Anda di halaman 1dari 7

Tugas 3 Cairan Tubuh

1. Siti Nur Asiah (201703001)


2. Eka Arsita Valianti (201703003)
3. Nur Isnaini (201703011)

EFUSI PLEURA PADA PENDERITA TUBERKULOSIS

A. Latar Belakang

Pleura merupakan membran yang memisahkan paru paru dengan dinding


dada bagian dalam. Menurut [ CITATION Pra13 \l 1033 ] , pleura merupakan
membran serosa yang melingkupi parenkin paru, mediastinum, diafragma serta
tulang iga. Rongga pleura terdiri dari sejumlah cairan yang memisahkan kedua
pleura tersebut sehingga memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa hambatan
selama proses respirasi. Cairan pleura berasal dari pembuluh darah kapiler pleura,
ruang intrestisial paru, kelenjar getah bening intratoraks dan rongga peritoneum.
Jumlah cairan pleura dipengaruhi oleh perbedaan tekanan antara pembuluh darah
kapiler pleura dengan rongga pleura [ CITATION Yam15 \l 1033 ].
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar bakteri
Mycobacterium Tuberculosis menyerang paru paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2009, Penyakit Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, dan salah satu penyebab kematian.
Efusi pleura merupakan kondisi yang ditandai dengan penumpukan cairan
diantara dua lapisan pleura. Pada keadaan normal, rongga pleura hanya
mengandung 10-20 ml caira. Efusi pleura disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara pembentukan dan reabsropsi (penyerapan) cairan pleura. Cairan pleura
yang berlebih dapat mengakibatkan gangguan pernafasan dengan membatasi
peregangan paru selama inhalasi[ CITATION McG11 \l 1033 ].
Efusi pleura Tuberculosis menyatakan adanya penimbunan cairan dalam
rongga pleura yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Tuberculosis. Efusi
pleura sebenarnya dapat terjadi sebagai proses penyakit primer, jarang terjadi
sekunder akibat penyakit lain. Efusi pleura Tuberculosis merupakan TB
ekstraparu kedua terbanyak setelah limfadenitis TB. Adanya timbunan cairan pada
paru paru mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan. Bila cairan pada paru
meningkat akan mengakibatkan penderita mengalami sesak napas. Terdapat
beberapa gejala yang mengarah ke efusi pleura TB seperti demam subfebril,
banyak keringat, batuk, trakea menjauhi tempat yang terjadinya peradangan dapat
terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleura yang signifikan[ CITATION Pan17 \l
1033 ]. Berdasarkan latar belakang diatas, maka tugas cairan tubuh ini ingin
membahas mengenai Efusi Pleura Pada Penderita Tuberkulosis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa itu efusi pleura Tuberculosis?
2. Bagaimana gejala yang timbul pada efusi pleura Tuberculosis?
3. Bagaimana cara mendiagnosa efusi pleura Tuberculosis?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan mengenai penyakit efusi pleura Tuberculosis
2. Mengetahui gejala yang timbul pada efusi pleura Tuberculosis
3. Mengetahui cara mendiagnosa efusi pleura Tuberculosis
D. Isi
1. Efusi Pleura Tuberculosis
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan di ruang pleura,
menunjukkan ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan
pleura yang diakibatkan refleksi dari patologi dalam pleura. Penumpukan cairan
yang berlebih dalam pleura akan menyebabkan inflamasi sehingga terjadi
penumpukkan pus atau darah pada pleura. Dalam keadaan normal cairan masuk ke
dalam rongga pleura dari kapiler–kapiler di pleura parietal dan diserap melalui
pembuluh limfe yang berada di pleura viseral. Cairan juga bisa masuk ke rongga
pleura melalui rongga intersisial paru melalui pleura viseral atau dari rongga
peritonium melalui celah sempit yang ada di diafragma. Efusi pleura menyertai
berbagai gangguan paru-paru, pleura, dan gangguan sistemik [ CITATION Kar12 \l
1033 ].

Gambar 1. Foto X- Ray Paru Paru yang


Mengalami Efusi [ CITATION Kar12 \l 1033 ]

Berdasarkan jenis cairannya efusi pleura dibagi menjadi efusi pleura


transudat dan efusi pleura eksudat. Efusi pleura transudat terjadi apabila faktor
sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan, sedangkan
efusi pleura eksudat terjadi apabila faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan
dan penyerapan cairan. Efusi pleura eksudat lebih sering ditemukan, dan penyebab
utama efusi pleura eksudat adalah infeksi bakteri, infeksi jamur, infeksi virus,
keganasan. Di Indonesia Tuberculosis adalah penyebab utama efusi pleura
[ CITATION Lig10 \l 1033 ].

