Anda di halaman 1dari 121

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY PENDUDUK


MUSLIM DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN MAQASHID
SYARIAH

DIAJUKAN UNTUK MEMNUHI PERSYARATAN DALAM


MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI ISLAM

DEPARTEMEN EKONOMI SYARIAH


PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI ISLAM

DIAJUKAN OLEH
ZAKKA FARISY B
041411433034

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ii

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iii

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iv

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji yang terlimpahkan hanya untuk Allah Azza Wa Jalla yang dengan atas
izinNya dan dengan segala berkah serta rahmatnya sehingga karya tulis Skripsi yang
berhudul “Mengukur Multidimensional Poverty Penduduk Muslim di Indonesia dengan
Pendekatan Maqashid Syariah” dapat selesai dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai bagian dari persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana
Ekonomi Islam Departemen Ekonomi Syariah Program Studi Ilmu Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Selama proses penyusunan skripsi
ini, penulis mendapat bimbingan, arahan serta dukungan dari beragam pihak. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan kepada:
1. Kedua orang tua penulis, almarhum Ibu Nurhidayah dan Bapak Basuki Raharjo
atas setiap doa dan dukungan yang tiada henti bagi penulis.
2. Kakak Afina Dhuhaini yang juga yang turut menggantikan peran orang tua
ditanah rantauan dengan selalu memberi motivasi dan dorongan yang juga tiada
henti.
3. Dr. Raditya Sukmana, S.E., M.A. selaku dosen pembimbing sekaligus orang
yang mengenalkan penulis dengan dunia riset sesungguhnya saat di perguruan
tinggi. Beliau yang dengan telaten membimbing serta memotivasi penulis di
setiap pertemuan dalam setiap bimbingan hingga penelitian ini selesai dengan
baik.
4. Ibu Dr. Atina Shofawati Selaku dosen wali
5. Para dosen penguji dan seluruh dosen Departemen Ekonomi Syariah Secara
Umum.
6. Bapak Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA sebagai Rektor Universitas
Airlangga.
7. Ibu Prof. Dr. Dian Agustia, SE., M.Si., Ak. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Airlangga.

vi

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

8. Bapak Noven Suprayogi, SE., M.Si., AK. Selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
9. Seluruh dosen pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga,
khususnya para dosen pengajar Departemen Ekonomi Syariah yang telah
bersedia menyalurkan ilmunya kepada penulis.
10. Cahyani Widi Larasakti, selaku partner setia yang selalu memberikan dukungan
dan motivasi kepada penulis hingga kini.
11. Sandika Passadini, teman sekamar yang telah banyak berkorban dalam banyak
hal di kehidupan penulis semasa kuliah hingga kini. Semoga engkau sukses
wahai sahabat!.
12. Wildhan Azhar dan Hari Ramadhan selaku sahabat seperjuangan semasa kuliah
yang saat ini sedang menggeluti dunia masing-masing. Semoga mereka semua
sukses.
13. Mas Imam dan Mbak Ayu yang terus membimbing penulis dalam dunia riset dan
pengabdian semasa kuliah hingga kini.
14. Jannah, Fadhel, Lusi, Khaula, Novita dan temen-temen lainnya yang rela
memberikan waktunya untuk menemani penulis dalam mengikuti kegiatan
lomba karya tulis ilmiah semasa aktif kuliah.
15. Teman-teman seperjuangan di jurusan Ekonomi Islam angkatan 2014. Semoga
mereka sehat selalu dan berada dibawah lindungan Allah Azza Wa Jalla.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Surabaya, …………………...

Penulis

vii

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUDI : EKONOMI ISLAM
NO DAFTAR : ……………………
ABSTRAK
SKRIPSI SARJANA EKONOMI ISLAM
NAMA : ZAKKA FARISY B
NIM : 041411433034
TAHUN PENYUSUNAN : 2018
JUDUL:
Mengukur Multidimensional Poverty Penduduk Muslim Di Indonesia Dengan
Pendekatan Maqashid Syraiah
CONTENT:
Konsep pengukuran kemiskinan dengan pendekatan multidimensional poverty telah
banyak diteliti hingga kini. Pengukuran kemiskinan dengan menggunakan pendekatan
multidimensional ini dirasa lebih merepresentasikan kemiskinan dengan lebih baik jika
dibandingkan dengan pendekatan mainstream pada monetary poverty. Penelitian ini
mencoba untuk mengukur tingkat kemiskinan multidimensi dengan sedikit modifikasi
pada indikator aspek kemiskinan, yaitu dengan menggunakan pendekatan maqashid
syariah. Penggunaan maqashid syariah sebagai indikator kemiskinan akan
memberikan keunikan pada hasil akhir pengukuran. Sebab, cakupan dimensi
kemiskinan yang masuk kedalam pengukuran akan menjadi lebih kompleks dan lebih
komprehensif. Tujuannya untuk menemukan hasil pengukuran yang lebih tepat
terutama dalam mengukur tingkat kemiskinan pada individu atau rumah tangga muslim
di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari Indonesia Family Life
Survey (IFLS 5) tahun 2014. Metode yang digunakan adalah Islamic Poverty Indicator
dan Alkire-Forster Method dalam mengukur kemiskinan multidimensi dan regresi
logistic digunkan untuk melihat estimasi model kemiskinan. Sehingga penelitian ini
merupakan ekstensi dari konsep pengukuran Multidimensional Poverty Index hasil
kajian Alkire dan Forster dan Islamic Poverty Indicator Saladin dan Saleh. Temunnya
menunjukkan jika hasil potret kemiskinan dengan pendekatan multidimensi cenderung
lebih tinggi jika dibandingkan dengan pendekatan moneter. Hasil pengukuran tersebut
juga didukung hasil estimasi model multidimensional poverty yang menunjukkan jika
seluruh dimensi dan aspek kemiskinan yang digunakan pada maqashid syariah dapat
dijadikan estimator dalam mengukur kemiskinan multidimensi. Selain itu hasil
pengukuran estimasi kemiskinan menunjukkan jika seluruh variabel yang terdapat pada
maqashid syariah memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam menyebabkan
kemiskinan.
Kata kunci: Multidimensional Poverty Index, Islamic Poverty Indicator, Alkire-
Forster Method, Regresi Logistik.
viii

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

MINISTRY OF RESEARCH, TECHNOLOGY AND HIGHER EDUCATION


FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS AIRLANGGA UNIVERSITY

STUDY PROGRAM: ISLAMIC ECONOMIC


LIST No: ........................................

ABSTRACT
THESIS OF ISLAMIC ECONOMIC BACHELOR
NAME : ZAKKA FARISY B.
STUDENT ID : 041411433034
YEAR OF WRITING : 2018

TITLE:
Measuring Mutidimensional Poverty of Muslim People in Indonesia by Maqashid
Syariah Approach.

CONTENT:
The concept of poverty measurement by using multidimensional poverty
approach has been widely studied until now. It could represent poverty better than using
mainstream approach in monetary poverty. This research tried to measure
multidimensional poverty level with a little modification on the indicator of poverty
aspect, which was by using maqashid syariah approach. Using maqashid syariah as a
poverty indicator will give an unique thing on final result of measurement. It is because
of the dimension of the poverty that entered into the measurement will be more
complex and comprehensive. It aimed to find out the more appropriate result of
measurement, especially measuring poverty level on muslim people and households in
Indonesia. This research used datas taken from Indonesia Family Life Survey (IFLS 5)
in 2014. Method used was Islamic Poverty Indicator and Alire-Forster Method to
measure multidimensional poverty and logistic regression that was used for getting to
know and seeing the poverty model estimation. Therefore, this research was an
existence from the measurement concept of Multidimensional Poverty Index of Alkire
and Forster’s study result, and Islamic Povertu Indicator of Saladin and Saleh. The
findings showed that the result of the poverty by using multidimensional approach
tended to higher than by using monetary approach. The result has also been supported
by the estimation result of multidimensional poverty model which showed that all
dimensions and aspects of poverty used on maqashid syariah could be used as an
estimator to measure multidimensional poverty. Furthermore, the result of poverty
estimation measurement showed that all variables existed in maqashid syariah had
strong influences to cause poverty.

Keywords: Multidimensional Poverty Index, Islamic Poverty Indicator, Alkire-


Forster Method, Logistic Regression.

ix

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


‫‪IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA‬‬

‫وزارة البحوث التكنولوجية والتعليم العالية‬


‫كلية اإلقتصادية و االتجارية جامعة إيرالنغا‬
‫‪ :‬اإلقتصاد اإلسالمي‬ ‫شعبة‬
‫رقم التسجيل ‪......:‬‬
‫المل ّخص‬
‫خريج اإلقتصاد اإلسالمي‬
‫بحث علمي َ‬
‫‪ :‬زكى فارسي ب‪.‬‬ ‫االسم‬
‫‪104044044140 :‬‬ ‫رقم القيّد‬
‫سنة اإلعداد ‪2140 :‬م‬
‫الموضوع‪:‬‬
‫قياس حاجة متعدد األبعاد للشعب المسلم في إندونيسيا بمدخل المقاصد الشرعية‪.‬‬
‫المحتويات‪:‬‬
‫مبدأ قياس الحاجة بمدخل حاجة متعدد األبعاد إنه قد بحث فيه الباحثون حتى‬
‫اآلن‪ .‬هذا القياس باستخدام مدخل متعدد األبعاد يدل أكثر على الحاجة أفضل من مدخل‬
‫االتجاه العام على الحاجة النقدية‪ .‬حاول هذا البحث قياس مستوى حاجة متعدد األبعاد‬
‫بتغيير قليال في مؤشرات عناصر الحاجة‪ ،‬وهو استخدام مدخل المقاصد الشرعية‪.‬‬
‫استخدام المقاصد الشرعية كمؤشرات الحاجة سيعطي التفرد في النتيجة األخيرة من‬
‫القياس‪ ،‬ألن هذه األبعاد التي تدخل إلى القياس ستكون مركبة وشاملة أكثر‪ .‬هذا يهدف‬
‫إلى إيجاد نيجة القياس المناسبة خاصة في قياس مستوى الحاجة في الشعب المسلم أو‬
‫األسرة المسلمة في إندوينسيا‪ .‬استخدم هذا البحث البيانات من االستقصاء عن الحياة‬
‫العائلية بإندونيسيا (إ‪.‬ف‪.‬ل‪.‬س‪ )5 .‬سنة ‪4102‬م‪ .‬المنهج المستخدم هو مؤشر الحاجة‬
‫ي الذي‬‫اإلسالمي وطرقة ألكاير فورستر في قياس ففر متعدد األبعاد و االنحدار السوق ّ‬
‫يُستخدم لمعرفة نموذج التقدير من الحاجة‪ .‬فلذلك‪ ،‬هذا البحث هو الوجود من مبدأ قياس‬
‫مؤشر حاجة متعدد األبعاد من نتيجة بحث ألكاير وفورستر ومؤشر الحاجة اإلسالمي‬
‫لصالح الدين وصالح‪ .‬اكتشافاتهم تدل على أن نتيجة تصوير الحاجة بمدخل متعدد‬
‫األبعاد هي أكبر من المدخل النقدي‪ .‬هذه النتيجة مدعومة من نيجة التقدير من نموذج‬
‫حاجة متعدد األبعاد التي تدل على أن كل أبعاد وعناصر الحاجة المستخدمة في‬
‫المقاصد الشرعية تمكن أن تكون مقدرة لقياس حاجة متعدد األبعاد‪ .‬بجانب ذلك‪ ،‬نيجة‬
‫قياس تقدير الحاجة تدل على أن كل متغيرات الموجودة في المقاصد الشرعية لها تأثير‬
‫قوي جد ليسبب الحاجة‪.‬‬
‫األلفاظ المهمة‪ :‬مؤشر حاجة متعدد األبعاد‪ ،‬مؤشر الحاجة اإلسالمي‪ ،‬نموذج ألكاير‬
‫فورستر‪ ،‬اإلنحدار السوقي‪.‬‬
‫‪x‬‬

‫‪SKRIPSI‬‬ ‫‪MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY‬‬ ‫‪ZAKKA‬‬


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN


Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin

berdasarkan SKB Menteri Agama dan menteri P&K RI No. 0543/b/U/1987 tertanggal

22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal

No. Arab Latin Keterangan


1 ‫ا‬ - Tidak dilambangkan
2 ‫ﺏ‬ b -

3 ‫ت‬ t -

4 ‫ﺙ‬ ṡ s (dengan titik di atasnya)

5 ‫ج‬ J -

6 ‫ح‬ ḥ h (dengan titik di bawahnya)

7 ‫ﺥ‬ Kh -
8 ‫د‬ D -

9 ‫ذ‬ Ż z (dengan titik di atasnya)


10 ‫ر‬ R -
11 ‫ﺯ‬ Z -
12 ‫س‬ S -
13 ‫ﺵ‬ Sy -

14 ‫ﺹ‬ ṣ s (dengan titik di bawahnya)

15 ‫ﺽ‬ ḍ d (dengan titik di bawahnya)

16 ‫ط‬ ṭ t (dengan titik di bawahnya)

17 ‫ﻅ‬ ẓ z (dengan titik di bawahnya)

xi

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

18 ‫ﻉ‬ ‟ koma terbalik terletak di atas

No. Arab Latin Keterangan

19 ‫ﻍ‬ g -

20 ‫ف‬ f -

21 ‫ﻕ‬ q -

22 ‫ﻙ‬ k -
23 ‫ل‬ l -

24 ‫م‬ m -
25 ‫ن‬ n -
26 ‫و‬ w -
27 ‫ه‬/‫ه‬ h -
28 ‫ﺀ‬ „ Apostrof

29 ‫ي‬ y -

2. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap termasuk kata syiddah ditulis rangkap.

Contoh: kata ‫ انه‬ditulis innahu.

3. Ta’ Marbutoh di akhir kata

3.1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata arab yang sudah terserap menjadi

bahasa Indonesia seperti Shalat, Zakat, dan sebagainya.

Contoh: ‫ جماعة‬ditulis jamã’ah.

‫ مكتبة‬ditulis maktabah.

xii

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh : ‫ مكتبة الجامعة‬ditulis maktabatu-ljãmi’ah.

4. Vokal Panjang

Fathah (baris diatas) ditulis ã, kasrah (baris dibawah) ditulis ĩ, serta dhummah (baris

didepan) ditulis dengan ũ. Misalnya ‫ الناس‬ditulis an-nãs, ‫ الرحيم‬ditulis arrahĩm, ‫المسلمون‬

ditulis almuslimũn.

5. Vokal Pendek yang Berurutan Dipisahkan dengan Tanda Pisah (-)

Contoh : ‫ شيءقدير‬ditulis syai-in qadĩr.

6. Kata Sandang Alif+Lam

Bila alif+lam diikuti huruf-huruf qamariyah yang terkumpul dalam kata ،‫ ه‬،‫ ي‬،‫ ﻍ‬،‫ ﺏ‬،‫ا‬

‫ ت‬،‫ م‬،‫ ﻕ‬،‫ ﻉ‬،‫ ف‬،‫ ﺥ‬،‫ و‬،‫ ﻙ‬،‫(ج‬alif, b, g, y, h, j, k, w, kh, f, “, q, m, t) misalnya ‫ المسلمون‬ditulis

almuslimũn. Sedangkan bila diikuti huruf syamsiyah (huruf hijaiyah selain huruf

qamariyah), huruf lam diganti dengan huruf yang mengikutinya, misalnya ‫ الرحيم‬ditulis

arrahĩm.

7. Kata dan Rangkaian Frasa atau Kalimat

Penghubung antar kata menggunakan tanda petik (‘) , sedangkan penghubung dalam

satu kata menggunakan tanda pisah (-).

