast yang observasi, serta wawancara langsung dengan
dirakit sedemikian rupa sehingga membentuk pelaksana di lapangan. Sedangkan data
konstruksi dinding terowongan. Konstruksi sekunder yaitu gambar desain shop drawing
dinding terowongan dapat menggunakan 3 tipe dan menganalisa spesifikasi teknis (spektek)
segmen, yaitu: pada segmen tunnel MRTJ, selanjutnya
a. RC segment (PT. MRTJ) membuat pedoman perawatan dan perbaikan.
b. Composite segment Spesifikasi teknis tersebut dikomparasi dengan
c. Steel/ Cast iron segment regulasi pemerintah tentang pedoman inspeksi
RC segment merupakan komponen yang paling dan perawatan-perbaikan secara umum.
hemat biaya dan paling banyak digunakan,
Setiap konstruksi lining terowongan memiliki
sedangkan Composite segment tepat digunakan
berbagai perlakuan khusus sesuai dengan
untuk beban gandar yang berat sehingga dari
spesifikasi teknis yang ada. MRT Jakarta
segi biaya lebih mahal dari RC segment.
menggunakan konstruksi beton pada segmen
Steel/Cast iron segment di gunakan untuk
tunnel jalur underground. Perawatan
beban gandar yang berat dan tipe yang
dilaksanakan untuk menjaga agar segmen
memerlukan kondisi khusus. Dimensi segmen
tersebut tidak mengalami penurunan fungsi dan
sangat beragam, dalam pembuatan satu ring
kerusakan. Berikut merupakan garis besar
segment division diperlukan beberapa segmen
perawatan untuk segment tunnel.
yang dihitung dari dimensi pada segmen
tersebut. Ketebalan dari segmen bergantung Perawatan segmen terowongan terdiri dari:
pada keadaan tanah, selain itu harus a. Pekerjaan Perawatan
1) Harian

41
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

a) Inspeksi rutin Railway Technical Research Institue, Japan


b) Pengecekan kelengkapan (RTRI) untuk Shield tunnel ≤ 0.25 ℓ/ m2.hari)
komponen sedangkan untuk Cut and cover ≤ 0.24 ℓ/
2) Bulanan (m2.hari)
a) Pengencangan baut 2. Hasil Pengukuran
b) Pembersihan alur segmen
3) Tahunan Tabel 1. Hasil Data Ukur Kebocoran
a) Penggantian komponen pada Debit Air (mL)
segmen : tertentu dan semua Titik
No Lokasi Jam Jam Jam
b) Pemeriksaan karet Uji
1 2 3
b. Perawatan khusus 1 Tunnel Dukuh Ring
20 Diperbaiki
1) Force Major Atas-Setiabudi 6
2) Kecelakaan kereta Ring
50 Diperbaiki
46
2 Tunnel Dukuh Ring
10 15 15
Secara garis besar lingkup perawatan pada Atas-Bundaran 420
prasarana mencakup 2 hal, yaitu faktor waktu Hotel Ring
Indonesia 25 25 30
dan kondisi segment tunnel. Setelah mendapat 421
variabel waktu dan kondisi, maka dilanjutkan
dengan membuat metoda perawatan pada tiap- Dari hasil pengukuran kebocoran di atas
tiap waktu dan kondisi tersebut. selanjutnya akan diukur nilai kebocoran
terhadap luasan yang diperiksa dengan
Berkala menggunakan data batas aman laju kebocoran
Maintenance
yang dimiliki MRTJ maupun regulasi dari
Option Khusus/
Perbaikan
pemerintah untuk terowongan shield tunnel.
Maintenance
Segment Tunnel 1. Jenis
Perawatan 3. Luas Tunnel
Content of 2. Cara
Perawatan
Diketahui Inner Diameter 6.05m, dengan
Maintenance
3. Personil panjang 10m, sehingga diperoleh luas
4. Alat terowongan yaitu : 3.14 x 6.05m x 10m =
189.97 m2
Gambar 2. Diagram Perawatan Segmen
Terowongan 4. Data lapangan 8 sampel pengukuran
kebocoran
3. HASIL Diketahui: Nilai 8 sampel pengukuran
3.1. Analisa Kebocoran kebocoran yaitu 20ml, 15ml, 50ml, 25ml,
10ml, 15ml, 25ml dan 30ml. Sehingga
1. Spesifikasi dan standar kebocoran diperoleh nilai rata-rata kebocoran 23.75 mℓ/
Standar kebocoran berdasarkan spek desain jam atau 0.02375 ℓ/ jam
MRT Jakarta, PM 60 Tahun 2012 dan spek 5. Dari hasil di atas diketahui nilai rata-rata
desain dalam 10 m. kebocoran 0.02375 ℓ/ jam, dan luas tunnel=
189.97m2. Sehingga nilai 1 titik bocor pada
a. Spek Desain MRT Jakarta ≤ 0.125 ℓ/
10m panjang yaitu:
m2.hari
n =0.02375 / 189.97=0.000125ℓ/ m2.jam
b. PM 60 tahun 2012 ≤ 0.2 ℓ/ m2.hari
=0.003 ℓ/ m2.hari ≤ 0.125 ℓ/ m2.hari
c. Spek desain dalam 10 meter
Sedangkan menurut Design standards for Perhitungan kebocoran memiliki syarat yaitu
Railways Structures and Commentary, 2002, dihitung pada luas struktur yang terbangun,

