Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu penelitian yang hampir
seluruh kegiatannya dilakukan di laboratorium dengan menguji suatu bahan material
menggunakan peralatan laboratorium untuk mendapatkan sifat dan karakteristik
bahan tersebut, kemudian menganalisa data eksperimen yang didapatkan melalui
percobaan tersebut dan mampu menginterprestasikan hasilnya secara benar dan
bertanggung jawab. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan, baik prosedur
konsep teori, maupun prosedur aplikasi mulai dari pengambilan sampel di lapangan,
pemeriksaan sampel di laboratorium sampai pada pengujian sampel untuk
mendapatkan hasil dari tujuan penelitian yang telah dilakukan.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Transportasi dan Jalan Raya Fakultas
Teknik Universitas Tadulako.

3.3 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian ini disusun untuk memberikan kemudahan dalam
melaksanakan suatu penelitian atau perencanaan. Sehingga tahapan-tahapan
penelitian ini diharapkan dapat memudahkan proses pelaksanaan penelitian dan
penelitian ini dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Tahapan-tahapan penelitian ini akan dijelaskan dalam bentuk bagan alir (flow
chart) sehingga dapat memudahkan dalam pembacaan proses penelitian serta proses
penelitian menjadi lebih terarah. Berikut merupakan bagan alir penelitian yang akan
dilakukan :

III - 1
Mulai

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Studi Pustaka

Pengambilan Bahan Material

Pengambilan Aggregat Pengambilan Roadcel-50 Pengambilan Aspal

Pemeriksaan Aggregat Pemeriksaan Aspal

1. Berat Jenis dan Penyerapan 1. Pengujian Penetrasi


2. Analisa Saringan 2. Pengujian Berat Jenis
3. Keausan Aggregat (Abrasi)
3. Pengujian Titik Lembek
4. Pengujian Kehilangan Berat Minyak
5. Pengujian Daktilitas

Tidak Memenuhi
Spesifikasi
i Memenuhi
Rencana Campuran

Penentuan pKAO

Penentuan Jumlah Benda Uji

Pembuatan dan Pengujian Benda Uji Marshall, Uji Cantabro, Uji Permeabilitas, dan Uji
Drain Down pada kondisi KAO Setiap Variasi Roadcel-50 (0,5%, 1%, 1,5% dan 2,0%)

Analisis Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir (Flow chart) Penelitian

III - 2
3.4 Pengambilan Bahan Material Penelitian
Sebelum melakukan suatu penelitian di laboratorium, terlebih dahulu
melakukan persiapan bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian. Pemilihan dan
pengambilan material ini terdiri dari aggregat kasar, aggregat halus dan filler (abu
batu).
Material aggregat kasar, aggregat halus, dan filler (abu batu) di ambil dari
lokasi Stone Crusher di Taipa. Peta lokasi pengambilan material di tunjukkan pada
gambar 3.2 berikut ini.

Lokasi Pengambilan Material


Stone Crusher Taipa

Gambar 3.2 Peta Lokasi Pengambilan Material (Stone Crusher Taipa)


(Sumber : Google Map 2015)

Aspal yang digunakan dalam peneltian ini merupakan aspal penetrasi 60/70
dan bahan tambah Roadcel-50 yang akan digunakan dalam penelitian ini telah
disediakan di laboratorium Transportasi dan Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas
Tadulako.
Bahan-bahan penelitian yang telah diambil kemudian diperiksa di
laboratorium, sehingga dapat diketahui bahwa material yang telah diambil, layak
menjadi campuran perkerasan aspal porus.