Contoh : ‫ بسم الله الرحمن الرحيم‬ditulis bism’il-lãhi’r-rahmãni’r-rahĩm.

xiii

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

ABSTRAK INDONESIA ..................................................................... viii

ABSTRAK INGGRIS ........................................................................... ix

ABSTRAK ARAB ................................................................................. x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ................................. xi

DAFTAR ISI ......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xix

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

1.5. Sistematika Penulisan ................................................................ 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


xiv

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.1 Tinjauan Teoritis Kemiskinan ..................................................... 9

2.2 Pendekatan Kemiskinan ............................................................. 12

2.3 Multidimensional Poverty Dalam Persepektif Islam .................... 15

2.4 Penelitian Terdahulu ................................................................... 24

2.5 Hipotesis dan Model Analisis ...................................................... 27

2.5.1. Hipotesis Peneltitian............................................................. 27

2.5.2. Model Analisis ..................................................................... 28

2.4. Kerangka Berfikir ....................................................................... 28

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................. 31

3.2 Identifikasi Variabel ................................................................... 31

3.3 Definisi Operasional .................................................................... 34

3.3.1 Islamic Multidimensional Poverty (IMP) ............................... 34

3.3.2 Dimensi Agama ..................................................................... 35

3.3.3 Dimensi Jiwa ......................................................................... 38

3.3.4 Dimensi Akal ........................................................................ 40

3.3.5 Dimensi Keturunan ................................................................ 42

3.3.6 Dimensi Harta ....................................................................... 44

3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 46

3.5 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................. 47

3.6 Teknik Analisis ........................................................................... 50

3.6.1. Perhitungan Islamic Poverty Indicator dengan metode


xv

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Rasool & Saleh ..................................................................... 51

3.6.2. Perhitungan Multidimensional Poverty Index dengan metode

Alkire & Forster ................................................................... 54

3.6.2. Analisis Regresi Logit .......................................................... 56

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian ....................................................... 63

4.1.1 Kondisi Kemiskinan Multidimensional Islam (Islamic ...........

Multidimensional Poverty)..................................................... 63

4.1.2 Dimensi Keimanan ................................................................ 66

4.1.3 Dimensi Jiwa ......................................................................... 67

4.1.4 Dimensi Akal ........................................................................ 68

4.1.5 Dimensi Harta ....................................................................... 69

4.1.6 Dimensi Keturunan ................................................................ 70

4.2. Deskripsi Perhitungan dan Estimasi Model Kemiskinan ............. 71

4.2.1. Hasil perhitungan Islamic Multidimensional Poverty Index 72

4.2.2 Hasil Estimasi Model Regresi Islamic Multidimensional ......

Poverty Index ................................................................................ 76

4.3. Analisis ..................................................................................... 79

4.4. Kelemahan Penelitian ................................................................ 90

BAB 5. PENUTUP

5.1. Simpulan ................................................................................... 91

5.2. Saran .......................................................................................... 91


xvi

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 93

LAMPIRAN ..........................................................................................

xvii

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.3.1 Dimensi Maqashid al-Shari’ah dan Indikatornya dalam WVS

2010 – 2012 .......................................................................... 21

Tabel 2.3.2 Dimensi Maqashid al-Shari’ah dan Indikatornya dalam WVS

2005 – 2008 .......................................................................... 22

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................. 24

Tabel 3.2 Variabel Kemiskinan Multidimensional Islam dan

simbol variabelnya ................................................................ 33

Tabel 3.5 Perbandingan Jumlah sampel perwilayah observasi dengan

Sampel sebelum dan sesudah proses filtrasi ........................... 49

Tabel 3.6.1 Bobot perhitungan Islamic Poverty Indicator ........................ 53

Tabel 3.6.2 Bobot dan Indikator MPI ...................................................... 56

Tabel 4.1.2 Deskripsi kemiskinan per indikator ....................................... 66

Tabel 4.2.1 Simulasi hasil perhitungan kemiskinan multidimensional

Dengan pendekatan IPI dan MPI ........................................... 73

Tabel 4.2.2 Hasil estimasi model logit Islamic Multidimensional Poverty

Index .................................................................................... 77

xviii

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.5 Kerangka Berfikir ............................................................ 5

Gambar 4.1.1 Jumlah Rumah Tangga Miskin Level Provinsi ................. 65

Gambar 4.1.2 Persentase Kemiskinan Dimensi Agama .......................... 67

Gambar 4.1.3 Persentase Kemiskinan Dimensi Jiwa .............................. 68

Gambar 4.1.4 Persentase Kemiskinan Dimensi Akal .............................. 69

Gambar 4.1.5 Persentase Kemiskinan Dimensi Harta ............................. 70

Gambar 4.1.6 Persentase Kemiskinan Dimensi Keturunan ..................... 71

Gambar 4.2.1 Headcount Ratio, Intensity Of Poverty Dan Islamic

Multidimensional Poverty Index Di Indonesia .................. 74

Gambar 4.3.1 Perbandingan Kemiskinan Moneter Dan Multidimensional 80

Gambar 4.3.2 Perbandingan Keparahan Kemiskinan Dengan Pendekatan

Moneter Dan Multidimensional ....................................... 82

xix

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PERSAMAAN

(3.1) Sensor skor C1 ...................................................................................... 51


(3.2) Multidimensional Headount ratio ........................................................... 52
(3.3) Intensity of poverty................................................................................ 52
(3.4) Multidimensional poverty index ............................................................ 52
(3.5) Model Islamic multidimensional poverty logit ....................................... 53
(3.6) odds....................................................................................................... 55
(3.7) odds....................................................................................................... 55
(3.8) odds....................................................................................................... 55
(3.9) odds....................................................................................................... 55
(3.10) log odds ............................................................................................... 56

xx

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


1
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengentasan kemiskinan masih menjadi isu yang menarik untuk dibahas. Studi

tentang kemiskinan pun terus berkembang agar memunculkan konsep perhitungan

yang tepat. Salah satu konsep pengukuran kemiskinan yang saat ini sedang

berkembang yaitu pengukuran kemiskinan dengan pendekatan Multidimensional

Poverty Index (MPI). Pendekatan dengan konsep ini telah diadopsi dalam

penelitian di banyak negara (Alkire and Foster 2007, Alkire and Foster 2010, Alkire

and Santos 2010, Alkire, Roche et al. 2015, Mudombi, Von Maltitz et al. 2016,

Okushima 2017, Pinilla-Roncancio 2017, Ramírez, Díaz et al. 2017). Secara

mendasar konsep pengukuran kemiskinan ini mencoba untuk memotret kemiskinan

dari banyak sisi (Multidimensional) sehingga dapat memunculkan formulasi

pengukuran yang lebih proporsional. Formulasi pengukuran dengan pendekatan

semacam ini pertama kali disusun oleh Sabine Alkire dan Marie Emma Santos

(2014) dalam penelitiannya Human Resources Research Paper. Hingga kini

konsep pengukuran tersebut cukup relevan untuk menjelaskan kemiskinan dengan

karakteristik berbeda untuk masing-masing wilayah di dunia. Penelitian ini

mengkaji kemiskinan multidimensional yang ditinjau dari persepektif Indonesia

dengan karekteristik negara muslim terbesar di dunia.

1
SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA
2
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia tentu

kontribusi Institusi Islam di Indonesia akan memainkan peran penting dalam

menjalankan program pengentasan kemiskinan melalui pendekatan

sosioekonominya. Untuk dapat melakukan peran tersebut tentu tugas utama yang

harus dilakukan adalah mengidentifikasi individu maupun rumah tangga yang

masuk kategori miskin.

Untuk saat ini sebagian besar lembaga maupun institusi yang mengurusi hal

tersebut lebih condong menggunakan pendekatan moneter dalam menakar

kemiskinan masyarakatnya. Secara umum perspektif moneter ini lebih menitik

beratkan indikator kemiskinan berdasarkan aspek-aspek moneter dengan

menggunakan variabel seperti pendapatan, pengeluaran atau konsumsi. Sehingga

kebijakannya berdampak pada reduksi kemiskinan yang menjadi tidak tepat dan

kurang efektif (Belhadj and Limam 2012).

Itulah sebabnya konsep perhitungan yang umumnya dikenal saat ini dirasa

masih belum ideal untuk mengidentifikasi keadaan orang miskin. Belum idealnya

perhitungan tersebut didukung oleh penelitiannya (Rodgers and Rodgers 2000)

yang juga mengatakan jika kemiskinan moneter hanya menggunakan indikator

yang dihitung berdasarkan aspek moneter yaitu pendapatan dan pengeluaran

konsumsi. Karena alasan ini, pembuat kebijakan dan peneliti di negara maju telah

memilih pendekatan lain seperti pendekatan kemampuan dan pendekatan

pengucilan sosial yang bersifat multidimensional yang mencakup indikator

nonmoneter seperti yang disebutkan oleh peneliti seperti (Sen 1977, Sen 1987, Sen

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


3
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

and Muellbauer 1988, Sen 1992, Sen, Leon et al. 2000); (Nussbaum 2006); (Alkire

and Foster 2007, Alkire and Foster 2010, Alkire and Santos 2010, Alkire, Roche et

al. 2015) dan (Ravallion 1998, Ravallion 2012). Sementara itu (Alkire and Foster

2007) mengungkpkan kekurangan dari monetary poverty adalah tidak memasukkan

dimensi lain selain pendapatan dan konsumsi pada pengukurannya sehingga

kemiskinan menjadi bias. Biasnya pengukuran ini dibuktikn oleh (Laderchi, Saith

et al. 2003) di India, dimana 43 persen anak-anak dan lebih dari setengah orang

dewasa yang miskin (menggunakan pendidikan dan kesehatan sebagai indikator)

ternyata tidak miskin secara moneter begitu juga setngah dari anak-anak yang

mengalami gizi buruk.

Dalam tinjauan Indonesia perhitungan kemiskinan terus mengalami evaluasi

dan penyempurnaan dalam setiap periode. (Sajogyo 1996) mengukur kemiskinan

dengan tingkat konsumsi yaitu menghitung tingkat konsumsi beras perkpita.

Barulah mulai sejak tahun 1996 Indonesia mulai mengadopsi model pengukuran

pembangunan manusia yang dikeluarkan oleh UNDP (1990) untuk mengukur

kemiskinan. UNDP mengembangkan Indeks Kemiskinan Manusia (Human

Poverty Index / HPI) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui studi oleh

Sen dan baru-baru ini konsep perhitungan kemiskianan muncul dengan

memperkenalkan Indeks Kemiskinan Multidimensional (MPI) yang dikembangkan

oleh (Alkire and Santos 2010). Jika HPI mengukur kemiskinan dari tiga dimensi

yaitu tingkat kematian (short life), pengetahuan dan standar kehidupan secara

keseluruhan (akses terhadap sumber daya pribadi dan publik). Demikian pula

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


4
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

halnya dengan MPI, indikator kesehatan, pendidikan dan standar hidup dimasukkan

ke dalam pengukuran MPI, sehingga ada sepuluh indikator yang digunakan untuk

mengukur MPI. Berdasarkan hal tersebut, (Cahyat 2004) mengungkapkan jika

model pembangunan manusia bersifat lebih komprehensif dan multidimensi yaitu

mengukur kemiskinan dengan mempertimbangkan tingkat pendidikan, kesehatan

dan standar hidup masyarakat. Jelas bahwa MPI telah diperpanjang dari HPI

dengan penambahan indikator baru walaupun dimensinya sangat mirip.

Dari sudut pandang Islam, kemiskinan sendiri hingga kini dipandang sebagai

isu yang sangat krusial bagi dunia islam termasuk di Indonesia (Beik and Arsyianti

2015). Salah satu ulama besar mengungkapkan jika Islam menguraikan

kemandirian seseorang sebagai ketersediaan dasar makanan, minuman, tempat

tinggal dan kebutuhan dasar lainnya seperti yang didefinisikan oleh masyarakat di

mana dia berasal (Al-Qardhawi 1998). Selain itu, Al Sabai menjelaskan bahwa

standar hidup minimum yang dimaksud termasuk memiliki keluarga, perumahan

dan transportasi (Monzer 1982).

Kegagalan untuk mencapai kebutuhan yang ditetapkan tersebut memenuhi

syarat individu menjadi miskin. Kemiskinan tidak hanya bersifat kompleks dan

multi-dimensional, namun melampaui pengertian pendapatan dan mencakup

perampasan sosial, ekonomi dan politik (Shirazi, Amin et al. 2009).

Studi kali ini akan mengeksplorasi kenytaan empiris kemiskinan di Indonesia

dengan menggunakan pengukuran kemiskianan multidimensional dari perspektif

Islam. Dasar penelitian ini mengacu pada penelitian (Rasool and Salleh 2014) yang

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


5
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mengusulkan perspektif pengukuran kemiskinan multidimensional dalam konteks

lembaga zakat menggunakan indeks tertimbang sebagai alat pengukuran. Dari

penelitian tersebut ditemukan indikator kemiskinan Islam yang disebut dengan

Islamic Poverty Indicator (IPI) yang terdiri dari dimensi Maqâṣid-Al Sharī'ah

(objektif agama), yaitu agama, pengetahuan, fisik-diri, keturunan dan kekayaan.

Penelitian ini akan mengusulkan indeks perhitungan kemiskinan berdasarkan

kombinasi kedua pendekatan sebelumnya atau ekstensi konsep pengukuran

kemiskinan yang mengacu pada metode Alkire-Forster dan Saladin-Saleh. Dengan

demikian penelitian ini akan memperkenalkan sebuah indeks pengukuran

kemiskinan baru yang disebut dengan Islamic Multidimensional Poverty Index

(IMPI). Penelitian ini menggunakan satu periode observasi dengan sumber data

yang berasal dari Indonesia Family Life Survey (IFLS5) pada tahun 2014.

Hasil studi ini akan berimplikasi pada kebijakan dan langkah yang diambil

pemerintah terkait dengan penanggulangan dan pencegahan kemiskinan.

Keuntungan dari analisis kemiskinan multidimensional melalui pendekatan

Maqasid Syariah ini adalah perencanaan kebijakan kemiskianan dapat berupa

bauran kebijakan antar dimensi pada kemiskinan. Implikasinya akan merujuk pada

dimensi apa saja yang memiliki dampak terbesar pada kemiskinan, khususnya bagi

kondisi masyarkat muslim Indonesia.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


6
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana model pengukuran Islamic Multidimensional Poverty Index (IMPI)

yang merupakan penggabungan dari model Multidimensional Poverty Index

dan Islamic Poverty Indicator?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menghitung kemiskinan multidimensional pada masyarakat muslim di

Indonesia.

2. Menguji dan menganalisis pengaruh agama, pengetahuan, fisik-diri, keturunan

dan kekayaan terhadap kemungkinaan terjadinya kemiskinan multidimensional

di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi mahasiswa

Penelitian ini akan memperkaya pembahasan tentang kemiskinan dalam

persepektif islam sehingga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi penelitian-

penelitian tentang kemiskinan selanjutnya khususnya pada kemiskinan

multidimensional dengan persepektif islam.

2. Bagi instansi

Memberikan informasi bagi instansi terkait terutama pemerintah melalui

institusinya yang bergerak dalam pengentasan kemiskinan masyarakat muslim

secara khusus, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan determinan penyebab

kemiskianan dapat dilihat dari dimensi yang lebih luas. Harapannya output

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


7
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

berupa kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan akan lebih

tepat sasaran.

3. Mengedukasi masyarakat terkait dengan hal-hal yang terkait sebagai penetu

kemiskinan secara multidimensional. Dari faktor-faktor tersebut akan dijadikan

sebagai acuan masyarakat dalam mempertimbangkan kehidupannya di masa

depan dan dapat menekan kemiskinan secara makro.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada skripsi ini memiliki 5 bab, yakni:

Bab 1

Pada bab ini, berisi mengenai latar belakang penulisan beserta rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan serta sistematika penulisan.

Bab II

Berisi mengenai tinjauan pustaka dengan isi landasan teori, serta penelitian

terdahulu.

Bab III

Pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi penelitian yang berisi

pendekatan penelitian, ruang lingkup penelitian, jenis sumber data, prosedur

pengumpulan data dan tekhnik analisis.

Bab IV

Berisi mengenai Pembahasan pada skripsi yang berhubungan dengan judul dan

metode penelitian yang digunakan.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


8
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Bab V

Berisi mengenai daftar pustaka, yakni sumber-sumber yang mendukung

faliditas data, baik berupa buku, jurnal, ataupun situs web resmi.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


9
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Teoritis Kemiskinan
Berbagai ilmuwan telah mencoba mendefinisikan kemiskinan dari sudut

pandang dan berbagai macam persepektif, namun hingga kini “Kemiskinan”

belum memiliki arti baku dalam satu istilah. Hal ini tersebut bisa saja didasari

karena adanya perbedaan karakteristik dalam banyak aspek, seperti faktor

demografi, lokasi geografis, keragaman budaya dan lainnya (Beik 2010).

Bagaimanapun juga kemiskinan tetap didefinisikan menjadi suatu istilah sebagai

sebuah keadaan seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar

hidupnya.

Menurut (Holland, Blackburn et al. 1998) kemiskinan merupakan suatu

integrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper),

2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state

of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation)

baik secara geografis maupun sosiologis.

Kemiskinan adalah antithesis dari keadaan sejahteranya seseorang. Individu

yang gagal mencapai tingkat sejahtera akan menjadi miskin secara definisi.

Terdapat usaha untuk menjelaskan kesejahteraan sebagai bagian dari kemiskinan

yaitu dengan menggunakan konsep marginal utility yang menunjukan besarnya

tambahan yang diperoleh dari peningkatan konsumsi sebesar satu satuan.

9
SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA
10
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Hubungan antara kesejahteraan dan konsep marginal utility adalah ketika

pendapatan individu bertambah terus menerus maka kepuasan individu akan terus

meningkat seiring dengan semakin banyaknya barang dan jasa yang dikonsumsi,

tetapi individu juga sekaligus mengalami peningkatan utilitas yang semakin

menurun (Pindyck and Rubinfeld 2009).

Kemampuan untuk bisa berfungsi layak dalam suatu masyarakat merupakan

asal dari sejahteranya individu. Kondisi ini meliputi terpenuhinya kebutuhan

dasar akan gizi, pendidikan, tempat tinggal, pendapatan, kebebasan dalam

memilih, serta memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang dapat

mengancam kehidupannya. Kesejahteraan individu dapat dilihat dari

keterbatasan kapasitas individu (people’s capabilities) (Sen 1987).

Dalam perspektif individu, well-being diartikan sebagai terpenuhinya

standar kebutuhan dasar meliputi kebutuhan makan maupun non makan.

Sehingga, dalam hal ini kemiskinan muncul ketika individu memiliki pendapatan

dan pendidikan yang tidak memadai, kesehatan yang buruk, ketidakamanan,

kepercayaan diri yang rendah, atau tidak adanya hak, seperti kebebasan untuk

berbicara (Badan Pusat Statistik, 2014).

Berdasarkan aspek spesial, penduduk miskin adalah mereka yang pada

umumnya bertempat tinggal di daerah-daerah perdesaan, dengan mata

pencaharian pokok dibidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat

hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional. (Todaro and Smith 2003).

Terdapat empat faktor yang menjadi penyebab kemiskinan yaitu rendahnya

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


11
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tingkat pendidikan, rendahnya tingkat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja dan

kondisi keterisolasian (Kartasasmita 1996).

Adapun, ciri-ciri yang menjadi penyebab kemiskinan di Negara berkembang

seperti di Indonesia antara lain: (1) sarana dan prasarana pendidikan yang tidak

memadai yang menyebabkan tingginya penduduk buta huruf dan tidak memiliki

keterampilan atau keahlian; (2) sarana kesehatan dan pola konsumsi yang buruk

yang mengakibatkan terhambatnya laju pertumbuhan ekonomi karena hanya

sebagian kecil penduduk yang mampu menjadi tenaga kerja produktif; (3)

penduduk terkonsentrasi di sektor pertanian dan pertambangan dengan metode

produksi masih tradisional (Jhingan 2000).

