Anda di halaman 1dari 10

Online Jurnal of Natural Science Vol 4(3) :338-347 ISSN: 2338-0950

Desember 2015

Identifikasi Sebaran Panasbumi Menggunakan Metode Geolistrik


Hambatan Jenis di Desa Wani Tiga, Kabupaten Donggala

Identification of Geothermal Distribution Using Geoelectric Resistivity


Method in Wani Tiga Village of Donggala Regency
Arif1*, Sandra2, Dahlan Th. Musa2
1
Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako
2
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Tadulako

ABSTRACT
The identification of the distribution of geothermal contained in Wani Tiga Village,
Donggala District, Central Sulawesi Province has been conducted. The measurement used in
this research was Automatic Array Scanning (AAS) method with Wenner-Schlumberger
configuration. Data processing used was EarthImager2D inversion program. Layer with a
resistivity value ranging between 1 Ωm -10 Ωm is shown by the blue color representing a
clay. This layer is predicted as a coating layer containing hydrothermal. The distribution of
hydrothermal thickens to the north frm a depth of 8 m to an undetected depth.
Keywords: Geothermal, geoelectric resistivity, Wenner-Schlumberger

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk untuk mengidentifikasi sebaran panasbumi yang
terdapat di Desa Wani Tiga, Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi
Tengah. Pengukuran dilakukan dengan metode Automatic Array Scanning (AAS)
menggunakan Konfigurasi Wenner-Schlumberger. Pengolahan data menggunakan program
inversi Earthmarger2D. Lapisan dengan Nilai resistivitas yang berkisar antara ±1 Ωm-10 Ωm
ditunjukkan dengan warna biru diduga merupakan pasir lempung, dimana lapisan ini diduga
sebagai lapisan yang berisikan airpanas (hydrothermal). Sebaran air panas menebal ke arah
utara pada kedalaman ± 8 m hingga kedalaman yang tidak terdeteksi.
Kata Kunci: Panasbumi, Geolistrik hambatan jenis, Wenner-Schlumberger

LATAR BELAKANG dari sistem panasbumi. Estimasi potensi


panasbumi ini didasarkan pada kajian ilmu
Sistem panasbumi dapat ditentukan geologi, geokimia, geofisika dan teknik
dengan dasar estimasi parameter terbatas, reservoar. Dari keempat kajian tersebut di
untuk dibuktikan menjadi potensi atas diperoleh potensi energi dan model
cadangan. Parameter terbatas tersebut sistem panasbumi (Santoso, 2002).
antara lain struktur geologi, vulkanis, umur
batuan, jenis batuan, sifat fluida, parameter Ditinjau dari kondisi geologi,
fisis batuan dan struktur bawah permukaan wilayah Sulawesi Tengah memiliki potensi

Coresponding Author : ariefdjaelani09@gmail.com (ph: +62-82293757221)


