Disusun Oleh:
1. Tubagus Agung Bayu H 17.0601.0031
2. Sahrizal Kurnia Akbar 17.0601.0045
3. Ayu Reptiana 17.0601.0049
4. Amartia Putri Lamsari 17.0601.0050
5. Dananto Bakhthiar 17.0601.0056
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas presentasi kasus keperawatan Gawat Darurat.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun demi terciptanya kesempurnaan laporan ini. Semoga Makalah ini
dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi teman teman dan pembaca sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Amin.
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, semua makhluk hidup harus memenuhi kebutuhan energinya
dengan cara mengkonsumsi makanan. Makanan tersebut kemudian diuraikan
dalam sistem pencernaan menjadi sumber energi, sebagai komponen
penyusun sel dan jaringan tubuh, dan nutrisi yang membantu fungsi fisiologis
tubuh. Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari
ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah
molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan
menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh
organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari bahan makanan yang
akan dicerna oleh tubuh. Luasnya daerah permukaan saluran cerna dan fungsi
digestifnya menunjukan betapa pentingnya makna pertukaran antara
organisme manusia dengan lingkungannya. Kelainan inflamasi dan
malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi traktus gastrointestinal.
(Dona L.Wong, 2008 )
Obstruksi intestinal merupakan salah satu bentuk kelainan pada traktus
digestivus dan menjadi kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan
appendicitis akuta. Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia
didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-
400.000 orang menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Sedangkan di
Indonesia berdasarkan data Depkes RI tahun 2004 tercatat ada 7.059 kasus
ileus paralitik dan obstruktif yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep tentang Ileus Obstruktif
2. Kasus dan Asuhan keperawatan dengan pasien Ileus Obstruktif
C. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam
mempelajari tentang ileus obstruktif dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sesuai teori yang ada.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang trak
tus intestinal(Nettina, 2011).
Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isiusus ke depan tetapi peristaltiknyanormal (Reeves, 2009).
Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi u
sus pada traktusintestinal ( Price & Wilson, 2010).
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus
dimanamerupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu
jalannya isi usus (Sabara,2012)
B. ETIOLOGI
1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus
obstruktif, sekitar50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh
riwayat operasi intraabdominalsebelumnya atau proses inflamasi
intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang
sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam
hidupnya.Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus
obstruktif di dalam masa anak-anak.
2. Hernia inkarserata eksternal ( inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau
parastomal )merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus
obstruktif, dan merupakan penyebabtersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna(paraduodenal,
kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa
menyebabkanhernia.
3. Neoplasma.Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi
intralumen, sedangkantumor metastase atau tumor intra abdominal dapat
menyebabkan obstruksi melalui kompresieksternal.
4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap
bagian usus yangmengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran
limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya
intususepsi.
5. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi
akut selama masainfeksi atau karena striktur yang kronik.
6. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital,seperti
malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus
besar.
7. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedumenyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus
halus yang menyebabkan batuempedu masuk ke traktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,umumnya pada
bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi,
terapi radiasi, atautrauma operasi.
9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau
penumpukan cairan.
10. Benda asing, seperti bezoar.
11. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau
hernia Littre.
12. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum
distalis dan kolonkanan sebagai akibat adanya benda seperti meconium
C. PATOFISIOLOGI
Semua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpamemandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik atau non mekanik.Perbedaan utama adalah pada obstruksi paralitik
peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik
peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnyahilang.
Sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari.
Sebagian besarcairan diasorbsi sebelum mendekati kolon. Perubahan
patofisiologi utama pada obstruksi ususadalah adanya lumen usus yang
tersumbat, ini menjadi tempat perkembangan bakteri sehinggaterjadi akumulasi
gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan). Akumulasi gas dan cairan
dapatterjadi di bagian proksimal atau distal usus. Apabila akumulasi terjadi di
daerah distalmengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intra abdomen dan
intra lumen. Hal ini dapatmeningkatkan terjadinya peningkatan permeabilitas
kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Dengan peningkatan
permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan diusus dan rongga
peritoneum mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan volume
darah.Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya
usus sehingga terjadidistensi abdomen. Terjadi penekanan pada vena
mesenterika yang mengakibatkan kegagalanoksigenasi dinding usus sehingga
aliran darah ke usus menurun, terjadilah iskemi dan kemudiannekrotik usus.
