Anda di halaman 1dari 7

Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pembangungan

Menilai Diri Dengan Metoda Rapid Rural Appraisal (RRA)

Oleh : Ahmad Darmawi


Program Pascasarjana UNS Program Studi Pemberdayaan Masyarakat
Konsentrasi Corporate Social Responsibility

A. Pendahuluan
Memahi masyarakat Desa akan memberikan sebuah gambaran tentang adanya
perkembangan kelompok pendekatan dan metode yang memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk turut ambil bagian dalam menambah dan menganalisis
pengetahuan tentang kondisi kehidupannya dalam rangka menyusun perencanaan dan
aksi serta tindakan. Menurut Chamber (1992) partisifasi masyarakat dalam kegiatan
perencanaan memberikan kontribusi kepada penelitian partisipatip radikal, analisis
agroekosistem, antropologi terapan, penelitian lapangan tentang sistem dan memahami
desa secara cepat (Rapid Rural Appraisal, biasa disingkat RRA). Hal mendasar dalam
penerapan RRA adalah informasi lebih banyak diperoleh dan diambil oleh orang luar
(outsider).
Disisi lain, RRA sebagai suatu metode telah lebih dulu berkembang (era 1970-
an). Yang melatar belakangi munculnya RRA adalah kurang berhasilnya pendekatan
penelitian yang digunakan dalam menangani permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Umumnya sebelum RRA, masyarakat hanya sebagai pihak yang tidak tahu menahu
mengenai suatu program ataupun penerapan kebijakan. Sebagai akibatnya tidak ada
perubahan yang berarti setelah dilaksanakan penelitian ataupun penerapan kebijakan.
Contoh ektrem adalah penerapan survei, yang seringkali masyarakat hanya terlibat
dalam memberikan informasi ; masyarakat tidak terlibat banyak dalam menyumbang
pengetahuannya (knowledge) yang mungkin saja sangat diperlukan dalam
mengadakan perubahan kearah yang lebih baik. Dengan adanya RRA yang kemudian
berkembang pula PRA, maka diharapkan akan memungkinkan masyarakat desa secara
bersama-sama menganalisis masalah kehidupan yang nantinya sangat diperlukan
dalam perumusan perencanaan dan kebijakan oleh pihak yang berwenang.
Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih jauh mengenai RRA, prinsip-
prinsip , teknis praktis penggunaan metode tersebut, serta keunggulan dan kelemahan
RRA. Diharapkan tulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memilih
metode penelitian yang tepat sesuai tujuan penelitian sehingga kualitas penelitian dapat
ditingkatkan tampa mengabaikan kepentingan masyarakat dan berbagai pihak terkait.

B. Pengertian RRA
Ada beberapa model pendekatan suatu penelitian dimana memposisikan
masyarakat sebagai objek (user) beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peniliti
dipengaruhi oleh pandangan Rogers (1983) tentang suatu proses mengadopsi inovasi
seperti pada Gambar 1. Model Rogers tersebut bisa dikatakan mewakili metode
konvensional dalam penerapan penelitian yang melibatkan masyarakat, dalam hal ini
masyarakat merupakan sasaran bagi lembaga penelitian dan atau pendidikan untuk
menyebarluaskan temuannya. Terlihat bahwa adanya hubungan atas-bawah (top down
approaches) yang mengasumsikan masyarakat merupakan kelompok yang serba
kurang. Pada kenyataanya dilapangan, model seperti ini berdampak adanya jurang
pemisah antara masyarakat dengan institusi penelitian. Pada gilirannya masyarakat
bersikap apatis atas kegiatan yang diprakarsai oleh lembaga tersebut.

Lembaga Penelitian dan atau Pendidikan

Pengetahuan dan atau Inovasi

Proses Transpormasi

Adopsi

Difusi

Gambar 1. Proses adopsi Inovasi (Rogers, 1983)

