Resume Bab 8 Temuan Audit
Resume Bab 8 Temuan Audit
“TEMUAN AUDIT”
Disusun oleh:
Mustika Andriani (01115075)
Sulistiyo (01117015)
Kresensia Fatima (01117020)
Iis Gerda Wardhani (01117039)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala kuasanya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Audit Internal : “Temuan Audit”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
kelompok yang diberikan oleh dosen mata kuliah Audit Internal.Walaupun
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kami berharap, makalah ini dapat
bermanfaat khusus untuk mahasiswa akuntansi yang ingin mengetahui
sejarah, perkembangan, dan gambaran umum terkait dengan audit internal.
Pada kesempatan ini kami juga berterimakasih kepada teman-teman yang telah
membantu untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran kami
perlukan untuk dapat kami jadikan masukan agar kedepannya kami bisa lebih
baik lagi.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................4
I.1 Rumusan Masalah...........................................................................................4
I.2 Tujuan Penulisan.............................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................5
2.1. Definisi Temuan Audit................................................................................5
2.2. Sifat-sifat Temuan Audit.............................................................................5
2.3. Standar......................................................................................................5
2.4. Saran-Saran Perbaikan..............................................................................6
2.5. Temuan Audit yang dapat dilaporkan.........................................................7
2.6. Pendekatan untuk mengkonstruksi Temuan..............................................7
2.7. Menambah Nilai.........................................................................................7
2.8. Tingkat Signifikan.......................................................................................8
2.9. Temuan-temuan tidak signifikan................................................................8
2.10. Temuan-temuan kecil.................................................................................9
2.11. Temuan-temuan Besar..............................................................................9
2.12. Elemen-elemen Temuan Audit...................................................................9
2.13. Latar Belakang.........................................................................................10
2.14. Kriteria.....................................................................................................10
2.15. Kondisi.....................................................................................................11
2.16. Penyebab.................................................................................................12
2.17. Dampak...................................................................................................12
2.18. Kesimpulan..............................................................................................13
2.19. Rekomendasi...........................................................................................13
2.20. Pembahasan Temuan..............................................................................14
2.21. Pencatatan Temuan Audit........................................................................14
2.22. Keahlian Komunikasi................................................................................19
2.23. Penalaahan Pengawasan........................................................................19
2.24. Melaporkan Temuan Audit.......................................................................20
2.25. Tindak Lanjut...........................................................................................20
2.26. Kecukupan Tindakan Perbaikan..............................................................21
2.27. Keweangan dan Statsu Audit...................................................................23
BAB III
KESIMPULAN...............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
STUDI KASUS...................................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
2.1. Definisi Temuan Audit
Temuan audit (audit findings) menurut Sawyer adalah penyimpangan dari norma-
norma atau kriteria yang dapat diterima.
Temuan audit menurut I Gusti Agung Ra dalam buku Audit kinerja pada sektor
publik: konsep, praktik, studi kasus ialah masalah-masalah penting (material)
yang ditemukan selama audit berlangsung dan masalah tersebut pantas untuk
dikemukakan dan dikomunikasikan dengan entitas yang diaudit karena
mempunyai dampak terhadap perbaikan dan peningkatan kinerja; ekonomi,
efisiensi dan efektivitas yang diaudit.
Jadi temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah
dan diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu
yang disajikan secara analitis menurut unsur-unsurnya yang dianggap
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2.3. Standar
Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, andal, relevan,
dan berguna untuk mencapai tujuan penugasan.Practice Advisory 2410-1 dari
Standar, “Kriteria Komunikasi”, memperluas arahan ini menjadi :
1) Komunikasi akhir penugasan bisa mencakup informasi latar belakang dan
ringkasan. Informasi latar belakang bisa mengidentifikasi unit-unit
organisasional dan aktivitas-aktivitas yang ditelaah serta memberikan
informasi penjelasan yang relevan.
2) Hasil-hasil harus mencakup observasi, kesimpulan (opini), rekomendasi, dan
rencana-rencana tindakan.
5
3) Observasi adalah pernyataan fakta yang berkaitan. Observasi-observasi yang
penting untuk mendukung atau mencegah kesalahpahaman pada kesimpulan
dan rekomendasi auditor internal harus tercakup dalam komunikasi
penugasan akhir.
4) Observasi dan rekomendasi penugasan timbul dari proses perbandingan apa
yang seharusnya dengan apa yang terjadi. Ada atau tidak ada perbedaan,
auditor internal memiliki fondasi untuk membangun laporan. Jika kondis
memenuhi kriteria, pengakuan atas kinerja yang memuaskan ini bisa
dimasukkan dalam komunikasi penugasan. Observasi dan penugasan harus
didasarkan pada atribut-atribut berikut ini :
Kriteria : Standar, ukuran, atau ekspektasi yang digunakan dalam melakukan
evaluasi dan atau verifikasi (apa yang seharusnya ada).
Kondisi: Bukti faktual yang ditemukan auditor internal pada saat pengujian
(apa yang ada).
Penyebab: Alasan perbedaan antara apa yang diharuskan dan kondisi aktual
(mengapa ada perbedaan)
Dampak: Risiko, atau eksposur yang dihadapi organisasi dan atau yang lain
karena kondisi tidak sama dengan kriteria (dampak perbedaan).
Observasi dan rekomendasi juga bisa mencakup penyelesaian penugasan
klien, hal-hal terkait, dan informasi pendukung jika tidak terkandung dilaporan
manapun.
