Anda di halaman 1dari 23

REFLEKSI KASUS

MIOMA UTERI
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
di RSI Sultan Agung Semarang
Periode 26 Agustus 2019 – 26 Oktober 2019

Pembimbing :
dr. Gunawan Kuswondo, Sp.OG

Disusun oleh :
EVAN RIFKIAN
30101306936

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA SEMARANG
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
STATUS ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
SMF KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

Nama Mahasiswa : EVAN RIFKIAN


NIM : 30101306936
Dokter Pembimbing : dr. Gunawan Kuswondo, Sp.OG

A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. K
2. Umur : 54 tahun 6 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No. RM : 01-38-97-xx
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Petani
7. Alamat : Karangwaru, Sumberejo, Demak
8. Pendidikan : SMP
9. Status : Sudah Menikah
10. Tanggal Masuk : 3 September 2019
11. Masuk Jam : 09.30 WIB
12. Ruang : Baitun Nissa
13. Kelas : BPJS Non PBI Kelas III
B. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 03 September
2019 pukul 15.00 WIB.
1. Keluhan Utama :
Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Pasien usia 54 tahun (♀) datang ke Poli Obsgyn RSI Sultan Agung
Semarang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 2 bulan yang
lalu. Darah yang keluar jumlahnya seperti saat menstruasi dan terus-
menerus. Darah berwarna merah hitam dan cair. Pasien juga merasakan jika
selama 2 bulan ini, ada benjolan yang menonjol di kemaluannya yang terus
bertambah besar, dan tidak nyeri. Dalam satu hari, pasien bisa mengganti
pembalutnya hingga ± 4x. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut
bawah dan nafsu makan yang menurun. BAB normal dan untuk BAK
pasien, pasien sering mengeluh sering buang air kecil. Mual dan muntah
tidak ditemukan.

4. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 11 tahun
Siklus haid : 28 hari, tertatur 1 bulan sekali
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : Banyak (Ganti Pembalut ±4x dalam sehari)
Dismenore : (+)

5. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pertama kali dengan suami sekarang
• Menikah saat usia 20 tahun
• Lama menikah 34 tahun

6. Riwayat Obstetri
• P4A0

• HPHT : post menopause.

7. Riwayat KB
KB Steril tahun 2018.

8. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Reproduksi : disangkal
Riwayat penyakit stroke : disangkal
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Keganasan : disangkal

10. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang pembantu rumah tangga, suami pasien bekerja
wiraswasta. Biaya pengobatan ditanggung BPJS Non PBI kelas III.

C. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TB : 145 cm
BB : 38 kg
Vital Sign
 Tensi : 110/80 mmHg
 Nadi : 80 x / menit
 RR : 21 x / menit
 Suhu : 36,20C

STATUS INTERNUS

 Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)


 Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
 Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
 Telinga : Discharge (-)
 Leher :Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-),pembesaran
tiroid (-)
 Kulit : Turgor kembali lambat (-), ptekiae (-)
 Pulmo
Inspeksi : Pergerakan hemithorax dextra dan sinistrasimetris
Palpasi : Stem fremitus dextra dan sinistra sama, nyeri
tekan (-)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
 Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : tidak dilakukan.
Auskultasi : suara tambahan (-)
 Abdomen
Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (-), bekas
operasi (-).
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : Pekak
Palpasi : Nyeri tekan perut bawah (+), teraba massa pada
fundus uteri 3 jari di atas suprapubis. Konsistensi kenyal.

D. STATUS GINEKOLOGI

 Genitalia Eksterna
Vulva oedem (-), massa (-), perlukaan (-), eritema (+), vaginal
discharge (+), darah (+)
 Genitalia Interna (VT)

 Vulva : tidak ada kelainan, fluxus (+), fluor (+)

 Vagina : tidak terdapat kelainan

 Portio : Portio berukuran sebesar jempol tangan

 OUE/OUI : tertutup

 Uterus : terdapat massa sebesar telur angsa (± 7 cm)

 Adneksa : massa (-)


 Parametrium : infiltrat (-)

 Inspekulo
 Tampak darah keluar pada OUE
 Portio berukuran sebesar jempol tangan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah rutin (dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGY

Darah Rutin 1

Hemoglobin 10,3 (L) 11.7-15.5 g/dl

Hematokrit 35.3 33-45 %

Leukosit 5.86 3.6-11.0 Ribu/uL

Trombosit 457 150-440 Ribu/Ul

Golongan Darah/Rh O/Positif

APTT/PTTK 26.6 21.8-28.0 Detik

Kontrol 26.6 21.0-28.4 Detik

PPT 10.2 9.3-11.4 Detik

Kontrol 11.6 9.2-12.4 Detik

IMUNOSEROLOGI

HbsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif -


KIMIA

GDS 93 76-110 mg/dl

Ureum 29 10-50 mg/dl

Kreatinin Darah 0.77 0.5-0.9 mg/dl

Natrium 140.1 135-147 mg/dl

Kalium 4.72 3.5-5 mg/dl

Chloride 103.1 95-105 mg/dl

2. Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi

F. RESUME
 Pasien usia 54 tahun (♀) datang ke Poli Obsgyn RSI Sultan Agung
Semarang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak ± 2 bulan
yang lalu. Darah yang keluar jumlahnya seperti saat menstruasi dan
terus-menerus. Darah berwarna merah hitam dan cair. Pasien juga
merasakan jika selama 2 bulan ini, ada benjolan yang menonjol di
kemaluannya yang terus bertambah besar, dan tidak nyeri. Dalam satu
hari, pasien bisa mengganti pembalutnya hingga ±4x. Pasien juga
mengeluhkan nyeri pada perut bawah dan nafsu makan yang menurun.
BAB normal dan untuk BAK pasien, pasien sering mengeluh sering
buang air kecil. Mual dan muntah tidak ditemukan.
G. Status Ginekologi

 Genitalia Eksterna
Vulva oedem (-), massa (-), perlukaan (-), eritema (+), vaginal
discharge (+), darah (+)
 Genitalia Interna (VT)

 Vulva : tidak ada kelainan, fluxus (+). Fluor (+)

 Vagina : tidak ada kelainan

 Portio : Portio berukuran sebesar jempol tangan

 OUE/OUI : tertutup

 Uterus : terdapat massa sebesar telur angsa (± 7 cm)

 Adneksa : massa (-)

 Parametrium : infiltrat (-)

 Inspekulo
 Tampak darah keluar pada OUE
 Portio berukuran sebesar jempol tangan.

 Pemeriksaan Patologi Anatomi


Uterus membesar, disertai 3 buah massa solid oval, batas tegas
didalamnya (ukuran 7,36 x 5,98 x 7,51 cm ; 4,97 x 4,62 x 4,78 cm ;
6,98 x 7,69 x 5,46 cm)  cenderung Mioma uteri

H. DIAGNOSIS KERJA
Pasien wanita P4A0 usia 54 tahun dengan Mioma Uteri Submucosum
(Myoma Geburt).

I. DIAGNOSIS BANDING
1. Adenomiosis
2. Neoplasma Ovarium
3. Kehamilan

J. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap
2. Inf. cairan RL 500 CC (20 tpm)
3. Inj Cefotaxim 2 x 1 gram
4. Pro Ekstirpasi laparoscopy dan curretage pada tanggal 5 September
2019

K. EDUKASI
1. Istirahat cukup
2. Minum obat teratur
3. Edukasi untuk menerapkan pola makan yang sehat, tinggi buah, sayur,
dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging merah, dan
direkomendasikan untuk terus melakukan aktivitas fisik sesuai
kemampuan secara teratur dan menghindari gaya hidup sedenter
4. Edukasi untuk tenang dan tidak cemas menjelang akan dilakukannya
operasi

L. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : dubia ad malam
Ad Sanationam : ad bonam

Follow up (3 September 2019 – 09.30 WIB)

S O A P
- Keluar - TD : 130/80 P4A0 dengan -Planning Tx: Infus RL
darah dari Mioma Uteri 20 tpm
- Nadi : 80x/m
jalan lahir
-Monitoring TTV &
- RR : 20 x/m
KU
Suhu : 36.5ºC
-Cek darah lengkap 
Hb : 10.3 (L) transfusi 1 kalf PRC

Follow up (4 September 2019 – 22.10 WIB )


S O A P
- Pasien - TD : 120/80 P4A0 dengan - Planning Tx:
mengeluh Mioma Uteri
- Nadi : 80x/m - Infus RL 20 tpm
nyeri
kepala. - RR : 20 x/m - Monitoring TTV & KU

Suhu : 36,5ºC - Pro Ekstirpasi


Laparoscopy dan
curettage bertingkat
pada tanggal 5
September 2019

Follow up (5 September 2019 – 09.30 WIB )