Efusi pleura Tuberculosis adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura


karena infeksi Mycobacterium Tuberculosis. Berdasarkan penelitian, efusi pleura
Tuberculosis adalah penyebab ketiga terbanyak terjadinya efusi pleura masif
(12%), setelah keganasan (55%), pneumonia (22%) dan merupakan salah satu
manifestasi ekstra paru tersering pada pasien Tuberculosis paru setelah
limfadenitis [ CITATION Mel14 \l 1033 ].
2. Gejala Efusi Pleura Tuberculosis
Gejala yang timbul pada efusi pleura Tuberculosis yaitu Sesak napas
yang terjadi karena cairan yang mengisi ruang pleura membuat paru - paru
sulit berkembang, menyebabkan pasien sulit mendapatkan oksigen yang
cukup[ CITATION Sin16 \l 1033 ] . selain itu terdapat gejala umum atau sistemik
menurut Shafitri (2011) :
a) Demam subfebril yang merupakan gejala atau karakteristik
tuberkolosis akibat sitokin yang dihasilkan makrofag mempunyai
potensi untuk menekan efek immunoregulator dan menyebabkan
menisfestasi klinis terhadap tuberculosis dengan IL-1 yang merupakan
pirugen endogen yang menyebabkan deman
b) Penurunan barat badan yang terjadi akibat infeksi dengan mengalami
perubahan pada respon metabolic seperti penurunan nafsu makan.
Gangguan penyerapan nutrisi, dan perubahan metabolisme tubuh.
c) Batuk yang terjadi akibat adanya infeksi

3. Diagnosa efusi pleura Tuberculosis


Prinsip diagnosis dan penatalaksanaan TB dibelahan dunia adalah sama
yaitu mulai dari diagnosis yang akurat, pengobatan yang sesuai standar,
monitoring, evaluasi pengobatan serta tanggung jawab kesehatan masyarakat
sehingga diperlukan ketepatan diagnosis untuk menentukan keberhasilan tahap
penatalaksanaan TB berikutnya[ CITATION Sha11 \l 1033 ] . Diagnosis Klinis
adalah diagnosis yang ditegakkan berdasarkan ada atau tidaknya gejala pada
pasien. Diagnosis TB perlu ditegakkan berdasarkan diagnosis klinis dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan sebagai berikut :
a) Pemeriksaan fisik
Permeriksaan fisik pasien sering ditemukan atrofi dan retraksi otot –
otot intercostal. Bila TB mengenai pleura maka akan terbentuk efusi
pleura sehingga paru yang sakit akan terlihat tertinggal dalam
pernapasan, perkusi memberikan suara pekak, aukultasi memberikan
suara yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali [ CITATION
Sha11 \l 1033 ]

b) Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi TB. Gambaran radiologinya berupa bercak –
bercak seperti awan dan dengan batas – batas yang tidak tegas.
Pemeriksaan radiografi paling sensitive untuk mengidentifikasi cairan
pleura yaitu pada posisi lateral decubitus yang mampu mendeteksi
cairan pleura kurang dari 5 ml dengan arah sinar horizontal, cairan
akan berkumpul disisi samping bawah. Namun gambaran radiologi
tidak mampu membedakan jenis cairan sehingga perlu tambahan klinis
untuk membedakan jenis cairan tersebut karena penyakit TB paru bila
tidak ditangani dengan benar akan meninmbulkan komplikasi
sehingga. dalam penyakit TB cairan dapat berbentuk transudat yang
terjadi bukan karena primer paru[ CITATION Sha11 \l 1033 ]
c) Adenosin deaminase (ADA)
Adenosin deaminase (ADA) merupakan enzim yang terlibat
pada proses katabolisme purin yang mengkatalisis perubahan
adenosine menjadi inosine dan deoksiadenosin menjadi deoksiinosin
dan memegang peranan penting pada diferensiasi sel limfoid.
Aktivitasnya akan tinggi pada kondisi yang menstimulasi imunitas
seluler. Nilai ADA meningkat pada efusi pleura TB, distribusinya pada
manusia menyebar di seluruh tubuh namun peran fisiologi nya penting
pada jaringan limfoid. Pemeriksaan adenosin deaminase merupakan
pemeriksaan yang sederhana, cepat, bukan-invasif dan relatif murah
sehingga harus dimasukkan dalam pemeriksaan rutin di laboratorium.
Tes adenosin deaminase juga membantu dalam penegakan diagnosis
dan pengobatan efusi pleura TB lebih cepat (Amalia, 2016)