Kemiskinan pada lingkup rumah tangga disebabkan pada ketidakmampuan

untuk mengakses beberapa hak dasar. antara lain:

1. Tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, dan

papan).

2. Tidak adanya akses terhadap kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan

transportasi.

3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk

pendidikan dan keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun masal.

5. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumberdaya

alam.

6. Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


12
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencarian yang

berkesibambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental

(SMERU, 2001).

2.2 Pendekatan Kemiskinan


a. Pendekatan Kemiskinan Moneter

Pendekatan moneter mengukur kemiskinan berdasarkan ketidakmampuan

seseorang untuk melakukan kegiatan konsumsi karena pendapatan yang dimiliki

individu dibawah garis kemiskinan. Kunci dari pendekatan moneter menurut

Grosh adalah pada asumsinya bahwa dengan alat analisis yang tepat metrik

moneter dapat mengukur heterogenitas diseluruh jenis individu dan situasi mereka

pada periode tertentu. Daya tarik dari pendekatan ini karena kompatibel dengan

asumsi maksimilasi utilitas (Grosh and Glewwe 2000).

(Schiller 1972) mengelompokan kemiskinan moneter ini menjadi dua

kelompok yaitu secara absolut dan relatif. Titik perbedaan antara kedua

pendekatan kemiskinan moneter tersebut adalah pada melihat kemiskinan yaitu

dari garis kemiskian atau pada jumlah orang yang miskin. Pendekatan absolut

dalam menentukan kemiskinan berawal dari konsep kebutuhan minimum, yaitu

berapa rangkai barang dan jasa yang dianggap penting untuk kesejahteraan fisik

suatu keluarga. Seseorang yang tidak dianggap memiliki sumberdaya untuk

memperoleh barang dan jasa tersebut dianggap sebagai miskin. Serangkai barang

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


13
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dan jasa tersebut terdiri dari sejumlah kalori yang dibutuhkan untuk kelangsungan

hidup seseorang dan beberapa bentuk barang lain (Schiller 1972).

Pendekatan relatif dalam menentukan kemiskinan adalah ketika

pendapatannya di bawah pendapatan rata-rata suatu populasi. Kemiskinan relatif

memahami kemiskinan dari dimensi ketimpangan antar kelompok penduduk.

Terdapat kelemahan pada pendekatan moneter di atas antara lain:

1. Terdapat perbedaan persepsi antar golongan masyarakat mengenai kebutuhan

minimum seiring dengan berjalannya waktu.

2. Keberadaan kemiskinan akan terus ada dengan proporsi tetap dari populasi.

3. Kualitas hidup dari masyarakat yang berada di golongan distribusi terendah

tidak mampu dijelaskan melalui pendekatan ini.

(Schiller 2010).

Pendekatan dengan menggunakan analisis moneter sebenarnya telah lama

menuai kritik dikarenakan hanya memotret sebagian kecil dari begitu besarnya

persoalan kemiskinan. Persoalan kemiskinan bukan saja menyangkut kemampuan

daya beli (purchasing power parity), pendapatan atau konsumsi tapi ada dimensi

yang lebih luas dari kondisi kemiskinan. Ketika ada sebagian masyarakat tidak

bisa akses terhadap pelayanan pendidikan dasar atau kesehatan dasar akibat

ketidakmampuan dalam ekonomi maka itu bisa dikatakan miskin. Begitu juga

terhadap kualitas dari standar kehidupan seperti rumah yang berlantaikan tanah,

tidak adanya sanitasi yang baik, sumber energi untuk penerangan dan memasak

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


14
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang tidak layak, maka ini merupakan bagian dari kemiskinan (Sen, Leon et al.

2000).

b. Pendekatan Kemiskinan Multidimensional

Untuk memotret kemiskinan secara lebih holistic, OPHI dengan UNDP pada

tahun 2010 mengembangkan MPI (Multidimensional Proverty Index). MPI

merupakan bagian yang terintegrasi dalam kerangka Millenium Development

Goals (MDGs), dimana setiap indikator MPI merupakan bagian dari target

pencapaian MDGs. UNDP melihat bahwa memperluas indikator kemiskinan dan

melihat kemiskinan secara multidimensi merupakan strategi awal dalam kerangka

penanggulangan kemiskinan global. Selama ini persoalan kemiskinan dijebak oleh

cakupan indikator yang sempit sehingga strategi penanggulangan kemiskinan

menjadi sempit juga.

Kemiskinan multidimensional memiliki sejumlah indikator dalam perhitungan

kemiskinan yang dikelompokkan menjadi tiga dimensi yaitu pendidikan,

kesehatan dan standar hidup (Budiantoro, Fanggidae et al. 2013).

Dimensi pendidikan diukur melalui lama sekolah (years of schooling) dan akses

terhadap pendidikan (attadence of school) oleh setiap individu. Indikator ini tidak

mencerminkan kualitas dari pendidikan yang mereka dapatkan (Budiantoro,

Fanggidae et al. 2013).

Dimensi kesehatan diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu gizi dan

kematian anak (Alkire 2002). Indikator gizi diukur untuk tiap-tiap anggota rumah

tangga (anak-orang dewasa). Pada anak, pengukuran gizi mengacu pada standart

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


15
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

MDGs yaitu berat badan berbanding usia anak.Sementara itu indikator kematian

anak merupakan cerminan dari ketidakmampuan terhadap kesehatan. Hal ini

karena kematian bisa disebabkan oleh kekurangan gizi dan penyakit.

Dimensi standar hidup mencerminkan pola kehidupan keseharian pada

masyarakat yang terdiri dari enam indikator yaitu:

1. Air; mencakup akses terhadap ketersediaan air bersih

2. Sanitasi; mencakup ketersediaan toilet dan ventilasi yang baik

3. Listrik; memiliki akses terhadap listrik

4. Lantai rumah; memiliki lantai rumah tidak dari pasir dan kotoran

5. Bahan bakar memasak; mencakup penggunaan BBM atau gas

6. Kepemilikan aset; ketersediaan barang berharga pada rumah tangga seperti

sepeda motor, mobil, televisi, kulkas, radio dsb.

2.3 Multidimensional poverty dalam persepektif Islam


Berdasarkan perspektif islam, kebutuhan seseorang itu adalah ketersediaan

makanan pokok, minuman, tempat tinggal dan kebutuhan dasar lainnya yang

didefinisikan oleh masyarakat tempat mereka tinggal (Al Qardawi 1999).

Sementara itu standar hidup minimum adalah memiliki keluarga, rumah dan

transportasi (Monzer 1982). Kegagalan untuk mencapai kebutuhan yang

ditetapkan ini membuat individu memenuhi syarat untuk menjadi miskin (Shirazi,

Amin et al. 2009).

Dalam definisi islam, kemiskinan disebut dengan Al-miskin atau Al-faqr berarti

keadaan membutuhkan. Sementara itu, seorang faqir adalah seseorang yang hanya

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


16
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mempunyai sedikit makanan pokok. Sedangkan kata al-miskin berarti orang yang

tidak punya cukup harta untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan orang-orang

yang menjadi tanggung jawabnya (EL Monem, 1986).

Pengukuran Kemiskikan Islam (Islamic Poverty Indikator) diformulasikan

berdasarkan prinsip-prinsip maqasid al-shariah (kebutuhan manusia) (JAWHAR,

2007); (Rosbi and Sanep 2010). Terdapat 12 indikator dari lima dimensi yang

diidentifikasi. Pertama, religiusitas dianggap menjadi dimensi yang penting dari

kebutuhan manusia. Ini termasuk pengetahuan agama, kewajiban agama, kontribusi

dan kegiatan di masjid. Kedua, kebutuhan jasmani pada kehidupan sehari-hari

seperti kesehatan, kualitas tempat tinggal atau tempat tinggal. Ketiga, ilmu

pengetahuan merupakan hal yang penting dalam pengembangan tingkat intelektual

dan kemampuan suatu individu. Hal ini termasuk tingkat pendidikan dan

keterampilan. Keempat, keluarga atau keturunan yang merupakan elemen penting

dalam kebutuhan manusia, Terakhir, akumulasi kekayaan seperti tabungan atau

investasi dan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan dari kegiatan ekonomi.

Sehingga (Rasool, Salleh et al. 2012) dalam studinya mencoba menyusun

konsep pengukuran kemiskinan non-moneter dengan indikator Kemiskinan Islam

(IPI). Dari hasil studi tersebut penentuan kemiskinan diformulasikan sesuai

dengan prinsip-prinsip maqasid al-shariah, dengan mengacu pada konsep

kemiskinan (Alkire and Foster 2007, Alkire and Santos 2010). Rumus untuk IPI

adalah sebagai berikut:

IPIw = (W1PS + W2WE + W3OS + W4KN + W5RE) x 100%

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


17
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Dimana:

PS (Physical Self) ; WE (wealth) ; OS (offspring) ; KN (knowledge) ; RE

(religiosity) dan W1; W2; W3 = Bobot.

Dalam penelitian yang lain (Ali and Hasan 2011) mencoba menyusun sebuah

index dengan pendekatan maqashid syariah. Hal ini dilakukan karena pentingnya

lima dimensi maqashid syariah terhadap dunia dan dunia setelahnya (akhirat), maka

dibuatlah beberapa daftar postulat (aksioma) untuk masing-masing dimensi MS

yang menuntun kita dalam mengembangkan atau memilih indikator yang tepat

untuk MS:

1. Wealth Protection Axioms

a. Transfer: Indeks MS seharusnya dapat meningkat bilamana Zakat dan

Sadaqah ditransfer/diberikan dari individu yang berada diatas garis

kemiskinan kepada individu yang berada pada garis kemiskinan.

b. Intergenerational Transfer: Indeks MS seharusnya meningkat bilamana

jumlah harta warisan diberikan sesuai syariah kepada semua

keturunannya.

c. Exchange (Pertukaran): Indeks MS seharusnya menurun bilamana uang

yang dipinjam/dipinjamkan dengan bunga (riba)

d. Spending (Pengeluaran): Jika pengeluaran meningkat pada Israf atau

Tabzeer maka indeks MS harusnya menurun nilainya. Dalam kasus

moderasi (Iqtisad) dalam pembelanjaan di barang dan jasa halal dan

Mubah maka indeks MS harusnya meningkat nilainya

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


18
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

e. Earnings (Penghasilan): Jika penghasilan halal meningkat maka indeks

MS akan meningkat dan jika penghasilan melalui cara haram (seperti

perjudian, penimbunan, kurang dari pengukuran penuh tatfeef, riba, dll)

meningkat maka indeks MS seharusnya menurun.

f. Accumulation (Akumulasi): Jika kekayaan terakumulasi dengan

pembayaran reguler Zakat dan Shadaqah maka indeks MS harus

meningkat dan jika kekayaan terakumulasi tanpa pembayaran Zakat maka

indeks MS akan menurun.

g. Risk (Resiko): Jika resiko kehilangan kekayaan meningkat maka harusnya

indeks MS menurun

h. Fairness (Kecukupan): Jika terdapat akses yang cukup untuk

mendapatkan penghasilan maka indeks MS harusnya meningkat.

2. Life Protection Axioms

a. Security (Keamanan): Indeks MS harusnya meningkan ketika keamanan

hidup meningkat

b. Health (Kesehatan): Indeks MS harusnya meningkat jika ada akses

terhadap fasilitas kesehatan

c. Time ude and Leisure Activities (Penggunaan waktu dan aktivitas waktu

luang): Indeks MS akan meningkat jika waktu lebih baik digunakan dalam

kegiatan yang sesuai syari'ah.

d. Kebugaran fisik: Indeks MS harusnya meningkat untuk akses yang mudah

dan terjangkau pada fasilitas olahraga dan kebugaran.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


19
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3. Intellect Protection Axioms

a. Fairness (Kecukupan): Indeks MS harus meningkat jika ada akses yang

cukup untuk belajar semua.

b. Harmfulness (Kerusakan): Indeks MS akan menurun jika ada akses yang

mudah pada kegiatan yang berbahaya bagi kecerdasan.

c. Practice (Latihan): Indeks MS akan meningkat jika pengetahuan agama

diubah menjadi praktek.

d. Education (Pendidikan): Indeks MS harus meningkat dengan tingkat

pendidikan.

e. Research (Penelitian): Indeks MS harus meningkat untuk penelitian yang

berguna dan terapan.

4. Faith Protection Axioms

a. Prayers (Sholat): Indeks MS harusnya meningkat untuk akses yang mudah

ke Masjid untuk sholat sehari-hari

b. Umrah/Hajj (Umrah / Haji): indeks MS harusnya meningkat dengan

keterjangkauan untuk melakukan Umrah / Haji

c. Fasting (Puasa): Indeks MS harus meningkat untuk kenyamanan dalam

berpuasa selama bulan Ramadhan.

d. Zakat: Indeks MS harusnya meningkat untuk akses yang mudah dalam

pengumpulan / pembayaran zakat.

e. Religious education (Pendidikan agama): indeks MS harusnya meningkat

dengan akses yang mudah untuk pendidikan Islam yang berkualitas

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


20
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

f. Time Spent (Waktu yang dihabiskan): indeks MS harusnya meningkat

untuk waktu yang dihabiskan untuk program dan pendidikan agama atau

waktu yang dihabiskan di Masjid.

g. Ghuloo: Indeks MS harusnya menurun dengan melebihi apa yang

dibutuhkan.

5. Posterity Protection Axioms

a. Marriage (Pernikahan): indeks MS harusnya meningkat untuk akses yang

mudah dan terjangkau untuk pernikahan

b. Family life (Kehidupan keluarga): Indeks MS harusnya meningkat untuk

kehidupan keluarga yang bahagia

c. Solidarity (Solidaritas): Indeks MS akan meningkat jika anak-anak

menghabiskan waktu bersama orang tua dan kakek-nenek mereka

d. Immorality (Imoralitas): Indeks MS harusnya menurun untuk akses ke

aktivitas tidak bermoral

e. Mortality (Mortalitas): Indeks MS harusnya menurun untuk kematian

anak dalam keluarga

f. Home (Rumah): Indeks MS harusnya meningkat untuk ibu yang tinggal di

rumah untuk mengasuh anak-anak mereka

g. Time Spent (Waktu yang dihabiskan): Indeks MS akan meningkat jika

anak-anak menghabiskan waktu dalam kegiatan yang sesuai syari'ah

h. Respect (Rasa Hormat): Indeks MS harusnya meningkat jika menghormati

orang tua.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


21
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

i. Religious Practice for Kids (Latihan agama untuk anak-anak): Indeks MS

akan meningkat jika anak-anak menghafal sebagian atau seluruh Al-

Qur'an dan pergi ke Masjid.

Aspek yang paling penting dari pengembangan indeks MS adalah memiliki

indikator yang sepenuhnya mewakili dimensi MS. Idealnya, indikator yang terkait

dengan MS harus dikembangkan dari kuesioner yang memenuhi aksioma di atas.

Tetapi praktis, kuesioner semacam itu tidak tersedia saat ini sehingga perlu mencari

proksi yang melakukan pekerjaan itu. Seperti pada data survei yang tersedia di

domain publik dan yang memberikan informasi yang agak relevan adalah data

World Values Survey (WVS). Berdasarkan tinjauan studi tersebut berikut proxi

yang dilakukan dengan data yang ada.

Tabel 2.3.1 Dimensi Maqasid al-Shari’ah dan Indikatornya dalam WVS


2010-2012

Dimensi Variabel Petunjuk Indikator


V145 Kehadiran dalam layanan keagamaan
Kepercayaan V146 Frekuensi dalam beribadah
(Faith) V147 Relijius, non-relijius - ateis
V148 Percaya pada Tuhan
V55 Kebebasan memilih dalam hidup
V177 Lebih suka tidak keluar pada malam hari
V179 Korban kejahatan tahun lalu
V180 Korban kejahatan keluarga tahun lalu
Kehidupan
(Life) V183 Perang yang melibatkan negara saya
V184 Serangan teroris
V185 Perang sipil
V188 Pergi tanpa adanya cukup makanan untuk dimakan
V189 Merasa tidak aman dari kejahatan di rumah anda

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


22
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel Lanjutan 2.3.1 Dimensi Maqasid al-Shari’ah dan Indikatornya dalam


WVS 2010-2012

Dimensi Variabel Petunjuk Indikator


V182 Tidak mampu memberikan anak saya pendidikan yang layak
Intelek V248 Tingkat pendidikan paling tinggi
(Intellect) V172 Konsumsi alkohol di jalanan
V175 Menjual obat-obatan di jalanan
V203 Homoseksualitas: dapat dibenarkan
V203A Prostitusi:
Anak-cucu V204 Aborsi:
(Posterity) V205 Bercerai:
V206 Seks sebelum menikah:
V209 Orang tua memukuli anak-anak:
V59 Kepuasan dengan situasi finansial
Properti V171 Terjadinya perampokan
(Property) Khawatir terhadap kehilangan pekerjaan atau tidak
V181 menemukan pekerjaan
V239 Kelompok pendapatan anda yang anda miliki

Tabel 2.3.2 Dimensi Maqasid al-Shari’ah dan Indikatornya dalam WVS


2005-2008
WVS 2005-2008
Dimensi MS Petunjuk pertanyaan survey
(Ref. Variabel)
Kepercayaan
(Faith)
Kepercayaan1 a006 kepentingan dalam hidup: agama
Kepercayaan2 f028 seberapa sering anda menghadiri layanan keagamaan
Kehidupan (Life)
Kahidupan1 a009 kondisi kesehatan
Kehidupan 2 a170 kepuasan dalam kehidupan anda
Intelek (intellect)
Intelek1 d071 ciri-ciri wanita: wanita terdidik
Intelek2 f124 dapat dibenarkan: mengkonsumsi alkohol

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


23
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel Lanjutan 2.3.2 Dimensi Maqasid al-Shari’ah dan Indikatornya dalam

WVS 2005-2008

WVS 2005-2008
Dimensi MS Petunjuk pertanyaan survey
(Ref. Variabel)
Intelek3 x025 tingkat pendidikan tinggi tercapai
Anak-cucu
(Posterity)
post1 a001 kepentingan dalam hidup: keluarga
seorang perempuan harus memiliki anak-anak yang
post2 d019 harus dipenuhi
post3 f118 dapat dibenarkan: homoseksualitas
post4 f119 prostitusi
post5 f120 aborsi
post6 f121 perceraian
Properti
(Property)
prop1 c006 kepuasan terhadap situasi keuangan rumah tangga
prop2 x047 skala pendapatan
prop3 x047r tingkat pendapatan

Persamaan kedua konsep perhitungan tersebut sama-sama menilai aspek sosial

ekonomi secara multidimensi antara konsep pengukuran IPI (Rasool, Salleh et al.