Sehubungan dengan pelaporan aktual, Practice Advisor 2420-1 dari Standar,
“Kualitas Kriteria Komunikasi” , menyatakan:
1) Komunikasi objektif bersifat faktual, tidak bias, dan bebas dari distorsi.
Observasi, kesimpulan, dan rekomedasi harus dimasukkan tanpa prasangka.
2) Komunikasi yang jelas mudah dipahami dan bersifat logis. Kejelasan bisa
ditingkatkan dengan menghindari bahasa teknis yang tidak perlu dan
memberikan informasi pendukung yang memadai.
3) Komunikasi ringkas langsung ke sasaran dan menghindari rincian yang tidak
perlu. Komunikasi seperti ini mengemukakan pikiran secara lengkap dalam
kata-kata yang sesedikit mungkin.
4) Komunikasi konstruktif adalah komuniksi yang isi dan nadanya membantu
klien dan organisasi menuju perbaikan jika diperlukan.
5) Komunikasi tepat waktu adalah komunikasi yang dikeluarkan tanpa
penundaan dan memungkinkan tindakan efektif segera.
6
Cukup signifikan agar layak dilaporkan ke manajemen
Didokumentasikan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang
memadai, kompeten dan relevan
Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka
Relevan dengan masalah-masalah yang ada
Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan untuk memperbaiki
kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.
7
temuan-temuan audit, penting bagi auditor internal untuk tetap fokus
menyediakan aktivitas-aktivitas dan jasa-jasa bernilai tinggi.
8
Temuan-temuan besar (major findings) adalah temuan yang akan mengahalangi
tujuan utama suatu organisasi atau suatu unit dalam organisasi. Misalnya,
salah satu tujuan utama departemen utang usaha adalah hanya membayar
utang usaha yang benar-benar sah. Sistem kontrol yang lemah yang bisa atau
akan mengakibatkan kesalahan pembayaran yang akan mencerminkan
kelemahan yang bisa menghalangi departemen mencapai tujuan utamanya.
Oleh karen aitu, hal ini merupakan temuan audit yang besar dan harus
dilaporkan.
Memisahkan temuan audit yang besar dan kecil tidaklah mudah. Dibutuhkan
pertimbangan audit yang baik untuk mebedakan keduanya. Namun jika tolok
ukur yang baru saja dijabarkan bisa diterapkan secara wajar, maka ausitor
internalharus mampu mengklasifikasi temuan-temuannya. Dan karen
amelibatkan pertimbangan audit, keputusan akhir mengenai apakah sebuah
temuan harus diklasifikasikan sebagai temuan besar atau kecil merupakan
tanggung jawab auditor internal, bukan manajemen.
9
2.14. Kriteria
Pengembangan temuan audit harus mencakup dua elemen penting dalam
konsep kriteria:
1) Tujuan dan sasaran, dapat mencakup standar-standar operasi yang
mencerminkan apa yang diinginkan manajemen untuk dicapai oleh operasi
yang diaudit.
2) Kualitas pencapaian.
Tidak memahami saran atau tujuan operasi bagaikan menilai patung dengan
matu tertutup. Mungkin saja dilakukan penilaian atas bagian yang dipegang,
namun konteksnya tidak tepat. Dalam mengembangkan temuan audit, auditor
internal harus dengan jelas melihat dan memahami gambaran keseluruhan,
serta bagian lainnya.
Dalam setiap audit atas aktivitas, sasaran-sasaran kelayakan, efisiensi,
ekonomis, dan efektivitas harus tercakup. Semua sumber daya harus
digunakan tanpa terbuang percuma. Untuk menentukan seberapa layak
efisien, ekonomis, dan efektifnya suatu operasi, auditor internal harus memiliki
tolok ukur. Mereka harus mengidentifikasi standar atau kriteria kinerja yang
valid. Sebelum mereka mengkritik apa yang terjadi, mereka harus tahu apa
yang seharusnya.
Standar-standar operasi mungkin sudah ada di beberapa bidang organisasi.
Misalnya manajemen bisa menyatakan bahwa tingkat penolakan produk-
produk tertentu tidak boleh melebihi 2%. Tetapi sebelum menerima standar
ini, auditor internal harus menilai validitasnya. Dasar penentuan standar
mungkin harus diteliti ulang dan auditor mungkin ingin membandingkan
standar dengan organisasi-organisasi srupa dan memeriksa kewajarannya
dalam memenuhi sasaran-sasaran perusahaan.
Di sisi lain, manajemen mungkin belum memiliki standar yang teah ditetapkan.
Dalam kasus ini, auditor internal dapat berpegang pada standara sebelumnya
yang menyarankan:
“Kecermatan profesional mencakup pengevaluasian standar operasi yang
ditetapkan dan menentukan apakah standar-standar tersebut dapat diterima
dan telah tercapai. Jika standar-standar tersebut tidak jelas, interpretasi yang
berwenang harus didapatkan. Jika auditor internal diminta
mengintrepretasikan atau memilih standar-standar operasi, mereka harus
mencari kesepakatan dengan klien mengenai standar yang diperlukan untuk
mengukur kinerja operasi.”
Standar terkait erat dengan prosedur dan praktik. Prosedur merupakan intruksi
manajemen yang umumnya tertulis, sementara praktik merupakan cara
segala sesuatunya dilakukan, baik benar maupun salah. Prosedur yang lemah
dapat mengakibatkan kondisi yang tidak memuaskan atau praktik-praktik yang
lemah dapat melanggar prosedur yang memadai. Dalam membuat temuan-
temuan audit, auditor internal harus berupaya ntuk menentukan praktik dan
prosedur apa saja yang diterapkan atau yang seharusnya.