Pada usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas kapiler
dan pelepasan bakteri dan toksin sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya
perforais akanmenyebabkan bakteri akan masuk ke dalam sirkulasi sehingga
terjadi sepsis dan peritonitis.Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen
adalah penurunan fungsi usus dan peningkatansekresi sehingga terjadi
peminbunan di intra lumen secara progresif yang akan menyebabkanterjadinya
retrograde peristaltic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Bila hal
ini tidakditangani dapat menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan cairan
dan elektrolit yang berlebih berdampak pada penurunanan curah jantung
sehingga darah yang dipompakan tidak dapatmemenuhi kebutuhan seluruh
tubuh sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan pada otak, sel danginjal.
Penurunan perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob
yang akan meningkatkan asam laktat dan menyebabkan asidosis metabolic.
Bila terjadi pada otak akanmenyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan
infark. Bila terjadi pada ginjal akanmerangsang pertukaran natrium dan
hydrogen di tubulus prksimal dan pelepasan aldosteron,merangsang sekresi
hidrogen di nefron bagian distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsiHCO3-
dan penurunan kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini akan
menyebabkanterjadinya alkalosis metabolic. ( Price &Wilson, 2009 )
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Mekanik sederhana usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah,
peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
2. Mekanik sederhana usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat,
nyeri tekan abdomen.
3. Mekanik sederhana kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
Kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kramnyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir,distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun
dan nyeri tekanterlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna
gelap atau berdarah ataumengandung darah samar. ( Price &Wilson, 2009)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Modalitas utama yang diperlukan untuk mengkonfirmasi ileus obstruktif adalah
CT scan dengan kontras. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
mengevaluasi adanya komplikasi yang menyertai.
1. CT Scan
Pemeriksaan CT scan dalam mendiagnosis obstruksi komplit memiliki
sensitivitas diatas 90%. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi ada atau
tidaknya obstruksi, penyebab, lokasi, serta komplikasi yang mungkin terjadi
,seperti perforasi dan iskemik.Pada CT scan dapat ditemukan gambaran air-
fluid level, distensi usus >2,5 cm diikuti kolaps usus yang terletak distal dari
obstruksi, dan pada beberapa kasus dapat terlihat area transisi.
2. Rontgen Abdomen
Rontgen abdomen dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi klinis yang
stabil. Menurut sebuah studi retrospektif yang dilakukan oleh Maglinte et al
rontgen abdomen memiliki sensitivitas yang hampir sama dengan CT scan
untuk mendiagnosis obstruksi total (86% dan 82%). Foto polos diambil
minimal 2 posisi yaitu posisi supinasi dan erect. Pada obstruksi komplit
akan didapatkan dilatasi usus, air-fluid level, dan hilangnya gas pada area
usus distal dari obstruksi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dapat mendiagnosis ileus obstruktif secara
spesifik. Pemeriksaan ini dapat mengkonfirmasi kecurigaan klinis
penurunan volume dan membantu identifikasi iskemia usus. Penemuan yang
umumnya didapat dari pemeriksaan laboratorium adalah leukositosis,
peningkatan C-reactive protein (CRP) dan laktat yang menandakan
terjadinya sepsis atau iskemia jaringan. Tanda-tanda dehidrasi atau
ketidakseimbangan elektrolit juga perlu dievaluasi seperti hipokalemia,
hipokloremik, alkalosis metabolik, peningkatan hematokrit serta ureum.
4. Enterokolisis
Enterokolisis, atau terkadang dikenal dengan CT scan dengan kontras per
oral, merupakan pemeriksaan radiologi dimana kontras dimasukan melalui
nasogastric tube. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi mendekati 100% karena dapat mendeteksi adanya obstruksi parsial
yang disebabkan oleh anatomi lumen dan mural seperti contohnya tumor
pada usus.
G. PENATALAKSANAAN UMUM
1. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda
vital,dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami
dehidrasi dangangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan
cairan intravena sepertiringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat
dengan memonitor tanda - tandavital dan jumlah urin yang keluar. Selain
pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube
(NGT). NGT digunakan untuk mengosongkanlambung, mencegah aspirasi
pulmonum bila muntah dan mengurangi distensiabdomen.
2. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis.Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual
muntah.
3. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk
mencegahsepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian
disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi
selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk
dilakukan operasi: Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple
obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yangdianjurkan. Jika terjadi
obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangatdiperlukan. Pada
umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah yang dilakukan pada
obstruksi ileus:
1.) Koreksi sederhana (simple correction).
Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus
dari jepitan,misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2.) Tindakan operatif by-pass.
Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan
sebagainya.
3.) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi,misalnya pada Ca stadium lanjut.
4.) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis
ujung-ujung ususuntuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinoma colon,invaginasi, strangulata, dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendirimaupun karena
keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula
dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus
dananastomosi
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake
yang tidakadequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang
ditandai dengan adanyamual, muntah, demam dan diaforesis.
Tujuan :
Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, Mempertahankan hidrasi
adekuat dengan bukti membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
dan pengisian kapiler baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara
individual mengeluarkan urine dengan tepat.
Kriteria hasil:
1. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD: 110/70
-120/80 mmHg)
2. Intake dan output cairan seimbang
3. Turgor kulit elastic
4. Mukosa lembab
5. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5
mmol/L, Cl: 94-111 mmol/L).
Intervensi
1. Kaji kebutuhan cairan pasien
2. Observasi tanda-tanda vital: N,TD, P, S
3. Observasi tingkat kesadaran dantanda-tanda syok
4. Observasi bising usus pasien tiap1-2 jam
5. Monitor intake dan output secaraketat
6. Pantau hasil laboratorium serumelektrolit, hematokrit
7. Beri penjelasan kepada pasien dankeluarga tentang tindakan
yangdilakukan: pemasangan NGT dan puasa.
8. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena
Rasional :
1. Mengetahui kebutuhan cairan pasien.
2. Perubahan yang drastis pada tanda-tanda vital merupakan
indikasikekurangan cairan.
3. kekurangan cairan dan elektrolitdapat mempengaruhi
tingkatkesadaran dan mengakibatkan syok.
4. Menilai fungsi usus
5. Menilai keseimbangan cairan
6. Menilai keseimbangan cairan danelektrolit
7. Meningkatkan pengetahuan pasiendan keluarga serta kerjasama
antara perawat-pasien-keluarga.
8. Memenuhi kebutuhan cairan danelektrolit pasien.
Rasional :
1. Nyeri hebat yang dirasakan pasienakibat adanya distensi
abdomendapat menyebabkan peningkatanhasih TTV.
2. Mengetahui kekuatan nyeri yangdirasakan pasien dan
menentukantindakan selanjutnya guna mengatasinyeri.
3. Posisi yang nyaman dapatmengurangi rasa nyeri yangdirasakan
pasien
4. Relaksasi dapat mengurangi rasanyeri
5. Mengurangi nyeri yang dirasakan pasien
BAB III
KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama inisial klien : Ny.S
2. Umur : 76 Tahun
3. Alamat : Jln MU Rt.002 Rw.001 Mertoyudan
4. Pekerjaan : Tidak Bekerja
5. Agama : Islam
6. Tanggal masuk RS : 28 Desember 2019
7. Nomor Rekam Medis : 034355
8. Diagnosa Medis : Ileus
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum:
- Keluhan Utama:
Nyeri Perut
- Alasan dirawat di ICU:
Pada tanggal 28 Desember 2019 pasien dibawa ke IGD RST dr Soedjono