42
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

karena rembesan tidak dapat dikatakan pada 3.2 Analisa keretakan


satu titik, tetapi bergerak. Diketahui juga
Keretakan spesifik pada dinding terowongan
tekanan air yang ada di balik dinding tidak memiliki karakteristik yang berbeda.
konstan sehingga pada praktik perhitungannya Klasifikasi keretakan diperlukan sebagai
disimpulkan dengan luasan struktur indikator kategori pemeriksaan dan pemilihan
terowongan dengan panjang yang ditentukan. perawatan yang digunakan.
Pada PM. 60 tahun 2012 tentang Persyaratan Klasifikasi Keretakan:
Teknis Jalur Keretaapi, terdapat spesifikasi
batas kebocoran maksimal yang dapat diterima a. Retak rambut
sebesar ≤ 0.2 ℓ/ (m2.hari), tetapi penjelasan Retak yang diklasifikasikan kedalam retak
mengenai luasan yang melingkupi kebocoran rambut merupakan keretakan kecil yang
belum dicantumkan. Sehingga dari ketentuan menyebar dan memanjang dengan kedalaman
diatas maka kebocoran tidak akan mendapatkan retak <5mm.
nilai valid apabila dihitung tidak berdasar luas
struktur yang terbangun. Laju rembesan yang b. Rekahan
terjadi dianggap sama, dan menggunakan Retak rekahan memiliki karakteristik yang
tipikal bocoran aman 0.1 ℓ/jam pada setiap titik dalam dan lebar. Apabila titik retak telah
yang mengalami kebocoran. merekah maka segera dilakukan perawatan
perbaikan. Kedalaman retak merekah ini
mencapai ≥5mm.
6. Hasil pengukuran rata-rata kebocoran air
23.75 mℓ/jam dan dibulatkan keatas menjadi c. Spalling (runtuhan)
25 mℓ/jam, sehingga: Keruntuhan struktur merupakan kerusakan
Diketahui: dinding terowongan yang membutuhkan
n bocor = 25 mℓ/jam penanganan segera. Tidak memiliki batas
Safety factor =4 aman, dan secara langsung memerlukan
perawatan. Runtuhan ini membuat deformasi
Luas Tunnel = 189.97 m2 pada struktur dinding terowongan yang dapat
Sehingga dapat diperoleh: mengakibatkan meluasnya runtuhan,
Kebocoran (safety factor ) = 25 mℓ/jam x 4 (SF) kebocoran, dan korosi pada tulangan beton.
= 100 mℓ/jam (0.1 ℓ/jam)
Asumsi Nilai kebocoran = 0.1/189.97= Berdasarkan hasil analisa maka kegiatan
0.000526 ℓ/m2.jam = 0.0126 ℓ/ m2.hari perawatan dilakukan apabila hasil pemeriksaan
telah terdata dan terklasifikasi. Klasifikasi
perawatan di kelompokkan berdasar semakin
7. Perhitungan nilai maksimum titik bocor kecil nya angka aman yang dapat diterima.
sesuai dengan perhitungan desain Sehingga terdapat prioritas pekerjaan yang
Diketahui: dilakukan dalam masa perawatan.
desain bocor MRT Jakarta = 0.125 ℓ/m2.hari
desain bocor PM. 60 th 2012 = 0.2 ℓ/m2.hari
asumsi nilai kebocoran = 0.0126 ℓ/m2.hari) C. Perawatan Kebocoran
Sehingga diperoleh titik bocor maksimal yang
Pekerjaan perawatan kebocoran menggunakan
dapat diterima sesuai desain yaitu
2 metode, secara efektif pemilihan metode
a. Desain MRT Jakarta
dapat diperhitungkan dari titik bocor yang
0.125/0.0126 = 9.920 ~ 9 titik bocor sepanjang
terjadi pada dinding terowongan.
10m
b. Desain PM.60 th 2012 1. Grouting
0.2/0.0126 = 15.873 ~ 15 titik bocor sepanjang Yaitu memasukkan cairan semen dengan alat
10m inject pada bagian dinding yang mengalami
kebocoran.