d) Sitologi cairan pleura Tuberculosis


Diagnosis efusi pleura TB dapat dilakukan dengan biopsi
pleura. Biopsi pleura telah menjadi standar diagnosis dengan hasil
spesimen berupa granuloma didapatkan 60% pada seluruh kasus,
namun prosedur ini invasif dan sering mengalami. kendala dalam
menentukan fokus infeksi. Pemeriksaan sitologi dilakukan dengan
aspirasi biopsy menggunakan jarum halus atau fine needle aspiration
biopsy (FNAB). Pemeriksaan sitologi dapat dijumpai sel histosit tipe
epiteloid dan sel detia berinti banyak dari tipe langhans (Delyuzar,
2017).

E. Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit
tuberculosis dapat ditamdai dengan efusi pleura yang merupakan
kondisi adanya penumpukan cairan diantara dua lapisan pleura.
Pemeriksaan dalam penegakkan diagnosis efusi pleura TB dapat
dilakukan dengan pemeriksaanj fisik, radiologi, pemeriksaan ADA dan
pemeriksaan sitologi.
F. Daftar Pustaka
Amalia, R. N., & Pradjoko, I. (2016, Mei). Nilai Diagnostik Adenosine Deaminase (ADA)
Cairan Pleura pada Penderita Efusi Pleura Tuberkulosis. JURNAL RESPIRASI, 2, 35-
40.
Amalia, R. N., & Pradjoko, I. (2016, Mei). Nilai Diagnostik Adenosine Deaminase (ADA)
Cairan Pleura pada Penderita Efusi Pleura Tuberkulosis. JURNAL RESPIRASI, 2, 35-
40.
Delyuzar, Lubis, N. D., Zainuddin, A., & Kusumawati, L. (2017). Tuberkulosis dengan
Massa Eosinofilik disertai Partikel Coklat Gelap. J Respi Indo.
Karkhanis, V., & Joshi, J. (2012). Pleural Effusion: Diagnosis, Treatment,and Management.
Open Access Emergency Medicine, 4, 31–52.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (n.d.). Tentang Pedoman
Penanggulangan Tuberkulosis Nomor 364/MENKES/SK/V/2009.
Light RW. (2010). Update on Tuberculosis Pleural Effusion. Respiology, 15(3), 451-458.
Mc Grath E. (2011). Diagnosis of Pleura Effusion: A Systematic Approach. American
Journal of Critical Care, 20, 119-128.
Meldau, R., Petter, J., Theron, G., Calligaro, G., Allwood, B., Symons, G., & Khalfey, H.
(2014). Comparison of Same Day Diagnostic Tools Including Gene Xpert and
Unstimulated IFN-γ For The Evaluation of Pleural Tuberculosis: A Prospective
Cohort Study. BMC Pulmonary Medicine, 14(58), 1-10.
Pandhika, R., Cania, E., & Rini, D. (2017). Penegakkan Diagnosis Efusi Pleura Tuberkulosis
Pada Anak Laki-Laki Usia 8 Tahun. Jurnal Medula, 7(4), 59-63.
Pratomo, I., & Yunus, F. (2013). Anatomi dan Fisiologi Pleura. CDK, 40(6), 407- 411.
Shafitri, F. (2011). Diagnosis TB Dewasa dan Anak Berdasatkan ISTC (Internasional Standar
for TB Care). Universitas Muhamadiyah Malang.
Sinaga, R. M., Sarumpeat, S. M., & Rasmaliah. (2016). Karakteristik Penderita TB Paru
Efusi Pleura Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan. Universaitas
Sumatra Utara .
Yamamoto, M., Wilting, J., Abe, H., Murakami, G., Rodríguez-Vázquez, J., & Abe, S.-i.
(2015). Development of The Pulmonary Pleura With Special Reference To The Lung
Surface Morphology: A Study Using Human Fetuses. Anatomy and Cell Biology ,
51(3).

Anda mungkin juga menyukai