III - 3
3.5 Pemeriksaan Material
Setelah pengambilan material maka tahapan yang akan dilakukan selanjutnya
adalah melakukan pemeriksaan terhadap material tersebut untuk mengetahui bahwa
material ini cocok digunakan dalam campuran aspal porus serta dari data
pemeriksaan ini dapat diketahui bahwa material yang ada telah memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan atau tidak. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium
Transportasi dan Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Pengujian atau
pemeriksaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

3.5.1 Pemeriksaan Aggregat


Pemeriksaan yang dilakukan terhadap material aggregat berdasarkan metode
pemeriksaan yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal
Bina Marga dan juga menggunakan metode pemeriksaan SNI (Standar Nasional
Indonesia).
1. Berat Jenis dan Penyerapan Aggregat Kasar (SNI 03-1969-1990) dan Halus (SNI
03-1970-1990)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis curah (bulk),
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu dan penyerapan
aggregat kasar dan halus. Berat jenis adalah perbandingan antara berat aggregat
kering dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25 oC.
a. Berat jenis curah (bulk) adalah perbandingan antara berat aggregat dan air
suling yang isinya sama, dengan berat aggregat dalam keadaan jenuh pada
suhu tertentu.
Bk
Berat jenis curah (bulk spesifik gravity) =
Bj − Ba
.......... (3.1)
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah perbandingan antara
berat aggregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang berat
isinya sama dengan isi aggregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Bj
Berat jenis kering permukaan (SSD) = Bj − Ba ............... (3.2)

c. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat aggregat kering dan
berat air suling yang berat isinya sama dengan berat isi aggregat dalam
keadaan kering pada suhu tertentu.

III - 4
Bk
Berat jenis semu (Apparent spesific grsvity) = Bk − Ba …. (3.3)

d. Penyerapan (Absorption) adalah persentase berat air yang dapat diserap


oleh pori terhadap berat aggregat kering.
Bj−Bk
Penyerapan (Absorption) = x 100% ........................ (3.4)
Bk
Keterangan :
Bk = Berat benda kering oven (gr)
Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh (gr)
Ba = Berat uji permukaan jenuh di dalam air (gr)
2. Analisa Saringan
Analisa saringan adalah penentuan persentase berat butiran aggregat yang
lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada
grafik pembagian butir. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan
pembagian butir (gradasi) aggregat halus dan aggregat kasar mengunakan
saringan.
3. Uji Keausan Aggregat (Abrasi)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan aggregate kasar
terhadap keausan menggunakan mesin Abrasi Los Angeles. Keausan tersebut
dinyatakan dengan perbandingan berat antara berat bahan aus lewat saringan
No. 12 terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen.

3.5.2 Pemeriksaan Aspal


Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal dengan penetrasi 60/70
yang telah disediakan di Laboratorium Transportasi dan Jalan Raya Fakultas Teknik
Universitas Tadulako. Pemeriksaan aspal yang akan dilakukan adalah penetrasi, berat
jenis aspal, titik lembek, kehilangan berat minyak dan aspal, serta pemeriksaan
daktilitas.
1. Pemeriksaan Penetrasi Aspal (SNI 06-2456-1991)
Pengujian ini dimaksudkan untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal.
Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan jarum penetrasi berdiameter 1 mm
dengan menggunakan beban seberat 50 gram sehingga diperoleh beban gerak
seberat (berat jarum + beban) selama 5 detik pada temperatur 25 oC. Besarnya
nilai penetrasi diukur dan dinyatakan dalam angka yang merupakan kelipatan 0,1

III - 5
mm. Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu sehingga pengukuran di atas
suhu kamar akan menghasilkan nilai yang berbeda.
2. Pengujian Berat Jenis Aspal (SNI 06-2441-1991)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis aspal dengan
piknometer. Berat jenis aspal diperlukan untuk perhitungan dalam analisa
campuran. Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dengan berat
air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
3. Pengujian Titik Lembek (SNI 06-2434-1991)
Pengujian ini bertujuan untk menentukan nilai/suhu titik lembek aspal. Titik
lembek adalah suhu dimana suatu lapisan aspal dalam cincin yang diletakkan
horizontal di atas larutan air atau gliserin yang dipanaskan secara teratur menjadi
lembek karena beban bola baja dengan diameter 9,53 mm seberat ± 3,5 gram
yang diletakkan di atasnya sehingga lapisan aspal tersebut jatuh melalui jarak
25,4 mm (1 inchi). Salah satu manfaat dari pemeriksaan titik lembek dan
penetrasi adalah untuk menentukan besarnya nilai indeks penetrasi (IP) yang
merupakan parameter tingkat kepekaan aspal terhadap temperatur. Nilai IP dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
( 20−500A)
IP = ( 1+50A)
............................................................... (3.5)
Log 800−Log Pen
A = (Titik lembek−25) ....................................................... (3.6)