338
Online Jurnal of Natural Science Vol 4(3) :338-347 ISSN: 2338-0950
Desember 2015

adanya sumber panasbumi. Hal ini dapat manifestasi mata air panas. Tujuan yang
dilihat dari adanya zona Sesar Palu - Koro ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
yang berarah Utara-barat laut. Selain itu, untuk mengidentifikasi sebaran panasbumi
tampak beberapa sesar yang mempunyai yang terdapat di Desa Wani Tiga
strike cukup panjang dan sejajar Sesar Palu Kecamatan Tanantovea Kabupaten
- Koro. Sesar lainnya yang lebih kecil dan Donggala Propinsi Sulawesi Tengah.
berarah hampir tegak lurus dengan Sesar Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
Palu - Koro tersebar di seluruh daerah yang ini adalah untuk mengidentifikasi sebaran
ditandai dengan kemunculan mata air panas panasbumi yang terdapat di Desa Wani
di sepanjang permukaannya. Hal ini terjadi Tiga Kecamatan Tanantovea Kabupaten
karena di sekitar Sesar Palu-Koro terdapat Donggala Propinsi Sulawesi Tengah. Untuk
rekahan yang merupakan media sebaran mengetahui sebaran panasbumi ini, salah
panasbumi sampai ke permukaan (Tjia satu metode yang dapat digunakan adalah
dalam Lukman, 2010). metode geolistrik.
Telah dilakukan beberapa penelitian Pembentukan sumber panasbumi
terdahulu mengenai panasbumi di wilayah berasal dari dapur magma yang berada di
Sulawesi Tengah antara lain panasbumi bawah permukaan bumi. Panas yang
Bora, Pulu, dan panasbumi Masaingi. berasal dari magma ini akan mengalir ke
Berdasarkan hasil penelitian, di Desa Bora batuan di sekitarnya melalui proses
terdapat sumber mata air panas dengan nilai konduksi maupun konveksi dengan bantuan
resistivitas air (ρ𝑤 ) sebesar 19,96 Ωm, dan air. Ketika air sampai ke sumber panas
suhu permukaan sebesar 55oC-75oC (heat source) maka temperatur air akan
(Fatirah, 2010). Di Desa Pulu terdapat meningkat. Jika temperatur yang diterima
beberapa sumber air panas di sekitar oleh air tinggi, sebagian air akan menguap
lereng-lereng gunung yang berhadapan sedangkan sebagiannya lagi akan tetap
langsung dengan sungai Pulu, dan menjadi air. Jika temperatur terus
temperatur air panas sekitar 40oC-95oC meningkat maka akan mengakibatkan
dengan pH 6,5-8,6 (Bakrun dkk, 2003). bertambahnya volume dan juga tekanan.
Sedangkan di Desa Masaingi terdapat mata Ketika tekanan di permukaan lebih rendah
air panas yang tersingkap di permukaan, daripada tekanan di bawah permukaan
dimana suhunya mencapai 75oC (Dewa, maka fluida akan bergerak ke atas. Ketika
2012). terdapat celah untuk sebagian fluida ke
permukaan, maka fluida tersebut akan
Dusun 3 Desa Wani Tiga
keluar sebagai manifestasi di permukaan.
Kecamatan Tanantovea merupakan salah
Adanya manifestasi permukaan ini dapat
satu wilayah yang memiliki sumber
menjadi petunjuk adanya panasbumi di
panasbumi. Hal ini dibuktikan dengan
bawah permukaan di sekitar lokasi tersebut
adanya manifestasi berupa mata air panas
(Goff and Janik, 2000).
yang terdapat pada titik koordinat 000 39’
37.5” LS dan 1190 51’ 33” BT. Hingga saat Resistivitas batuan berhubungan
ini belum ada data penelitian mengenai langsung dengan porositas dan tekstur
mata air panas di Desa Wani, untuk itu batuan (Archie dalam Taib,1999).
perlu dilakukan penelitian mengenai Resistivitas (ρ) dan porositas (ϕ)
kondisi bawah permukaan di sekitar dinyatakan dalam Persamaan Archi I :
Identifikasi Sebaran Panasbumi Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis di
Desa Wani Tiga, Kabupaten Donggala
(Arif dkk)
339
Online Jurnal of Natural Science Vol 4(3) :338-347 ISSN: 2338-0950
Desember 2015

ρ = aρwϕ-m (1) 4 Coarse sand Produktive aquiver


Higly productive
5 Gravel
aquiver
Sedangkan yang menyangkut porositas Sumber: (Taib, 1999)
batuan yang porinya tidak jenuh air atau
terisi air dinyatakan dalam Persamaan Tabel 2 Klasifikasi pendugaan faktor
formasi untuk batuan vulkanik
Archie II, yaitu:
dan beku
Permeable/
ρ t = ρ b 𝑆𝑤−𝑚 = a ρ w ϕ -m𝑆𝑤−𝑚 (2) Formasi
Permeable/
F impermeabl
Impermeable
e
Hubungan resistivitas dalam Persamaan (1) Tuffa
gunung Impermeable 1< F <4 Permeable
direfleksikan dengan besar faktor formasi api
(F), yaitu: Basalt
Permeable 5< F <15 Solid
rekahan
ρ 𝑎 3< F < 7;
F=ρ = (3)
𝑤 𝜙−𝑚
F Impermeabl
Breksi Permeable e
Faktor formasi dapat digunakan > (solid)
untuk pedugaan zona aquifer karena 1
0
besaran tersebut berefleksi sebagai Batu
porositas pada batuan sedimen maupun Gamping Permeable 3< F <10 Solid
coral
batuan beku yang mengalami rekahan. Sumber: (Taib, 1999)