S O A P
- Tidak ada - TD : 100/80 P4A0 dengan - Planning Tx: Infus RL
keluhan Mioma 20 tpm
- Nadi : 77 x/menit
Uteri post
- Inf. Cefotaxim 2 x 1
- RR : 20 x/menit eksterpasi
gram (premed)
laparoscopy
Suhu : 36,5 ºC
dengan - Peroral: as. Mefenamat
curettage 2 x 500mg, as.
bertingkat Traneksamat 2 x 500
mg, dan SF 2x1

- Monitoring TTV &


KU

Follow up (6 September 2019 – 12.45 WIB )


S O A P
- Tidak ada - TD : 120/80 P4A0 dengan - Planning Tx: Infus RL
keluhan Mioma Uteri 20 tpm
- Nadi : 84x/m
post
- Asetosal 2 x 50 mg
- RR : 20 x/m laparoscopy
eksterpasi dan - Terapi lain lanjut
Suhu : 36,6ºC
curettage
- BLPL
bertingkat H+1
- Monitoring TTV &
KU

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari miometrium
uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo
kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga dikenal
dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau fibroid. Mioma
uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan
keganasan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot
polos uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri berbatas
tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous
sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya
dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan.

B. Etiologi

Etiologi yang pasti pada mioma uteri sampai saat ini belum
diketahui. Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya
mioma uteri. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri, yaitu :

1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor
ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang
relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari
faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen
dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelah menopause.

C. Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil
dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di
dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari
transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa
yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen
yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial
normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan
aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24).

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori


genioblast. Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci
percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan
maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat
dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Pemberian
agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap
reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi
reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth
factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah
mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih
banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting
pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan
karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause
sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang
berkembang setelah menopause bahkan
setelah oforektomi bilateral pada usia dini.

D. Klasifikasi mioma uteri


Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang
terkena.

1. Lokasi
• Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi.
• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa
gejala.

2. Lapisan Uterus

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :

• Mioma Uteri Submukosa

Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,


kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini
dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari
serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah
yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks.

Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang


lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri
subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi
sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis
submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan
melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai
terapinya dilakukan histerektomi.

• Mioma Uteri Subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai


tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan
uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akanterlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam
rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

• Mioma Uteri Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel


apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah
bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti
kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-
kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat
(jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan
halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip
potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan
miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi
kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila
terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor
ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran,
meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis,
kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel
otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan
ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian
besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian
darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi
postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi
maligna.

Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri.

E. Gejala klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,


menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :

- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno


karsinoma endometrium.
- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.
2) Rasa nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
dismenore.

3) Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

4) Infertilitas dan abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa
apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi.

F. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang
tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium

Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat


perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama
untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan
keluhan pasien.

b. Imaging

1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen


pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada
abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.

2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang


tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.

3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma


uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.

H. Diagnosis banding
1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan

I. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan
mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.

Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :

- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.

- Bila anemi beri tablet Fe dan pemberian NSAID untuk pengobatan nyeri.

Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi


adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini
dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan
karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau
pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari
telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis
dalam mengangkat uterus
Mioma

Besar < 14 mgg Besar > 14 mgg

Tanpa keluhan Dengan keluhan

Konservatif
Operatif

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri.

J. Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain :

• Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi


kecil.

• Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

• Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur
berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

• Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita


berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto rontgen.

• Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan


dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai
gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti
daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai
emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri
pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor
ovarium atau mioma bertangkai.

• Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri :

1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.

2. Torsi (putaran tangkai).

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan


sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut
tidak terjadi.
3. Nekrosis dan infeksi.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan


karena gangguan sirkulasi darah padanya.

Daftar Pustaka
Bath RA, Kumar P. 2006. Experience with uterine leiomyoma at a teaching
referral hospital in India. Journal of Gynecologic Surgery 22: 143-150.

Beckmann RB, Charles. 2010. Obstetrics and Gynecology. sixth edition.


Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkin. pp :389-392

Cunningham, FG. 1995. Mioma uteri Obstetri William Edisi 18. Jakarta : EGC,
pp: 447-451.

Marc A. Fritz, M. 2011. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility.


Eighth Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkin. pp : 148-155

Sarwono, 2011, Ilmu Kandungan, ed. 2, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,


Jakarta

Sarwono, 2010, Ilmu Kebidanan, ed. 3, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai