Anda di halaman 1dari 28

1.

1 LESER

A. Definisi Leser
Laser adalah sebuah sumber cahaya yang koheren, hampir
monokromatik dan searah. Laser merupakan singkatan dari Light
Amplification by Stimulating Emission of Radiation yang berarti cahaya
diperkuat melalui proses emisi yang dipicu (Minarni dkk, 2013).

B. Jenis Leser
Laser terdiri dari beberapa jenis bergantung pada medium laser yang
digunakan. Seperti zat padat, cair, gas dan semikonduktor. Laser zat padat
yang paling dikenal adalah laser Ruby, laser Ti:S, dan laser Nd:YAG,
sedangkan untuk laser gas adalah laser He-Ne dan Laser CO2. Laser Dye
dan laser dioda masing-masing adalah contoh laser zat cair dan
semikonduktor(Minarni,dkk, 2013).
1. Laser Zat Padat
Laser zat padat (solid state laser ) adalah laser yang menggunakan
zat padat sebagai mediumnya. Salah satu solid-state laser adalah laser
ruby. Laser ruby menghasilkan pulsa cahaya tampak pada panjang
gelombang 694,3 nm, yang berwarna merah tua. Salah satu aplikasi
pertama untuk laser ruby berada di rangefinding. Pada tahun 1964,
laser ruby dengan memutar prisma q-switch menjadi standar untuk
pengukur jarak militer, sampai diperkenalkannya pengukur jarak yang
lebih efisien satu dekade kemudian. Laser ruby digunakan terutama
dalam penelitian (Dimas,2014).

Gambar 1. Bagian-bagian laser ruby dan skema eksitasi.

1
Laser ruby jarang digunakan dalam industri, terutama karena
efisiensi yang rendah dan tingkat pengulangannya rendah. Material
telah dikuatkan terdistribusi dalam matriks padat (seperti ruby atau
neodymium: yttrium-aluminium garnet laser). Laser neodymium yang
memancarkan cahaya inframerah pada 1.064 nanometer (nm) (Dimas,
2014).

Gambar 2. Diagram energy laser ruby.

2. Laser Zat Cair


Sebuah laser dye terdiri dari pewarna organik dicampur dengan
pelarut, yang dapat diedarkan melalui sel pewarna, atau streaming
melalui udara terbuka dengan menggunakan jet pewarna. Sumber
energi tinggi cahaya yang dibutuhkan untuk 'pompa' cairan melampaui
ambang batas penguat nya. Sebuah flashlamp debit cepat atau laser
eksternal biasanya digunakan untuk tujuan ini. Cermin juga diperlukan
untuk berosilasi cahaya yang dihasilkan oleh fluoresensi pewarna,
yang diperkuat dengan masing-masing melewati cairan. Output cermin
biasanya sekitar 80% reflektif, sementara semua cermin lain biasanya
lebih dari 99,9% reflektif. Larutan zat warna biasanya beredar pada
kecepatan tinggi, untuk menghindari penyerapan triplet dan untuk
mengurangi degradasi pewarna. Sebuah prisma atau kisi difraksi
biasanya dipasang di jalur balok, untuk memungkinkan tuning balok.
Karena media cair dari laser dye bisa cocok bentuk apapun, ada banyak
konfigurasi yang berbeda yang dapat digunakan. Sebuah Fabry-Perot

2
rongga laser biasanya digunakan untuk flashlamp dipompa laser, yang
terdiri dari dua cermin, yang mungkin datar atau melengkung,
dipasang sejajar satu sama lain dengan medium laser di antara. Sel dye
biasanya sisi- dipompa, dengan satu atau lebih flashlamps berjalan
sejajar dengan sel pewarna dalam rongga reflektor. Rongga reflektor
sering air didinginkan, untuk mencegah sengatan panas di pewarna
yang disebabkan oleh sejumlah besar radiasi inframerah dekat yang
menghasilkan flashlamp tersebut. Aksial dipompa laser memiliki,
flashlamp annular berbentuk cekungan yang mengelilingi sel pewarna,
yang memiliki induktansi rendah untuk flash pendek, dan
meningkatkan efisiensi transfer. Coaxial dipompa laser memiliki sel
dye annular yang mengelilingi lampu flash, untuk efisiensi
perpindahan yang lebih baik, namun memiliki keuntungan yang lebih
rendah karena kerugian difraksi. Flash dipompa laser hanya dapat
digunakan untuk aplikasi keluaran berdenyut(Dimas,2014).

Gambar 3. Skema dye laser.

Sebuah desain ring laser sering dipilih untuk operasi terus-


menerus, meskipun desain Fabry-Perot kadang-kadang digunakan.
Dalam laser cincin, cermin laser diposisikan untuk memungkinkan
balok untuk melakukan perjalanan di jalan melingkar. Sel pewarna,
atau kuvet, biasanya sangat kecil. Kadang-kadang jet pewarna
digunakan untuk membantu menghindari kerugian refleksi. Pewarna
biasanya dipompa dengan laser eksternal, seperti nitrogen, excimer,