2012, Rasool and Salleh 2014) dengan maqashid syariah index (Ali and Hasan

2011) sama-sama merupakan ekstensi dari dari konsep perhitungan MPI yang

dikembangkan oleh (Alkire and Foster 2007, Alkire and Santos 2010). Perbedaan

kedunya ada pada bobot tertimbang yang digunakan untuk menilai angka

kemiskinan. IPI menggunakan pembobotan yang relatif menurut indikator.

Alasannya adalah karena urgensi pada IPI harus sesuai dengan prinsip maqasyid

al shariah (MS) seperti yang disarankan oleh Shatibi (Kamali 2009) sehingga

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


24
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

nilainya relatif. Sementara Maqashid Syariah Index (MSI) menggunakan

pendekatan yang sama dengan konsep yang digunakan dalam perhitungan MPI.

2.4 Penelitian Terdahulu


Pada bagian ini akan dibahas beberapa penelitian terdahulu tentang study

kemiskinan multidimensional dan beberapa penelitian terkait. Berikut ini

rinciannya:

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu

Peneliti Pendekatan Metode Analisis Hasil Penelitian


Kemiskinan Kemiskinan
(Wardhana Multidimensional - MCA (Mutiple - Terdapat hubungan antara
corespondencies Multidimensional poverty
2010) Poverty
Analysis) dan CIP dengan variabel tertimbang.

- Variabel makroekonomi
yang kurang mendukung
variabel yang diestimasi
dapat menyebabkan
kemiskinan.

- Human asset (dimensi


pendidikan, dan kesehatan)
merupakan faktor dominan
dalam mempengaruhi
kemiskinan secara
multidimensional jika
dibandingkan dengan
simensi physical assets.

- Kemiskinan di pedesaan
lebih cenderung banyak
dibandingkan dengan
kemiskinan di perkotaan

(Rasool and - Non-monetary - Islamic Poverty - Jika dibandingkan dengan


poverty Indicator (IPI) PLI (monetary poverty),
Salleh 2014)
- Weighted Index pengukuran IPI
Method menghasilkan angka

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


25
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

- PovertyLine kemiskinan yang lebih


Income (PLI) besar.

- Terdapat total 12 indikator


dari 5 dimensi pada IPI.
Sehingga, hanya ada
kelompok kecil yang
miskin dan melarat dari
kedua metode tersebut.
(Artha and - Multidimensional - Alkire Foster - Dimensi human
poverty dan Method asset (kesehatan dan
Dartanto 2015)
- Monetary poverty - Logit dan Ordered pendidikan) berkontribusi
Logit lebih besar dibandingkan
dengan Physical asset
(living standart).

- Untuk meningkatkan
kapabilitas seseorang
dalam mencapai
kesejahteraan, pendidikan
merupakan variabel kunci.

- Kepemilikan asuransi
kesehatan merupakan
variabel kedua yang
berpengaruh besar. Orang
yang teridentifikasi miskin
secara multidimensional
poverty ternyata 62,3%
diidentifikasi sebagai orang
yang tidak miskin secara
monetary poverty

(Alkire, Roche et Multidimensional Logit - Kepemilikan kepala rumah


tangga yang memiliki
al. 2015) Poverty
pendidikan tinggi,
bertempat tinggal di kota
akan menurunkan tingkat
kemiskinan, sebaliknya
kemiskinan akan meningkat
jika rumah tangga dipimpin
oleh perempuan dan ukuran
rumah tangga yang semakin
besar.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


26
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

- Dengan peningkatan
pendidikan, kemungkinan
orang menjadi miskin
multidimensional menjadi
berkurang

Alkire dkk Multidimensional Alkire-Foster - Analisis ekstensif pada


penelitian tersbut
(2017) Poverty Method
mengilustrasikan
bagaimana cara menilai
tingkat dan pola
pengurangan kemiskinan
multidimensi.

- menilai inklusifitas atau


apakah beberapa orang
atau kelompok tertinggal
di suatu wilayah per
negara.

(Dehury and - Multidimensional - Alkire-Foster - Sekitar 23% populasi rumah


poverty Method tangga miskin secara
Mohanty 2017)
- Deprivasi - Mishra-Sakula multidimensional dan yang
Lingkungan Rumah Method tinggal di lingkungan rumah
Tangga dan tangga yang miskin telah
- Morbiditas Jangka mengalami morbiditas
Pendek jangka pendek dalam
periode referensi 30 hari
jika dibandingkan dengan
20% populasi yang
termasuk rumah tangga non-
miskin secara multidimensi
dan hidup di lingkungan
rumah tangga yang miskin

- 19% penduduk termasuk


rumah tangga miskin
multidimensional dan
tinggal di lingkungan rumah
tangga yang baik dan 15%
penduduknya termasuk
rumah tangga non-miskin
multidimensi dan hidup
dalam lingkungan rumah
tangga yang baik.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


27
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(Bader, Bieri et - Multidimensional - Alkire-Foster - Kebijakan pengentasan


Poverty Method (AFM) kemiskinan tidak merata.
al. 2017)
- Dalam kurun waktu 2003 -
2013 jumlah kemiskinan di
Lao tercatat sebesar: 50%
persen orang di Lao keluar
masuk kategori miskin
secara multidimensi, 37%
tidak miskin dan sisanya
13% selalu miskin.

(Pasha 2017) - Multidimensional - Multiple - Bobot yang sama dari ketiga


Poverty Correspondent dimensi tidak dapat
Analysis (MCA) dibenarkan secara statistik.

- Selain itu, bobot statistik


berbeda secara sistematis
antar negara, menyiratkan
perbedaan dalam
perampasan di seluruh
wilayah, meskipun
peringkat kemiskinan rumah
tangga sangat berkorelasi
antara bobot normatif dan
statistik. Mengingat korelasi
tinggi antara semua
indikator yang digunakan
dalam MPI, tumpang tindih
yang besar ditemukan dalam
informasi, menyiratkan
bahwa mungkin tidak ada
banyak
multidimensionalitas dalam
dimensi MPI.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


28
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.5 Hipotesis dan Model Analisis


2.4.1 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang, teori dan penelitian terdahulu, maka

hipotesis penelitian ini adalah:

1. Diduga Keimanan, Jiwa, Akal, Harta dan Keturunan berpengaruh terhadap

kejadian kemiskinan multidimensional di Indonesia.

2. Diduga Keimanan, Jiwa, Akal, Harta dan Keturunan tidak berpengaruh

terhadap kejadian kemiskinan multidimensional di Indonesia.

2.4.2 Model Analisis


Penelitian ini merupakan perpaduan dari model perhitungan indikator

kemiskinan pada Islamic Poverty Indicator (Rasool and Salleh 2014) dan

Multidimensional Poverty Index (Alkire and Foster 2010, Alkire and Santos 2010).

Konsep pengukuran kemiskinan multidimensional dari persepektif islam ini

mencoba mengombinasikan keduanya dengan menggunakan konsep dasar

kemiskinan multidimensi dengan indikator dan pembobotan pada IPI.

2.5 Kerangka Berfikir


Kerangka berfikir disusun dengan pendekatan kemiskinan multidimensional

untuk menganalisis sifat subjek kemiskinan secara lebih komprehensif. Pendekatan

tersebut ialah Islamic Poverty Indicator (Rasool and Salleh 2014) dan

Multidimensional Poverty Index(Alkire and Foster 2010). Penelitian ini merupakan

ekstensi dari dua pendekatan sebelumnya. Penelitian ini mencoba untuk

menggabungkan konsep pengukuran Islamic Poverty Indicator dan

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


29
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

multidimensional poverty index dan selanjutnya akan menelurkan sebuah indeks

kemiskinan baru yaitu Islamic Multidimensional Poverty Index.

Pada dasarnya konsep Islamic Poverty Indicator merupakan ekstensi dari

multidimensional poverty index, hanya saja beberapa informasi penting yang

seharusnya di munculkuan dalam pengukuran kemiskinan multidimensi pada

Islamic Poverty Indicator tidak dimuat pada konsep pengukuran yang diajukan

(Saladin & Rasool 2014). Pada proses perhitungannya, penelitian ini dimulai dari

penentuan indikator kemiskinan dalam Islam yang terkristalkan dalam Maqashid

Syariah. Indikator yang dimaksudkan adalah iman, akal, jiwa, harta dan keturunan,

seperti yang juga digunakan pada penelitian (Saladin & Rasool 2014). Selanjutnya

dari lima dimensi tersebut akan dibuat batasan individu dinyatakan miskin

berdasarkan deskripsi keadaan yang paling rendah dari masing-masing indikator.

Setelah itu akan dilakukan pengukuran (H) Headcount ratio atau angka kemiskinan

multidimensi dan (A) Intensity of poverty atau tingkat keparahan kemiskinan

berdasarkan konsep pengukuran Multidimensional Poverty Index (Alkire and

Foster 2010). Hasil akhirnya akan memunculkan sebuah indeks kemiskinan baru

yang disebut Islamic Multidimensional Poverty Index atau (IMPI).

Penelitian ini kemudian akan menganalisis determinan pada pengukuran

kemiskinan yang dilakukan dari hasil pengukuran sebelumnya. Determinan

tersebut diperoleh dari permodelan ekonometrik berupa model Islamic

Multidimensional Poverty Index dengan pendekatan logit. Hasilnya akan dianalisisi

secara deskriptif dan digunakan sebagai dasar pengukuran kemiskinan

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


30
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

multidimensional yang lebih segar dan proporsional berdasarkan aspek

multidimensi.

Gambar 2.5 Kerangka Berfikir

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


31
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III

METODELOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi

deskriptif dan kuantitatif. Pendekatan deskriptif digunakan dalam melakukan

perhitungan Islamic Poverty Indicator (IPI) & Multidimensional Poverty Index

(MPI) serta regresi logistic. Kombinasi konsep perhitungan IPI dan MPI ini nantinya

akan menghasilkan sebuah indeks kemiskinan baru yang disebut Islamic

Multidimensional Poverty Index (IMPI). Secara lebih spesifik IPI digunakan sebagai

dasar perhitungan mengenai kemiskinan multidimensi dalam persepektif islam yang

mengacu pada model perhitungan (Rasool and Salleh 2014). Sementara MPI

digunakan sebagai dasar perhitungan kemiskinan multidimensi secara lebih

menyeluruh yang menggunakan konsep pengukuran kemiskinan yang dikemukakan

oleh (Alkire and Foster 2007, Alkire and Foster 2010, Alkire and Santos 2010,

Alkire, Roche et al. 2015). Kemudian regresi logit digunakan untuk mengestimasi

determinan kemiskinan multidimensi dalam persepectif maqashid al syariah yakni

Agama, Jiwa, Akal, Harta dan Keturunan.

3.2 Identifikasi Variabel


Dalam pengukuran model Multidimensional Poverty dengan pendekatan

Maqashid al Syariah terdapat 5 indikator kunci yang pada masing-masing indikator

terdapat variable turunan berupaya pertanyaan spesifik pada masing-masing rumah

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


32
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tangga berdasarkan kriteria pertanyaan dalam kuisioner IFLS5. Seluruh indikator

kunci yang digunakan merupakan hasil studi sebelumnya yang dilakukan oleh

(Rasool and Salleh 2014), sedangkan variabel-variabel turunan yang digunakan

disesuaikan dengan indikator pada penelitian (Rasool and Salleh 2014) dan

ketersediaan data pada kuisioner IFLS5. Apabila variabel turunun (pertanyaan

spesifik pada kuisioner) tidak ditemukan pada data IFLS5 maka akan dilakukan

proxy pada variabel tersebut.

Pembagian variabel-variable tersebut dantaranya sebagai berikut. Pertama,

adalah Indikator Keimanan (Ad-Din) dengan indikator turunannya adalah: Variabel

tingkat keimanan (Iman), Intensitas dalam beribadah (Ibadah), partisipasi dalam

kegiatan keagamaan/pengajian (Part_Kgm). Kedua, indikator Jiwa (An-Nafs)

dengan indikator turunannya adalah: variabel kondisi kesehatan (Health_Status),

variabel kualitas sanitasi (Toilet_Status), variabel keadaan lingkungan tempat

tinggal (Trash_Status). Ketiga, Indikator Akal (Al-Aql) dengan indikator

turunannya adalah: variabel tingkat pendidikan (Min_Educ), variabel kemampuan

menulis (Write), variabel kemampuan membaca (Read). Keempat Indikator Harta

(Al-Maal) dengan indikator turunannya adalah: variabel kepemilikan rumah

(House_Status), variabel pekerjaan (Work_Status), variabel kepemilikan asset

rumah tangga (HH_Asset). Kelima, Indikator Keturunan (An-Nasl) dengan

indikator turunannya adalah: variabel menikah (No_Married), variabel tidak

memiliki anak (No_Child).

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


33
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sementara itu untuk mengestimasi model determinan Islamic multidimensional

poverty Index akan dilakukan dengan pendekatan logit. Variabel dependen yang

digunakan adalah hasil pengukuran Islamic Multidimensional Poverty. Kemudian

variabel independen yang digunakan berasal dari seluruh variabel pada lima

indikator kunci yang telah dijelaskan sebelumnya. Lebih detail terkait dengan

gambaran indikator serta variabel dependen maupun independen pada penelitian ini

dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 3.2 Variabel kemiskinan multidimensional Islam dan simbol

variable

Variabel Multidimensional Poverty menggunakan Simbol


pendekatan Maqashid al Syariah Variabel
Keimanan
Tingkat keimanan Iman
Intensitas dalam beribadah Ibadah
Partisipasi pada kegiatan keagamaan Part_Kgm
Jiwa
Kondisi kesehatan Health_Cond
Kualitas sanitasi Toilet_Status
Kondisi lingkungan tempat tinggal Trash_Status
Akal
Tingkat pendidikan Min_educ
Kemampuan membaca Read

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


34
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel Lanjutan 3.2 Variabel kemiskinan multidimensional Islam dan


simbol variable

Kemampuan menulis Write


Keturunan
Menikah No_Married
Tidak memiliki anak No_Child
Harta
Kepemilikan rumah House_Status
Pekerjaan Work_Status
Kepemilikan asset rumah tangga HH_Asset

3.3 Definisi Operasional Variabel


Bagian ini akan membahas tentang definisi operasional variabel kemiskinan

multidimensional yang menggunakan indikator Maqashid Syariah secara lebih

detail. Definisi operasional variabel yang dijelaskan sesuai dengan variabel yang

ada pada Tabel 1. Berikut ini adalah penjabaran definisi dari seluruh variabel yang

digunakan dalam penelitian ini:

3.3.1 Islamic Multidimensional Poverty (IMP)


Variabel ini adalah hasil pengukuran kemiskinan yang berupa nilai

kemiskinan dari indikator-indikator kemiskinan yang telah diakumulasikan lalu

dibobot secara proporsional melalui metode pembobotan (Rasool, Harun et al.

2011, Rasool and Salleh 2014). Outputnya berupa data kategorik dengan nilai

biner (0 atau 1). Nilai (0) artinya rumah tangga yang teridentifikasi tidak miskin

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


35
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sesuai dengan nomor identitas pada IFLS. Sedangkan (1) artinya rumah tangga

yang teridentifikasi miskin sesuai dengan nomor identitas pada IFLS.

3.3.2 Dimensi Keimanan


Pentingnya iman sebagai hal yang paling fundamental dalam Islam telah

tertuang dalam Al-Quran yang berbunyi:

“lladhī jaʿala lakumu l-ʾarḍa firāshan wa-s-samāʾa bināʾan wa-ʾanzala mina s-

samāʾi māʾan fa-ʾakhraja bihī mina th-thamarāti rizqan lakum fa-lā tajʿalū li-llāhi

ʾandādan wa-ʾantum taʿlamūn”

Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,

dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan

itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu (Al-Baqarah/2:22). Syaikh

Abdurrahman bin Nâshir as-Sa’di (wafat 1376 H) rahimahullah menjelaskan tafsir

ayat ke-22 dari surat al-Baqarah ini, “Kemudian Allâh Azza wa Jalla menyebutkan

hujjah (argumentasi-red) wajibnya beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla semata,

yaitu Dia adalah Rabb (Pencipta; Pemilik; Penguasa; Pemelihara) kamu (manusia),

Yang telah memelihara kamu dengan berbagai macam kenikmatan. Sehingga iman

ini dianggap sebagai representasi fundamental dalam mengukur keislaman seorang

individu.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


36
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang digunakan untuk

merepresentasikan dimensi keimanan. Seluruh variabel pada dimensi ini bernilai

biner (0 atau 1) sesuai dengan model perhitungan kemiskinan multidimensi.