Syarat :
0,015 ⩽ A ⩽ 0,06
PI ≥ -1
4. Pengujian Kehilangan Berat Minyak dan Aspal (SNI 06-2440-1991)
Pengujian ini bertujuan untuk menetapkan penurunan berat minyak aspal
dengan cara pemanasan dan tebal tertentu yang dinyatakan dalam persen berat
semula. Aspal dipanaskan sampai pada suhu 163ᵒC selama 5 jam di dalam oven
yang dilengkapi dengan piring berdiameter 25 cm tergantung melalui poros
vertikal dan dapat berputar dengan kecepatan 5-6 putaran/menit. Penurunan berat
yang besar menunjukan banyaknya bahan-bahan yang hilang karena penguapan.

III - 6
5. Pengujian Daktilitas (SNI 06-2432-1991)
Pengujian ini bertujuan untuk menguji kekuatan tarik aspal dengan cara
mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi
aspal keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tertentu.

3.6 Rancangan Campuran (Mix Design)


Tujuan dari perencanaan campuran (mix design) adalah untuk mendapatkan
campuran agregat dan aspal yang optimal sehingga dihasilkan perkerasan dengan
kualitas optimal. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dipilih agar dapat
memenuhi spesifikasi campuran aspal porus. Penentuan komposisi campuran antara
agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi dan bahan tambahan dimaksudkan untuk
mendapatkan suatu komposisi campuran yang memenuhi syarat gradasi sehingga
diperoleh suatu lapis permukaan dimana ikatan antara butir-butir agregat baik atau
saling mengunci. Perencanaan campuran perkerasan aspal porus yang digunakan
adalah berdasarkan metode Australian Asphalt Pavement Asociation (AAPA) 1997.
Melalui metode ini dapat ditentukan jumlah perkiraan aspal yang tepat sehingga
dapat menghasilkan komposisi campuran yang baik antara agregat dan aspal sesuai
persyaratan teknis perkerasan jalan yang ditentukan.
Penentuan komposisi agregat kasar, agregat halus maupun filter dalam
campuran bertujuan untuk menghasilkan komposisi campuran yang baik dan
memenuhi spesifikasi gradasi yang ditentukan sehingga komposisi agregat dalam
campuran tersebut dapat menghasilkan ikatan antar butir yang baik dan sifat saling
mengunci (interlocking) yang kuat antar agregat.
Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu ditentukan gradasinya.
Metode penentuan gradasi campuran yang digunakan adalah metode gradasi by sieve
(berdasarkan ukuran saringan atau penimbangan). Penentuan proporsi agregat tidak
didasarkan pada presentase tiap fraksi agregat pada gradasi gabungan, melainkan
ditentukan berdasarkan ukuran saringan sesuai dengan spesifikasi.
3.6.1 Gradasi Aggregat
Gradasi aggregat yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari spesifikasi
Bina Marga yaitu gradasi terbuka dengan diameter aggregat maksimum 13 mm, yang
dapat dilihat pada sub bab 2.4.1.