3
atau frekuensi dua kali lipat Nd: YAG laser. Cairan ini beredar pada
kecepatan yang sangat tinggi, untuk mencegah penyerapan triplet dari
memotong balok. Tidak seperti Fabry-Perot rongga, laser cincin tidak
menghasilkan gelombang berdiri yang menyebabkan pembakaran
lubang spasial, fenomena di mana energi menjadi terjebak dalam
terpakai bagian dari media antara puncak-puncak gelombang. Hal ini
menyebabkan keuntungan yang lebih baik dari media penguat.
Beberapa pewarna laser rhodamin (merah, 605-635 nm), fluorescein
(hijau, 530-560 nm), coumarin (biru), stilbene, umbelliferone (biru,
450-470 nm), tetracene, perunggu hijau, dan lain-lain. Sementara
beberapa pewarna yang benar-benar digunakan dalam pewarna
makanan, sebagian besar pewarna sangat beracun, dan sering
karsinogenik. Banyak pewarna, seperti rhodamin 6G, (dalam bentuk
kloridanya), bisa sangat korosif terhadap semua logam kecuali
stainless steel. Berbagai macam pelarut dapat digunakan, meskipun
beberapa pewarna akan larut lebih baik dalam beberapa pelarut dari
pada orang lain. Beberapa pelarut yang digunakan adalah air, glikol,
etanol, metanol, heksana, sikloheksana, siklodekstrin, dan banyak
lainnya. Pelarut sering sangat beracun, dan kadang-kadang dapat
diserap secara langsung melalui kulit, atau melalui uap dihirup.
Banyak pelarut juga sangat mudah terbakar. Adamantane ditambahkan
ke beberapa pewarna untuk memperpanjang waktu hidupnya.
Cycloheptatriene dan cyclooctatetraene (COT) dapat ditambahkan
sebagai triplet quenchers untuk rhodamine G, meningkatkan daya
keluaran laser. Daya output 1,4 kilowatt di 585 nm dicapai dengan
menggunakan Rhodamine 6G dengan COT dalam larutan metanol-air
(Dimas,2014).

3. Laser Zat Gas


Laser gas adalah laser di mana arus listrik dihantarkan melalui gas
untuk menghasilkan cahaya yang koheren. Laser gas merupakan laser

4
cahaya pertama yang kontinu dan beroperasi mengubah energi listrik
menjadi sinar laser. Menghasilkan sinar cahaya koheren pada daerah
spektrum inframerah 1,15 mikrometer. Helium dan neon, He-Ne,
merupakan laser gas yang paling umum, memiliki output utama dari
lampu inframerah. CO2 laser memancarkan energi jauh dari
inframerah (9,6 pM dan 10,6 m), dan digunakan untuk memotong
material keras dan pengelasan. Efisiensi laser CO2 adalah lebih dari
10%. Karbon Monoksida atau "CO" laser memiliki potensi output
sangat besar, namun penggunaan jenis laser dibatasi oleh toksisitas
ekstrim gas karbon monoksida (Dimas, 2014).
Laser ion Argon memancarkan cahaya dalam kisaran 351-528,7
nm. Tergantung pada optik dan tabung laser dengan nomor yang
berbeda dari garis. Paling sering digunakan adalah 458 nm, 488 nm
dan 514,5 nm. Laser ion logam adalah laser gas yang biasanya
menghasilkan panjang gelombang ultraviolet. Helium - Perak (HeAg)
224 nm, Neon - Tembaga (NeCu) 248 nm, dan Helium - Cadmium
(HeCd) 325 nm. Laser ini memiliki osilasi terutama linewidths sempit
kurang dari 3 GHz (0,5 picometers). Contoh dari laser gas antara lain
(Dimas, 2014):
a. Laser CO2
Molekul laser CO2 berosilasi pada 10,6 μm dalam infra merah.
Transisi yang utama terjadi diantara tingkat energi fibrasi dari
molekul CO2. Laser CO2 mengoperasikan pulsa (Q-switched )
secara kontinyu. Bahkan, laser CO2 mampu mengemisikan sebuah
gaya sehingga timbullah energi dan dapat memanaskan beberapa
material sehingga berpijar dalam waktu yang singkat. Karena
pancaran cahaya terhalang, maka penting untuk menggunakan
material yang tidak membebaskan bahaya kontaminasi dalam
udara. Laser CO2 saat ini digunakan untuk memotong besi, kain
dan mengelas besi. Pelepasan listrik yang mengeksitasi sebagian
besar laser gas menghasilkan cahaya atau sebuah pancaran yang

5
disebabkan oleh anoda dan katoda pada ujung plasma tipis atau
tabung pelepasan. Sebagian kecil laser dieksitasi oleh saluran
frekuensi radio. Semua laser beroperasi dengan baik dengan
tekanan gas dibawah tekanan atmosfir. pada pancaran itu mengalir
dalam sudut yang tepat menuju sumbu laser. Banyak laser CO2
yang termasuk laser TEA. Laser-laser tersebut membutuhkan
sistem pemeliharaan gas yang relatif sederhana dan juga murah
serta mudah dalam perancangannya. Getarannya berulang seperti
laser CO2 yang lain yang memperlihatkan tenaga puncak yang
tinggi atau tenaga rata-rata yang tinggi (Dimas, 2014).

Gambar 4. Diagaram energi laser CO2.

b. Laser Helium-Neon
Laser Helium-Neon tidak dipompa secara optis, tetapi
secara elektrik. Medium aktifnya adalah campuran gas dari helium
dan neon dengan perbandingan 5:1 pada tekanan sekitar 3 torr.
Helium tereksitasi ke sebuah level tertentu karena tabrakan
elektron. Energi ditransfer dengan cepat ke atom neon netral yang
mempunyai tingkat energi sedikit dibawah atom helium. Ini adalah
level laser yang lebih atas. Transisi laser yang paling penting pada
panjang gelombang 633 nm(Dimas,2014).