Berikut penjelasannya per variabel:

a. Tingkat keimanan

Variable ini menunjukkan tingkat kepercayaan seseorang dengan keyakinan

yang dianutnya dalam hal ini adalah agama islam. Sehingga variabel ini

merupakan representasi dari kepercayaan seseorang dengan tuhan yang

diyakininya dalam hal ini Allah Subhanahuwata a’la. Berdasarkan data yang ada

pada IFLS5, variabel keimanan ini bentuk awalnya merupakan data interval yang

bernilai (1-5) atau dalam bentuk kategori (1) Sangat beriman; (2) Beriman; (3)

Cukup Beriman; (4) Tidak Beriman dan (5) Tidak Menjawab. Karena dalam islam

parameter iman sifatnya terlalu subyektif terutama dalam mengukur tingkatan

keiman seseorang terhadap keyakinan yang dianutnya. Maka dari jawaban tersebut

selanjutnya diklasifikasikan lagi menjadi dua kategori yakni beriman dan tidak

beriman, dengan rincian (1) dan (2) masuk kategori beriman sedangkan (2), (3)

dan (4) masuk kategori yang tidak beriman. Nilai (0) diberikan jika responden

menyatakan beriman terhadap Islam dan Nilai (1) jika tidak menyatakan beriman

terhadap Islam meskipun mereka beragama Islam.

b. Intensitas ibadah

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


37
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Variabel ini menunjukkan intensitas ibadah seseorang dalam hubungannya

kepada Allah Azza Wa Jalla. Intensitas ibadah ini diproxikan melalui indikator

seberapa sering mereka melakukan ibadah, termasuk didalamnya solat, berdoa dan

sebagainya dalam sehari. Nilai (0) diberikan bagi mereka yang meluangkan

waktunya untuk ibadah setiap harinya. Sedangkan Nilai (1) diberikan bagi

responden yang tidak meluangkan waktunya untuk ibadah minimal sehari sekali,

yang jarang meluangkan waktunya dan yang tidak meluangkan waktunya untuk

ibadah sama-sekali.

c. Partisipasi dalam kegiatan keagamaan

Variable ini menunjukkan tingkat partisipasi seorang responden dalam

komunitas keagamaan dilingkungannya, pernah atau tidaknya berkontribusi pada

acara-acara yang diselenggarakan oleh komunitas keagamaan seperti ceramah

majelis taklim dan sejenisnya. Diberikan nilai (0) bagi responden yang pernah ikut

berpartisipasi minimal sekali dalam hidupnya. Sedangakan diberikan Nilai (1) jika

seorang responden tidak pernah ikut berpartisipasi sama sekali dalam kegiatan

yang dimaksud.

3.3.3 Dimensi Jiwa


Dimensi jiwa merupakan hal yang cukup krusial dalam Islam. Alasannya

karena ad-din (agama) tidak akan tegak jika tidak ada jiwa yang menjalankannya.

Sehingga apabila ingin menegakkan din, jiwapun harus ditegakkan.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


38
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Rasulullah pernah bersabda dalam riwayatnya, “Sungguh, badanmu memiliki

hak atas dirimu." (HR. Muslim). Ini menunjukkan manusia tidak boleh lalai

memenuhi hak badannya karena badan memiliki hak yang harus dipenuhi seperti

dengan memberikannya nutrisi berupa makanan atau minuman. Apabila lelah

diberikan waktu untuk beristirahat.

Sebaliknya, Islam melarang manusia dalam melakukan hal yang dapat

membahayakan fisiknya bahkan atas dasar untuk kegiatan agama sekalipun. Allah

berfirman:

“Wa -ʾanfiqū fī sabīli llāhi wa-lā tulqū bi-ʾaydīkum ʾilā t-tahlukati wa-ʾaḥsinū

ʾinna llāha yuḥibbu l-muḥsinīn”

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kerusakan." (QS. Al-Baqarah:

195), dan

“Yā-ʾayyuhā lladhīna ʾāmanū lā taʾkulū ʾamwālakum baynakum bi-l-bāṭili ʾillā ʾan

takūna tijāratan ʿan tarāḍin minkum wa-lā taqtulū ʾanfusakum ʾinna llāha kāna

bikum raḥīma”

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


39
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

"Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha penyayang

kepadamu." (QS. An-Nisaa': 29).

Sehingga dalam pentingnya menjaga jiwa dalam islam khususnya pada

dimensi ini, maka pengukuran pada dimensi ini dipecah kedalam tiga variabel.

Tiga variabel tersebut merupakan representasi dari jiwa. Sama halnya dengan

dimensi sebelumnya. Seluruh variabel pada dimensi ini bernilai biner (0 atau 1)

sesuai dengan model perhitungan kemiskinan multidimensi. Berikut

penjelasannya per variabel:

a. Kondisi kesehatan

Variabel ini menunjukkan kondisi kesehatan individu yang ada di sebuah

rumah tangga. Bernilai (0) jika responden diidentifikasi sehat dan bernilai (1) jika

reponden diidentifikasi tidak sehat.

b. Kualitas Sanitasi

Variabel ini menunjukkan kualitas sanitasi yang ada pada rumah tangga,

variable ini di proxykan berdasarkan kondisi sanitasi rumah tangga yang baik

dilengkapi dengan septic tank didalam rumah sediri. Bernilai (0) untuk rumah

tangga yang memiliki kondisi sanitasi layak, artinya memiliki akses sanitasi di

rumah sendiri dilengkapi dengan septic tank, sedangkan bernilai (1) jika tidak

memiliki sanitasi yang layak.

c. Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal

Variabel ini memperlihatkan kondisi kesehatan lingkungan tempat tinggal

sebuah rumah tangga variable ini di proxikan dengan aktivitas sebuah rumah

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


40
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tangga dalam mengelola sampah dilingkungan tempat tinggal mereka. Berniali (0)

jika rumah tangga mengelola sampah rumah tangga mereka dengan baik, dengan

cara membuat pembuangan sampah yang baik, dibakar atau ditanam. Sedangkan

bernilai (1) jika rumah tangga tidak mengelola sampah mereka dengan baik.

3.3.4 Dimensi Akal


Pentingnya menuntut ilmu dalam islam telah banyak dijelaskan dalam Quran

dan hadist. Salah satu hadist yang menjelaskan tentang pentingnya menuntut ilmu

adalah “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”1,

Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan potongan hasist tersebut ddengan

menekankan bahwa secara umum hukum menuntut ilmu terbagi dua: Pertama,

hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa. Inilah

yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu

(hukumnya) wajib. Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu

tentang pembagian berbagai hak, tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas,

cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang bersengketa,

dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan

apabila diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa

melakukannya, atau bahkan mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka.

1
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 3913). Diriwayatkan pula oleh Imam-imam ahli hadits
yang lainnya dari beberapa Shahabat seperti ‘Ali, Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’ud, Abu Sa’id
al-Khudri, dan al-Husain bin ‘Ali radhiyallaahu ‘anhum

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


41
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh

Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya2. Sehingga dapat ditarik kesimpulan tetang

keutamaan menuntut ilmu dalam islam sangatlah penting.

Dalam dimensi ini erdapat tiga variabel yang digunakan untuk

merepresentasikan dimensi akal. Sama halnya dengan dua dimensi sebelumnya.

Seluruh variabel pada dimensi ini bernilai biner (0 atau 1) sesuai dengan model

multidimensional poverty. Berikut penjelasannya per variabel:

a. Tingkat Pendidikan

Variable ini menunjukkan tingkat pendidikan yang ditempuh suatu individu

yang mewakili rumah tangga. Variable ini menggunakan batas minimal

pendidikan 12 tahun sesuai dengan aturan standar minimal pendidikan di

Indonesia. Sehingga variabel ini di proxikan berdasarkan jenjang pendidikan

terakhir yang ditempuh, bernilai (0) untuk responden yang berpendidikan minimal

SMA keatas dan bernilai (1) bagi responden yang memiliki tingkat pendidikan

SMA kebawah.

b. Kemampuan Membaca

Variable ini menunjukkan kemampuan membaca suatu rumah tangga, bernilai

(0) jika kepala rumah tangga bisa membaca, dan (1) jika kepala rumah tangga tidak

bisa membaca.

c. Kemampuan Menulis

2
Sumber: https://almanhaj.or.id/2307-menuntut-ilmu-jalan-menuju-surga.html

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


42
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Variable ini menunjukkan kemampuan menulis suatu rumah tangga, bernilai

(0) jika kepala rumah tangga bisa menulis, dan (1) jika kepala rumah tangga tidak

bisa menulis.

3.3.5 Dimensi Keturunan


Pentingnya dimensi keturunan dalam islam khususnya pada maqashid syariah

ini telah dijelaskan banyak ayat dan hujjah-hujjah lainnya dalam Al-Quran dan

Hadist. Salah satunya dalam ayat yang berbunyi:

“Fa-l-ʾāna bāshirūhunna wa-btaghū mā kataba llāhu lakum”

“ …Dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kamu (yaitu anak)” [Al-

Baqarah/2 : 187] Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan Anas bin Malik dan lain-lain

Imam dari kaum Tabi’in menafsirkan ayat di atas dengan anak (Tafsir Ibnu Jarir

dan Tafsir Ibnu Katsir di dalam menafsirkan ayat di atas) Maksudnya : Bahwa

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk mencari anak dengan jalan

bercampur (jima’) suami istri apa yang Allah telah tentukan untuk kamu.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


43
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

“Wa-la-qad ʾarsalnā rusulan min qablika wa-jaʿalnā lahum ʾazwājan wa-

dhurriyyatan wa-mā kāna li-rasūlin ʾan yaʾtiya bi-ʾāyatin ʾillā bi-ʾidhni llāhi li-

kulli ʾajalin kitāb”

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum-mu dan Kami

memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan…” [Ar-Ra’d/13: 38]. Dari

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda: “Jika seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan

separuh agamanya; oleh karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah untuk

separuh yang tersisa.”

Cukuplah ayat di atas sebagai dalil yang tegas dan terang bahwa Islam

memerintahkan mempunyai anak dengan jalan nikah dan bercampur suami-istri.

Dan sekaligus merupakan larangan dan celaan terhadap mereka yang tidak mau

mempunyai anak padahal ada jalan untuk memperolehnya dengan qadar Allah 3.

Dalam dimensi ini terdapat dua variabel yang dugunakan untuk

merepresentasikan dimensi keturunan. Variabel pada dimensi ini juga seluruhnya

bersifat biner (0 atau 1) sesuai dengan model. Berikut penjelasannya:

a. Menikah

Variable ini menunjukkan rumah tangga yang tinggal sendiri karena tidak

menikah atau pernah menikah lalu cerai dan belum menikah lagi. Bernilai (0) jika

menikah dan bernilai (1) jika tidak tidak menikah.

3
Sumber:https://almanhaj.or.id/2258-islam-menganjurkan-umatnya-untuk mempunyai-banyak-
anak.html

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


44
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

b. Memiliki anak

Variable ini meunjukkan ada tidaknya seseorang anak pada suatu rumah

tangga. Bernilai (0) jika terdapat minimal satu anak didalam suatu rumah tangga,

dan (1) jika ada anak yang meninggal.

3.3.6 Dimensi Harta


Sejalan dengan argumentasi pentingnya menikah dan memiliki banyak anak

dalam Islam. Pentingnya harta dalam Islam juga telah dijelaskan dalam beberapa

dalil baik Qur’an maupun hadist. Allah berfirman yang berbunyi:

“Wa-ʾāti dhā l-qurbā ḥaqqahū wa-l-miskīna wa-bna s-sabīli wa-lā tubadhdhir

tabdhīra. ʾinna l-mubadhdhirīna kānū ʾikhwāna sh-shayāṭīni wa-kāna sh-shayṭānu

li-rabbihī kafūra”

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu

adalah sangat ingkar kepada Rabbnya”. [Al-Isrâ : 26-27] menghambur-hamburkan

harta dikenal dengan istilah israf. Menjauhi ishraf ini juga telah dijelaskan dalam

dalil lain. Allah berkata dalam firman-Nya.

“Wa-lā tusrifū ʾinnahū lā yuḥibbu l-musrifīn”

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


45
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

“Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berlebih-lebihan” [Al-An’am/6 :141]

Ibnu taymiah dalam kitabnya bagian (maqashid syariah) telah menjelaskan di

antara cara dalam pemeliharaan harta adalah sebagai berikut:

(a). Islam mewajibkan beramal dan berusaha.

(b). Memelihara harta manusia dalam kekuasaan mereka.

(c). Islam menganjurkan bershadaqah, memperbolehkan jual beli dan hutang-

piutang.

(d). Islam mengharamkan perbuatan zhalim terhadap harta orang lain dan

wajib menggantinya.

(e). Kewajiban menjaga harta dan tidak menyia-nyiakannya

a. Kepemilikian rumah

Variable ini menunjukkan kepemilikan asset dalam suatu rumah tangga yang

di proxikan menggunakan indikator kepemilikan rumah pada suatu rumah tangga,

(0) jika rumah tempat tinggal saat ini milik sendiri dan (1) jika rumah yang

ditinggali saat ini bukan milik sendiri.

b. Pekerjaan

Variabel ini menunjukkan pekerjaan seorang kepala keluarga, variabel ini di

proxikan berdasarkan ada tidaknya pekerjaan kepala keluarga di suatu rumah

tangga, (0) jika kepala keluarga memiliki pekerjaan apapun jenisnya dan (1) jika

kepala keluarga tidak memiliki pekerjaan sama sekali.

c. Kepemilikan asset rumah tangga

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


46
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Variabel ini menunjukkan kepemilikan asset rumah tangga yang diproxikan

dengan kepemilikan asset berupa lahan pertanian. Bernilai (0) jika rumah tangga

teridentifikasi memiliki lahan pertanian dan bernilai (1) apabila rumah tangga

tidak memiliki.

3.4 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

berupa data cross section. Semua variabel menggunakan data tahun 2014. Data

tersebut merupakan sampel yang diambil dari data rumah tangga (Indonesian

Family Live Survey) yang dikumpulkan oleh RAND corporation bekerja sama

dengan University California Los Angeles dan Lembaga Demografi Universitas

Indonesia (IFLS gelombang 1 dan 2) serta Population Research center & Center

for Population and Policy Studies ( CPPS ) Universitas Gadjah Mada dan Survey

METER (2012) (IFLS gelombang 3, 4 dan 5). IFLS adalah data survei rumah

tangga menyangkut hal-hal terkait dengan kesehatan dan sosio-ekonomi yang

dilakukan berkelanjutan dari tahun 1993 (IFLS1), 1997(IFLS2), 2000 (IFLS3),

2007 (ILFS4) dan 2014 (IFLS5). Survei ini berdasarkan sampel rumah tangga

yang mewakili 83 persen populasi Indonesia di 21 provinsi.

3.5 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data


Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data dari sumber data pada penjelasan sebelumnya. Proses tabulasi

data dilakukan dengan bantun software statistik (STATA 14. Special Edition).

Digunkannya software STATA 14 sebagai alat bantu analisis karena jumlah

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


47
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sampling dan variabel pada proses pengumpulan data yang cukup banyak, format

data yang digunakan dan hanya mampu diolah menggunakan software STATA

Special Edition atau R.

Jumlah awal sample pada proses pengumpulan data mulanya berjumlah

10.406 sample data rumah tangga yang mewakili total 55.550 individu pada

IFLS5. Kemudian dari jumlah tersebut difilter hanya pada variabel yang matched

dengan model perhitungan. Proses filtrasinya secara garis besar dapat dilakukan

dengan tiga tahapan, yaitu menentukan buku dan seksi pada data IFLS yang telah

ditentukan, membuang variabel yang tidak diperlukan dan men-generate variabel

baru berdasarkan variabel yang dipilih untuk memudahkan proses pengerjaan.

Tahap filtrasi pertama adalah menentukan buku dan seksi pada data IFLS.

Dengan melihat kompleksitas indikator-indikator yang digunakan sehingga

hampir seluruh buku pada data IFLS digunakan. Karena buku dan seksi yang

digunakan cukup beragam maka untuk memudahkan proses penelitian dilakukan

penggabungan seluruh buku pada data IFLS. Proses selanjutnya adalah melakukan

filtrasi dengan memilih variabel apa saja yang akan digunakan. Total ada 14

variabel pertanyaan untuk responden yang dipilih dari 5 dimensi kemiskinan

seperti penjelasan sebelumnya. Kemudian dilakukan proses pembuangan untuk

variabel yang tidak diperlukan. Observasi yang awalnya berjumlah 10.406 sample

dengan jumlah variabel pertanyaan sebanyak 18.277 difilter dan dipilih hanya

menjadi 14 variabel pertanyaan dan hanya menyisakan sample sebesar 6.283.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


48
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Jumlah sample tersebut juga telah disesuaikan dengan responden yang hanya

beragama Islam, sesuai dengan konteks penelitian ini.

Tahap selanjutnya adalah melakukan filtrasi sample berdasarkan wilayah

observasi, pada penelitian ini menggunakan sample yang dibagi berdasarkan

wilayah per-provinsi. Proses filtrasi kedua ini dilakukan karena setalah proses

filtrasi pertama ternyata temuannya memperlihatkan jika beberapa provinsi

kekurangan sample. Sampel minimum yang dikehendaki pada penelitian ini adalah

sebesar 100 sample. Sehingga setalah dilakukan filtrasi kedua ini observasi hanya

berjumlah 6.144 sample. Dengan berkurangnya jumlah sample yang digunakan,

maka cakupan wilayah untuk keperluan justifikasi juga berkurang. Jumlah awal

wilayah yang masuk kedalam sampling pada filtrasi pertama awalnya berjumlah

22 provinsi berkurang menjadi 13 provinsi.