Pada eksplorasi hidrogeologi, Besar resistivitas bervariasi


pengukuan resistivitas ρ dapat dilakukan terhadap temperatur, hal ini dapat
langsung di lapangan, misalnya dengan diterangkan dengan teori zat padat,
metode hambatan jenis. Resistivitas air khususnya tentang ikatan atom. Pada bahan
pengisi berpori ρw, selain dapat diukur yang bersifat konduktor, ketika temperatur
langsung, juga dapat dihitung dengan dinaikkan maka nilai resistivitas juga akan
menggunakan persamaan: naik. Hal ini disebabkan karena pada
material yang bersifat konduktor, elektron
ρ w = 10000 / DHL (4) tidak terikat kuat sehingga ketika suhu naik
Dari kedua besaran tersebut dapat maka atom-atom akan bervibrasi dengan
dihitung nilai faktor formasi (F) dengan lebih cepat dan menghalangi gerakan
menggunakan Persamaan (3). Beberapa elektron sehingga resistivitas akan naik.
kesimpulan nilai faktor formasi dari Sebaliknya pada material yang bersifat
beberapa studi hidrogeologi yang diperoleh semikonduktor elektron terikat lebih kuat
(Taib, 1999) seperti pada Tabel 1 dan Tabel sehingga ketika suhu dinaikkan maka
2. elektron lebih tidak terikat dan dapat
bergerak lebih mudah sehingga menaikkan
Tabel 1 Klasifikasi pendugaan faktor konduktivitas maka nilai resistivitas turun.
formasi untuk batuan sedimen. Hal inilah yang mengakibatkan nilai
F FormasiAquiver/Aquiclude resistivitas air panas lebih rendah dari pada
air dingin. Pada air dingin resistivitas
≤1 Clay Aquiclude
Peat, clayey mencapai 30-100 Ωm sedangkan pada air
1 – 1,5 Aquiclude
sand atausilf panas mencapai < 10 Ωm (Suhanto dalam
2 Silf – find sand Poor to medium aquiver
Medium to productive Dewa, 2012).
3 Medium sand
aquiver

Identifikasi Sebaran Panasbumi Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis di


Desa Wani Tiga, Kabupaten Donggala
(Arif dkk)
340
Online Jurnal of Natural Science Vol 4(3) :338-347 ISSN: 2338-0950
Desember 2015

Konfigurasi Wenner-Schlumberger
adalah konfigurasi dengan sistem aturan
spasi yang konstan dengan catatan faktor
“n” untuk konfigurasi ini adalah
perbandingan jarak antara elektroda C1-P1
(atau C2-P2) dengan spasi antara P1-P2. Jika
jarak antar elektroda potensial (P1 dan P2)
adalah a maka jarak antar elektroda arus
(C1 dan C2) adalah 2na + a (Sakka, 2002).
Konfigurasi Wenner-Schlumberger
ditunjukkan pada Gambar 1 :

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian


(Bakosurtanal, 1990)

Pengambilan data menggunakan


metode geolistrik hambatan jenis dengan
Gambar 1. Konfigurasi Wenner-Schlumberger (Loke, beberapa peralatan sebagai berikut :
2000)
a. Satu set alat ukur
Karena pada penelitian ini
georesistivitimeter (supersting
menggunakan konfigurasi Wenner-
R8IP)
Schlumberger, maka faktor geometri untuk
konfigurasi Wenner-Schlumberger dapat b. Meteran
diperoleh dari Persamaan (5) menjadi
(Loke, 2000) : c. GPS (Global Positioning System)