6
Gambar 5. Bagian- bagian laser He-Ne.

Laser He-Ne dipompa secara terus menerus, biasanya


mnggunakan power suplay DC. Power suplay DC ini khususnya
pada rentang 0,3-15 mlwatt atau lebih pada transverse mode 00.
Banyak laser He-Ne memakai cermin setengah pada tabung
plasma. Keuntungan laser sangat sedikit; sudut Brewster windows
esensial untuk mencegah berkurangnya pantulan. Bahkan, kaca
keluaran itu mempunyai reflektansi lebih dari 99% dengan tabung
plasma sepanjang 15 atau 20 cm. KarenaBrewster window,
keluarannya menyebar pada bidang vektor elektrik termasuk poros
laser dan garis normal Brewster window.Meskipun laser He-Ne
tidak dipompa secara optis, tetapi karakteristik ambang dapat di
deskripsikan dengan cukup oleh rate equations. Pada kasus laser
ruby, kita telah mengamati fluktuasi yang sangat luas pada
keluarannya. Ini menghubungkan ke osilasi pendek dari inversi
populasi n dengan ambang batas nilai nt . Pada laser He-Ne, nilai n
tidak mengalami osilasi, tetapi lebih menerima nilai nt yang tepat.
Hasilnya keluaran laser He-Ne kontinu dan stabil (Dimas, 2014).

7
Gambar 6. Diagram energy laser He-Ne.

c. Laser Ion Argon


Laser ion Argon dapat dibuat berosilasi dalam beberapa
panjang gelombang pada sepktrum tampak biru dan hijau. Transisi
penting berada pada level energi dari spectrum Ar+1. Arus
pancaran tinggi akan di produksi dengan jumlah yang cukup dari
ionisasi atom Argon tunggal. Selain laser Argon, terdapat krypton-
ion laser yang menghasilkan garis merah kuat dibanding yang lain.
Karena cukupnya energi untuk mengionisasi atom dan kemudian
meningkatkan ion ke tingkat tereksitasi, efisiensi dari semua
pancaran laser rendah. Meskipun inversi populasi tertahan, laser ini
memiliki keuntungan yang sangat tinggi dan dapat menghasilkan
kekuatan output yang terus menerus sampai beberapa watt. Garis
laser argon yang paling penting adalah pada panjang gelombang
514,5 nm (Dimas, 2014).

Gambar 7. Bagian- bagian laser ion argon.

8
C. Penggunaan Laser Dalam Bidang Medis
1. laser CO2 fraksional untuk keloid
Laser CO2 secara fraksional mulai digunakan untuk keloid karena
memiliki masa penyembuhan yang lebih singkat. Laser CO 2
fraksional monoterapi menunjukkan hasil yang baik, tanpa
kekambuhan setelah satu tahun. Laser CO2 fraksional merupakan
laser ablatif yang diemisikan berupa kolom-kolom sinar laser yang
membentuk zona terapi mikroskopis (microscopic treatment
zone/MTZ). (Brama dkk, 2018)
2. Laser ablatif untuk peremajaan kulit
Laser ablatif adalah laser dengan energi tinggi yang menyebabkan
ablasi fototermal. Mekanisme laser ablatif adalah menimbulkan
kerusakan termal pada epidermis dan dermis, memicu proses
penyembuhan berupa pengerutan kolagen sehingga terjadi
pengencangan jaringan. Proses ini disebut sebagai ablative laser
resurfacing (ALR), dengan laser yang sering digunakan adalah CO2
dan erbium-doped yttrium aluminium garnet (Er:YAG). Laser ablatif
sebagai terapi penuaan kulit, bekerja melalui ablasi epidermis,
kerusakan termal pada dermis, dan memicu remodelling kolagen,
sehingga dapat memperbaiki kontur kulit. Laser ablatif yang sering
dipakai dalam peremajaan kulit adalah laser karbondioksida (CO2)
dan Erbium-doped Yttrium Aluminium Garnet (Er:YAG).
a. Tehnik laser ablatif
Laser ablatif untuk penuaan kulit dapat dilakukan dengan tehnik
nonfraksional maupun fraksional. Tehnik nonfraksional
memanaskan sebuah area pada kulit secara konfluen dan
menguapkan jaringan. Tehnik ini dapat berpenetrasi secara
superfisial pada epidermis, atau dalam pada dermis. Tehnik ini
disebut sebagai tehnik “full field” atau konvensional. Tehnik laser
ablatif fraksional memanaskan dan memvaporisasi sebagian kulit
dalam bentuk kolom mikroskopik. Kolom ini disebut dengan

9
microthermal treatment zones (MTZ), memanjang dari epidermis
sampai ke dermis retikuler, + 1500 μm. Jaringan pada MTZ
terablasi dan jaringan di antara MTZ berfungsi sebagai reservoar
untuk sel regeneratif yang bermigrasi ke area yang diterapi dan
memfasilitasi penyembuhan luka. Efek klinis tidak se-„dramatis‟
dibandingkan laser ablatif nonfraksional, tetapi mempunyai risiko
dan komplikasi yang lebih sedikit.

Gambar 8

3. Laser untuk terapi perdarahan pada retina


Dalam bidang kedokteran fotokoagulasi laser merupakan terapi
yang paling sering digunakan untuk membantu pasien yang
mengalami perdarahan retina, fotokoagulasi laser juga dilakukan
sebagai upaya preventif, mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
serius pada pasien tersebut. Fotokoagulasi laser menggunakan laser
argon sebagai bahan utamanya. Laser argon adalah laser dengan
cahaya hijau, yang difokuskan untuk pembakaran mikroskopis
(Kaparang dkk, 2014)
Tujuan pembakaran ini adalah untuk memperbaiki jaringan mata
yang sakit atau rusak sehingga bisa mencegah komplikasi yang akan
disebabkan oleh jaringan sakit atau rusak yang menetap. Secara
keseluruhan, pengobatan terapi laser ini sering dinyatakan berhasil
dengan lebih dari satu kali pengobatan (Kaparang dkk, 2014).