Tabel 3.5 Perbandingan Jumlah sample perwilayah observasi dengan

sampel sebelum dan sesudah proses filtrasi

Nama & Kode Provinsi

Filtrasi Pertama Filtrasi Kedua


12 Sumatera Utara 12 Sumatera Utara
13 Sumatera Barat 13 Sumatera Barat
14 Riau 16 Sumatera Selatan
15 Jambi 18 Lampung
16 Sumatera Selatan 31 DKI Jakarta
18 Lampung 32 Jawa Barat
19 Bangka Belitung 33 Jawa Tengah
21 Kepulauan Riau 34 DI Yogyakarta
31 DKI Jakarta 35 Jawa Timur
32 Jawa Barat 36 Banten

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


49
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel Lanjutan 3.5 Perbandingan Jumlah sample perwilayah observasi

dengan sampel sebelum dan sesudah proses filtrasi

Nama & Kode Provinsi


Filtrasi Pertama Filtrasi Kedua
33 Jawa Tengah 52 NTB
34 DI Yogyakarta 62 Kalimantan Tengah
35 Jawa Timur 63 Kalimantan Selatan
36 Banten 73 Sulawesi Selatan
51 Bali
52 NTB
61 Kalimantan Barat
62 Kalimantan Tengah
63 Kalimantan Selatan
64 Kalimantan Timur
73 Sulawesi Selatan
76 Sulawesi Barat
Total 22 Provinsi 13 Provinsi
Sumber: Indonesia Family Life Survey – 5

Setelah proses filtrasi dilakukan tahapan selanjutnya adalah proses

penghitungan seperti pada persamaan (3.1) sampai (3.4). Perhitungan dilakukan

dengan menggunakan dua pendekatan dan dikelompokkan kedalam tiga tahapan.

Pendekatan pertama adalah menggunakan konsep perhitungan (Rasool, Harun

et al. 2011, Rasool and Salleh 2014) utamanya pada proses pemilihan indikator,

pembobotan serta penentuan cut-off kemiskinan. Sedangkan pendekatan kedua

menggunakan konsep pengukuran (Alkire and Foster 2007, Alkire and Foster

2010) sebagai ekstensi untuk melihat karakteristik kemiskinan secara lebih detail.

Kombinasi keduanya akan memunculkan hasil pengukuran yang lebih holistik.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


50
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sementara itu tahapan perhitungan dimulai dari menghitung berdasarkan

pembobotan yang telah ditentukan. Pertama, dari hasil tersebut akan terlihat angka

kemiskinannya atau dalam konsep multidimensional poverty dilambangkan

dengan (H). Kedua, melihat angka keparahan kemiskinan yang dilambangkan

dengan (I) dan yang terakhir melihat indeks kemiskinan multidimensionalnya

berdasarkan pendekatan maqashid syariah. Penjelasan lebih detail tentang teknik

perhitungan dan analisis akan dibahas pada bagian selanjutnya.

Setelah proses pengukuran selesai dilakukan dan output berupa indeks

kemiskinan telah didapatkan maka tahapan selanjutnya adalah melakukan estimasi

pengukuran determinan kemiskinan. Perhitungan estimasi model menggunakan

pendekatan regresi logit seperti pada penjelasan sebelumnya. Variabel dependen

dari penelitian ini adalah Indeks kemiskinan dari hasil perhitungan yang telah

dilakukan sebelumnya. Variabel independennya adalah ke-14 variabel yang telah

dijelaskan sebelumnya.

3.6 Teknis Analisis


Bagian ini akan membahas teknik perhitungan dan proses estimasi determinan

kemiskinan. Pada bagian ini akan dijelaskan secara lebih detail tentang konsep

pengukuran kemiskinan dari (Rasool and Salleh 2014) dan (Alkire and Santos

2010), keterkaitan keduanya serta perpaduan konsep kemiskinan yang digunakan.

Kemudian akan dijelaskan konsep pemilihan model estimasi yang digunakan serta

pembahasan lebih detail terkait dengan model.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


51
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.6.1 Perhitungan Islamic Poverty Indicator dengan metode (Rasool and Salleh
2014)
Dimensi dalam IPI akan didasarkan pada kebutuhan manusia (maqâṣid

alSharī'ah) prinsip menurut Islam seperti yang disebutkan oleh JAWHAR (2007),

dan Rosbi dan Sanep (2010). IPI yang diusulkan akan didasarkan pada MPI yang

dikembangkan oleh Alkire dan Santos (2010). Perbedaan utama antara IPI yang

diusulkan dan MPI yang dikembangkan oleh Alkire adalah bobot IPI tidak sama

dengan prinsip maqâyah al-Sharī'ah seperti yang disarankan oleh Al-Ghazalli yang

mempelopori prinsip-prinsip ini (Kamali, 2009). Menurut Al-Ghazali, tujuan

Sharī'ah atau maqâṣid al-Sharī'ah adalah untuk mempromosikan kesejahteraan

semua umat manusia yang terletak pada pengamanan agama, fisik, pengetahuan,

keturunan dan kekayaan mereka dan berada dalam hirarki. Seorang ilmuwan lain,

Shatibi sepakat dengan lima tujuan Sharī'ah dan urutan hirarkis mereka. Meskipun

mayoritas ilmuwan setuju dengan lima dimensi maqâṣid al-Sharī'ah yang diajukan

oleh Al-Ghazalli dan didukung oleh Shatibi, ada beberapa ilmuwan yang

mengemukakan pendapat hirarkis yang diajukan oleh dua ilmuwan ini (Rasool,

Harun et al. 2011). Dengan demikian, dalam penelitian ini pendapat ahli dipilih

untuk menentukan apakah hierarki dimensi di setting Malaysia saat ini sama

dengan ide Al-Ghazalli dan Shatibi. Meski pendapat ahli bisa mengarah pada bias,

masalah ini berkurang dengan memilih panel ahli dengan pengalaman luas di

bidang kemiskinan. Selain itu, para ahli terpilih memiliki berbagai latar belakang

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


52
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

seperti ekonomi Islam, studi Islam, ekonomi pembangunan, pembangunan Islam

dll.

Proses keseluruhan formulasi IPI terdiri dari tiga tahap. Pertama, konsensus

para ilmuwan yang menjadi ahli dan berpengalaman dalam bidang fiqh dicari

dalam menentukan dimensi dan masing-masing indikator mereka dengan

anggapan bahwa semua indikator dalam dimensi tertentu memiliki bobot masing-

masing. Dimensi dan indikator terpilih ini kemudian dikirim ke pakar terpilih

untuk memeriksa keabsahannya. Kedua, bobot masing-masing dimensi dihitung

berdasarkan rangking yang diberikan oleh para ilmuwan. Fungsi bobot adalah

untuk mencerminkan pentingnya masing-masing dimensi dalam indeks. Ketiga,

perhitungan dan interpretasi IPI bersamaan dengan penetapan ambang batas (cut-

off) kemiskinan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan bobot perdimensi sebagai

berikut:

𝐼𝑃𝐼 = (0.25𝑃𝑆 + 0.129𝑊𝐸 + 0.138𝑂𝑆 + 0.186𝐾𝑁 + 0.295𝑅𝐸 ) ∗ 100%

Keterangan:

PS : Physical-Self atau Jiwa bobotnya sebesar 25%


WE : Wealth atau Harta bobotnya sebesar 12.9%
OS : Offspring atau Keturunan bobotnya sebesar 13.8%
KN : Knowledge atau Akal bobotnya sebesar 18.6%
RE : Religion atau Agama bobotnya sebesar 29.5%
Berdasarkan bobot tersebut maka pembobotan per indikator yang tersusun pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


53
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 3.6.1 Bobot Perhitungan Islamic Poverty Indicator

Bobot
Variabel Relatif Miskin jika…
(%)
Aama
Keimanan 7.4 Kepala Rumah Tangga tidak beriman
Kepala Rumah tangga tidak menjalankan kewajiban
Ibadah 7.4
dalam beragama dalam kehidupan sehari-hari
Partisipasi
Tidak pernah berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
dalam kegiatan 7.4
seperti ceramah, pengajian sekalipun
keagamaan
Jiwa
Ada salah satu anggota keluarga yang mengalami sakit
Kesehatan 12.6
serius
Kondisi sanitasi yang buruk atau tidak memiliki toilet
Sanitasi
pribadi
Lingkungan Tempat tinggal tidak layak banyak sampah kotor
Akal

Gambar lanjutan 3.6.1 Bobot Perhitungan Islamic Poverty Indicator

Level Kepala rumah tangga tidak mengikuti pendidikan


9.3
pendidikan minimal
Membaca 9.3 Kepala rumah tangga yang tidak dapat membaca
Menulis Kepala rumah tangga yang tidak dapat menulis
Harta
Pekerjaan 4.3 Kepala rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan
Kepemilikan
4.3 Rumah tangga yang tidak punya rumah sendiri
rumah
Kepemilikan
4.3 Kepala rumah tangga tanpa asset lain berupa lahan
asset lain
Keturunan
Tidak punya
6.9 Rumah tangga yang tak memiliki anak
anak
Tidak menikah 6.9 Rumah tangga yang tidak menikah
Sumber: Kuisioner IFLS-5 tahun 2014

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


54
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sementara itu nilai ambang batas (cut-off) kemiskinan yang disepakati

berdasarkan penelitian (Rasool and Salleh 2014) adalah sebesar 40%. Nilai 40%

artinya apabila suatu rumah tangga teridentifikasi miskin pada 40% aspek

multidimensi seperti yang telah ditentukan diatas maka rumah tangga tersebut

dikatakan sebagai rumah tangga yang miskin. Sedangkan ababila nilainya berada

dibawah 40% maka rumah tangga tersebut tidak dinyatakan miskin.

3.6.2 Perhitungan Multidimensional Poverty Index dengan metode Alkire &


Forster
Pada bagian ini akan dijelaskan secara sistematis terkait dengan konsep

pengukuran kemiskinan dengan metode Alkire-Forster (2007, 2011).

Dalam menghitung kemiskinan pada MPI ini rentang penilaiannya dari 0-1.

Ketika seseorang dikatakan miskin atau memenuhi kriteria indikator miskin akan

dikenakan nilai 1. Sedangakan bagi individu yang tidak terindikasi miskin atau

tidak memenuhi kriteria indikator miskin maka nilainya 0. Penilaian dilakukan

pada masing-masing indikator. Selanjutnya, setelah penilaian pada 14 indikator

sudah dilakukan, proses berikutnya adalah menghitung C1 seperti dibawah ini:

C1 = W1I1 + W2I2 + ... + WdId (3.1)

C1 dapat disebut sebagai hasil perhitungan dari bobot yang ditentukan

sedangkan nilai Ii = 1 apabila rumah tangga masuk kedalam kriteria indicator i dan

Ii = 0 jika bukan. Wi adalah bobot dari indicator i dengan∑𝑑𝑖=1 𝑤𝑖 = 1. Hasil

perhitungan semua indikator dan dimensi dijumlahkan dan akan ditentukan sample

miskin jika hasil penjumlahan dibawah 1/3.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


55
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya jika penelitian ini merupakan

kepanjangan dari MPI sehingga konsep perhitungan yang digunakan

keseluruhannya sama dengan MPI. Sehiingga secara sederhana MPI adalah hasil

perkalian Multidimensional Headcount Ratio (H) dan Intensity of poverty (A).

DImana, (H) adalah hasil pembagian dari jumlah individu yang terindikasi miskin

(q) secara multidimensional dan total populasi (n).


𝑞
𝐻=𝑛 (3.2)

Sementara itu intensity of poverty merupakan hasil pembagian nilai score (C1)

yang hanya terindikasi miskin terhadap jumlah individu yang terindikasi miskuin

(q).

∑𝑛
𝑖=1 𝑐𝑖(𝑘)
𝐴= (3.3)
𝑞

Sehingga,

𝑀𝑃𝐼 = 𝐻 × 𝐴 (3.4)

Gambar 3.6.2 Bobot dan Indikator MPI

Multidimensional Poverty Index (MPI) (Santos and


Alkire 2011)
Dimensi & Indikator Bobot
Kesehatan 1/3
Gizi 1/6
Kematian Bayi 1/6
Pendidikan 1/3
Lama Sekolah 1/6
Kehadiran dalam pendidikan 1/6

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


56
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lanjutan
Kualitas Kehidupan 1/3
Bahan bakar untuk memasak 1/18
Sanitasi 1/18
Air bersih 1/18
Sumber penerangan 1/18
Kondisi lantai rumah 1/18
Kepemilikan asset 1/18

3.6.3 Analisis Regresi Logit


Analisis ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan estimasi model

kemiskinan. Digunkannya model logit adalah untuk mencari probabilitas rumah

tangga yang teridentifikasi miskin. Selain itu regresi logit dipilih atas dasar

pertimbangan penyesuain untuk karakteristik variabel yang digunakan pada

penelitian ini yang datanya bersifat binary (0 atau 1) baik variabel dependen

maupun variabel independen. Sehingga model estimasi yang paling tepat

digunakan pada penelitian ini adalah model logit. Berikut ini adalah persamaan

regresi logit kemiskinan multidimensional dengan persepektif maqashid syariah.

𝑃𝑖
𝐿𝑖 = ln ( ) = 𝛽0 + 𝛽1 𝐼𝑚𝑎𝑛 + 𝛽2 𝑆𝑜𝑙𝑎𝑡 + 𝛽3 𝑃𝑎𝑟𝑡𝐾𝑔𝑚 + 𝛽4 𝐻𝑒𝑎𝑙𝑡ℎ
1𝑝𝑖

+ 𝛽5 𝑇𝑟𝑎𝑠ℎ + 𝛽6 𝑇𝑜𝑖𝑙𝑒𝑡 + 𝛽7 𝐻𝑜𝑢𝑠𝑒 + 𝛽8 𝐻𝐻𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 + 𝛽9 𝑊𝑜𝑟𝑘

+ 𝛽10 𝐸𝑑𝑢𝑐 + 𝛽11 𝑊𝑟𝑖𝑡𝑒 + 𝛽12 𝑅𝑒𝑎𝑑 + 𝛽13 𝑀𝑎𝑟𝑟𝑖𝑒𝑑

+ 𝛽14 𝐶ℎ𝑖𝑙𝑑 + 𝜇 …

(3.5)

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


57
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Keterangan:
Li = Logit
Pi
Ln ( 1 − pi) = odds ratio dalam hal status kemiskinan multidimensional
dengan persepektif maqashid syariah. Jika Pi=1 maka rumah
tangga tersebut dinyatakan miskin. Jika Pi=0 maka rumah
tangga tersebut tidak dinyatakan miskin.
Iman = Tingkat keimanan
Pray = Ibadah wajib yang dilakukan minimal sehari sekali sepanjang
waktu
PartKgm = Partisipasi dalam kegiatan keagamaan
Health = Kondisi kesehatan
Trash = Kondisi lingkungan tempat tinggal rumah tangga
Toilet = Kondisi sanitasi
House = Kepemilikan rumah
HHAsset = Kepemilikan atas asset rumah tangga
Work = Status pekerjaan
Educ = Minimal pendidikan
Write = Skill membaca
Read = Skill menulis
Married = Status pernikahan
Child = Rumah tangga yang memiliki anak

Setelah melihat model estimasi logit diatas, tahapan selanjutnya adalah

analisis dan interpretasi model. Dalam proses analisis model logit peneliti

membagi kedalam tiga tahapan bahasan. Pertama, pengujian z-statistic (distribusi

normal). Kedua, pengujian Likelihood Ratio (LR) Statistic. Ketiga, pengujian

goodness of fit.

Sebelum masuk ke tahapan analisis. Identifikasi rumah tangga yang miskin

jika dibuat dalam model matematika dinyatakan dengan:

1 1
𝑃𝑖 = 𝐸 (𝑌𝑖 = 𝑥𝑖 ) = 1+𝑒 −(𝛽1+𝛽2𝑥𝑖) (3.6)

Secara lebih sederhana persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:

1 𝑒𝑧
𝑃𝑖 = 1+𝑒 = 1+𝑒 𝑧 (3.7)

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


58
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Jika kemungkinan terjadinya suatu peristiwa (miskin) dinyatakan dengan Pi,

maka kemungkinan tidak terjadinya suatu peristiwa (tidak miskin) dapat

dilambangkan dengan (1-Pi). Persamaannya menjadi:


1
1 − 𝑃𝑖 = 1+𝑒 (3.8)

Sehingga,

𝑃𝑖 1−𝑒 𝑧
= 1+𝑒 𝑧 = 𝑒 𝑧𝑖 (3.9)
1−𝑃𝑖

𝑃𝑖
Pada persamaan (3.5), disebut sebagai odds suatu peristiwa, yaitu rasio
1−𝑃

kemungkinan terjadinya suatu peristiwa (miskin) terhadap kemungkinan tidak

terjadinya peristiwa (tidak miskin) tersebut. Selanjutnya persamaan (3.5)

ditransformasikan melalui logaritma natural, dan persamaannya menjadi:

𝑃𝑖
𝐿𝑖 = ln⁡[1−𝑃𝑖 = 𝑍𝑖 = 𝛽1 + 𝛽2𝑋𝑖 (3.10)

Pada persamaan (3.6) diatas dapat diketahui Li adalah log dari odds yang

bersifat linier dalam Xi dan linier dalam parameter. Sehingga Li disebut logit dan

persamaan (3.8) disebut sebagai model logit (Baum and Christopher 2006).

Setelah mempelajari persamaan matematika pada model logit diatas

selanjutnya akan dijelaskan tahapan analisis model logit. Seperti yang dijelaskan

sebelumnya ada tiga tahapan analisis yang akan dipaparkan pada bagian ini.

Berikut penjelasannya:

1. Pengujian Z-Statistic (distribusi normal)

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


59
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pada model logit, metode estimasi yang digunakan adalah metode maximum

likelihood. Sehingga proses estimasi dari nilai standar error menjadi asymptotic.