Penilaian diri dengan metode RRA 1


Telah dikemukakan sebelumnya bahwa metode dan pendekatan telah banyak
dikembangkan untuk memahami masalah dan membantu sebagai rumusan kebijakan
menyelesaikan masalah pembangunan pedesaan. Pada era tahun 1970-an beberapa
ahli menerapkan banyak metode diantaranya pendekatan dan logika berfikir survey
verifikasi dalam meriset masalah sosial masyarakat. Metode survey, sebagaimana
metode lain memiliki kelebihan seperti dapat menjangkau banyak populasi, waktu
penelitian yang relative singkat dan biaya yang relative hemat ketimbang metode lain.
Akan tetapi metode survey juga memiliki kekurangan yakni adanya kesadaran
dikalangan peneliti dan praktisi bahwa metode itu kurang dapat diapaki untuk
memahami masalah pembangunan. Akibatnya perumusan tersebut sering tidak relevan
dengan masalah yang sedang dihadapi masyarakat (pretty, 1995). Menurut pendapat
dari Rogers (1983) penerapan kebijakan masyarakat hanya sebagai penerima, bukan
sebagai pelaku dan pelaksana, sehingga seringkali kebijakan kurang dipahami, bahkan
kurang dapat diterima masyarakat.
Bertolak dari kelemahan metode survey, maka beberapa peneliti dan lembaga
penelitian berusaha mencari dan menerapkan metode yang diharapkan dapat
membantu memahami masyarakat pedesaan. Diperlukan sebuah metode penelitian
yang mengandung empat unsur dan aspek (Shumsky, dalam Kemmis dan Mc Taggart,
1988), yaitu :
1. Suatu kondisi yang memungkinkan tumbuhnya kebersamaan dalam group
(group belonging) dan rasa memiliki isu yang ditelaah (ownership).
2. Adanya kemampuan berkreasi dan pemikiran yang kritis
3. Penelitian yang dilaksanakan untuk tujuan perubahan dan pengembangan
4. Pelayanan terhadap partisipan penelitian oleh para pakar maupun peneliti
merupakan akar untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial.
Mengingat pentingnya keempat aspek tersebut, maka telah berkembang dua
kelompok pendekatan dan metode yang saling berhubungan, yakni Memahami Desa
Dengan Cepat (Rapid Rural Appraisal = RRA) yang berkembang di era 1980-an, serta
metode Memahami Desa Dengan Cepat melalui pendekatan partisifatif (Participatory
Rural Appraisal = PRA) yang berkembang di era 1990-an.

Penilaian diri dengan metode RRA 2


Terdapat lima hal yang menjadi landasan pokok dan sejalan dengan RRA yaitu
penelitian partisifatif, analisis agroekosistem, antropologi terapan, penelitian lapangan
tentang system usaha tani dan memahami desa secara cepat (RRA). Pada penelitian
partisifatif gerakan yang lazim dipakai untuk memfasilitasi masyarakat (Amanah, 1996)
adalah pendidikan untuk orang dewasa yang diasosiasikan dengan pendekatan
penelitian kaji tindak dengan teknik partisipasi

C. RRA ( Memahami Desa Secara Cepat )


Latar belakang munculnya RRA ada tiga penyebab (Chambers, 1992) yaitu yang
Pertama, adanya ketidak puasan terhadap bias, terutama bias anti kemiskinan yang
diakibatkan wisata pembangunan pedesaan. Yang dimaksud adalah adanya kunjungan
singkat kepedesaan oleh para professional (bias ruang), yang dikunjungi hanya desa-
desa yang dekat dengan kota, dekat dengan jalan besar mengabaikan desa pinggiran,
adanya bias proyek, bias personal, bias musim dan bias diplomatic. Kedua, adanya
kekecewaan terhadap proses survey-survei konvensional sebagaimana telah dijelaskan
diatas. Ketiga, mencari metode metode pemahaman yang lebih efektif. Hal ini didukung
oleh adanya pemikiran para ahli pembangunan terhadap kenyataan bahwa masyarakat
desa itu sendiri memiliki pengetahuan yang beragam terkait dengan kehidupan mereka
(IDS,1979). RRA mulai dan terus menjadi suatu cara yan baik bagi orang luar untuk
belajar. RRA mencari cara yang memudahkan orang luar memperoleh data dan
pandangan masyarakat desa tentang berbagai hal, dan melakukannya dengan dana
yang minim dalam waktu yang relative singkat.
Model yang umumnya digunakan pada masa lampau adalah orang luar
memperolah informasi, memawanya dan menganalisanya. Hal ini sah dan berguna
serta akan terus berlangsung. Namun ditinjau lebuh mendalam dari segi manfaat,
pendekatan RRA non-partisifatif dapat dijelaskan sebagai penggalian dan pemerasan,
atau dengan istilah lain yang lebih halus dekenal dengan elictif (Chamber, 1992).

Penilaian diri dengan metode RRA 3


D. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam RRA
Secara ringkas prinsip-prinsip metode RRA sebagai berikut :
1. Suatu proses pembalikan pemahaman, yaitu belajar dari masyarakat
setempat (local people) tentang suatu isu.
2. Belajar dengan cepat dan progresif melalui ekplorasi yang terencana,
penggunaan metode yang luwes, improvisasi, pngulangan, cek silang, tidak
mengikuti blue print ; dapat menyesuaikan dengan proses belajar yang
dipakai.
3. Menyeimbangkan bias
4. Optimaisasi pertukaran, mengaitkan biaya pemahaman dengan infoemasi
yang bermanfaat, keakuratan dan ketepatan waktu
5. Membuat network mengenai pengukuran (kisaran) ada tiga hal : metode,
jenis informasi, peneliti atau re-cek.
6. Mencari keanekaragaman informasi dan kekayan informasi dengan jalan
mencari dan meneliti hal-hal yang kontradiktif, anomaly serta perbedaan.
Missal dengan pengambilan sampel dalam pengertian non-statistik (Dunn
dan McMillan, 1991).