Magelang karena nyeri perut sudah 1 minggu di sertai dengan mual dan
muntah,pada tanggal 29 Desember 2019 pukul 16:00 WIB pasien di operasi
Laparotomy
- Tekanan darah : 97/80 mmHg
- Nadi : 99 x/menit
- Suhu : 360C
- Respirasi : 26 x/menit
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):
Tidak ada riwayat penyakit masa lalu
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini:
- Pasien terbaring dengan kesadaran E4V5M6
- Pasien tampak lemah dan gelisah
d. Pengobatan sekarang:
No Nama obat Dosis Kandungan Manfaat
1. Infus RL 20 tpm Menambah Cairan
elektrolit
2. Ketorolac 2x1 Mengurangi nyeri
3. Ceftriaxone 2x1 Antibiotik
4. Antrain 3x1 Mengurangi nyeri
2. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:
1) BB biasanya: 45 Kg dan BB sekarang: 44 Kg, TB: 150 cm
2) Lingkar perut : 53 cm
3) Lingkar kepala : 48 cm
4) Lingkar dada : 55 cm
5) Lingkar lengan atas : 36 cm
6) IMT :
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:
d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di rumah
sakit:
Pasien post laparotomy,pasien masih puasa
e. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah sakit:
Dalam beraktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan, mengunyah,dll)
- Pasien terpasang NGT
- Pasien masih puasa
g. Penilaian Status Gizi
Status gizi kurang
h. Pola asupan cairan
- Cairan
- Obat
i. Cairan masuk
- Obat Fentanyl : 6,25
- Cairan : 100
Total : 106,25
j. Cairan keluar
- Urine : cc
- IWL : 34
Total :
k. Penilaian Status Cairan (balance cairan)
l. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : terdapat luka post op laparotomy tampak kemerahan
Auskultasi : belum terdengar bising usus
Palpasi : terdapat nyeri tekan
Perkusi : Tympani
3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan)
Frekuensi 5x/hari,Jumlah 250 cc,terpasang kateter
4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : Pada malam hari 5-6 jam & siang hari 3-4 jam
2) Insomnia : pasien tidak mengalami insomnia
3) Pertolongan untuk merangsang tidur:
Dengan berdoa
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Tidak bekerja
2) Kebiasaan olah raga : Tidak pernah berolahraga
3) ADL
a) Makan : pasien puasa atau dibantu
perawat & keluarga
b) Toileting : dibantu perawat & keluarga
c) Kebersihan : dibantu perawat & keluarga
d) Berpakaian : dibantu perawat & keluarga
4) Bantuan ADL : dibantu sepenuhnya
5) Kekuatan otot :
6) ROM : pasif
7) Resiko untuk cidera : resiko jatuh
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : pasien tidak memiliki riwayat
penyakit jantung
2) Edema esktremitas : tidak ada edema ekstremitas
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring : 97/80 mmHg
b) Duduk :-
4) Tekanan vena jugularis : tidak terkaji
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : dada simetris,tidak ada lesi
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : redup
d) Auskultasi : s1 dan s2 berbunyi lup dup
d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas : tidak ada penyakit sistem nafas
2) Penggunaan O2 : pasien terpasang O2=7 lpm
3) Kemampuan bernafas : spontan
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll)
RR=26x/menit
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : dada simetris,tidak ada lesi
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : terdengar sonor
d) Auskultasi : vesikuler
5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SMP
2) Kurang pengetahuan : kurang pengetahuan
3) Pengetahuan tentang penyakit : kurang mengetahui
tentang penakitnya
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : Baik
b. Sensasi/persepi
1) Riwayat penyakit jantung : tidak ada riwayat
penyakit jantung
2) Sakit kepala : tidak ada
3) Penggunaan alat bantu : tidak ada
4) Penginderaan : baik
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa indonesia &
Jawa
6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : pasien mengalami
cemas karena penyakitnya
2) Perasaan putus asa/kehilangan : tidak putus asa