10
4. Laser untuk ortodontik
a. Laser dental: laser argon
Argon laser, suatu medium aktif berupa gas argon,
menghasilkan cahaya dengan dua panjang gelombang, cahaya
biru dengan panjang gelombang 488 nm yang umumnya
digunakan untuk memulai polimerisasi bahan restorative
komposit. Cahaya biru-hijau dengan panjang gelombang 514
memiliki serapan pada jaringan maksimal yang terdiri dari
molekul berpigmen seperti hemosiderin dan melanin. Kedua
panjang gelombang yang dihasilkan argon laser memiliki
penyerapan buruk pada jaringan yang tidak memiliki pigmen dan
jaringan keras. Tipe laser ini seringkali digunakan untuk
pengontrolan perdarahan pada saat operasi gingiva, serta untuk
mendeteksi adanya keretakan dan kerusakan pada permukaan gigi
menggunakan teknik transluminasi (Yolwan dkk, 2017).
b. Laser CO2
Laser CO2 memiliki beberapa keuntungan, termasuk proses

penghilangan yang cepat pada jaringan lunak, hemostatis yang


sempurna dan kedalaman peneterasi yang dangkal. Namun, ketika
menggunakan laser CO2, struktur gigi yang berada di sekitar

daerah bedah jaringan lunak harus dilindungi dengan seksama.


Tipe laser ini tidak cocok diaplikasikan pada jaringan keras
(Yolwan dkk, 2017).

5. Low Level Laser Therapy untuk mucositis oral


Penggunaan LLLT juga disebut sebagai salah satu upaya
menanggulangi mukositis oral dengan cara terapi intervensi jika
institusi terkait telah mampu melakukannya. Hal ini disebabkan
karena LLLT merupakan teknologi yang relatif baru, walaupun be-
berapa penelitian telah memperlihatkan bahwa LLT dapat mengurangi

11
keparahan mu- kositis oral yang diinduksi oleh kemoterapi dan
radiasi. (Tarigan,dkk. 2010)
Penelitian yang menganalisis penggunaan LLLT pada lesi jaringan
lunak secara in vitro dan in vivo melaporkan adanya stimulasi
perbaikan jaringan yang terlihat berupa peningkatan jaringan
granulasi, percepatan proses epitelisasi, peningkatan proliferasi
fibroblas, peningkatan sintesis matriks dan peningkatan pembentukan
vaskularisasi baru. (Tarigan,dkk. 2010)

1.2 CROMOPHORE
A. Definisi Chromophore
Chromophore adalah bagian dari molekul atau kelompok kimia
yang bertanggung jawab atas warna. Chromophore adalah bagian yang
menyebabkan perubahan konformasi molekul ketika terkena cahaya.
Spektrum yang terlihat hanya merupakan sebagian kecil dari total
spektrum radiasi. Sebagian besar radiasi yang mengelilingi kita tidak dapat
dilihat, tetapi dapat dideteksi oleh instrumen penginderaan khusus.
Spektrum elektromagnetik ini berkisar dari panjang gelombang yang
sangat pendek (termasuk gamma dan sinar-x) hingga panjang gelombang
yang sangat panjang (termasuk gelombang mikro dan gelombang radio
siaran). Ketika cahaya melewati senyawa, energi dari cahaya digunakan
untuk mempromosikan elektron dari orbital ikatan atau non-ikatan ke
salah satu orbital anti-ikatan kosong. Kromofor adalah wilayah dalam
molekul di mana perbedaan energi antara 2 orbital molekul berbeda berada
dalam kisaran spektrum yang terlihat. Tinjauan ini adalah upaya untuk
memberikan pengetahuan dan informasi terperinci tentang status beragam
pemanfaatan kromofor dalam bidang analisis UV. Chromophore adalah
bagian dari molekul atau kelompok kimia yang bertanggung jawab atas
warnanya. Warna muncul ketika molekul menyerap tertentu dan
mentransmisikan atau mencerminkan yang lain. Pengelompokan atom
yang menjadi dasar warna suatu zat (Shukla dkk, 2012).

12
Chromophore adalah sekelompok atom atau elektron, juga dikenal
sebagai bagian molekul organik dan bertanggung jawab atas warnanya. Ini
adalah sistem elektron terdelokalisasi yang diperluas dalam suatu senyawa
yang memberikan warna. Ketika sebuah molekul menyerap panjang
gelombang tertentu cahaya tampak dan mentransmisikan atau
memantulkan yang lain, molekul tersebut memiliki warna. Kromofor
adalah wilayah dalam molekul di mana perbedaan energi antara 2 orbital
molekul berbeda berada dalam kisaran spektrum yang terlihat (Shukla dkk,
2012).

1.3 INFERTILITAS HUBUNGAN DENGAN CLAMYDIA

A. Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memiliki anak setelah 1
tahun melakukan hubungan seksual rutin tanpa penggunaan kontrasepsi.
Infertilitas diklasifikasikan menjadi infertilitas primer dan infertilitas
sekunder. Infertilitas primer didefinisikan sebagai infertilitas yang terjadi
jika perempuan belum pernah hamil, sedangkan infertilitas sekunder
adalah apabila perempuan tidak dapat hamil setelah satu atau lebih
kehamilan atau aborsi sebelumnya. Penyebab utama infertilitas pada
perempuan meliputi gangguan hormonal, kelainan ovarium atau uterus
ataupun kelainan tuba (pembuntuan atau adhesi paratuba) (Wijaya, 2016).