Adanya prosedur yang salah atau tidak adanya prosedur yang layak bisa
menjadi alasan mengapa dibutuhkan tindak perbaikan. Dibutuhkan keahlian
yang memadai untuk menulis hal ini tanpa menimbulkan kesalahpahaman
bagi pembaca. Hanya hal-hal penting yang seharusnya dilaporkan, hindari
rincian-rincian yang tidak perlu. Misalnya saja auditor tidak menemukan
adanya prosedur operasi tertulis sebagai perbandingan kondisi yang terjadi,
tetapi praktik operasi melanggar praktik bisnis yang baik. Karyawan hanya
menghabiskan setengah hari untuk pekerjaan mereka. Pengawasan lemah
10
dan penggunaan meteran tidak diperiksa. Auditor membuat standar mereka
sendiri berdasarkan prosedur administratif yang dapat diterima dan informasi
yang dikumpulkan dari organisasi lain pada bidang yang sama. Audit yang
mereka lakukan kemudian didedikasikan untuk menunjukkan akibat-akibat
prosedur yang tidak memadai dan merekomendasikan cara-cara untuk
memperbaikinya.
2.15. Kondisi
Istilah “kondisi” mengacu pada fakta-fakta yang dikumpulakn melalui observasi,
pengajuan pertanyaan, analisis, verifikasi, dan investigasi yang dilakukan
auditor internal. Kondisi merupakan ktaKondisi harus mampu menghadapi
serangan apapun. Kondisi juga harus mencerminkan total populasi atau
sistem yang ditelaah, atau dalam kasus terpisah, harus merupakan
kelemahan yang signifikan. Klien harus menyepakati fakta-fakta yang
disajikan meskipun mereka bisa saja memperselisihkan signifikansi yang
dilekatkan auditor pada temuan-temuan tersebut.
Klien bisa saja tidak menyetujui kesimpulan dan interpretasi audit, namun jangan
pernah ada perbedaan dengan fakta-fakta yang mendasari kesimpulan. Suatu
temuan bisa dianggap tidak layak apabila klien dengan valid menyatakan
bahwa auditor internal tidak mendapatkan fakta dengan benar. Hal ini menjadi
tidak relevan. Jadi, kondisi-kondisi tersebut harus dibahasa di awal dengan
orang-orang yang mengetahui fakta-fakta tersebut. Setiap pertentangan
tentang fakta-fakta harus dipecahkan sebelum temuan-temuan dilaporkan.
Auditor internal harus mempertahankan reputasinya dalam hal akurasi dan
berbuat sesuai pengamatannya sehingga jika auditor berpendapat seperti ini
atau itu, maka hal tersebut pasti benar.
Sebagai contoh penggambaran kondisi yang dilaporkan, auditor internal
menggunakan pengambilan sampel secara acak dalam memilih meteran
untuk pengujian. Meteran yang dipilih dilepas kemudian diperiksa di
laboratorium. Pengujian menunjukkan bahwa 17% dari meteran yang diuji
tidak berfungsi sama sekali dan tambahan 23% berjalan lebih lambat
dibandingkan standar yang ditentukan dalam ketentuan hukum.
2.16. Penyebab
Penyebab menjelaskan mengapa terjadi deviasi dari kriteria yang ada, mengapa
sasaran tercapai, dan mengapa tujuan tidak terpenuhi. Identifikasi penyebab
merupakan hal penting untuk memperbaikinya. Setiap temuan audit dapat
ditelusuri penyimpangannya dari apa yang diharapkan. Masalah dapat diatasi
hanya jika penyimpangan ini diidentifikasi dan penyebabnya diketahui.
Menentukan penyebab merupakan latihan pemecahan masalah dan prosesnya
mengikuti langkah-langkah klasik berikut:
a) Kumpulkan fakta-fakta.
b) Identifikasi masalah.
c) Jelaskan hal-hal utama dari masalah.
d) Uji penyebab-penyebab yang mungkin.
e) Tetapkan tujuan-tujuan potensi tindakan perbaikan.
f) Bandingkan tindakan-tindakan alternatif dengan tujuan dan secara tentatif pilih
yang terbaik.
g) Pikirkan keadaan-keadaan buruk yang dipicu oleh tindakan perbaikan yang
telah dipilih.
h) Pertimbangan “bagaimana seandainya”.
i) Apakah terdapat kondisi-kondisimitigasi.
11
j) Rekomendasikan kontrol untuk memastikan bahwa tindakan terbaik benar-
benar telah dilakukan.
Contoh berikut menggambarkan penyebab kondisi yang tidak layak:
Dengan menggunakan analisisi regresi berganda, auditor menetapkan korelasi
tertentu antara kondisi-kondisi operasi meteran dan usianya. Bila meteran
tersebut telah beroperasi selama beberapa tahun, maka ada kecenderungan
untuk melambat dan perlahan-lahan tidak berfungsi. Setelah berbicara
dengan manajer dari organisasi utilitas lainnya, auditor menyatakan bahwa
praktik-praktik yang diterapkan di organisasi mereka tidak berfokus pada
meteran yang telah tua, tidak memberdayakan sepenuhnya pengawas
meteran, tidak membuat pengawas menyadari adanya meteran yang tidak
berfungsi, atau tidak memberikan pengawasan yang dibutuhkan.