3) Keinginan untuk mencederai : tidak ada
4) Adanya luka/cacat : luka post operasi
laparotomy
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : menikah
2) Orang terdekat : anak
3) Perubahan konflik/peran : ada perubahan selama
di rawat
4) Perubahan gaya hidup : terjadi perubahan gaya
hidup selama di rawat
5) Interaksi dengan orang lain : baik
8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : tidak ada masalah
2) Periode menstruasi : pasien sudah
menopause
3) Metode KB yang digunakan : pasien sudah
menopause
9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : pasien dan keluarga
cemas
2) Kemampan untuk mengatasi : dengan berdoa &
berdiskusi dengan anggota keluarga
3) Perilaku yang menampakkan cemas : ekspresi wajah tegang
11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi :
b. Penyakit autoimune : tidak ada
c. Tanda infeksi : tampak kemerahan
pada luka post operasi laparotomy
d. Gangguan thermoregulasi :
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi neurovaskuler
peripheral, kondisi hipertensi, pendarahan, hipoglikemia, Sindrome disuse, gaya hidup
yang tetap)
Pasien Resiko Jatuh
12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : post laparotomy
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : tersayat-sayat
3) Regio (dimana letaknya) : perut
4) Scala (berapa skalanya) :5
5) Time (waktu) : terus menerus
b. Rasa tidak nyaman lainnya : tidak ada
c. Gejala yang menyertai : tidak ada
13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan : tidak ada
b. DDST (Form dilampirkan) : tidak ada
c. Terapi Bermain (SAB dilampirkan) : tidak ada
C. DATA LABORATORIUM
TANGGA
JENIS HASIL
L DAN INTERPRETASI
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
JAM
29 Leukosit 12.800 ul Abnormal
Desember Eritrosit 4.6 10ˆ6ul Normal
2019 Hemoglobin 12.5 g/dl Normal
Hematokrit 33,0 % Normal
Trombosit 188.000 ul Normal
MCV 89 pg Normal
MCH 29.2 pg Normal
MCHC 32.9 gd/l Normal
GRA% 96.8 % Abnormal
LM% 2.3 % Abnormal
MID% 0.9 Abnormal
ANALISA DATA
Nama inisial kien : Ny. S Diagnosa Medis : Ileus
No RM : 034355 Bangsal : ICU
No Tanggal DATA DATA ETIOLOGI PROBLEM
& Jam SUBYEKTIF OBYEKTIF
1. - Pasien - Pasien terlihat Agen Cedera Nyeri Akut
mengatakan gelisah Fisik
sakit apabila - Pada daerah
dia bergerak bekas operasi
- P: Post terlihat
Laparotomy kemerahan
- Pasien terlihat
- Q: Tersayat-
meringis
sayat
- Pasien tampak
- R: Perut lemah
- S: 5
- T: Terus
menerus
2. 05/10/ - - Tanda-tanda Prosedur Resiko Infeksi
2019 vital: Invasif
TD: 97/80
mmHg
N: 99x/menit
RR: 26x/menit
S: 36,50C
- Tampak ada
luka post
operasi
laparotomy
- Tampak
kemerahan
pada luka
operasi
- Adanya
drainase pada
luka post
operasi
laparotomy
3. 5/10/ - Pasien - Pasien tampak Intoleran aktivitas
2019 mengatakan berbaring di
lelah berbaring tempat tidur
terus - Pasien terlihat
lemah
RENCANA KEPERAWATAN
Nama inisial kien : Ny. S Diagnosa Medis : Ileus
No RM : 034355 Bangsal : ICU
No. Tanggal Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional
& Jam Keperawatan Kriteria Hasil (NIC)
(NOC)
1. 05/10 Nyeri akut Setelah 1. Kaji nyeri - Untuk
/2019 b.d Agen dilakukan pasien secara mengetahui
cedera fisik tindakan komprehensif tingkat atau
keperawatan skala nyeri
selama 2 x 24 pasien
jam 2. Berikan posisi - Agar pasien
diharapkan senyaman lebih
masalah mungkin nyaman
dapat segera
- Untuk
teratasi
3. Ajarkan teknik mengurangi
dengan
relaksasi dan rasa nyeri
kriteria hasil:
distraksi pasien
1. Manajemen
Nyeri - Agar pasien
- Nyeri 4. Berikan tenang
berkurang support untuk
pasien - Untuk
- Skala
nyeri 5-0 5. Kolaborasi mengurangi
2. Pasien tidak dengan dokter rasa nyeri
gelisah dalam pasien
pemberian
obat Analgesik
sesuai dengan
indikasi
2. Resiko Setelah 1. Observasi - Untuk
infeksi b.d dilakukan tanda-tanda mengetahui
Prosedur tindakan vital pasien perkemban
invasif keperawatan gan tanda-
selama 2 x 24 tanda vital
jam pasien
diharapkan