1 1 1 1 -1
d. Kompas Geologi
K = 2π (r - r - r + r ) (5)
1 2 3 4
e. Konduktivimeter
1 1 1 1 -1
K = πn [(na - (n+1)a) - ((n+1)a - na)] (6) f. Palu Geologi
K = πn (n+1) a (7) Proses pengambilan data di lapangan
dilakukan pada 5 titik pengukuran,
selanjutnya Merangkai alat
BAHAN DAN METODE
georesistivitimeter (Supersting R8IP)
Lokasi penelitian terletak 23 km dengan Switch Box dan melakukan
arah utara dari Kota Palu, yaitu di Desa pengukuran. Data yang diperoleh di
lapangan yaitu nilai arus, potensial dan
Wani Tiga Kecamatan Tanantovea hambatan jenis semu.
Kabupaten Donggala. Pengukuran
Hasil 𝜌 dan elevasi yang diperoleh,
dilakukan sebanyak 5 lintasan di sekitar
kemudian diinversikan dengan
sumber mata air panas seperti terlihat pada menggunakan program invers
Gambar 2. EarthImager2D sehingga diperoleh

Identifikasi Sebaran Panasbumi Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis di


Desa Wani Tiga, Kabupaten Donggala
(Arif dkk)
341
Online Jurnal of Natural Science Vol 4(3) :338-347 ISSN: 2338-0950
Desember 2015

penampang 2D distribusi resistivitas bawah konglomerat, batupasir, batulumpur,


permukaan. Hasil inversi tersebut batugamping, koral dan Nepal yang
kemudian diinterpretasikan berdasarkan semuanya hanya mengeras lemah, batuan
nilai resistivitas bawah permukaan berupa ini diduga berumur Meosen. Pada alluvium
jenis lapisan dan sebaran panasbumi. dan endapan pantai, batuan penyusunnya
terdiri dari pasir, kerikil, lumpur, dan batu
Tahapan interpretasi adalah penafsiran gamping.
data hasil pengolahan data untuk
mendapatkan kondisi kedalaman dan nilai Selain formasi tersebut, juga
resistivitas sebenarnya dari daerah terdapat satuan batuan granit dan
penelitian yang selanjutnya. Untuk granodiorit jenis batuan beku dalam
memperoleh hasil interpretasi yang lebih (pluton) yang dominan mengandung kalium
akurat, maka diperlukan data-data feldspar tinggi. Untuk melihat secara jelas
pendukung yang berhubungan dengan kondisi geologi lokasi penelitian, dapat
kondisi daerah penelitian. Data-data yang dilihat pada peta geologi daerah penelitian
diperlukan diantaranya, peta geologi, peta pada Gambar 3.
rupa bumi dan data DHL air.

HASIL

Morfologi wilayah Desa Wani Tiga


terdiri dari dataran dan perbukitan.
Perbukitan berada pada bagian selatan yang
memanjang dari arah barat ke timur dengan
ketinggian 150 meter di atas permukaan
laut. Sedangkan morfologi datarannya
berada di sebelah utara.

Menurut peta geologi Lembar Palu,


Sulawesi (Sukamto, 1973) bahwa penyusun
Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penelitian
batuan di wilayah Wani terdiri atas
(Sukamto, 1973)
beberapa formasi batuan. Berdasarkan
umur batuan, formasi ini terbagi atas Berdasarkan pengukuran langsung,
formasi Tinombo Ahlburg, Formasi Molasa di Desa Wani Tiga terdapat mata air panas
Celebes dan Sarasin serta Aluvium dan yang tersingkap di permukaan, dimana
Endapan Pantai. Formasi Tinombo suhunya mencapai 560C. Hasil pengukuran
tersingkap luas di bagian timur Wilayah DHL menunjukkan nilai konduktivitas air
Wani, dimana batuan penyusunnya terdiri panas mencapai 1.131 µs (Gambar 4)
dari serpih, batupasir, konglomerat, batuan
vulkanik, batu gamping termasuk filit,
sabak dan kuarsit dekat pada intrusi-intrusi
(terutama batuan vulkanik). Umur batuan
ini adalah eosen tengah hingga Atas.
Formasi Celebes terdapat di sebelah Utara
lokasi penelitian, yang terdiri atas

Identifikasi Sebaran Panasbumi Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis di