III - 7
3.6.2 Penentuan pKAO
Kadar aspal optimum (KAO) ditentukan berdasarkan metode Australian
Asphalt Pavement Association (AAPA) 1997. Metode ini menggunakan 3 parameter
dalam menentukan kadar aspal optimum yaitu Cantabro Loss, Void in Mixture dan
Asphalt Flow Down/Drain Down. KAO adalah kadar aspal dimana campuran yang
dihasilkan memiliki sifat-sifat terbaik, maka percobaan ini harus dilakukan pada
benda uji dengan kadar aspal yang bervariasi. Berdasarkan Australian Asphalt
Pavement Association (AAPA) 1997, dimana kadar aspal untuk ukuran aggregate 14
mm kadar aspal yang digunakan yaitu antara 5% - 6% dari total berat campuran,
maka nilai tengah kadar aspal tersebut adalah 5,5%. Variasi yang digunakan
sebanyak 5 variasi kadar aspal yaitu dari kadar aspal perkiraan diambil 2 kadar aspal
diatas nilai perkiraan dan 2 kadar aspal dibawah nilai perkiraan dengan interval
0,5%, sehingga untuk variasi kadar aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah
4,5%, 5%, 5,5%, 6%, dan 6,5% terhadap berat total campuran.

3.6.3 Penentuan Jumlah Benda Uji


1. Penentuan Benda Uji Marshall Untuk Perkiraan Kadar Aspal Optimum (PKAO)
 5 variasi kadar aspal dan tanpa tambahan roadcel-50
 3 Benda uji untuk setiap kadar aspal
 Jumlah benda uji = 5 x 3 = 15 buah
2. Penentuan Benda Uji Cantabro Loss Untuk Perkiraan Kadar Aspal Optimum
(PKAO)
 5 variasi kadar aspal dan tanpa tambahan roadcel-50
 3 Benda uji untuk setiap kadar aspal
 Jumlah benda uji = 5 x 3 = 15 buah
3. Penentuan Benda Uji Permeabilitas Untuk Perkiraan Kadar Aspal Optimum
(PKAO)
 5 variasi kadar aspal dan tanpa tambahan roadcel-50
 3 Benda uji untuk setiap kadar aspal
 Jumlah benda uji = 5 x 3 = 15 buah

III - 8
4. Penentuan Benda Uji Binder Drain Down Untuk Perkiraan Kadar Aspal
Optimum (PKAO)
 5 variasi kadar aspal dan tanpa tambahan roadcel-50
 3 Benda uji untuk setiap kadar aspal
 Jumlah benda uji = 5 x 3 = 15 buah
5. Penentuan Benda Uji Marshall Pada Kondisi Kadar Aspal Optimum (KAO)
 1 variasi kadar aspal dan 5 variasi roadcel-50
 3 Benda uji untuk setiap kadar roadcel-50
 Jumlah benda uji = 1 x 5 x 3 = 15 buah
6. Penentuan Benda Uji Cantabro Loss Pada Kondisi Kadar Aspal Optimum (KAO)
 1 variasi kadar aspal dan 5 variasi roadcel-50
 3 Benda uji untuk setiap kadar roadcel-50
 Jumlah benda uji = 1 x 5 x 3 = 15 buah
7. Penentuan Benda Uji Permeabilitas Pada Kondisi Kadar Aspal Optimum (KAO)
 1 variasi kadar aspal dan 5 variasi roadcel-50
 3 Benda uji untuk setiap kadar
 Jumlah benda uji = 1 x 5 x 3 = 15 buah
8. Penentuan Benda Uji Drain Down Pada Kondisi Kadar Aspal Optimum (KAO)
 1 variasi kadar aspal dan 5 variasi roadcel-50
 3 Benda uji untuk setiap kadar
 Jumlah benda uji = 1 x 5 x 3 = 15 buah

III - 9
Tabel 3.1 Jumlah Benda Uji
Variasi Kondisi PKAO
Kadar Variasi Kadar Aspal (%)
Perlakuan Total
Roadcel-50
(%) 4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5%

0% Uji Marshall 3 3 3 3 3 15

0% Uji Cantabro 3 3 3 3 3 15

Uji
0% 3 3 3 3 3 15
Permeabilitas
Uji Drain
0% 3 3 3 3 3 15
Down
Jumlah Benda Uji 60
Total Benda Uji PKAO 60
Kondisi KAO
Perlakuan Variasi kadar roadcell-50 (%) Total
0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 2.0%
Uji Marshall 3 3 3 3 3 15
Uji Cantabro 3 3 3 3 3 15
Uji Permeabilitas 3 3 3 3 3 15
Uji Drain Down 3 3 3 3 3 15
Jumlah Benda Uji 60
Total Benda Uji KAO + Roadcell-50 60
Total Benda Uji Keseluruhan 120

