Anda di halaman 1dari 5

Deskripsi WKP

Sistem panasbumi Lahendong dikontrol oleh struktur lokal (vulkanik) berupa kaldera
Pangolombian serta struktur regional (tektonik) berarah relatif Timur Laut-Barat Daya dan
Barat Laut-Tenggara. Sistem ini mempunyai zona upflow di sekitar Desa Kasuratan dan
Danau Linau dengan outflow ke arah barat Desa Lailem dan ke arah baratlaut Desa
Lahendong. Sistem panasbumi Lahendong merupakan sistem dominan air dengan
kemungkinan zona uap, pH netral-asam, kandungan NCG kurang dari 1,5% dengan
temperatur sekitar 280- 360°C.Kedalaman puncak reservoar diperkirakan terletak pada
elevasi -250 hingga -1750 m dpl (kedalaman sekitar 1100-2600 meter), sedangkan batuan
penyusun reservoar termasuk dalam satuan tufa tondano dan batuan pra tondano yang
tersusun oleh batuan piroklastik (dominan tuff) dan perselingan lava dan breksi andesit.

Temperatur reservoir sebesar 280 sd 360 °C.

Litologi
Effendi dan Bawono (1997) menyebutkan bahwa secara stratigrafi, satuan batuan tertua yang
tersingkap di daerah Minahasa adalah Batuan gunungapi berumur Tersier terdiri dari breksi,
lava, dan tuf. Di dalam satuan ini juga terdapat sisipan batuan sedimen laut dangkal seperti
yang dilaporkan oleh Siahaan (2005), yang dijumpai pada sumur pemboran. Diatasnya
diendapkan satuan Tufa Tondano yang berumur Kuarter berupa tufa berkomposisi riolitik
yang banyak mengandung pecahan batuapung (pumice) dan memiliki struktur aliran. Satuan
ini diduga merupakan produk dari letusan G. Tondano Tua yang membentuk Kaldera
Tondano. Selanjutnya merupakan batuan hasil letusan gunungapi Kuarter dari beberapa
gunungapi yang muncul setelah letusan G. Tondano Tua seperti G. Pangolombian, G.
Tampusu, G. Lengkoan, G. Riendengan, G. Sempu serta G. Lokon dan Soputan yang masih
aktf hingga saat ini.

Stratigrafi
Daerah Lahendong tersusun atas batuan berumur Tersier – Kuarter. Batuan Tersier yang
merupakan bagian dari satuan batuan Pra Tondano tertutupi oleh satuan Tufa Tondano.
Aktivitas vulkanik berumur Kuarter menutupi satuan tersebut diantaranya G. Pangolombian,
G. Lengkoan, G. Kasuratan, G. Tampusu dan batuan hasil aktivitas hidrotermal D. Linau.
Batuan reservoir berada pada satuan Tufa Tondano dan satuan Pra Tondano yang tersusun
atas batuan piroklastik dan perselingan breksi dan lava andesit. Kemunculan aktivitas
hidrotermal umumnya berada di dalam dan di sekitar kaldera Pangolombian dan D. Linau.

Struktur Geologi

Hasil analisa dan interpretasi citra dan data struktur di lapangan menunjukkan bahwa pola-
pola kelurusan morfologi yang terdapat di daerah prospek mempunyai trend umum
(dominan) berarah baratlaut – tenggara, timurlaut - baratdaya dan utara – selatan. Selain pola
kelurusan tersebut, juga teridentifikasi pola-pola struktur melingkar (circular feature) yang
merupakan ekspresi amblesan melingkar, dinding kaldera yang berhubungan dengan aktivitas
vulkanik di masa silam. Di Lapangan Lahendong, alterasi hidrotermal berasosiasi dengan
pola struktur baratlaut-tenggara, timurlaut-baratdaya dan utara-selatan, yang dibatasi oleh
struktur melingkar Kaldera Pangolombian.
Model geologi Tentatif

Skematik penampang model tentatif stratigrafi lapangan Lahendong berarah relatif Utara -
Selatan. Sumber panas diperkirakan berasal dari sumber magma di bawah kaldera
pangolombian. Sedangkan di bawah D. Linau kemungkinan terdapat terobosan magma baru
yang berumur lebih muda. Batuan reservoir berada pada satuan Tufa Tondano dan Pra
Tondano.

Geokimia WKP (Tipe Fluida dan Geothermometer)

Diagram plot Cl-SO4-HCO3 hasil analisa kimia air dari manifestasi panas
bumi di daerah Lahendong; terdapat dua tipe air yaitu Air Sulfat sebagai penciri steam
heated water serta Air Bikarbonat sebagai penciri peripheral water
Diagram plot Na-K-Mg hasil analisa kimia air dari manifestasi panas bumi di
daerah Lahendong; terlihat bahwa seluruh manifestasi terletak pada bagian
pengkayaan Mg (immature water).
Diagram plot gas N2-CO2-Ar dari manifestasi panas bumi di daerah
Lahendong. Diagram tersebut menunjukkan bahwa terdapat indikasi magmatik pada
manifestasi LHD 1.1 dimana posisi plot pada diagram dekat dengan garis magmatik
Diagram plot geotermometer gas CARHAR daerah Lahendong. Diagram
tersebut menunjukkan bahwa LHD 1.1 mempunyai temperatur yang paling panas di
antara manifestasi lainnya yaitu sebesar 300ºC

Geofisika WKP (Metode Geofisikanya apa aja,dapet interpretasi apa)


A. Metode Gravity

Peta Anomali Residual Gaya Berat

Peta anomali residual gravitasi daerah Lahendong diperoleh dengan reduksi


menggunakan densitas batuan rata-rata sebesar 2670 kg/m3. Anomali residual
gravitasi Lahendong memiliki variasi nilai -5 hingga 6 mGal yang ditampilkan dalam
skala warna. Warna merah menunjukkan nilai anomali yang tinggi, sedangkan warna
biru menunjukkan nilai anomali yang rendah. Dari peta sebaran anomali gravitasi
tersebut, terlihat kontras anomali rendah disekitar Gunung Lengkoan yang
diinterpretasikan sebagai bagian dari struktur depresi, sedangkan pada daerah danau
Linau terlihat anomali tinggi yang diinterpretasikan sebagain batuan sumber panas
pada sistem geothermal Lahendong.

B. Elektromagnetik (MT)
Peta Anomali Tahanan Jenis 3D pada elevasi 750 masl, 500 masl, 250 masl, dan 0 masl

Peta sayatan horisontal dari model resitivitas 3D pada elevasi 750 masl, 500 masl,
250 masl, dan 0 masl mendeskripsikan bahwa pada sayatan dangkal terdapat zona
konduktif dengan nilai resistivitas lebih kecil dari 9 Ω.meter, diinterpretasikan
sebagai clap cap (smectite dominated) yang terdistristribusi secara dominan di
bagian Danau Linau yang menyebar kearah Barat, Timur, dan Selatan yang
semakin menebal. Sayatan horisontal pada elevasi 750 masl menunjukkan zona
konduktif yang makin mendangkal kearah Danau Linau, diinterpretasikan sebagai
zona transisi ke reservoir yang lebih dekat dengan permukaan pada bagian
tersebut.

Penampang Anomali Tahanan Jenis

Sistem panasbumi Lahendong berdasarkan model resistivitas MT tergambarkan


dengan baik pada penampang vertikal Barat-Timur. Berdasarkan penampang
tersebut, terlihat zona konduktif berasosiasi sebagai clay cap yang memiliki nilai
resistivitas Ω dengan ketebalan rata-rata sekitar 500-700 m. di bawah zona
konduktif tersebut terlihat adanya distribusi resistivitas tinggi yang berpola
updoming di bawah Danau Linau yang kemungkinan berasosasi zona reservoir
dan zona sumber panas sistem geothermal Lahendong ini yang memiliki
temperatur tinggi. Zona resistivitas tinggi yang berasosisasi dengan reservoir
tersebut penyebarannya hanya berada disekitar Danau Linau dan tidak mneyebar
kearah Barat-Timur yang menunjukan kisaran luas reservoir dari area
pengembangan Lahendong.

Referensi

Buku potensi panas bumi indonesia jilid 2

Anda mungkin juga menyukai