Desa Wani Tiga, Kabupaten Donggala
(Arif dkk)
342
Online Jurnal of Natural Science Vol 4(3) :338-347 ISSN: 2338-0950
Desember 2015

Gambar 5 Penampang resistivitas 2D Lintasan 1

Berdasarkan distribusi nilai


resistivitas pada model 2D dan pengamatan
kondisi geologi lokasi penelitian, maka
Gambar 4. Manifestasi mata air panas
dapat dijelaskan bahwa :
Dari Gambar 4 terlihat bahwa 1. Nilai resistivitas yang berkisar antara ±
manifestasi panasbumi tersebut muncul di 1 Ωm -10 Ωm ditunjukkan dengan
permukaan melalui celah-celah batuan warna biru diduga merupakan nilai
dimana batuan yang nampak adalah jenis resistivitas lempung dan pasir
batuan beku jenis granit. Mata air panas lempung, dimana lapisan ini diduga
(geothermal) di Desa Wani Tiga terletak sebagai lapisan yang berisikan
pada posisi geografis 000 39’ 49.5” LS dan airpanas (hydrothermal). Lapisan ini
1190 51’ 31.3” BT. Selain pada posisi memiliki faktor formasi < 1,5 dengan
tersebut, juga terdapat mata air panas permeabilitas rendah.
lainnya yang berada di sebelah selatan
mata air panas utama yakni pada posisi 2. Nilai resistivitas yang berkisar antara ±
geografis 00039’51.2” LS dan 119051’30.3” 10 Ωm – 31,6 Ωm ditunjukkan dengan
BT. warna hijau diduga merupakan lapisan
batulumpur dan batupasir, pasir,
Penampang resistivitas 2D Lintasan kerikil, dan kerakal. Lapisan ini
1 dijadikan sebagai acuan dalam memiliki faktor formasi > 2 dengan
menginterpretasikan data hasil pengukuran permeabilitas rendah. Lapisan ini
untuk memperkirakan nilai resistivitas dari diduga memiliki permeabilitas sedang
panasbumi (geothermal) yang terdapat di sampai tinggi.
Desa Wani Tiga. Hal ini dikarenakan pada
Lintasan 1 tersingkap mata air panas tepat 3. Nilai resistivitas yang berkisar antara ±
di tengah lintasan, antara elektroda 28 31,6 Ωm -178 Ωm ditunjukkan dengan
sampai elektroda 29. Berdasarkan nilai warna kuning diduga merupakan
konduktivitas air, diperoleh nilai lapisan batugamping, dan
resistivitas air panas (hydrothermal) konglomerat,
sebesar 8,8 Ωm, seperti ditunjukkan pada
Nilai resistivitas yang berkisar antara ±
Gambar 5.
178 Ωm -1000 Ωm ditunjukkan dengan
warna merah diduga merupakan lapisan
batuan granit dan andesit.

Identifikasi Sebaran Panasbumi Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis di


Desa Wani Tiga, Kabupaten Donggala
(Arif dkk)
343
Online Jurnal of Natural Science Vol 4(3) :338-347 ISSN: 2338-0950
Desember 2015

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Topografi lokasi pengukuran merupakan