3.7 Pembuatan Campuran Beraspal


Pada prinsipnya campuran beraspal dapat dilakukan dalam dua tahap yaitu
penetapan proporsi aggregat dan penentuan kadar aspal optimum. Tahapan ini
berlaku untuk semua jenis campuran beraspal walaupun campuran tersebut
mengandung jenis aggregat dan aspal yang berbeda.
Berikut ini dijelaskan tentang proses pencampuran dan pemadatan benda uji.
1. Proses pencampuran dilakukan sebagai berikut :
a. Siapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu aggregat
sebanyak ± 1200 gram.

III - 10
b. Panaskan panci pencampur beserta aggregat kira-kira 28 oC di atas suhu
pencampur dan aduk sampai rata. Sementara itu aspal juga dipanaskan secara
terpisah pada suhu pencampuran dalam panci aspal.
c. Menuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan ke dalam aggregat yang sudah
dipanaskan tersebut, kemudian diaduk dengan cepat sesuai suhu
pencampuran aspal sampai aggregat terselimuti aggregat secara merata.
2. Proses pemadatan dilakukan sebagai berikut :
a. Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk
dengan seksama dan memanaskannya sampai suhu 150 oC
b. Antara campuran aspal dan dasar cetakan diletakkan selembar kertas saring
atau kertas pengisap yang sudah digunting menurut ukuran cetakan
c. Memasukkan seluruh campuran kedalam cetakan dan ditusuk-tusuk dengan
kuat menggunakan spatula sebanyak 25 kali (15 kali keliling pinggirannya
dan 10 kali dibagian tengahnya). Lalu ratakan permukaan campuran menjadi
bentuk yang sedikit cembung dan letakkan kertas saring diatasnya.
d. Meletakkan cetakan di atas landasan pemadat, lalu dilakukan pemadatan
dengan penumbuk sebanyak 50 kali pada sisi atas, dengan tinggi jatuh 457,2
mm. Selama pemadatan harus diperhatikan agar kedudukan sumbu palu
pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.
e. Kemudian lepaskan pelat atas leher sambung lalu balik alat cetak berisi
benda uji dan pasang kembali pelat atas serta leher sambung, setelah itu
permukaan benda uji yang sudah dibalik dipadatkan dengan jumlah
tumbukan yang sama.
f. Sesudah pemadatan, keping alas dilepaskan dengan hati-hati, dikeluarkan
dan diletakkan di atas permukaan rata yang halus, dibiarkan selama kira-kira
24 jam pada suhu ruang.

III - 11
3.8 Pengujian Marshall, Uji Cantabro, Uji Permeabilitas dan Uji Drain Down
3.8.1 Pengujian Marshall
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik campuran.
Mendapatkan ketahanan (stabilitas) dan kelelehan (flow) dari campuran beraspal.
Ketahanan (stabilitas) adalah kemampuan suatu campuran untuk menerima beban
sampai terjadi kelelahan plastis yang dinyatakan dalam kg atau pound. Kelelehan
plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat
suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01 inchi. Alat
yang digunakan dalam pengujian marshall adalah :
1. Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 (4") dan tinggi
7,62 cm (3"), lengkap dengan pelat alas dan leher sambung
2. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan :
a. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,72 cm.
b. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis) mempunyai
berat isi 0,67-0,77 kg/cm3 (dalam kondisi kering) berukuran 20,32 x 20,32 x
45,72 cm dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48 x 30,48 x 30,48 x 2,54
cm dan dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian sudutnya.
c. Pemegang cetakan benda uji
3. Alat pengeluar benda uji (extruder) dengan diameter 10 cm
4. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20 – 60oC (±
1oC).
5. Alat marshall dilengkapi dengan :
a. Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung dengan jari-jari bagian
dalam 50,8 mm
b. Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.
c. Arloji pengukur pelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm.
6. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai 200
o
C (± 3oC)