Akibatnya, evaluasi proses signifikansi koefisien tidak lagi menggunakan t-

statistic. Pada model logit proses evaluasi signifikansi yang digunakan adalah nilai

z-statistic sehingga pengujian model menggunakan table distribusi normal. Suatu

variabel dikatakan berdistribusi normal apabila nilai rata-ratanya nol dan nilai

varaiansinya adalah satu.

Nilai z-statistic tersebut digunakan untuk menguji koefisien secara parsial dari

tiap-tiap variabel independen. Sehingga pengujian ini dapat melihat hasil

identifikasi signifikansi variabel secara satu-persatu pada responden/rumah tangga

yang teridentifikasi miskin. Proses pengujian menggunakan uji z-statstic pada

model logit ini sama dengan proses pengujian uji z pada umumnya. Yakni dengan

membandingkan nilai 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan nilai 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 . Apabila nilai pada 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 >

⁡𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 maka 𝐻0 diterima, dan apabila sebaliknya maka 𝐻0 tidak diterima/ditolak.

2. Pengujuan Likelihood Ratio (LR) Statistic

Likelihood Ratio (LR) Statistic disebut juga sebagai uji signifikansi koefisien

secara simultan. Kegunaan Uji LR ini sama dengan uji F pada model regresi linier.

Proses pengujian nilai LR adalah apabila nilai 𝑋 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑋 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻0

tidak diterima/ditolak yang artinya ada pengaruh secara simultan dari variabel

independen terhadap variabel dependen atau ada pengaruh secara simultan dari

variabel-variabel multidimensional dalam mempengaruhi kemiskinan secara

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


60
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

multidimensional. Selain itu, pengujian hipotesis pada uji LR ini dapat dilakukan

dengan menggunakan konsep perbandingan nilai p-value dengan nilai α. Apabila

nilai p-value < α maka 𝐻0 tidak diterima/ditolak yang artinya ada pengaaruh secara

simultan dalam mempengaruhi kemiskinan multidimensional.

3. Penngujian Goodness of fit

Pengujian goodness of fit atau pengujian hipotesis kompatibilitas merupakan

pengujian hipotesis untuk menentukan apakah suatu himpunan frekuensi yang

diharapkan sama dengan frekuensi yang diperoleh dari suatu distribusi. Pada

regresi binari model logit untuk melakukan pengujian goodness of fit umumnya

menggunakan nilai 𝑝𝑠𝑒𝑢𝑑𝑜⁡𝑅2 , hal ini didasari karena pengukuran goodness of fit

konvensional yang kurang memadai. Pada penelitian ini misalnya nilai 𝑝𝑠𝑒𝑢𝑑𝑜⁡𝑅2

digunakan untuk melihat ketepatan model dalam menentukan probabilitas nilai

kemiskinan multidimensional suatu rumah tangga dari persepektif maqashid

syariah.

Nilai 𝑝𝑠𝑒𝑢𝑑𝑜⁡𝑅2 adalah nilai interval (0 sampai 1). Semakin dekat nilai

𝑝𝑠𝑒𝑢𝑑𝑜⁡𝑅2 dengan 1 artinya variabel dependen dan independen memiliki korelasi

yang semakin kuat, sebaliknya apabila nilai 𝑝𝑠𝑒𝑢𝑑𝑜⁡𝑅2 semakin mendekati 0

artinya korelasi variabel dependen dan variabel independen semakin lemah atau

tidak ada korelasi. Catatan penting yang perlu diperhatikan pada estimasi model

logit menurut (Gujarati and Porter 2003) adalah perhatian pada nilai goodness of

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


61
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

fit merupakan kriteria kedua. Sehingga prioritas utama adalah dengan melihat

tanda dan signifikansi pada masing-masing koefisien regresi secara statistic.

Sementara itu (Baum and Christopher 2006) mengungapkan jika dalam

menginterpretasikan hasil pada model logit dapat dilakukan dengan menggunakan

koefisien logit. Jika koefisien bernilai positif (+) maka nilai variabel tersebut juga

meningkat, begitu juga dengan nilai odds (kecenderungan) atau (Y=1) meningkat,

begitu juga sebaliknya. Hal tersebut berlaku pada variabel independen yang

berskala kontinu atau diskrit. Apabila variabel independen bersifat kategorikal

atau seperti variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka nilai odds

(kecenderungan) atau (Y=1) akan lebih besar jika (Z=1), dibandingkan saat (X=0).

Dalam konteks penelitian ini misalnya, menggunakan contah variabel bebas Iman

(Tingkat Keimanan) lihat persamaan (3.1) pada bahasan sebelumnya. Apabila

responden beriman akan memiliki kemungkinan lebih rendah untuk menjadi

miskin multidimensi jika dibandingkan dengan responden yang tidak beriman.

Selain dengan melihat tanda pada koefisien model logit untuk dapat melihat

kompatibilitas variabel dapat menggunkan nilai dari odds ratio. Nilai odds ratio

diperoleh dari hasil transformasi nilai logit menjadi anti-log seperti pada

persamaan (3.4) diatas. Variabel dependen atau pada penelitian ini kecenderungan

terjadinya perubahan status kemiskinan multidimensional (Y=1) pada (X=1) akan

meningkat sebesar 𝑒 𝛽 kali (x) jika dibandingkan (X=0) atau kategori (X) yang

menjadi basis.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


62
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian


Bagian ini berisi tentang ulasan Multidimensional Poverty dengan pendekatan

Maqashid Syariah yang merupakan bagian inti pada penelitian ini. Beberapa hal

yang akan dibahas diantaranya adalah gambaran umum kemiskinan, hasil

perhitungan dengan metode yang telah ditentukan sebelumnya, hasil estimasi

kemiskinan dan analisis. Gambaran umum berisi tentang deskripsi umum

kemiskinan berdasarkan sampling yang digunakan pada IFLS-5. Hasil estimasi

kemiskinan berisi tentang hasil estimasi kemiskinan model logit serta analisis

berisi tentang bahasan hasil perhitungan dan estimasi yang secara lebih mendalam

dan kaitannya dengan pengukuran yang sesuai dengan kondisi sebenarnya.

4.1.1 Kondisi Kemiskinan Multidimensional dengan pendekatan Maqashid


Syariah (Islamic Multidimensional Poverty)
Jumlah rumah tangga miskin yang teridentifikasi dari sampling yang

dilakukan menggunakan data IFLS gelombang ke-5 sebesar 30.34% rumah tangga

di Indonesia. Angka tersebut mewakili 13 provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi

dengan jumlah rumah tangga miskin terbesar adalah Jawa Timur dengan jumlah

rumah tangga miskin yang teridentifikasi sebesar 305 rumah tangga. Sedangkan

provinsi dengan jumlah rumah tangga miskin terendah adalah Daerah Istimewa

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


63
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Yogyakarta sebesar 67 rumah tangga. Namun jika dilihat dari persentase

kemiskinan multidimensi. Provinsi dengan jumlah rumah tangga termiskin adalah

provinsi Sulawesi selatan dengan 44.49% rumah tangga yang teridentifikasi

miskin dan yang terendah teteap provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar

17.31% persen.

Jika dipoteret dari tinjauan spasial, yang secara spesifik melihat kondisi

kemiskinan untuk wilayah pedesaan dan perkotaan pada 13 provinsi yang dihitung

di penelitian ini menunjukkan jika persebaran kemiskinan di tiap-tiap daerah

pedesaan cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah perkotaan.

Provinsi dengan kondisi kemiskinan terbesar dalam tinjauan spasial adalah Jawa

Tengah (173 Rumah tangga) untuk wilayah pedesaan dan provinsi Jawa Timur

(136 Rumah Tangga) untuk wilayah perkotaan. Untuk persentase kemiskinan dari

tinjauan ini menunjukkan provinsi dengan kondisi kemiskinan terparah untuk

wilayah pedesaan adalah provinsi Sulawesi Selatan dan untuk wilayah perkotaan

adalah provinsi Banten. Uniknya khusus untuk provinsi Banten dan Sumatera

Utara berdasarkan dari tinjauan spasial menunjukkan jika kondisi kemiskinan di

perkotaannya lebih parah dibandingkan dengan pedesaannya.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


64
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.1.1 Jumlah rumah tangga miskin level provinsi.


350
300
250
200
150
100
50
0

Kota Desa Total

Sumber: Indonesia Family Life Survey

Gambar tersebut juga menjelaskan urutan angka kemiskinan per wilayah

berdasarkan jumlah identifikasi rumah tangga. Ukuran yang terbanyak bukan

merepresentasikan wilayah yang terparah. Meskipun Jawa Timur diidentifikasi

memiliki jumlah rumah tangga miskin terbanyak pada penelitian ini namun secara

persentase tidak demikian juga.

Meskipun demikian, jika dilihat secara akumulatif pada hasil penelitian ini

menunjukkan jika kondisi kemiskinan secara umum berdasarkan pendekatan

Maqashid Syariah ini memperlihatkan jika kondisi rumah tangga yang

teridentifikasi miskin lebih rendah daripada rumah tangga yang tidak

teridentifikasi miskin.

Selanjutnya akan diuraikan secara lebih spesifik karakteristik kemiskinan

menurut dimensi dan indikator penyusun kemiskinan. Dimensi dan indikator yang

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


65
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dijelaskan adalah lima dimensi maqashid syariah dan empat belas indikator seperti

yang telah dijelaskan pada chapter sebelumnya.

Tabel 4.1.2 Deskripsi Kemiskinan per Indikator

Variable Mean Standar Deviasi Min Max


Iman 0.191081 0.3931845 0 1
Partisipasi Keagamaan 0.406576 0.4912343 0 1
Ibadah 0.064453 0.2455784 0 1
Minimal Pendidikan 0.688802 0.4630212 0 1
Membaca 0.137533 0.3444367 0 1
Menulis 0.14974 0.356845 0 1
Kondisi Kesehatan 0.237793 0.4257663 0 1
Kualitas Sanitasi 0.171224 0.3767352 0 1
Kondisi Lingkungan 0.691244 0.462018 0 1
Kepemilikan Rumah 0.194662 0.3959721 0 1
Kepemilikan Asset lain 0.651693 0.4764727 0 1
Status Pekerjaan 0.27181 0.4449286 0 1
Menikah 0.198893 0.3992 0 1
Anak 0.008789 0.0933447 0 1
Sumber: Indonesia Family Life Survey

4.1.2 Dimensi Keimanan


Pada dimensi ini terdapat tiga variabel turunan yang di analisis yakni Iman,

Partisipasi Keagamaan dan Ibadah. Hasil perhitungan memperlihatkan dari total

6144 rumah tangga yang diobservasi memperlihatkan jika 1174 atau 19.11%

terindikasi tidak beriman kepada Allah. Hal ini sejalan dengan tingat partisipasi

responden dalam kegiatan keagamaan yang juga rendah yakni sebesar 2498 atau

40.66% teridentifikasi tidak pernah berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan.

Uniknya meskipun hasil observasi menunjukkan angka responden yang tidak

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


66
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

beriman cukup tinggi, ternyata kegiatan responden dalam menjalankan ibadah

menunjukkan angka yang lebih rendah, itu artinya ada beberapa responden yang

teridentifikasi lemah pada tauhid namun tetap menjalankan ibadah yang diajarkan

islam.

Gambar 4.1.2 Persentase Kemiskinan Dimensi Keimanan

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Iman Parisipasi Ibadah

Miskin Tidak Miskin

Sumber: Indonesia Family Life Survey

4.1.3 Dimensi Jiwa


Sama dengan dimensi sebelumnya, pada dimensi jiwa terdapat 3 indikator

yang di analisis yaitu kondisi lingkungan, kondisi kesehatan, dan kualitas sanitasi.

Hasil perhitungan dari total 6144 rumah tangga memperlihatkan sejumlah 4247

rumah tangga atau sebesar 69.12% terindikasi memiliki kondisi lingkungan yang

buruk. Hal ini berbanding terbalik dengan tingkat kondisi kesehatan terhitung

cukup rendah yakni sejumlah 1461 rumah tangga atau 23.78% yang terindikasi

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


67
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

memiliki masalah pada kesehatan. Kemudian dari sisi kondisi sanitasi

memperlihatkan hanya 1052 rumah tangga dari 6144 rumah tangga yang

diobservasi atau 17.12% teridentifikasi memiliki masalah pada ketersediaan air

bersih dan saluran air. Secara keseluruhan kondisi jiwa pada responden terlihat

cukup baik, hal ini bisa dilihat dari tingkat masalah kondisi sanitasi dan kesehatan

yang rendah, walaupun tingkat masalah kondisi lingkungan sangat tinggi.

Gambar 4.1.3 Persentase Kemiskinan Dimensi Jiwa

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Kondisi Kesehatan Kondisi Lingkungan Kondisi Sanitasi

Miskin Tidak Miskin

Sumber: Indonesia Family Life Survey

4.1.4 Dimensi Akal


Pada dimensi ini terdapat 3 variabel turunan yang di analisis yakni Minimal

pendidikan, Kemampuan membaca dan menulis. Hasil perhitungan dari 6144

rumah tangga yang diobservasi memperlihatkan sejumlah 4232 responden atau

sebesar 68.88% memiliki masalah pada indikator minimal pendidikan 12 tahun (

SD-SMA). Hal ini berbanding terbalik dengan rendahnya tingkat masalah

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


68
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kemampuan membaca yakni sejumlah 845 rumah tangga atau sebesar 13.75%. Hal

tersebut diperkuat dengan rendahnya tingkat masalah kemampuan menulis yakni

sejumlah 920 responden atau sebesar 14.97%. Intinya kondisi dimensi akal pada

rumah tangga yang diobservasi menunjukkan hasil yang positif, walaupun tingkat

masalah pada indikator minimal pendidikan terhitung tinggi sebaliknya tingkat

masalah pada indikator kemampuan membaca dan menulis cukup rendah.

Gambar 4.1.4 Persentase Kemiskinan Dimensi Akal

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Minimal pendidikan Kemampuan membaca Kemampuan menulis

Miskin Tidak Miskin

Sumber: Indonesia Family Life Survey

4.1.5 Dimensi Harta


Pada dimensi harta terdapat tiga variabel turunan yang di analisis yakni

kepemilikan rumah, kepemilikan aset lain dan status pekerjaan. Hasil perhitungan

memperlihatkan dari total 6144 rumah tangga yang diobservasi memperlihatkan

jika 1196 rumah tangga dengan persentase 19.47% terindikasi tidak memiliki

rumah . Hal ini berbanding terbalik dengan variabel kepemilikan aset lain yang

memperlihatkan jika 4004 rumah tangga dengan persentase 65.17% terindikasi

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


69
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tidak memiliki aset lain. Kemudian, pada variable status pekerjaan

memperlihatkan jika 1670 dari total 6144 rumah tangga terindikasi pengangguran.

Hasil observasi menunjukkan angka responden yang terindikasi tidak memiliki

rumah dan pekerjaan terhitung rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara

keseluruhan kondisi dimensi harta pada rumah tangga yang diobservasi memiliki

hasil yang positif, walaupun angka responden yang terindikasi tidak memiliki aset

lain terhitung sangat tinggi.

Gambar 4.1.5 Persentase Kemiskinan Dimensi Harta

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Sumber: Kepemilikikan rumah Kepemilikan aset rumah Status pekerjaan
tangga

Indonesia Miskin Tidak Miskin

Family Life Survey

4.1.6 Dimensi Keturunan


Pada dimensi ini terdapat dua variabel turunan yang di analisis yakni

perkawinan dan kepemilikan anak. Hasil perhitungan memperlihatkan dari total

6144 rumah tangga yang diobservasi memperlihatkan jika 1222 atau 19.89%

terindikasi belum menikah. Hal ini selaras dengan Status kepemilikan anak pada

responden yang memperlihatkan sejumlah 54 responden dengan persentase 0.88%

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


70
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

terindikasi belom punya anak. Secara keseluruhan kondisi dimensi keturunan pada

Rumah tangga yang diamati memiliki hasil yang positif karena rendahnya angka

responden yang belum menikah dan memiliki anak.

Gambar 4.1.6 Persentase Kemiskinan Dimensi Keturunan


120

100

80

60

40

20

0
Menikah Anak

Miskin Tidak Miskin

Sumber: Indonesia Family Life Survey

4.2 Deskripsi Perhitungan dan Estimasi Model Kemiskinan


Bagian ini akan membahas tentang deskripsi hasil perhitungan secara lebih

detail. Berdasarkan pendekatan penelitian yang telah dibahas di BAB III

sebelumnya, fokus utama penelitian ini adalah studi pengukuran kemiskinan

multidimensi dengan pendekatan Maqashid Syariah pada masyarakat muslim di

Indonesia. Dari hasi perhitungan yang dilakukan, penelitian ini menggambarkan

kondisi kemiskinan pada level provinsi yang ada di Indonesia. Secara umum

provinsi yang dapat diidentifikasi tingkat kemiskinannya secara garis besar berada

di wilayah barat Indonesia (Jawa dan Sumatera) dan beberapa provinsi yang

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


71
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mewakili wilayah timur Indonesia dengan total observasi sebanyak 13 provinsi di

Indonesia.