43
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

Alat dan bahan: c. Kunci pas


a. Borb. Inject tool
c. Kunci T
d. Packer
e. Cairan polyurethane
Tahapan pekerjaan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Sumber: dokumen pribadi
a. Pekerja melubangi dinding terowongan
dengan mesin bor. Gambar 4 Alat dan Bahan Penggantian Karet
Baut
b. Packer dimasukkan pada lubang bor
menggunakan kunci T. Tahapan pekerjaan sebagai berikut:
Fungsi packer yaitu sebagai katup untuk a. Baut dilepas menggunakan kunci pas.
masuk nya cairan polyurethane. b. Karet yang rusak/ lama diganti dengan
C. Grouting cairan polyurethane dengan karet hidrotite berwarna merah pada
mesin inject, selanjutnya setelah cairan penuh tubuh baut.
(ditandai dengan keluarnya cairan polyurethane c. Baut dipasang kembali dan pada
pada titik lemah lain) alat inject dilepas dan kepala baut diberi karet tambahan dari
packer tetap dibiarkan terpasang sebagai bahan dasar karet ban.
tanda pencatatan komponen yang telah d. Mengencangkan baut menggunakan
dirawat. kunci pas.

B. Perawatan Keretakan
Pekerjaan perawatan keretakan menggunakan
metode plesteran dan grouting. Pemilihan
metode disesuaikan dengan keretakan yang
terjadi. Plesteran dilakukan apabila kerusakan
yang terjadi masih berupa retak rambut dan
gompal/ coak pada area yang kecil. Sedangkan
grouting semen digunakan pada kerusakan
yang luas dan dalam. Terutama pada bagian
yang mengalami keruntuhan besar dan
memerlukan pengecoran skala besar.
Sumber: dokumen pribadi
Gambar 3 Proses Pekerjaan Grouting 1. Plesteran
Perawatan yang digunakan untuk kerusakan
2. Mengganti Karet Baut skala kecil dengan melapisi dinding yang retak
atau gompal menggunakan semen atau acian.
Metode ini digunakan apabila ditemukan
kebocoran bersumber dari lubang baut. Alat dan Bahan
Sehingga penanganan nya dengan mengganti a. Semen
karet pelapis pada baut. b. Slop penghalus
c. Air
Alat dan Bahan d. Ember
a. Karet hidrotite
b. Karet ban

44
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

Tabel 2 Klasifikasi Kebocoran


Langkah
No Kerusakan Toleransi
Perbaikan
1 Retak Rambu < 5mm Plesteran
2 Rekahan ≥ 5mm Grouting
3 Runtuhan - Grouting