III - 12
7. Pemanas air (water bath) dengan kedalaman 152,4 mm yang dilengkapi dengan
pengatur temperatur yang dapat memelihara temperatur pemanas air pada 60 oC
± 1oC
8. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 250 oC dan 100 oC
dengan ketelitian 1% dari kapasitas.
9. Cawan
10. Sendok aduk
11. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet, dan pelindung pernapasan
atau masker
12. Panci-panci untuk memanaskan aggregat, aspal dan campuran aspal
13. Kompor gas elpiji (LPG) atau minyak tanah
14. Kantong plastik berkapasitas 2 kg

Prosedur pengujian Marshall adalah sebagai berikut :

1. Membersihkan benda uji dari kotoran yang menempel, memberi tanda, mengukur
tebal benda uji dengan ketelitian 0,1 mm, dan menimbangnya
2. Merendam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruangan.
3. Setelah 24 jam, sampel ditimbang dalam air untuk mendapatkan volume dan
dilanjtkan penimbangan dalam kondisi kering permukaan jenuh (SSD).
4. Merendam benda uji dalam bak perendam yang dapat diatur suhunya selama 30 –
40 menit dalam suhu 60 oC
5. Alat marshall dinyalakan, kemudian menekan tombol set untuk mencari
kedudukan pengujian marshall
6. Mengeluarkan benda uji dari water bath dan diletakan pada segmen bawah kepal
penekan, kemudian pasang segmen atas dibawah benda uji. Letakkan
keseluruhannya dalam mesin penguji. Waktu yang diperlukan dari saat
diangkatnya benda uji dari bak perendam sampai terjadinya beban maksimum
tidak boleh melebihi 30 detik.
7. Menekan tombol enter untuk memulai pengujian marshall. Mesin akan berhenti
otomatis jika sampel telah mengalami keruntuhan

III - 13
8. Mencatat nilai stabilitas (KN) dan mengoreksinya dengan cara mengalikan nilai
stabilitas yang diperoleh dengan faktor koreksi berdasarkan tinggi benda uji dan
mencatat pula nilai flow (mm) yang terlihat pada layar.

Hasil pengujian marshall ditampilkan dalam grafik hubungan antara kadar


aspal dengan beberapa parameter, yaitu kepadatan (Density), stabilitas (Stability),
kelelehan (Flow), hasil bagi marshall (Marshall Quetient), persentase rongga antara
campuran (Voids in Mixture/VIM), persentase rongga antara mineral aggregat (Voids
in Mineral Aggregate/VMA) dan persentase rongga terisi aspal (Voids Filled
Asphalt/VFA)

3.8.2 Uji Cantabro


Pengujian cantabro dilakukan untuk mengetahui kehilangan berat dari benda
uji setelah dilakukan tes abrasi dengan mesin Los Angeles. Benda uji yang didiamkan
selama 48 jam pada suhu ruang dan minimal 6 (enam) jam sebelum pengujian suhu
harus dijaga berada pada suhu ruang. Sebelum benda uji dimasukkan ke dalam drum
mesin Los Angeles terlebih dahulu ditimbang untuk mendapatkan berat sebelum
diabrasi (Mo). Selanjutnya benda uji dimasukkan ke drum Los Angeles tanpa bola
baja. Mesin Los Angeles kemudian dijalankan dengan kecepatan antara 30-33 rpm
sebanyak 300 putaran. Setelah selesai benda uji dikeluarkan dan ditimbang dengan
berat setelah abrasi (Mi). Kehilangan berat dapat dihitung sesuai persamaan 2.1.