6 lintasan pengukuran geolistrik dan wilayah perbukitan yang cenderung
dibandingkan dengan data geologi dan melandai ke arah barat dengan ketinggian
hidrologi setempat maka diperoleh sekitar 100 meter di atas permukaan laut
hubungan antara harga hambatan jenis (mdpl). Di sebelah utara lintasan ini,
dengan litologi daerah penelitian. Dengan terdapat sungai yang arah alirannya sejajar
mempertimbangkan kondisi geologi, nilai dengan arah Lintasan. Jenis tanah berpasir
hambatan jenis dari beberapa tipe batuan tersebar merata di sepanjang lintasan
yang telah diketahui dan nilai-nilai faktor pengukuran. Wilayah ini merupakan areal
formasi pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2, perkebunan dan pemukiman penduduk.
penampang hambatan jenis di Singkapan panasbumi berada di tengah
intepretasikan. Nilai hambatan jenis yang di lintasan pengukuran, antara elektroda 28
peroleh tersebut diinterpretasikan sebagai sampai elektroda 29. Berdasarkan hasil
berikut : pengolahan dengan software
EarthImager2D, pada lintasan ini terlihat
1. Lapisan 1 dengan hambatan jenis ± 1 adanya sebaran panasbumi dengan nilai
m – 18 m, ditunjukkan dengan resistivitas 1 Ωm - 10 Ωm sebagai nilai
warna biru sampai birumuda yang resistivitas panasbumi (geothermal) yang
diduga sebagai lapisan lumpur, ditunjukkan oleh warna biru pada
lempung dan batulempung dari satuan penampang 2D, seperti ditunjukkan pada
formasi alluvium dan endapan pantai. Gambar 5. Sebaran air panas yang diduga
Lapisan ini memiliki faktor formasi < 2 terdapat pada lapisan pasir lempung di
dengan permebilitas rendah. lintasan ini menebal ke arah timur dan
2. Lapisan 2 dengan hambatan jenis ± berada pada kedalaman 8 m bmt hingga
kedalaman yang tidak terdeteksi.
18,6 m – 68 m, ditunjukkan dengan
warna hijau diduga sebagai lapisan Untuk memperoleh gambaran tentang
pasir dan kerikil, dengan nilai faktor susunan lapisan bawah permukaan, di
formasi > 2 di duga merupakan lapisan setiap lintasan sebagai berikut :
aquifer dengan permebilitas sedang
sampai tinggi. a. Lintasan 2

3. Lapisan 3 dengan hambatan jenis lebih Posisi geografis pengukuran Lintasan 2


besar dari > 68,2 m, ditunjukkan terletak antara koordinat 0039'43"LS dan
dengan warna kuning sampai merah 119051'30" BT sampai koordinat
0 0
diduga sebgai lapisan batupasir, 0 39'55"LS dan 119 51'33" BT. Panjang
konglomerat dan batugamping. bentangan pengukuran sejauh ± 330 m
dengan jarak antara elektroda sebesar 6 m
Posisi geografis pengukuran Lintasan 1 yang berarah utara barat laut - selatan
terletak antara koordinat 0039'52"LS dan tenggara. Lintasan ini memotong Lintasan
119051'26,8" BT sampai koordinat 1, antara elektroda 28 sampai elektroda 29.
0 0
0 39'45"LS dan 119 51'37,5" BT. Panjang Topografi lokasi pengukuran merupakan
bentangan pengukuran sejauh ± 330 m wilayah perbukitan yang cenderung
dengan jarak antara elektroda sebesar 6 m melandai ke arah barat dengan ketinggian
yang berarah barat daya-timur laut. sekitar 100 mdpl. Di sebelah utara lintasan
Identifikasi Sebaran Panasbumi Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis di
Desa Wani Tiga, Kabupaten Donggala
(Arif dkk)
344
Online Jurnal of Natural Science Vol 4(3) :338-347 ISSN: 2338-0950
Desember 2015

ini, terdapat sungai yang arah alirannya pengukuran. Wilayah ini merupakan areal
tegak lurus dengan arah lintasan. Jenis perkebunan dan pemukiman penduduk.
tanah berpasir tersebar merata di sepanjang
lintasan pengukuran. Wilayah ini Berdasarkan hasil pengolahan dengan
merupakan areal perkebunan dan software EarthImager2D, pada lintasan ini
pemukiman penduduk. Manifestasi terlihat adanya panasbumi dengan nilai
panasbumi berada di tengah lintasan nilai resistivitas 1 Ωm -10 Ωm sebagai nilai
pengukuran, antara elektroda 28 sampai resistivitas panasbumi (geothermal) yang
elektroda 29. ditunjukkan oleh warna biru pada
penampang 2D, yang ditunjukkan pada
Berdasarkan hasil pengolahan dengan Gambar 7. Sebaran air panas yang diduga
software EarthImager2D, pada lintasan ini terdapat pada lapisan pasir lempung di
terlihat adanya panasbumi dengan nilai lintasan ini menebal ke arah timur, antara
resistivitas 1 Ωm -10 Ωm sebagai nilai elektroda 27 sampai elektroda 56 dan
resistivitas panasbumi (geothermal) yang berada pada kedalaman 16 m bmt hingga
ditunjukkan oleh warna biru pada kedalaman yang tidak terdeteksi.
penampang 2D, seperti diperlihatkan pada
Gambar 6. Sebaran air panas yang diduga
terdapat pada lapisan pasir lempung di
lintasan ini menebal ke arah utara dan
berada pada kedalaman 8 m bmt hingga
Gambar 7. Penampang hambatan jenis 2D
kedalaman yang tidak terdeteksi. Lintasan