Sumber: dokumen pribadi Hasil dari analisa keretakan, bahwasanya


setiap keretakan yang terjadi memerlukan
Gambar 5. Plesteran Dinding tindakan perbaikan. Toleransi keretakan
Tahapan pekerjaan dapat dijelaskan sebagai dapat disimpulkan sebagai berikut:
berikut : Tabel 3 Klasifikasi Keretakan
a. Mempersiapkan adukan semen didalam Langkah
ember. No Kerusakan Toleransi
Perbaikan
b. Membuat bekisting (apabila perlu)
1 Retak Ramb < 5mm Plesteran
c. Meratakan adukan pada dinding yang
mengalami kerusakan dengan slop 2 Rekahan ≥ 5mm Grouting
penghalus. 3 Runtuhan - Grouting

2. Grouting 4. KESIMPULAN DAN SARAN


Perawatan dengan metode grouting digunakan 4.1 Kesimpulan
untuk keretakan struktur yang dalam dan
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik
memanjang. Retakan yang terjadi dapat
kesimpulan sebagai berikut:
diukur menggunakan alat crack gauge.
a. Titik bocor maksimal yang dapat
Alat dan Bahan
diterima sesuai desain yaitu 9 titik bocor
a. Alat Inject
b. Packer sepanjang 10m sedangkan berdasarkan
c. Cairan Mikrosemen desain PM 60 tahun 2012 15 titik bocor
d. Bor sepanjang 10m.
e. Kunci T b. Pelaksanaan pemeriksaan komponen
pada dinding terowongan MRTJ dengan
memperhatikan bagian detail pada
Tahapan pekerjaan dapat dijelaskan sebagai dinding berupa baut segmen, sambungan
berikut: antar segmen, dan struktur beton pada
a. Bor dinding sesuai dengan alur retak dan segmen.
jarak lubang bor b. Inject cairan c. Perawatan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan mencegah kerusakan
mikrosemen pada tiap lubang
dinding terowongan MRTJ yaitu untuk
b. Apabila pada kondisi runtuhan besar, kebocoran dengan menggunakan
maka gunakan formwork Grouting cairan polyurethane dan
c. sebagai alas dan grouting daerah yang mengganti karet sealing pada baut,
mengalami kerusakan. sedang untuk keretakan dengan
menggunakan Grouting cairan
Hasil dari analisa kebocoran, klasifikasi
mikrosemen dan plesteran.
kebocoran sebagai berikut:

45
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

Jakarta Metro Engineering Consultant (2011)


“Basic Engineering Design Final Report”.
4.2 Saran
Jakarta: Kementrian Perhubungan
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang
dapat direkomendasikan sebagai berikut: Menteri Perhubungan. Peraturan Menteri
nomor 32 (2011) “Standar dan Tata
1. Kegiatan pengukuran dan penelitian ini Cara Perawatan Prasarana
dilaksanakan pada musim kemarau dan Perkeretaapian.” Jakarta: Peraturan
dalam kondisi di siang hari. Sehingga perlu Menteri Perhubungan.
dilaksanakan penelitian selanjutnya di Menteri Perhubungan. Peraturan Menteri
waktu yang berbeda agar data dapat nomor 60 (2012) “Persyaratan Teknis
diambil secara objektif. Jalur Keretaapi.” Jakarta: Peraturan
Menteri Perhubungan
2. Kerusakan dinding terowongan berupa
PT MRT Jakarta (2011) “Basic Engineering
retak/ runtuhan perlu mendapat perawatan Design Report”. Jakarta: Jakarta Metro
segera, sehingga keretakan dan keruntuhan Engineering Consultant
tidak menimbulkan kerusakan yang
PT MRT Jakarta (2016) “Construction
meluas.
Method for Soldier Pile, Strut and
Waller, and Excavation CTVT &
Entrance”. Jakarta: SOWJ JVPT MRT
5. DAFTAR PUSTAKA
Jakarta (2017) “Method Statement
Federal Highway Administration (2015) Temporary Retaining Wall Work for
“Tunnel Operations, Maintenance, Station Structure”. Jakarta: SMCC – HK
Inspection, and Evaluation Manual.” JO.
USA: U.S Departmen of Transportation
Satish Chandra (2007) “Railway Engineering.”
Proyek dan Perkembangan MRT Jakarta.
New Delhi: Oxford University Press.
(2017) Jakarta: MRT Jakarta. Tersedia
dalam: http://jakartamrt.co.id [Diakses 30 Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor
Juni 2017]. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.
Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

46

Anda mungkin juga menyukai