B. Definisi Clamydia
Chlamydia tergolong salah satu penyakit menular seksual (sexual
transmitted diseases), seperti kencing nanah, sifilis, dan tentu HIV/AIDS.
Bedanya dengan HIV, chlamydia masih bisa disembuhkan. Manusia
adalah inang alami untuk C trachomatis.
Infeksi C. trachomatis merupakan salah satu IMS yang sering
ditemukan di seluruh dunia. Insiden infeksi klamidia semakin meningkat
sejak tahun 1990an. Didapatkan 409 kasus dari 100.000 populasi di AS

13
pada tahun 2009. Infeksi genital biasanya disebabkan oleh serotipe B dan
D sampai K. Infeksi klamidia sebagian besar bersifat asimtomatik
sehingga infeksi dapat tidak terdeteksi dan bertahan dalam waktu lama.
Infeksi klamidia ditemukan pada 20-23% pasien klinik IMS. Adanya
multiseksual partner, kurangnya pemakaian kondom dan adanya
konkurensi infeksi gonokokus diketahui berhubungan dengan infeksi
klamidia (Wijaya, 2016).

C. Infertilitas Hubungan Dengan Clamydia


1. Infertilitas Laki-Laki Akibat Infeksi Clamydia
trachomatis dapat menyebabkan uretritis, epididimitis dan orkitis
pada laki-laki. Epididimis berperan penting dalam maturasi dan
transpor sperma sehingga obstruksi pada struktur ini akan
mempengaruhi fungsi dan transpor sperma yang bermanifestasi
sebagai oligozoospermia atau azoospermia. Obstruksi epididimis
bilateral biasanya terjadi akibat infeksi C. trachomatis rekuren. Jika
tidak diobati, infeksi ini akan berlanjut menjadi epididimo-orkitis.
Selain itu, ruptur pada duktus epididimis akan mengganggu sawar
darah testis yang akan menyebabkan aktivasi respon imun dan
menginduksi pembentukan antibodi anti-sperma (ASA). Terbentuknya
ASA akan memicu imobilisasi atau aglutinasi spermatozoa yang akan
mengganggu motilitas serta fungsi sperma (Wijaya, 2016).
Infeksi klamidia kronis pada testis akan menyebabkan orkitis
sehingga terjadi gangguan pada proses spermatogenesis (penurunan
motilitas, peningkatan proporsi sperma yang abnormal, penurunan
densitas, gangguan morfologi dan viabilitas serta peningkatan risiko
leukositospermia) yang akan mempengaruhi fertilitas. Pada penelitian
Kokab, dkk. didapatkan bahwa pada laki-laki dengan infeksi klamidia
terjadi penurunan motilitas sperma yang progresif, peningkatan jumlah
leukosit serta peningkatan IL-8 (Wijaya, 2016).

14
Infeksi klamidia juga dapat merusak sperma secara langsung
berupa gangguan parameter dan gangguan fragmentasi DNA yang
menyebabkan kematian sperma. Infeksi C.trachomatis diketahui dapat
mengganggu fungsi sperma dengan meningkatkan fosforilasi tirosin
yang berakibat pada kematian sperma. Pada beberapa studi didapatkan
imunoglobulin dan ASA pada plasma seminal sebagai respon terhadap
inflamasi. Didapatkan juga penurunan karnitin, zinc, fruktosa dan alfa
glukosidase. Pada suatu studi didapatkan bahwa adanya Hsp-60
klamidia pada semen laki-laki berkorelasi positif dengan
imunoglobulin (Ig)-A antiklamidia. Antibodi terhadap C. trachomatis
juga dapat menurunkan motilitas sperma, peningkatan kematian
spermatozoa, peningkatan leukositospermia, penurunan konsentrasi
sperma dan peningkatan indeks teratozoospermia (Wijaya, 2016).

2. Infertilitas Perempuan Akibat Infeksi Clamydia


Pada sekitar 38% perempuan dengan infeksi traktus genitalia
akibat klamidia akan terjadi infertilitas. Infeksi klamidia sering
dihubungkan dengan kejadian infertilitas tuba dan didapatkan pada 70-
85% pasien. Penyakit radang panggul akibat klamidia merupakan
penyebab utama infertilitas. Setelah episode pertama PRP akibat infeksi
klamidia, risiko terjadinya infertilitas tuba dan kehamilan ektopik adalah
sekitar 10% dan episode berulang akan meningkatkan risiko. Meskipun
kebanyakan pasien asimtomatis, tetapi infeksi klamidia persisten atau
reinfeksi akan menyebabkan kerusakan tuba yang lebih berat
dibandingkan penyebab lain. Didapatkan bukti-bukti yang
menghubungkan antara tingginya titer antibodi antiklamidia dengan
kehamilan ektopik dan keparahan salfingitis atau PRP (Wijaya, 2016).

15
Gambar 9 Infeksi Clamydia pada Tuba

Infeksi Chlamydia trachomatis berhubungan dengan peningkat-an


risiko kerusakan tuba fallopi. Infeksi klamidia trachomatis baik dengan
gejala maupun tanpa gejala dapat mengakibatkan kerusakan pada anatomi
tuba khususnya mukosa bagian dalam tuba dimana terdapat mikrosilia.
Pada mikrosilia ini dapat terjadi perlengketan yang mengakibatkan oklusi
baik dibagian proksimal maupun distal. Jika oklusi terjadi pada bagian
proksimal tuba maka transport sperma menuju distal tuba terhalang atau
tidak dapat terjadi sama sekali dan ini mengakibatkan gagalnya pertemuan
sperma dengan ovum yang biasanya terjadi di distal tuba setelah peristiwa
ovulasi sehingga pembuahan tidak terjadi. Jika perlengketan mikrosilia
ataupun mukosa terjadi pada dinding tuba distal, maka tuba distal dapat
kehilangan fungsinya untuk menangkap ovum dari ovarium, sehingga
tidak ada ovum yang siap dibuahi oleh sperma pada tuba distal. Dan angka
kejadian terjadinya oklusi tuba baik proksimal maupun distal pada paska
infeksi klamidia trachomatis sangat besar, hal ini dibuktikan baik dengan
metode HSG maupun laparaskopi (Suraharja, 2015).
Infeksi kronik klamidia dapat memicu kerusakan tuba yang dari
beberapa penelitian in vitro diperkirakan dapat diakibatkan oleh:
1. Badan elementer klamidia trakomatis yang terdapat pada semen pria yang
terinfeksi menularkan ke perempuan pasangan seksualnya.. Pertahanan
diluar sel pejamu dengan adanya protein permukaan seperti MOMP dan
protein membran yang bersifat polimorfik, akan mencegah terjadinya deteksi
oleh antibodi. Pertahanan didalam sel pejamu dengan cara replikasi terjadi

16
pada badan inklusi sehingga membatasi paparan terhadap antibodi, inhibisi
pelepasan sitokrom-C di mitokondria yang dibutuhkan untuk apoptosis yang
dimediasi oleh kaspase 9 sehingga menghambat apoptosis dari sel pejamu
yang terinfeksi. Selain itu adanya tyrosyl radical site pada ribonukleotida
reduktase bakteri kemungkinan berperan pada peningkatan resistensi
terhadap nitric oxide. Sekresi tumor necrosis factor (TNF) oleh makrofag
yang terinfeksi klamidia trakomatis merangsang apoptosis dari sel T yang
teraktivasi. Begitu pula sekresi dari klamidia trakomatis protease di
sitoplasma menghancurkan faktor tanskripsi yang dibutuhkan untuk
transkripsi dari major histocompability complex (MHC) yang menghambat
interferon-γ (IFNγ) merangsang ekspresi molekul MHC kelas I dan II.
Klamidia trakomatis memiliki kemampuan untuk tetap berada dalam bentuk
intaselular, yang dapat disebabkan akibat pemberian antibiotika, defisiensi
nutrisi atau sitokin (seperti IFN-γ) atau setelah infeksi pada monosit. Adanya
ekspresi dari gen yang mengkode triptofan sintase dan represor,
menghambat efek IFN-γ
2. Klamidia naik ke traktus reproduksi wanita dan menginfeksi sel epitel pada
tuba falopii.
3. Didalam sel badan elementer berubah menjadi badan retikulat dan mulai
untuk bereplikasi
4. Jalur apoptosis dihambat, yang menyebabkan sel yang terinfeksi dapat
bertahan
5. Ketika jumlah badan elementer mencapai tingkat densitas tertentu,
maka badan elementer tersebut akan terlepas dari sel epitel dan
menginfeksi sel disebelahnya
6. Badan elementer ekstaseluler akan mengaktivasi sistem imun berupa
diproduksinya IFN-γ, TNF-α dan sitokin-sitokin proinflamasi lainnya
7. Respon imun akan menurunkan jumlah badan elementer dan xvii
menghambat replikasi intraseluler dari badan retikulat.
8. Interupsi replikasi badan retikulat menyebabkan klamidia tetap ada dalam
bentuk intaseluler sehingga dapat menimbulkan respon imun yang bersifat
destrruksif. Pada bentuk persisten ini, potein-60 (CHSP60) dilepaskan, yang
dapat menyebabkan respon inflamasi.

17
9. Ketika jumlah badan elementer berada di bawah kadar kritis tertentu maka
aktivasi sistem imun berhenti dan replikasi badan retikulat mulai kembali.
10. Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan destruksi dari sel epitel
baru dan persisten dalam intaseluler dengan pelepasan CHSP60
menyebabkan pembentukkan jaringan parut dan merusak patensi tuba falopii

1.4 SKEMA ANATOMI KULIT KELAMIN


Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya
sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai
6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada
kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung,
bahu dan bokong (Perdanakusuma, 2007).

A. Struktur Kulit

Gambar 10. Struktur Lapisan Kulit

18
Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm,
sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat yang berasal dari
mesoderm. Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar yaitu
hipodermis, yang pada beberapa tempat terutama terdiri dari jaringan
lemak (Kalangi, 2013).
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit. Epidermis hanya
terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai pembuluh darah maupun
limf; oleh karenaitu semua nutrien dan oksigen diperoleh dari kapiler
pada lapisan dermis.
Epitel berlapis gepeng pada epidermis ini tersusun oleh banyak
lapis sel yang disebut keratinosit. Sel-sel ini secara tetap diperbarui
melalui mitosis sel-sel dalam lapis basal yang secara berangsur
digeser ke permukaan epitel. Selama perjalanannya, sel-sel ini
berdiferensiasi, membesar, dan mengumpulkan filamen keratin dalam
sitoplasmanya. Mendekati permukaan, selsel ini mati dan secara tetap
dilepaskan (terkelupas). Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
permukaan adalah 20 sampai 30 hari. Modifikasi struktur selama
perjalanan ini disebut sitomorfosis dari sel-sel epidermis. Bentuknya
yang berubah pada tingkat berbeda dalam epitel memungkinkan
pembagian dalam potongan histologik tegak lurus terhadap permukaan
kulit.
Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum
basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan
stratum korneum (Kalangi, 2013; Kusantati, 2009).
a. Stratum Corneum (lapisan tanduk)
Lapisan tanduk (stratum corneum), merupakan lapisan
epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma
lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih,
tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak

19
berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Pada telapak tangan
dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak, karena
di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk ini
sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak
larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia.
Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel
pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap
4 minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat
terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul
lapisan baru. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung
sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing
capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia
dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat.
Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi,
membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk
yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul
bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan
penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat
digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada
lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk
mencegah terjadinya penguapan air dari lapislapis kulit lebih dalam
sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan
tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.
b. Stratum Lusidum (lapisan bening)
Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang
tembus cahaya, dan agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel
pada sel-sel lapisan ini. Walaupun ada sedikit desmosom, tetapi
pada lapisan ini adhesi kurang sehingga pada sajian seringkali
tampak garis celah yang memisahkan stratum korneum dari lapisan
lain di bawahnya.
c. Stratum Granulosum (lapis berbutir)

20
Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang
mengandung banyak granula basofilik yang disebut granula
keratohialin, yang dengan mikroskop elektron ternyata merupakan
partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi ribosom.
Mikrofilamen melekat pada permukaan granula.
d. Stratum Spinosum (lapis taju)
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar
berbentuk poligonal dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan.
Bila dilakukan pengamatan dengan pembesaran obyektif 45x,
maka pada dinding sel yang berbatasan dengan sel di sebelahnya
akan terlihat taju-taju yang seolah-olah menghubungkan sel yang
satu dengan yang lainnya. Pada taju inilah terletak desmosom yang
melekatkan sel-sel satu sama lain pada lapisan ini. Semakin ke atas
bentuk sel semakin gepeng.
e. Stratum Basal (lapis basal, lapis benih)
Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis
sel yang tersusun berderet-deret di atas membran basal dan melekat
pada dermis di bawahnya. Pada lapisan ini biasanya terlihat
gambaran mitotik sel, proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi
epitel. Sel-sel pada lapisan ini bermigrasi ke arah permukaan untuk
memasok sel-sel pada lapisan yang lebih superfisial. Pergerakan ini
dipercepat oleh adalah luka, dan regenerasinya dalam keadaan
normal cepat.

Sel-Sel Epidermis
Terdapat empat jenis sel epidermis, yaitu: keratinosit, melanosit,
sel Langerhans, dan sel Merkel (Kusantati, 2009).
1. Keratinosit
Keratinosit merupakan sel terbanyak (85-95%), berasal dari
ektoderm permukaan. Merupakan sel epitel yang mengalami keratinisasi,
menghasilkan lapisan kedap air dan perisai pelidung tubuh. Proses

21
keratinisasi berlangsung 2-3 minggu mulai dari proliferasi mitosis,
diferensiasi, kematian sel, dan pengelupasan (deskuamasi). Pada tahap
akhir diferensiasi terjadi proses penuaan sel diikuti penebalan membran
sel, kehilangan inti organel lainnya. Keratinosit merupakan sel induk bagi
sel epitel di atasnya dan derivat kulit lain.
2. Melanosit
Melanosit meliputi 7-10% sel epidermis, merupakan sel kecil
dengan cabang dendritik panjang tipis dan berakhir pada keratinosit di
stratum basal dan spinosum. Terletak di antara sel pada stratum basal,
folikel rambut dan sedikit dalam dermis. Dengan pewarnaan rutin sulit
dikenali. Dengan reagen DOPA (3,4- dihidroksi-fenilalanin), melanosit
akan terlihat hitam. Pembentukan melanin terjadi dalam melanosom, salah
satu organel sel melanosit yang mengandung asam amino tirosin dan
enzim tirosinase. Melalui serentetan reaksi, tirosin akan diubah menjadi
melanin yang berfungsi sebagai tirai penahan radiasi ultraviolet yang
berbahaya.
3. Sel Langerhans
Sel Langerhans merupakan sel dendritik yang bentuknya ireguler,
ditemukan terutama di antara keratinosit dalam stratum spinosum. Tidak
berwarna baik dengan HE. Sel ini berperan dalam respon imun kulit,
merupakan sel pembawa-antigen yang merangsang reaksi hipersensitivitas
tipe lambat pada kulit.
4. Sel Merkel
Jumlah sel jenis ini paling sedikit, berasal dari krista neuralis dan
ditemukan pada lapisan basal kulit tebal, folikel rambut, dan membran
mukosa mulut. Merupakan sel besar dengan cabang sitoplasma pendek.
Serat saraf tak bermielin menembus membran basal, melebar seperti
cakram dan berakhir pada bagian bawah sel Merkel. Kemungkinan badan
Merkel ini merupakan mekanoreseptor atau reseptor rasa sentuh.