2.17. Dampak
Dampak menjawab pertanyaan “lalu kenapa”. Anggaplah semua fakta telah
disajikan, lalu kenapa/ siapa atau apa yang dirugikan, seberapa buruk? Apa
konsekuensinya? Akibat-akibat yang merugikan haruslah signifikan, bukan
hanya penyimpangan dari prosedur. Dampak merupakan elemen yang
dibutuhkan untuk meyakinkan klien dan manajemen pada tingkat lebih tinggi
bahwa kondisi yang tidak diinginkan jika dibiarkan terus terjadi akan berakibat
buruk dan memamakan biaya yang lebih besar daripada tindakan yang
dibutuhkan untuk memeprbaiki masalah tersebut.
Untuk temuan-temuan keekonomisan dan efisiensi, dampak biasanya diukur
dalam dolar atau rupiah. Dalam temuan-temuan efektivitas, dampak biasanya
meupakan ketidakmampuan untuk menyelesaikan hasil akhir yang diinginkan
atau diwajibkan. Dampak adalah hal yang membuat yakin dan sangat
diperlukan untuk suatu temuan audit. Jika tidak disajikan ke manajemen
dengan memadai maka kecil kemungkinannya akan diambil indak perbaikan.
Sebagai contoh dampak yang signifikan, auditor internal dapat menunjukkan
melalui sampel mereka bahwa telah terjadi kehilangan pendapatan sebesar
$2 juta per tahun. Mereka juga menunjukkan bahwa tarif air sangat tinggi
secara tidak beralasan sehingga terjadi kelebihan pendapatan setidaknya
$1.5 juta setiap tahun.
2.18. Kesimpulan
Kesimpulan (conclusion) harus ditunjang oleh fakta-fakta; namun harus
merupakan pertimbangan professional, bukan berisi rincian yang tidak perlu.
Dalam membuat kesimpulan, auditor internal jelas memiliki peluang untuk
memberikan kontribusi kepada organisasi. Jika auditor internal secara
konsisten menyajikan kesimpulan yang bisa menghasilkan kinerja yang baru
dan tingkatan kinerja yang lebih tinggi, menguranggi biaya dan meningkatkan
kualitas ptroduksi, menghilangkam [ekerjaan yang tidak dibutuhkan,
mendayagunakan kekuatan teknologi, meningkatkan kepuasan pelanggan,
merningkatkan jasa, dan meningkatkan posisi kompetitif organisasi, maka
audit internal jelas bernilai. Kesimpulan dapat menekankan pemahaman
auditor atas usaha organisasi dan hibungan fungsi yang diaudit terhadap
perusahaan secara keseluruhan.
Kesimpulan dapat dan seharusnya menyajikan tindakan potensial dan
menunjukan bahwa manfaat memperbaiki kesalahaaan akan melebihi
biayanya. Besarnya kerugian yang ditunjukan pada bagian dampak
merupakan dasar dibutuhkannya tindakan perbaikan. Misalnya temuan
menuntun auditor untuk menyimpulkan bahwa prosedur-prosedur harus
diperbaiki. Meteran di atas usia tertentu harus diawasi, dan yang tidak
12
memenuhi standar harus diganti Instruksi dan pengawasan harus diberikan
kepada pengawas sehingga kinerja mereka bisa ditingkatkan.
2.19. Rekomendasi
Rekomendasi (recommendation) menggambarkan tindakan yang mungkin
dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang salah
dan untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol. Rekomendasi harus
positif dan bersifat spesifik. Rekomendasi juga harus mengidentifikasi siapa
yang akan terbaik.
Akan tetapi rekomendasi audit membawa bibit-bibit bahaya. Jika manajemen
diberi tahu mengenai tindakan yang direkomendasikan auditor, maka tindakan
tersebut bisa berbalik merugikan auditor. Mengidentifikasi kondisi yang tidak
memuaskan adalah tanggung jawab audit. Memperbaikinya merupakan
tanggung jawab manajemen.
Lebih disukai bila auditor internal mengusulkan metode tindakan perbaikan untuk
pertimbangan manajemen. Rekomendasi audit seharusnya tidak dilakukan
secara membabi buta, tetapi dipertimbangkan bersama-sama dengan
tindakan-tindakan lain yang mungkin dilakukan. Auditor internal tidak mendikte
manajemen: dan pada akhirnya, manajemenlah, bukan auditor internal yang
harus melakukan tindakan perbaikan.
Saran yang paling memuaskan untuk menyelesaikan temuan audit adalah
membahsnya dengan manajemen operasional sebelum laporan audit tertulis
diterbitkan. Pada saat itu harus dicapai kesepakatan mengenai fakta-fakta dan
beberapa tindakan perbaikan untuk memperbaiki kekurangan. Kemudian,
laporan formal bisa berisi pernyataan ini: “kami membahas temuan-temuan
kami dengan manajemen; dan sebgai hasilnya, tindakan telah diambil yang
kami yakin telah diperhitungkan untuk memperbaiki kondisi yang telah
dijelaskan).” Pendekatan ini mengambil apa pun dari auditor, dan membangun
hubungan dalam pemecahan masalah antara auditor dan lien.
Kami yakin bahwa bentuk laporan ini lebih disukai untuk seperangkat
rekomendasi audit yang kelihatanya menekankan klien dan meempatkan
auditor sebagai atasan, makhluk maha tahu yang mengeluarkan pernyataan
yang di[ahat di batu granit. Misalnya:
Kami telah mebahas temuan dan kesimpulan kami dengan manajemen. Sebagai
hasilnya. Manajemen mengambil tindakan untuk mengganti 25.000 meteran
lama atau yang tidak beroprasi dengan biaya $1 juta. Manajemen puas
dengan tindakan ini karena akan menghasilkan tambahan pendapatan $2 juta
setahun dan pada saat yang sama, mengurangi pendapatan tarif air sebesar
$1,5 juta setiap tahun.
Juga, manajemen mengambil langkah untuk mengutus sebuah tim ke beberapa
organisasi utilitas, untuk memepelajari metode yang diterapkan dalam
memeriksa meteran, mengawasi pemeriksaan meteran, dan mengawasi
meteran untuk medeteksi meteran yang mulai rusak.
13
Pendapat manajer dan karyawan berpengalaman mengennai hasil-hasil tindakan
yang direkomendasikan sangat disambut baik. Auditor internal yang
berpengalaman akan mencari orang-orang yang memiliki pengetahuan dalam
organisasi—orang-orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai operasi
yang sedang diperiksa—dan mengatakan: “Ini masalahnya. Kondisi tersebut
membutuhkan koreksi atau perbaikan. Apa yang akan terjadi jika kami
merekomendasikan tindakan ini?” Banyak mantan auditor yang bisa
menceritakan bagimana pertanyaan seperti ini mneyelamatkan mereka dari
masa lalu.
14
Tampilan 8-1
Catatan Aktivitas Audit Internal tentang Temuan Audit
Contoh 1
Standar _____________________________________________________________________________
Metode pemilihan
sampel_________________________________________________________
Ukuran populasi ______ Ukuran sampel ______ Jumlah kelemahan ______ % dari
sampel_____
Penyebab ____________________________________________________________________________
Dampak_____________________________________________________________________________
Rekomendasi_________________________________________________________________________
Pembahasan:
15
Nama Jabatan Departemen Tanggal Auditor
(1) _________________________________________________________________________________
Komentar ___________________________________________________________________________
(2) _________________________________________________________________________________
Komentar ____________________________________________________________________________
(3) _________________________________________________________________________________
Komentar ____________________________________________________________________________
(4) _________________________________________________________________________________
Komentar ____________________________________________________________________________
_____________________________________________
______________________________
Auditor Tanggal
_____________________________________________
______________________________
Penyelia Tanggal
Tampilan 8-2
Aktivitas Audit Internal
Catatan Temuan Audit
Tanggapan dan Tindakan
Tanggapan Manajemen
Nama: Jabatan:
Tanggal:__________
Penilaian auditor:
Tindakan yan g diusulkan memuaskan ____________ Tidak Memuaskan
__________________
Auditor:_____________________________________________________Tanggal:_____
_____
Tindak lanjut tindakan perbaikan:
Auditor:_____________________________________________________Tanggal:_____
______
Hasil-hasil tindakan perbaikan (dievaluasi pada audit selanjutnya)
Penyelia
Audit:_______________________________________________Tanggal:__________
_
16
Tampilan 8-3
Abstraksi Temuan
Kondisi :
Kriteria :
Penyebab :
Dampak :
Tanggapan Manajemen :
______________________________________________________
17
Manajer
Audit
18
2.22. Keahlian Komunikasi
Laporan ringkas sekali pun, seperti yang tampak pada RAF harus ditulis dengan
baik, dan masalah-masalah harus didefinisikan dengan jelas mnenggunakan
istilah-istilah yang singkat, padat, dan tepat. Jika dimungkinkan, bahasa RAF
harus diekspresikan dalam nada yang positif, dan istilah-istilah yang
mendorong reaksi emosional atau defensif harus dihindari. Tentu saja, sikap
yang sama juga harus ditampilkan dalam komunikasi verbal sehari-hari dsan
presentasi interim hasil-hasil audit.
Pada saat yang sama, auditor terkadang harus terlibat dalam masalah yang
sensititf dan negatif. Masalah-masalah kontrol serius, kecurangan, atau
tindakan-tindakan ilegal harus selalu dipandang sebagai berita buruk, terlepas
dari kemampuan komunikasi auditor atau objektivitas RAF.
19
7) Apakah ada keadaan-keadaan yang bisa menyebabkan temuan tersebut tidak
diterima dan dibatalkan? Bisakah kondisi-kondisi tersebut dinetralisasi?
8) Apakah rekomendasi bermanfaat dan spesifik, atau sekadar menyatakan
“meningkatkan kontrol”? Apakah rekomendasi tersebut terlalu kaku,
memaksakan tindakan-tindakan yang diusulkan auditor internal? Apakah
rekomendasi berkenaan dengan masa lalu tetapi mengabaikan masa datang?
Apakah bersifat menghukum, ketimbang konstruktif? Apakah tidak sejalan
dengan penyebabnya? Apakah mencakup sarana untuk mengawasi kondisi
sehingga dampak-dampak merugikan tidak terulang lagi?
9) Apakah metode penyajian sesuai dengan Standar?
20
Practice Advisory 2500.A1-1 dari Standar, “Proses Tindak Lanjut,” lebih jauh
menyatakan:
1) Tindak lanjut oleh auditor internal didefinisikan sebagai sebuah proses untuk
menentukan kecukupan, efektivitas, dan ketepatan waktu atas tindakan yang
diambil oleh manajemen atas pengamatan dan rekomendasi penugasan yang
dilaporkan. Pengamatan dan rekomendasi seperti ini juga mencakup yang
dilakukan oleh auditor eksternal dan yang lainnya. (sumber: Red Book
440.01.1)
2) Tanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut harus didefinisikan dalam
piagram tertulis aktivitas audit internal. Sifat, waktu, dan luas tindak lanjut
harus ditentukan oleh kepala bagian audit. Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan prosedur tindak lanjut yang tepat adalah:
a) Signifikansi pengamatan atau observasi yang dilaporkan.
b) Tingkat upaya dan biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi yang
dilaporkan.
c) Risiko-risiko yan mungkin terjadi bila tindakan perbaikan gagal dilakukan.
d) Kompleksitas tindakan perbaikan.
e) Periode waktu yang terlibat.
Kelemahan yang dilaporkan, yang dianggap valid oleh manajemen, jelas telah
menggambarkan risiko bagi perusahaan. Kondisi ini tetap menjadi risiko
hingga selesai diperbaiki. Kegagalan untuk mengawasi risiko tersebut hingga
dikoreksi, atau hingga manajemen senior atau dewan telah menyatakan
bahwa mereka akan menanggung risiko tersebut, harus dianggap sebagai
tanggung jawab audit yang tidak dilaksanakan.
Argumen lain yang menyatakan bahwa auditor tidak harus melakukan tindak
lanjut atas tindakan perbaikan adalah mereka adalah staf dan bukan lini.
Pernyataan ini sudah jelas, auditor internal memang seharusnya tidak
melakukan fungsi lini. Namun menindaklanjuti tindakan perbaikan bukanlah
fungsi lini. Justru hal ini merupakan fungsi staf yang dirancang untuk menilai
tindakan lini. Auditor internal melaksanakan tanggung jawab mereka dengan
menilai kinerja fungsi lini dalam mengurangi risiko bagi perusahaan.
21
sertifikat ulang setiap tahun setelah diuji pengetahuan dan kemampuan
mereka dalam menangani bahan peledak.
Auditor internal memeriksa prosedur sertifikasi dan status sertifikasi sejumlah
karyawan. Meraka menemukan bahwa tidak ada sistem yang
menginformasikan karyawan atau penyelia mereka bahwa mereka harus
mengikuti ujian tahunan. Mereka juga menanyakan 30 dari 100 karyawan dan
menemukan bahwa 2 orang tidak memiliki sertifikasi sama sekali dan
sertifikasi untuk tiga karyawan telah habis masa berlakunya. Kelima karyawan
tersebut terlibat dalam penanganan bahan peledak sehari-hari.
Auditor internal dengan segera melaporkan temuan mereka. Sebagai
tanggapanya, manejer produksi meminta kelima orang tersebut diuji dan
diberikan sertifikasi. Iya kemudian melaporkan informasi tersebut ke auditor
internal, dengan menyatakan bahwa iya telah memperbaiki kondisi kelemahan
yang ada.
Tindakan perbaikan tidak mamadai sama sekali dan ditolak auditor internal karna
alsan-alasan berikut ini:
1) Tindakan tersebut tidak responsif. Tindakan perbaikan tidak berhubungan
dengan kontrol atas sertifikasi.
2) Tindakan tersebut tidak lengkap. Hanya karywan yang diperiksa auditor yang
diambil tindakan.
3) Tindakan tersebut tidak berkelanjutan. Tidak ada sistem yang diterapkan
untuk memastikan bahwa para karyawan dan peyelia mereka diinformasikan
mengenai pengguhan masa berlaku sertifikat mereka.
4) Tindakan tersebut tidak diawasi. Tidak adaketentuan, kecuali oleh audit
internal priodik, untuk memastikan bahwa orang yang menanggani bahan
peledak telah dilatih dan diberi sertifikasi.
Auditor menjelaskan kelemahan dalam tindakan perbaikan tersebut ke
manajemen oprasional. Hasilnya, langkah-langkah tambahan berikut ini
diambil:
1) Catatan kartu berisi nama-nama dan tanggal masa berlaku sertifikasi untuk
setiap karyawan dibuat dalam “dokumen pengigat” depan departemen
personalia, yang bertanggung jawab untuk pelatihan dan serifikasi. Kartu
tersebut kemudian ditempatkan dalam dokumen “tunggu” dan dihapuskan
hanya setelah diterima bukti adanya sertifikasi ulang.
2) Semua 100 karyawan dicek untuk mengetahui keabsahan danpembaruan
kartu sertifikasi.
3) Satu bulan sebelum masa berlakusertifikasi habis, manajer setiapkaryawan
akan diberi tahu bahwa sertifikasi ulang sudah harus dilakukan. Mereka juga
akan diberi tahu jika ada sertifikasi karywan yang diizinkan habis meskipun
pemberitahuan tanggal sertifikasi ulanmg telah diberikan.
4) Kepala bagian keamanan menginstruksikan para insinyur, yang berkelililng
pabrik mencari pelanggaran keamanan, untuik memverifikasi apakah
setiaporang yang terlihat menaggani bahan peledak memiliki kartu bukti
serifikat terbaru.
22
BAB III
KESIMPULAN
Temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah
dan diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu
yang disajikan secara analitis menurut unsur- unsurnya yang dianggap
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Dan untuk memahami lebih lanjut mengenai temuan audit, maka auditor harus
mengetahui terlebih dahulu sifat temuan audit, temuan audit yang dapat
dilaporkan, pendekatan untuk mengkronstruksi temuan, tingkat signifikan dari
temuan audit, elemen-elemen temuan audit serta pencatatan dan pelaporan
temuan audit.
Jadi, dalam mengolah hasil temuan diawali dengan memahami definisi dari
temuan audit dan sifat temuan audit, kemudian melakukan pendekatan untuk
mengonstruksi temuan, setelah itu menilai tingkat signifikansi temuan audit
berdasarkan elemen-elemen audit. Setelah itu hasil temuan dicatat dan
dilaporkan setelah auditor memahami kriteria temuan audit apa saja yang
dapat dilaporkan. Temuan audit dilaporkan kepada pihak yang
berkepentingan agar dijadikan evaluasi terhadap pengendalian organisasi
dalam mengidentifikasi kelemahan organisasi yang kemudian dari hasil
laporan audit tersebut dijadikan acuan dari tindak lanjut yaitu tindakan
perbaikan untuk memperbaiki kelemahan organisasi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Sawyer. Lawrence B, Mortimer A. Dittenhofer, dkk. 2006. Internal Auditing Buku
1 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
24
STUDI KASUS
KASUS AUDIT BI: ALIRAN DANA YPPI
Deskripsi Singkat
Kasus audit BI atas aliran dana YPPI merupakan salah satu kasus keuangan
paling controversial pada tahun 2008, terutama karena melibatkan serentetan
nama anggota dewan gubernur BI dan anggota DPR terkemuka. Sebagai
hasil dari laporan BPK, kasus aliran dana YPPI kini telah terangkat ke meja
hijau.
Kasus Aliran dana YPPI atau YLPPI adalah murni temuan tim audit BPK. Tim
tersebutlah yang menentukan rencana kerja, metode, teknik pemeriksaan,
analisis maupun penetapan opini pemeriksaan kasus tersebut sesuai dngan
standar pemeriksaan yang berlaku.
Perintah pemeriksaan BI dan YPPI ini dikeluarkan oleh Anggota Pembina
Keuangan Negara II (Angbintama II) dan Kepala Auditorat Keuangan Negara
II (Tortama II) yang membawahi pemeriksaan BI. Selama periode bulan
Februari hingga Mei 2005, Tim Audit BPK melakukan pemeriksaan atas
Laporan Keuangan BI Tahun 2004. Tim Audit BPK juga memeriksa Yayasan
Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (YLPPI) yang berdiri pada
tahun 1977, karena afiliasi lembaganya dengan BI.
Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK di BI menemukan adanya asset/tanah BI
yang digunakan oleh YLPPI. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut oleh
Kantor Akuntan Publik Muhammad Thoha atas perbandingan kekayaan
YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi keuangannya per Juni 2003,
diketahui adanya penurunan nilai asset sebesar Rp 93 miliar.
Kronologis
1) Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK menemukan bahwa terdapat aset/
tanah yang digunakan oleh YLPPI. BI juga menyediakan modal awal YLPPI,
memberikan bantuan biaya operasionalnya serta mengawasi manajemennya.
2) Berkaitan dengan dibuatnya peraturan tahun 1993 tentang penggunana
asset/tanah oleh YLPPI serta hubungan terafiliasi antara YLPPI dengan BI,
maka Tim Audit BPK meminta laporan keuangannya agar dapat diungkapkan
dalam Laporan Keuangan BI.
3) Dari perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi
keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai aset sebesar
Rp 93 miliar (Informasi mengenai kekayaan YPPI per 31 Desember 2003 ini
diperoleh dari Laporan Keuangannya yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
Mohammad Toha)
4) Juni 2005-Oktober 2006: Tim Audit BPK melakukan pendalaman dengan
kasus denganmenetapkan sendiri metode, teknik, objek pengungkapan kasus,
analisis, serta penetapan opini pemeriksaan.
5) Mei 2005: Tim Audit BPK melaporkan kasus Aliran Dana YPPI kepada Ketua
BPK, Anwar Nasution.
Temuan Penyimpangan:
1) Manipulasi pembukuan, baik buku YPPI maupun buku Bank Indonesia. Pada
saat perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama ke UU No 16 Tahun 2001
tentang Yayasan, kekayaan dalam pembukuan YPPI berkurang Rp 100 miliar.
Jumlah Rp 100 miliar ini lebih besar dari penurunan nilai aset YPPI yang
diduga semula sebesar Rp 93 miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI
sebesar Rp 100 miliar tersebut tidak tercatat pada pembukuan BI sebagai
penerimaan atau utang.
25
2) Menghindari Peraturan Pengenalan Nasabah Bank serta UU tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang. Dimana dana tersebut dipindahkan dulu dari
rekening YPPI di berbagai bank komersil, ke rekening yang terdapat BI, baru
kemudian ditarik keseluruhan secara tunai.
3) Penarikan dan penggunaan dana YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan
pendirian yayasan semula. Ini bertentangan dengan UU Yayasan, dan
putusan RDG tanggal 22 Juli 2003 yang menyebutkan bahwa dana YPPI
digunakan untuk pembiayaan kegiatan sosial kemsyarakatan.
4) Penggunaan dana Rp 31,5 miliar yang diduga untuk menyuap oknum anggota
DPR. Sisanya, Rp 68,5 miliar disalurkan langsung kepada individu mantan
pejabat BI, atau melalui perantaranya. Diduga, dana ini digunakan untuk
menyuap oknum penegak hukum untuk menangani masalah hukum atas lima
orang mantan Anggota Dewan Direksi/ Dewan Gubernur BI. Padahal,
kelimanya sudah mendapat bantuan hukum dari sumber resmi anggaran BI
sendiri sebesar Rp 27,7 miliar. Bantuan hukum secara resmi itu disalurkan
kepada para pengacara masing-masing. Dan dana Rp 68,5 miliar
26
Analisis Temuan Audit
Kantor : Yayasan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia
(YLPPI) dan Bank Indonesia.
Subject : Penyimpangan Aliran Dana
Judul Laporan : Akuntansi Fiskal
Kondisi : Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK menemukan bahwa
terdapat aset/ tanah yang digunakan oleh YLPPI. BI juga menyediakan modal
awal YLPPI, memberikan bantuan biaya operasionalnya serta mengawasi
manajemennya dan Berkurangnya kekayaan dalam pembukuan YPPI sebesar
Rp 100 miliar pada saat perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama ke
UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, namun tidak tercatat pada
pembukuan BI sebagai penerimaan atau utang.
Kriteria :
1) Berkaitan dengan dibuatnya peraturan tahun 1993 tentang penggunaan
asset/tanah oleh YLPPI serta hubungan terafiliasi antara YLPPI dengan BI,
maka Tim Audit BPK meminta laporan keuangannya agar dapat diungkapkan
dalam Laporan Keuangan BI.
2) Keputusan Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) tanggal 3 Juni 2003
menetapkan agar Dewan Pengawas YLPPI menyediakan dana sebesar Rp
100 milar untuk keperluan insidentil dan mendesak di BI.
3) Dalam Pasal 45 UU No.23 Tahun 1999 tentang BI, disebutkan : “Gubernur
,Deputi Gubernur Senior, Deputi Gubernur atau Pejabat BI, tidak dapat
dihukum karena telah mengambil keputusan atau kebijakan yang sejalan
dengan tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang ini, sepanjang dilakukan dengan itikad baik”.
4) Dalam undang-undang tentang yayasan, antara lain menyebutkan bahwa
kekayaan yayasan, yang berasal dari bantuan negara yang diberikan sebagai
hibah, atau bantuan luar negeri, atau sumbangan masyarakat, adalah
sepenuhnya menjadi kekayaan yayasan. Hal ini ditegaskan oleh Ratnawati
Wijaya, Ahli Hukum Yayasan, yang juga menjadi Ketua Tim Penyusun UU
Yayasan No. 16 tahun 2001.
Penyebab :
1) Manipulasi pembukuan, baik buku YPPI maupun buku Bank Indonesia. Pada
saat perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama ke UU No 16 Tahun 2001
tentang Yayasan, kekayaan dalam pembukuan YPPI berkurang Rp 100 miliar.
Jumlah Rp 100 miliar ini lebih besar dari penurunan nilai aset YPPI yang
diduga semula sebesar Rp 93 miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI
sebesar Rp 100 miliar tersebut tidak tercatat pada pembukuan BI sebagai
penerimaan atau utang.
2) Penarikan dan penggunaan dana YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan
pendirian yayasan semula. Ini bertentangan dengan UU Yayasan, dan
putusan RDG tanggal 22 Juli 2003 yang menyebutkan bahwa dana YPPI
digunakan untuk pembiayaan kegiatan sosial kemsyarakatan.
3) Penggunaan dana Rp 31,5 miliar yang diduga untuk menyuap oknum anggota
DPR. Sisanya, Rp 68,5 miliar disalurkan langsung kepada individu mantan
pejabat BI, atau melalui perantaranya. Diduga, dana ini digunakan untuk
menyuap oknum penegak hukum untuk menangani masalah hukum atas lima
orang mantan Anggota Dewan Direksi/ Dewan Gubernur BI. Padahal,
kelimanya sudah mendapat bantuan hukum dari sumber resmi anggaran BI
sendiri sebesar Rp 27,7 miliar. Bantuan hukum secara resmi itu disalurkan
kepada para pengacara masing-masing. Dan dana Rp 68,5 miliar.
27
4) Penarikan dana YPPI sebesar Rp.100 miliar oleh BI dengan menggunakan
modus yang dilarang oleh UU Tindak Pidana Pencucian Uang, yaitu dengan
cara memindahkan uang terlebih dahulu dari rekening YPPI di berbagai bank
komersil ke rekening yang terdapat BI, baru kemudian ditarik keseluruhan
secara tunai.
Dampak :
1) Negara mengalami kerugian sebesar Rp. 100.000.000.000,-
2) Adanya penurunan nilai asset sebesar Rp 93.000.000,-
Rekomendasi :
5 Juli 2005: Ketua BPK, Anwar Nasution (AN) memanggil Gubernur BI,
Burhanuddin Abdullah (BA). AN meminta yang bersangkutan untuk dapat
menyelesaikan kasus tersebut dengan baik agar tidak menimbulkan gejolak
politik maupun mengganggu karirnya sendiri atau karir semua pihak yang
terkait.
21 Juli 2005: Ketua BPK memberikan himbauan yang sama pada Paskah
Suzetta (PS). Kala itu, PS menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi XI DPR-RI
dan kemudian diangkat menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
Ketua BPK, AN, menyarankan untuk dapat menyelesaikan kasus Aliran Dana
YPPI sesuai dengan aturan hukum, termasuk UU tentang Yayasan dan sistem
pembukuan BI sendiri. Saran AN secara spesifik adalah:
Agar seluruh uang YPPI dapat dikembalikan.
Agar pembukuan YPPI dapat dikoreksi kembali.
Toleransi yang diberikan AN:
Memberikan jangka waktu penyelesaian oleh BI yang sama dengan tenggang
waktu yang diperlukan Tim Audit BPK untuk mendalami kasus YPPI, termasuk
melengkapi data dan bukti.
Bila uang YPPI dikembalikan dan pembukuannya dikoreksi, AN akan menulis
surat kepada penegak hukum bahwa tidak ada lagi kerugian negara.
Toleransi AN ini tidak dpenuhi oleh para pihak tergugat.
Kini, terdakwa lainnya masih menunggu giliran disidangkan. Jika saja majelis
hakim yang akan mengadilinya masih berpendapat seperti yang mengadili
terdakwa sebelumnya, maka sudah mestinya tidak usah berlama-lama
mengambil putusan. Bukankah kasusnya sama? Daripada membuangbuang
waktu dan biaya (uang negara), siapkan sajalah vonis untuk terdakwa
berikutnya.
28