masalah 2. Kaji tanda- - Untuk
dapat segera tanda penanganan
teratasi peradangan diri
dengan terjadinya
kriteria hasil: infeksi
1. Tidak ada - Untuk
tanda- menghindar
3. Lakukan
tanda i terjadinya
perawatan luka
infeksi infeksi
ganti
2. Tidak ada perban,dengan
tanda- mempertahanka
tanda - Untuk
n teknik aseptic
peradanga 4. Kolaborasi membunuh
n kuman dan
dengan dokter bakteri
untuk
pemberian obat
antibiotic sesuai
dengan indikasi
IMPLEMENTASI 1
Nama inisial kien : Ny. S Diagnosa Medis : Ileus
No RM : 034355 Bangsal : ICU
No Tanggal Diagnosa Implementasi Respon Paraf
. & Jam Keperawatan
1. Nyeri akut 1. Mengkaji nyeri Ds: P: Post Laparotomy
b.d Agen pasien secara Q: Tersayat-sayat
cedera fisik komprehensif R: Perut
S: 5
T: Terus menerus
Do: Pasien terlihat
meringis kesakitan
3. Mengajarkan Ds:-
teknik relaksasi Do: Pasien tampak
nafas dalam melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
IMPLEMENTASI 2
Nama inisial kien : Ny. S Diagnosa Medis : Ileus
No RM : 034355 Bangsal : ICU
No Tanggal Diagnosa Implementasi Respon Paraf
. & Jam Keperawatan
1. Nyeri akut 1. Mengkaji nyeri Ds: P: Post Laparotomy
b.d Agen pasien secara Q: Tersayat-sayat
cedera fisik komprehensif R: Perut
S: 3
T: Terus menerus
Do: Pasien terlihat
meringis kesakitan
3. Mengajarkan Ds:-
teknik relaksasi Do: Pasien tampak
nafas dalam melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
EVALUASI 1
Nama inisial kien : Ny. S Diagnosa Medis : Ileus
No RM : 034355 Bangsal : ICU
No Tanggal & Diagnosa EVALUASI Paraf
. Jam Keperawatan
1. Nyeri akut S: - P: Post Laparotomy
b.d Agen - Q: Tersayat-sayat
cedera fisik - R: Perut
- S: 5
- T: Terus menerus
- Pasien mengatakan nyaman dengan
posisi terlentang
- Pasien mengatakan bersedia diberi
injeksi
O: - Pasien tampak meringis kesakitan
- Pasien dalam posisi terlentang
- Injeksi ketorolac berhasil di masukan
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri pasien secara komprehensif
2. Berikan posisi senyaman mungkin
3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat Analgesik sesuai
dengan indikasi
EVALUASI 2
Nama inisial kien : Ny. S Diagnosa Medis : Ileus
No RM : 034355 Bangsal : ICU
No Tanggal & Diagnosa EVALUASI Paraf
. Jam Keperawatan
1. Nyeri akut S: - P: Post Laparotomy
b.d Agen - Q: Tersayat-sayat
cedera fisik - R: Perut
- S: 3
- T: Terus menerus
- Pasien mengatakan ingin sedikit miring
kanan
- Pasien mengatakan bersedia diberi
injeksi
O: - Pasien masih tampak meringis kesakitan
- Tampak di samping pantat pasien di beri
ganjal bantal
- Injeksi ketorolac berhasil di masukan
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri pasien secara komprehensif
2. Berikan posisi senyaman mungkin
3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat Analgesik sesuai
dengan indikasi
A. Kesimpulan
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya
isi
usus. Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik atau fungsional.
Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat,
kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana
gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah.
B. Saran
Bagi pembaca diharapkan karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan ileus
obstruksi
DAFTAR PUSTAKA
Donna Ignatavician, (2011). Medical Surgical Nursing Volume 2. St. Louis
Missouri: ElsevierSoundersLewis Heitkemper Diksen, (2009)
Medical Surgical Nursing Volume 2. St. Louis Missouri:Mosby Elsevier.Price
&Wilson, (2009).
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Edisi 6, Volume1.Jakarta:
EGC.Rahayu Rejeki handayani, bahar asril.Buku ajar ilmu penyakit Dalam
(2010).Jakarta : DepartemenPendidikan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jilid III edisi IV ;2009. 1405-1410
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih Bahasa
AgungWaluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta: EGC; 2009
Doengoes.(2009).Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.Jakarta: EGC.