MIOMA UTERI
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
di RSI Sultan Agung Semarang
Periode 26 Agustus 2019 – 26 Oktober 2019
Pembimbing :
dr. Gunawan Kuswondo, Sp.OG
Disusun oleh :
EVAN RIFKIAN
30101306936
A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. K
2. Umur : 54 tahun 6 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No. RM : 01-38-97-xx
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Petani
7. Alamat : Karangwaru, Sumberejo, Demak
8. Pendidikan : SMP
9. Status : Sudah Menikah
10. Tanggal Masuk : 3 September 2019
11. Masuk Jam : 09.30 WIB
12. Ruang : Baitun Nissa
13. Kelas : BPJS Non PBI Kelas III
B. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 03 September
2019 pukul 15.00 WIB.
1. Keluhan Utama :
Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Pasien usia 54 tahun (♀) datang ke Poli Obsgyn RSI Sultan Agung
Semarang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 2 bulan yang
lalu. Darah yang keluar jumlahnya seperti saat menstruasi dan terus-
menerus. Darah berwarna merah hitam dan cair. Pasien juga merasakan jika
selama 2 bulan ini, ada benjolan yang menonjol di kemaluannya yang terus
bertambah besar, dan tidak nyeri. Dalam satu hari, pasien bisa mengganti
pembalutnya hingga ± 4x. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut
bawah dan nafsu makan yang menurun. BAB normal dan untuk BAK
pasien, pasien sering mengeluh sering buang air kecil. Mual dan muntah
tidak ditemukan.
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 11 tahun
Siklus haid : 28 hari, tertatur 1 bulan sekali
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : Banyak (Ganti Pembalut ±4x dalam sehari)
Dismenore : (+)
5. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pertama kali dengan suami sekarang
• Menikah saat usia 20 tahun
• Lama menikah 34 tahun
6. Riwayat Obstetri
• P4A0
7. Riwayat KB
KB Steril tahun 2018.
C. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TB : 145 cm
BB : 38 kg
Vital Sign
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
RR : 21 x / menit
Suhu : 36,20C
STATUS INTERNUS
D. STATUS GINEKOLOGI
Genitalia Eksterna
Vulva oedem (-), massa (-), perlukaan (-), eritema (+), vaginal
discharge (+), darah (+)
Genitalia Interna (VT)
OUE/OUI : tertutup
Inspekulo
Tampak darah keluar pada OUE
Portio berukuran sebesar jempol tangan.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
IMUNOSEROLOGI
F. RESUME
Pasien usia 54 tahun (♀) datang ke Poli Obsgyn RSI Sultan Agung
Semarang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak ± 2 bulan
yang lalu. Darah yang keluar jumlahnya seperti saat menstruasi dan
terus-menerus. Darah berwarna merah hitam dan cair. Pasien juga
merasakan jika selama 2 bulan ini, ada benjolan yang menonjol di
kemaluannya yang terus bertambah besar, dan tidak nyeri. Dalam satu
hari, pasien bisa mengganti pembalutnya hingga ±4x. Pasien juga
mengeluhkan nyeri pada perut bawah dan nafsu makan yang menurun.
BAB normal dan untuk BAK pasien, pasien sering mengeluh sering
buang air kecil. Mual dan muntah tidak ditemukan.
G. Status Ginekologi
Genitalia Eksterna
Vulva oedem (-), massa (-), perlukaan (-), eritema (+), vaginal
discharge (+), darah (+)
Genitalia Interna (VT)
OUE/OUI : tertutup
Inspekulo
Tampak darah keluar pada OUE
Portio berukuran sebesar jempol tangan.
H. DIAGNOSIS KERJA
Pasien wanita P4A0 usia 54 tahun dengan Mioma Uteri Submucosum
(Myoma Geburt).
I. DIAGNOSIS BANDING
1. Adenomiosis
2. Neoplasma Ovarium
3. Kehamilan
J. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap
2. Inf. cairan RL 500 CC (20 tpm)
3. Inj Cefotaxim 2 x 1 gram
4. Pro Ekstirpasi laparoscopy dan curretage pada tanggal 5 September
2019
K. EDUKASI
1. Istirahat cukup
2. Minum obat teratur
3. Edukasi untuk menerapkan pola makan yang sehat, tinggi buah, sayur,
dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging merah, dan
direkomendasikan untuk terus melakukan aktivitas fisik sesuai
kemampuan secara teratur dan menghindari gaya hidup sedenter
4. Edukasi untuk tenang dan tidak cemas menjelang akan dilakukannya
operasi
L. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : dubia ad malam
Ad Sanationam : ad bonam
S O A P
- Keluar - TD : 130/80 P4A0 dengan -Planning Tx: Infus RL
darah dari Mioma Uteri 20 tpm
- Nadi : 80x/m
jalan lahir
-Monitoring TTV &
- RR : 20 x/m
KU
Suhu : 36.5ºC
-Cek darah lengkap
Hb : 10.3 (L) transfusi 1 kalf PRC
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari miometrium
uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo
kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga dikenal
dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau fibroid. Mioma
uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan
keganasan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot
polos uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri berbatas
tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous
sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya
dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan.
B. Etiologi
Etiologi yang pasti pada mioma uteri sampai saat ini belum
diketahui. Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya
mioma uteri. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor
ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang
relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari
faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen
dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelah menopause.
C. Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil
dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di
dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari
transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa
yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen
yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial
normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan
aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24).
1. Lokasi
• Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi.
• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa
gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
E. Gejala klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Perdarahan abnormal
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
dismenore.
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa
apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi.
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang
tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Imaging
H. Diagnosis banding
1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan
I. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan
mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
- Bila anemi beri tablet Fe dan pemberian NSAID untuk pengobatan nyeri.
Konservatif
Operatif
J. Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain :
• Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
• Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur
berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
Daftar Pustaka
Bath RA, Kumar P. 2006. Experience with uterine leiomyoma at a teaching
referral hospital in India. Journal of Gynecologic Surgery 22: 143-150.
Cunningham, FG. 1995. Mioma uteri Obstetri William Edisi 18. Jakarta : EGC,
pp: 447-451.