c. Lintasan 4

Posisi geografis pengukuran Lintasan


Gambar 6. Penampang resistivitas 2D Lintasan 2 4 terletak antara koordinat 0039'43"LS dan
119051'22,5" BT sampai koordinat
b. Lintasan 3 0 0
0 39'55"LS dan 119 51'26" BT. Panjang
bentangan pengukuran sejauh ± 330 m
Posisi geografis pengukuran Lintasan 3
dengan jarak antara elektroda sebesar 6 m
terletak antara koordinat 0039'40"LS dan
yang berarah utara barat laut - selatan
119051'33" BT sampai koordinat
0 0 tenggara. Lintasan ini memotong sungai,
0 39'45"LS dan 119 51'25" BT. Panjang
antara elektroda 38 sampai elektroda 39.
bentangan pengukuran sejauh ± 330 m
Topografi lokasi pengukuran merupakan
dengan jarak antara elektroda sebesar 6 m
wilayah perbukitan yang cenderung
yang berarah barat daya-timur laut.
melandai ke arah utara. Di sebelah utara
Topografi lokasi pengukuran merupakan
lintasan ini, terdapat sungai yang arah
wilayah yang cenderung landai dengan
alirannya tegak lurus dengan arah lintasan.
elevasi yang hampir sama disetiap
Jenis tanah berpasir tersebar di sepanjang
elektroda. Di sebelah utara lintasan ini,
lintasan pengukuran. Wilayah ini
terdapat sungai yang arah alirannya sejajar
merupakan areal perkebunan dan
dengan arah lintasan. Jenis tanah berbatu
pemukiman penduduk.
tersebar di sebelah barat lintasan

Identifikasi Sebaran Panasbumi Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis di


Desa Wani Tiga, Kabupaten Donggala
(Arif dkk)
345
Online Jurnal of Natural Science Vol 4(3) :338-347 ISSN: 2338-0950
Desember 2015

Berdasarkan hasil pengolahan dengan ditunjukkan pada Gambar 9. Hal ini


software EarthImager2D, pada lintasan ini disebabkan karena titik pengukuran pada
terlihat adanya panasbumi dengan nilai lintasan ini jauh dari manifestasi mata air
resistivitas 1 Ωm-10 Ωm sebagai nilai panas. Sebaran air panas pada lintasan ini
resistivitas panasbumi (geothermal) yang diduga terdapat pada kedalaman yang tidak
ditunjukkan oleh warna biru pada terdeteksi.
penampang 2D, seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 8. Sebaran air panas yang
diduga terdapat pada lapisan pasir lempung
di lintasan ini menebal ke arah Utara,
antara elektroda 13 sampai elektroda 56
Gambar 9. Penampang hambatan jenis 2D Lintasan 5
dan berada pada kedalaman 32 m bmt
hingga kedalaman yang tidak terdeteksi. Berdasarkan pola sebaran kelima
lintasan, dapat diduga bahwa ketiga
manifestasi panasbumi di wilayah ini saling
berhubungan, dimana sebarannya
cenderung menebal ke arah utara barat laut
Gambar 8. Penampang hambatan jenis 2D Lintasan 4
hingga kedalaman yang tidak terdeteksi.
d. Lintasan 5 Hal ini dapat dilihat pada sumber mata air
panas yang ke-3 yang terletak jauh di
Posisi geografis pengukuran Lintasan sebelah utara lokasi pengukuran.
5 terletak antara koordinat 0039'37,5"LS
dan 119051'22,5" BT sampai koordinat Berdasarkan hasil dan tujuan
0039'32"LS dan 119051'31" BT. Panjang penelitian dapat simpulkan bahwa nilai
bentangan pengukuran sejauh ± 330 m resistivitas yang berkisar antara ± 1 Ωm -
dengan jarak antara elektroda sebesar 6 m 10 Ωm ditunjukkan dengan warna biru
yang berarah barat daya-timur laut. diduga merupakan nilai resistivitas pasir
Lintasan ini terletak di sebelah utara jalan lempung, dimana lapisan ini diduga sebagai
utama. Topografi lokasi pengukuran lapisan yang berisikan airpanas
merupakan wilayah yang cenderung landai (hydrothermal). Sebaran air panas menebal
dengan ketinggian yang hampir sama di ke arah Timur Laut dan Utara Barat Laut,
setiap elektroda. Di sebelah utara lintasan dan berada pada kedalaman ± 8 m bmt
ini sekitar 50 m, terdapat sungai yang arah hingga kedalaman yang tidak terdeteksi.
alirannya sejajar dengan arah lintasan dan
Sebaiknya jumlah Lintasan untuk
di sebelah. Jenis tanah berpasir tersebar
penelitian mengenai sebaran panasbumi di
antara elektroda 1 sampai elektroda 19 dan
perbanyak. Selain itu, perlu dilakukan
tanah berbatu antara elektroda 37 sampai
perbandingan dengan menggunakan
elektroda 56. Wilayah ini merupakan areal
metode geofisika lain yang dapat
perkebunan dan pemukiman penduduk.
megidentifikasi struktur bawah permukaan,
Berdasarkan hasil pengolahan dengan agar mendapatkan data yang lebih akurat.
software EarthImager2D, pada lintasan ini
tidak terdeteksi adanya panas bumi dengan
nilai resistivitas 1 Ωm-10 Ωm, seperti yang

Identifikasi Sebaran Panasbumi Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis di


Desa Wani Tiga, Kabupaten Donggala
(Arif dkk)
346
Online Jurnal of Natural Science Vol 4(3) :338-347 ISSN: 2338-0950
Desember 2015

UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian dan Pengembangan


Geologi, Bandung.
Terima kasih kepada semua pihak
Taib, T.M.I., 1999, Eksplorasi Geolistrik,
yang telah membantu dalam penelitian ini, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
khususnya kepada kedua dosen
pembimbing saya yang telah memberikan
sumbangsi moril dan akademik sehingga
penelitian ini berjalan dengan baik. Kepada
teman-teman anggota tim penelitian (Fadil,
Chuby, Samsul, Agim, Saha, Udin, Anwar,
Iksan, dan veki) yang telah membantu
dalam proses pengambilan data.

DAFTAR PUSTAKA

Dewa, P.B.A, 2012, Identifikasi Sistem


PanasBumi di Desa Masaingi
dengan Menggunakan Metode
Geolistrik, UNTAD, Palu.
Fatirah, 2010, Penentuan Sistem Reservoir
PanasBumi Bora di Kabupaten Sigi
Biromaru dengan Metode Geolistrik
Hambatan Jenis, UNTAD, Palu.
Goff, F., & Janik, C. J., 2000, Encyclopedia
of Volcanoes, Academic Press.
Loke, M. H, 2000, Electrical Imaging
Surveys for Enviromental and
Engineering Studies: A Partical
Guide to 2-D and 3-D Surveys,
http//www.geometrcis.com.
Lukman, 2010, Analisis Anomali Gaya
Berat di Sekitar Sesar Palu Koro,
UNTAD, Palu.
Sakka, 2002, Metoda Geolistrik Tahanan
Jenis, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, UNHAS,
Makassar.
Santoso, Djoko, 2002, Pengantar Teknik
Geofisika, Departemen Teknik
Geofisika ITB, Bandung.
Sukamto, 1973, Peta geologi Tinjau
Lembar Palu, Sulawesi, Pusat

Identifikasi Sebaran Panasbumi Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis di


Desa Wani Tiga, Kabupaten Donggala
(Arif dkk)
347

Anda mungkin juga menyukai