22
2. Dermis
Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas
antara kedua lapisan tidak tegas, serat antaranya saling menjalin (Kalangi,
2013).
a. Stratum papilaris Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh
adanya papila dermis yang jumlahnya bervariasi antara 50 –
250/mm2. Jumlahnya terbanyak dan lebih dalam pada daerah di
mana tekanan paling besar, seperti pada telapak kaki. Sebagian
besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang
memberi nutrisi pada epitel di atasnya. Papila lainnya mengandung
badan akhir saraf sensoris yaitu badan Meissner. Tepat di bawah
epidermis serat-serat kolagen tersusun rapat.
b. Stratum retikularis
Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen
kasar dan sejumlah kecil serat elastin membentuk jalinan yang
padat ireguler. Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka,
rongga-rongga di antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar keringat
dan sebasea, serta folikel rambut. Serat otot polos juga ditemukan
pada tempat-tempat tertentu, seperti folikel rambut, skrotum,
preputium, dan puting payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat
otot skelet menyusupi jaringan ikat pada dermis. Otot-otot ini
berperan untuk ekspresi wajah. Lapisan retikular menyatu dengan
hipodermis/fasia superfisialis di bawahnya yaitu jaringan ikat
longgar yang banyak mengandung sel lemak.

Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis


yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan
serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut
juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-

23
jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Dermis
pada umumnya mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis
juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung
banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis (Kusantati, 2009 ;
Perdanakusuma, 2007). .
a. Kelenjar Sudorifera (Keringat)
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang
melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara
pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua
bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak
terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di
bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan
membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani,
emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu:
1. Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan
jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 persen air dan
mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida,
granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolisma
seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai
dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala.
Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan
14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa.
Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan
salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang
tidak ada rambutnya.
2. Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah
ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar
dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental,
berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang.

24
Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat
menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara
kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat
apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit
cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin
mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini
dipengaruhi oleh hormon.
b. Kelenjar Palit (Sebasea)
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan
dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil
yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut
mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan
rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit.
Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit
terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka. Pada
umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit
atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut.
Pada kulit kepala, kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan
minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan
orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar
sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit
badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari
kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan
lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

25
Gambar 11. Penampang Kulit Bagian Dermis
3. Hipodermis
Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut
hipodermis. Ia berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen
halus terorientasi terutama sejajar terhadap permukaan kulit, dengan
beberapa di antaranya menyatu dengan yang dari dermis. Pada daerah
tertentu, seperti punggung tangan, lapis ini meungkinkan gerakan kulit
di atas struktur di bawahnya. Di daerah lain, serat-serat yang masuk ke
dermis lebih banyak dan kulit relatif sukar digerakkan. Sel-sel lemak
lebih banyak daripada dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis
kelamin dan keadaan gizinya. Lemak subkutan cenderung mengumpul
di daerah tertentu. Tidak ada atau sedikit lemak ditemukan dalam
jaringan subkutan kelopak mata atau penis, namun di abdomen, paha,
dan bokong, dapat mencapai ketebalan 3 cm atau lebih. Lapisan lemak
ini disebut pannikulus adiposus (Kalangi, 2013).

26
DAFTAR PUSTAKA

Brightmand LA, Brauer JA, Anolik R, Weiss E, Karen J, Chapas A, Hale E,


Bernstein L, Geronemus RG. Ablative and Fractional Ablative lasers.
DermatolClin 27. 2009; 7:479–89
Dimas, A, S. 2014. Sifat Berkas dan Tipe Cahaya Laser. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Surabaya.
Kalangi, Sonny J. R. 2013. Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik
(JBN), Vol. 5, No. 3.
Kaparang. A., Danes. V., Moningka. M. 2014. Penggunaan Laser
Argon Sebagi Fotokoagulasi Laser Dalam Terapi Penyakit
Perdarahan Retina Dibeberapa Tempat Pelayanan Kesehatan
Mata Di Manado. Manado: Bagian Fisika Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulagi.
Kusantati, H., Pipin T. P. dan Winwin W. 2009. Tata Kecantikan
Kulit. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

27
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Minarni., Saktioto., Gita Lestari. 2013. Pengukuran Panjang
Gelombang Cahaya Laser Dioda Mengunakan Kisi Difraksi
Refleksi dan Transmisi. Laboratorium Fotonik. Jurusan Fisika.
FMIPA Universitas Riau.
Perdanakusuma, David S. 2007. Anatomi Fisiologi Kulit dan
Penyembuhan Luka. Plastic Surgery Departement.
Rachmantyo. Brama., Listiawan. M., Murtiastutik. D., Shandika. W.
2018. Perbandingan Terapi Kombinasi Laser Co2- Injeksi
Triamsinolon Dengan Injeksi Triamsinolon Monoterapi Pada
Keloid. Fakultas Kedokteran Airlangga. Vol 3 no 2.
Shukla, R., Dubey, A., Pandey, V., Golhani, D., dan Jain, A. 2016.
Chromophore- An Utility in UV Spectrophotometer. Inventi
Jurnal.
Suraharja, A.A N.B. L. 2015. Infeksi Klamidia Trachomatis Sebagai Salah
Satu Penyebab Oklusi Tuba Falopi. Sari Pustaka. Fakultas
Kedokteran UNUD.
Wijaya, N. A. 2016. Hubungan Infertilitas Dan Infeksi Menular
Seksual. Sari Pustaka. Fakultas Kedokteran UNUD.
Yolwan. N., Erwansyah. Eka. 2017. Aplikasi Laser Dalam Bidang
Ortodontik. Makassar : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hassanudin.
Tarigan. R., Wimardhani. Y. 2010. Low-Level Laser Therapy For
Treatment Of Oral Mucositis. Journal Of Dentistry Indonesia
Alexiades-Armenakas MR, Dover JS, Arndt KA. The spectrum of
laser skin resurfacing: Nonablative, fractional, and ablative laser
resurfacing. J Am Acad Dermatol. 2008; 58: 719-37

28

Anda mungkin juga menyukai