3.8.3 Uji Permeabilitas


Pengujian permeabilitas menggunakan benda uji aspal porus di dalam mould
yang telah direndam sampai jenuh. Mould kosong diletakkan diatas mould yang
berisi benda uji. Bagian luar sambungan kedua mould diberi plastisin, agar air tidak
menembus keluar. Tinggi air dalam mould adalah 5 cm. Besarnya nilai permeabilitas
perkerasan aspal porus dapat dihitung berdasarkan persamaan 2.2.

3.8.4 Uji Drain Down


Pengujian ini menggunakan benda uji dengan jumlah benda uji yang sama
dengan jumlah benda uji pada Marshall dan Cantabro Loss. Pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui jumlah drain down yang terjadi pada campuran beraspal yang

III - 14
belum dipadatkan, yaitu selama produksi, pengangkutan dan penempatan campuran
(AASHTO T 305).
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
1. Masukkan sampel ke dalam keranjang besi, dimana sampel tersebut tidak boleh
dipadatkan.
2. Timbang dan catat berat sampel dengan ketelitian 0,1 gram
3. Timbang wadah dengan ketelitian 0,1 gram
4. Tempatkan keranjang besi yang diberi sampel pada wadah dan ukur suhu
campuran
5. Masukkan wadah dan keranjang ke dalam oven, sesuai suhu pencampuran selama
1 jam ± 5 menit
6. Kemudian keluarkan wadah bersama sampel dari oven. Timbang wadah dengan
ketelitian 0,1 gram.
7. Hitung pelelehan dengan rumus sesuai persamaan 2.3.

3.9 Analisis Data


Berdasarkan pengujian di laboratorium yang mengacu pada tujuan penelitian
yaitu karakteristik perkerasan aspal porus dengan penambahan roadcel-50 dapat
dijelaskan cara analisis data hasil pengujian/penelitian sebagai berikut :
1. Pemeriksaan sifat fisik aspal terhadap penembahan roadcel-50
Nilai pemeriksaan sifat fisik aspal meliputi : penetrasi, daktilitas, berat jenis,
titik lembek dan kehilangan berat minyak. Dengan melakukan pengujian sifat
fisik aspal dengan 5 variasi kadar roadcel-50 akan didapatkan grafik hubungan
nilai sifat fisik aspal dengan penambahan roadcell-50, pembuatan grafik ini
menggunakan fasilitas Microsoft Exel dengan melakukan regresi nilai-nilai yang
didapatkan.
2. Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)
Pemeriksaan karakteristik campuran aspal porus dengan 5 variasi kadar aspal
dari pengujian Marshall, Cantabro Loss, dan Drain Down/Flow Down untuk
mendapatkan Kadar Aspal Optimum (KAO). Penentuan KAO mengunakan
metode Australian Asphalt Pavement Association (AAPA) 1997 yaitu dengan
menggunakan grafik nilai VIM , Cantabro Loss, dan AFD (Asphalt Flow Down),

III - 15
sehingga didapatkan kadar aspal yang akan menghasilkan campuran yang
memenuhi spesifikasi secara maksimal.
3. Pemeriksaan karakteristik campuran dari pengujian Marshall terhadap
penambahan kadar roadcel-50.
Nilai pemeriksaan karakteristik Marshall meliputi kepadatan, VIM, VMA,
VFB, stabilitas, flow dan MQ. Dengan melakukan pemeriksaan marshall dengan
5 variasi kadar roadcel-50 akan didapatkan grafik hubungan nilai karakteristik
marshall dengan penambahan roadcel-50, pembuatan grafik ini menggunakan
fasilitas Microsoft Exel dengan melakukan regresi nilai-nilai yang didapatkan.
4. Pemeriksaan karakteristik benda uji dari pengujian cantabro (ketahanan terhadap
pelepasan butir), permeabilitas (kecepatan pengaliran air pada perkerasan aspal
porus) dan drain down/flow down (aliran aspal ke bawah) terhadap penambahan
kadar roadcel-50, sehingga akan didapatkan grafik hubungan antara ketahanan
terhadap pelepasan butir, kecepatan permeabilitas, asphalt flow down/drain down
terhadap penambahan roadcel-50.

III - 16

Anda mungkin juga menyukai