E. Kelemahan RRA
Menurut pendapat Chambers (1992), ada lima kelemahan Rapid Rural Appraisal
yaitu antara lain :
Pertama, kemungkinan fadisme. RRA dapat didiskreditkan akibat adanya
penyalahgunaan serta adopsi yang terlalu cepat, dan memberikan lebel tampa makna
yang jelas. Gejalanya adalah adanya permintaan pelatihan yang melebihi tenaga
pelatih yang tersedia dan memiliki kompetensi ; permintaan bahwa konsultan
menerapkan RRA dan kemudian disanggupi konsultan, sementara konsultan tidak tahu
tantang RRA atau mereka adalah orang yang tidak memiliki kompetensi tentang
metode ini.
Kedua, terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kata rapid dalam RRA sering
dibuat alas an untuk melakukan segala susuatu secara cepat tampa

Penilaian diri dengan metode RRA 4


mempertimbangkan berbagai factor. Sebagai missal dalam melakukan program coastal
management yang divaei hanya masyarakat yang levelnya rendah atau sebaliknya.
Akibatnya banyak waktu yang tersisa, sementara sebenarnya RRA dapat saja
memerlukan waktu yang relative lama mengingat system belajar dan aksi yang
digunanakan untuk RRA adalah beragam.
Ketiga, termolisme. Adanya dorongan untuk melakukan dan menyusun strategi
dalam penerapan RRA membuat orang mencari dan menyusun buku pedoman atau
manual. Biasanya berupa pengalaman, resep-resep praktis RRA. Buku manual
diperingkas, tetapi volumenya berkembang sangat pesat, karena adanya berbagai
edisi. Bahayanya adalah jika pelatihan hanya berdasarkan teks tampa diikuti praktek
lapangan lebih nyata.
Keempat, adalah kebiasan. Para praktisi dan pelatih menjadi jenuh karena
rutinitas dan kebiasaan. Ada beragam cara untuk melakukan pemetaan dan pembuatan
model partisifatif, untuk mengurangi kejenuhan atau memelihara semangat, perlu
dilakukan pertukaran pelatih antara organisasi, antar Negara serta antar benua, saling
berbagi pendekatan, metode dan pengalaman lapangan.
Kelima, adalah penolakan. Diantara para pelopor yang telah memenerikan
sumbangan pada RRA; penelitian antropologi terapan, analisis agroekosistem. Lebih
tegasnya RRA masa kini merupakan sebuah pendekatan partisifatif yang terbuka,
saling berbagi rasa dan memiliki kekuatan akan isu yang dihadapi menuju perbaikan
yang dikehendaki (situation improvement). RRA belum banyak memasukkan aspek
partisifasi dalam pelaksaannya.
Adanya kegiatan memfasilitasi para ahli dan pemilik masalah stakeholder.
Metodologi disini barkaitan dengan proses transformasi dari kondisi sekarang kea rah
perubahan yang lebih baik. Peran para ahli adalah membantu masyarakat local
menganalisis situasi untuk selanjutnya dipelajari oleh masyarakat dan para ahli
sehingga menghasilkan suatu manfaat tertentu. Para ahli yang memfasiltasi
masyarakat local bisa disebut sebagai stakeholder juga.
Langkah-langkah yang mengacu kepada aksi. Proses belajar mengarah kepada
diskusi tentang perubahan, dan persepsi actor terhadap perubahan serta kesiapan
untuk melakukan aksi perubahan yang berkesinambungan. Jika aksi sudah disetujui

Penilaian diri dengan metode RRA 5


dan perubahan sudah diimplementasikan selanjutnya diperlukan kesiapan untuk
mengakomodasikan pandangan-pandangan yang bertentangan.

F. Kesimpulan
RRA belum banyak memasukkan aspek partisifasi dalam pelaksanaanya.
Peneliti harus dapat memutuskan siapa yang berpartisipasi, bagaimana bentuk
partisipasinya dan kapan ia harus berpartisipasi.
Disamping segala keunggulan yang dimilki RRA, terdapat juga kelemahan
diantaranya adalah jika penelitian dilakukan dengan tergesa-gesa, cakupan area
penelitian yang terlalu sempit, dan kemungkinan tidak berhasilnya peran fasilitator yang
diamiankan oleh professional (peneliti) selaku orang luar serta kesiapan masyarakat
setempat untuk mealkukan perubahan.

Daftar Pustaka
Amanah, S. 1996. A Learner-centred approach to improve teaching and learning
process at an Agricultural poly-teaching in Indonesia. Thesis MSc (Honours)-
Unpublished, Faculty of Agriculture and Rural Developmnet, University of
Western Sydney-Hawkesbury, Australia.
Chamber, R. 1992. Rural Appraisal : Rapid, Rilex and Participatory. Institude of
Developmnet Studies, Brigton.
IDS, 1979. Whose Knowledge Counts ?. IDS Bulletin, Vol. 10, No.2.
Pretty, J. N. 1995. Regenerating Agriculture. Eartscan Publication Limited, London.
Rogers, E.M. 1983. Diffusion of Innovation. Third Edition. Free Press, Now York.
Shumsky, A. 1988. Cooperation in Action Research : A Rationale dalam S. Kemmis,
and R. McTaggart. The Action Research Reader. Third Edition. Deakin University
Press, Victoria, Melbourne.

Penilaian diri dengan metode RRA 6

Anda mungkin juga menyukai