4.2.1 Hasil Perhitungan Islamic Multidimensional Poverty Index


Pada bagian ini deskripsi bahasan akan dimulai dari pembahasan konsep

pengukuran yang digunakan dan output yang dihasilkan. Untuk memudahkan

pemahaman tentang konsep pengukuran kemiskinan multidimensi dapat melihat

table 4.2.1 dibawah. Table tersebut adalah simulasi perhitungan rumah tangga

miskin dengan pendekatan Maqashid Syariah. Berdasarkan contoh tersebut

diketahui sample yang digunakan sebanyak 4 rumah tangga dengan ID yang sesuai

dengan ID rumah tangga pada data IFLS. Table tersebut memeberikan informasi

spesifik per indikator dari masing-masing sample rumah tangga yang diidentifikasi

mengalami kemiskinan pada aspek dalam dimensi tertentu. Misalnya, pada sampel

rumah tangga dengan ID 0030141 pada kolom pertama. Sample rumah tangga

tersebut terdiri dari lima orang anggota rumah tangga dan diidentifikasi miskin

dari dimensi harta (Tidak memiliki rumah dan Tidak bekerja). Contoh lainnya

pada kolom kedua. Sample rumah tangga dengan ID 0030151 diidentifikasi miskin

pada empat dimensi kemiskinan. Dimensi iman (Iman dan Partisipasi dalam

kegiatan keagamaan), Jiwa (Kondisi lingkungan sekitar rumah), Akal (Minimal

pendidikan) dan Harta (Kepemilikan rumah dan Pekerjaan). Uniknya pada rumah

tangga yang kedua dapat dilihat bahwa meskipun sample rumah tangga tersebut

diidentifikasi miskin dalam aspek imannya namun sample rumah tangga tersebut

tetap menjalankan ibadah yang diperintahkan dalam islam. Begitu juga pada

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


72
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dimensi Harta, meskipun diidentifikasi miskin pada aspek kepemilikan rumah

namun pada aspek kepemilikan asset rumah tangga sample tersebut tidak

teridentifikasi miskin. Sehingga,berdasarkan hasil pembobotan dari keempat

rumah tangga tersebut yang teridentifikasi miskin hanya tiga sampel rumah tangga

yaitu rumah tangga dengan ID 0030151, ID 0030153 dan ID 0030200.

Tabel 4.2.1 Simulasi Hasil perhitungan Kemiskinan Multidimensional


dengan Pendekatan IPI dan MPI
Individu dalam rumah tangga sampel
Indikator Bobot
0030141 0030151 0030153 0030200
Ukuran dalam rumah tangga sampel 5 4 3 11
Iman
Keimanan 0 1 0 0 0.098
Ibadah 0 0 0 0 0.098
Partisipasi dalam kegiatan keagamaan 0 1 1 0 0.098
Jiwa
Kondisi kesehatan 0 0 1 1 0.084
Kondisi lingkungan sekitar rumah 0 1 1 1 0.084
Kondisi sanitasi 0 0 1 1 0.084
Akal
Minimal pendidikan 0 1 1 1 0.062
Kemampuan membaca 0 0 0 0 0.062
Kemampuan menulis 0 0 0 0 0.062
Harta
Kepemilikan rumah 1 1 1 1 0.043
Kepemilikan asset rumah tangga 0 0 0 0 0.043
Status pekerjaan 1 1 1 1 0.043
Keturunan
Status pernikahan 0 0 0 0 0.069
Anak 0 0 0 0 0.069
Skor 0.086 0.49 0.56 0.462
Masuk Kategori Tidak Miskin Miskin Miskin Miskin
Sensor Skor C1 0 0.49 0.56 0.462

Sumber: Indonesia Family Life Survey

Setelah memahami konsep pengukuran kemiskinan diatas, bahasan selanjutnya

adalah perhitungan komponen kemiskinan dan indeks kemiskinan. Pada dasarnya

konsep perhitungan kemiskianan Multidimensional Poverty akan menghasilkan

indeks yang disebut Multidimensional Poverty Index (MPI). Pada penelitian ini

hasil pengukuran indeks yang dihasilkan adalah Islamic Multidimensional Poverty

Index seperti yang telah dijeaskan pada beberapa bagian sebelumnya. Keunggulan

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


73
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

konsep perhitungan kemiskinan dengan menggunakan MPI ini adalah dapat

menghitung dua komponen kemiskinan sekaligus yaitu Multidimensional

Headcount Ratio atau angka kemiskinan multidimensi dan Intensity of Poverty

atau tingkat keparahan kemiskinan (Budiantoro, Fanggidae et al. 2013). Dalam

konteks penelitian ini Multidimensional Headcount Ratio dan Intensity of Poverty

yang dihitung adalah pada level provinsi di Indonesia. Hasilnya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Gambar 4.2.1 Headcount Ratio, Intensity of Poverty dan Islamic

Multidimensional Poverty Index di Indonesia

0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

Headcount Intensity Index

Sumber: Indonesia Family Life Survey

Perhitungan pada gambar diatas menunjukkan indeks kemiskinan

multidimensional nasional berdasarkan pendekatan Maqashid Syariah. Hasil

perhitungan diatas telah diurutkan berdasarkan identifikasi wilayah dengan index

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


74
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kemiskinan tertinggi-terendah. Hasilnya index kemiskinan multidimensional

islam sebesar 0.15 yang artinya sebesar 15% rumah tangga nasional teridentifikasi

miskin secara multidimensi. Nilai indkes tersebut merupakan hasil perhitungan

dari headcount ratio (0.30) dengan intensity of poverty (0.50). Sehingga, dari

perhitungan diatas selain dapat melihat indeks kemiskinan multidimensi,

komponen lain yang dapat diketahui adalah angka kemiskinan multidimensi pada

level nasional sebesar 30% dan tingkat keparahan kemiskinan level nasional

sebesar 50%.

Selain itu, berdasarkan informasi dari Gambar 4.2.1 dapat dilihat jika provinsi

dengan nilai IMPI pada level provinsi terbesar adalah Sulawesi Selatan (0.23) dan

yang terendah adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (0.08). Hasil pengukuran

tersebut pada dasarnya mencerminkan kondisi wilayah yang sesungguhnya.

Seperti pada provinsi DI Yogyakarta, hampir diseluruh dimensi dan aspek

kemiskinan menunjukkan jika kondisi rumah tangga yang tidak teridentifikasi

miskin pada provinsi tersebut relatif lebih baik jika dibandingkan dengan provinsi

Sulawesi Selatan yang banyak teridentifikasi miskin secara multidimensi.

Terutama pada dimensi pendidikan pada aspek pendidikan minimal. Hal ini

menegaskan jika wilayah DI Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pendidikannya

sukses dalam mendorong kualitas pendidikan di wilayhnya.

Informasi lain yang didapatkan adalah terdapat tujuh provinsi yang indeks

kemiskinannya berada diatas indeks kemiskinan nasional dengan urutan dari yang

tertinggi – terendah (Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Banten, Lampung,

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


75
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat). Sementara enam

provinsi sisanya dari nilai tertinggi – terendah (Sumatera Utara, Kalimantan

Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta) indeks

kemiskinannya berada dibawah indeks kemiskinan nasional.

Dari perhitungan diatas juga menunjukkan adanya korelasi yang positif antara

angka kemiskinan multidimensi (Headcount ratio) dengan nilai indeks kemiskinan

multidimensi (IMPI). Jika melihat gambar 4.2.1 pergerakan bar yang berwarna

biru berbanding lurus dengan pergerakan bar berwarna abu hal ini sejalan dengan

penjelasan sebelumnya. Lain halnya dengan Intensity of Poverty, meskipun

headcount dan index berhubungan lurus komponen ini belum tentu sama. Itu

artinya, meskipun suatu wilayah diidentifikasi memiliki tingkat keparahan

kemiskinan yang tinggi hasilnya akan relatif bagi komponen pengukuran

headcount dan Index.

4.2.2 Hasil Estimasi Model Regresi Islamic Multidimensional Poverty Index


Hasil pengukuran menggunakan estimasi model regresi ini berfungsi sebagai

pembuktian dari hipotesis yang telah dibahas sebelumnya. Hasil estimasi

pengukuran ini dapat melihat pengaruh antar variabel independen terhadap

variabel dependen. Pada penelitian ini pengaruh antar variabel tersebut dilihat

berdasarkan nilai koefisien regersi logit. Sementara itu untuk melihat tingkat

pengaruah (besarnya pengaruh) antar variabel dilihat berdasarkan nilai odds ratio.

Tabel 4.2.2 Hasil Estimasi Model logit Islamic Multidimensional


Poverty Index

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


76
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Islamic Multidimensional
Variabel Poverty
Logit Rasio odds
Koefisien 1.87 6.3442
SE 0.090 0.5715
Iman (Agama)
Z stat 20.51
Z (prob) 0.000*
Koefisien 1.45 4.2586
Kondisi Kesehatan SE 0.074 0.3141
(Jiwa) Z stat 19.64
Z (prob) 0.000*
Koefisien 3.295 26.994
Minimal Pendidikan SE 0.132 3.5653
(Akal) Z stat 24.95
Z (prob) 0.000*
Koefisien 0.570 1.7684
Kepemilikan Rumah SE 0.088 0.1557
(Harta) Z stat 6.47
Z (prob) 0.000*
Koefisien 2.181 8.8571
SE 0.395 3.5015
Anak (Keturunan)
Z stat 5.52
Z (prob) 0.000*
Koefisien -4.465 0.0115
SE 0.139 0.0016
Konstanta
Z stat -32.08
Z (prob) 0.000*
Number of Observation 6144
Prob > Chi Square 0.000*
Pseudo R-Square 0.2769
Mc Fadden R-Square 0.2769
LR chi2 2088.06
*signifikan ditingkat 5%

Perhitungan estimasi model regresi logit yang dilakukan pada pembahasan ini

melibatkan seluruh dimensi yang masing-masing dimensi diwakili oleh satu

indikator kunci. Indikator kunci yang dimaksud seperti variabel iman pada dimensi

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


77
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Agama misalnya. Variabel iman ini dipilih sebagai indikator kunci karena variabel

iman merupakan aspek yang paling medasar dari Islam yakni tauhid. Begitu juga

dengan indikator yang lainnya. Namun jika ingin melihat estimasi perhitungan

untuk seluruh variabel independen, hasil estimasinya dapat dilihat di lampiran.

Dari hasil perhitungan pada table diatas menunjukkan, baik secara parsial

maupun simultan seluruh variabel independen (Iman, Kondisi kesehatan, Minimal

pendidikan, Kepemilikan rumah dan Menikah) berpengaruh signifikan terhadap

kemiskinan. Nilai Z (Prob) yang menunjukkan angka 0.000 pada batas nilai kritis

1% menunjukkan jika nilai probabilitas tersebut berada pada area 𝐻0 ditolak.

Sehingga secara parsial menunjukkan pengaruh antar variabel yang sangat

signifikan. Secara simultan signifikansi pengaruh antar variabel ditunjukkan

dengan nilai Prob > Chi Square. Estimasi diatas menunjukkan nilai Prob > Chi

Square sebesar 0.000* yang artinya ada pengaruh yang signifikan pada model

estimasi tersebut. Ini artinya orang yang tidak beriman, kondisi fisik yang tidak

sehat, pendidikan yang kurang, ketidakpemilikan atas rumah bagi rumah tangga

dan status tidak menikah dapat dijadikan estimator dan berhubungan siginifikan

terhadap kemungkinan terjadinya kemiskinan multidimensional baik secara

parsial maupun simultan.

Sementara itu tanda (+/-) pada koefisien pada oods ratio menunjukkan

pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen. Dari

table tersebut menunjukkan bahwa apbila semakin banyak orang yang tidak

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


78
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

beriman dapat meningkatkan kemiskinan multidimensional sebesar 6.3442 kali

(odds ratio). Semakin banyak orang yang sakit (tidak sehat) dapat meningkatkan

kemungkinan terjadinya kemiskinan sebesar 4.2258 kali. Semakin banyak orang

yang tidak menyelesaikan pendidikan minimal dapat meningkatkan kemungkinan

terjadinya kemiskinan sebesar 26.99 kali. Semakin banyak orang yang tidak

memiliki rumah (hunian milik pribadi) akan meningkatkan kemungkinan

terjadinya kemiskinan multidimensi sebesar 1.7685 kali. Semakin banyak orang

yang tidak memiliki anak (keturunan) meningkatkan kemungkinan terjadinya

kemiskinan sebesar 8.8571 kali.

Sehingga berdasarkan hipotesis yang disusun sebelumnya menunjukkan jika

seluruh variabel independen pada model Islamic Multidimensional Poverty Index

ini dapat menjadi estimator dan berpengaruh positif serta signifikan terhadap

kemungkinan terjadinya kemiskinan baik secara simultan maupun parsial.

4.3 Analisis
Bagian ini akan membahas tentang analisis dari hasil pengukurun dan estimasi

yang dilakukan sebelumnya. Pertama, bagian ini akan memberikan analisis pada

hasil pengukuran kemiskinan.multidimensi. Kedua, melihat secara lebih spesifik

hasil estimasi serta relevansinya dengan kondisi kemiskinan sebenarnya.

Hasil pengukuran kemiskinan secara spasial menunjukkan jika kemiskinan

multidimensi diwilayah pedesaan cenderung lebih tinggi dari kemiskinan di

perkotaan. sejalan dengan kondisi kemiskinan moneter berdasarkan pengukuran

Badan Pusat Statistik. Komparasi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


79
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Data kemiskinan yang dikomparasikan adalah hasil pengukuran kemiskinan pada

penelitian ini yang menggunakan data IFLS gelombang ke-5 tahun 2014 dengan

data kemiskinan BPS tahun 2014. Ini artinya baik dari pendekatan

multidimensional maupun moneter, kondisi kemiskinan di pedesaan cenderung

lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi kemiskinan di perkotaan.

Gambar 4.3.1 Perbandingan Kemiskinan Moneter dan


Multidimensional

40

35

30

25

20

15

10

0
IFLS BPS

Kota Desa Total

Sumber: Indonesia Family Life Survey 5 dan Badan Pusat Statistik


2014.
Meskipun demikian jika melihat dari cakupan kemiskinan yang dihasilkan,

persentase pendekatan multidimensional relatif lebih besar jika dibandingkan

dengan persentase kemiskinan moneter. Hal ini sejalan dengan penelitian (Artha

and Dartanto 2015) yang menunjukkan bahwa perhitungan tingkat kemiskinan

menggunakan indikator multidimensional jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat

kemiskinan yang menggunakan indikator moneter.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


80
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Jika dibedah secara lebih spesifik berdasarkan komponen perhitungan rumus

kemiskinan pada BPS maupun IMPI menunjukkan jika kompenen penyusun

headcount index memiliki teknik yang sama dalam pengukurannya. Perbedaan

hanya terletak pada indikator penyusun kemiskinan. Jika pada konsep BPS

kemiskinan diukur berdasarkan pengeluaran per kapita maka pada IMPI yang

digunakan adalah maqashid syariah.

Jika dilihat berdasarkan komponen perhitungan tingkat keparahan

kemiskinan. Hasil pengukuran tingkat keparahan kemiskinan multidimensional

menunjukkan hasil yang berbeda dengan tingkat keparahan kemiskinan

pendekatan moneter. Pada dasarnya kedua konsep pengukuran tersebut

memanglah berbeda. Jika pada konsep kemiskinan multidimensional (IMPI) potret

kemiskinan yang dilihat berasal dari aspek multidimensi yang dalam konteks

penelitian ini dengan menggunakan aspek maqashid syariah. Konsep pengukuran

kemiskinan moneter memotret kemiskinan berdasarkan penyebaran pengeluaran

pada penduduk yang teridentifikasi miskin. Komparasi yang dilakukan adalah

dengan membandingkan hasil pengukuran indeks keparahan kemiskinan (Intensity

of Poverty) metode Alkire dan Forster dengan indeks keparahan kemiskianan

(Poverty Severity Index) metode badan pusat statistik.

Hasilnya menunjukkan jika tingkat keparahan kemiskinan wilayah spasial

kota dan desa melalui hasil perhitungan IMPI menunjukkan tren yang relatif sama

baik desa maupun kota pada 13 provinsi yang diobservasi. Sementara hasil

perhitungan tingkat keparahan versi BPS menunjukkan ketimpangan yang terjadi

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


81
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

antara wilayah desa dan kota pada 13 sample provinsi yang digunakan. Hal ini

menunjukkan ketimpangan pengeluaran yang terjadi (desa dan kota) relatif dalam

menentukan kondisi kemiskinan secara multidimensi. Misalnya seperti

ketimpangan pengeluaran yang terjadi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

menunjukkan ketimpangan yang cukup lebar antara kondisi keparahan kemiskinan

di desa dan kota. Namun secara multidimensi ketimpangan kemiskinan pada

tingkat spasial di provinsi tersebut relatif kecil.

Gambar 4.3.2 Perbandingan Keparahan Kemiskinan dengan


Pendekatan Moneter dan Multidimensional
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0

IFLS (Perkotaan) IFLS (Pedesaan)


BPS (Perkotaan) BPS (Pedesaan)

Sumber: Indonesia Family Life Survey 5 dan Badan Pusat Statistik


2014.
Beberapa hal unik lainnya adalah tingkaat ketimpangan di provinsi NTB

menunjukkan hasil yang berbeda dengan wilayah lainnya jika ditinjau dari

pendekatan BPS. Ketimpangan pengeluaran di wilayah kota lebih tinggi

dibandingkan dengan di desa. Sementara jika ditinjau dari pendekatan

multidimensi ketimpangan berdasarkan aspek relatif sama baik kota maupun desa

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


82
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dengan ketimpangan di desa yang sedikit lebih banyak. Khusus untuk provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta observasi hanya dilakukan di tingkat kota.

Sementara itu, berdasarkan hasil estimasi model logit sebelum bahasan pada

bagian ini menunjukkan jika determinan terbesar kemiskinan dari hasil

perhitungan IMPI adalah dimensi akal (pendidikan) dan diikuti Keturunan, Iman,

harta serta jiwa. Hal ini tentu menjadi temuan yang unik. Pentingnya pendidikan

sebagai aspek yang dapat mempengaruhi kemiskinan ini sejalan dengan temuan

beberapa teori lain yang mengemukakan pentingnya pendidikan sebagai modal

untuk menambah produktivitas (Becker 1964). Selain itu (Azariadis and

Stachurski 2005) mengungkapkan jika pendidikan telah diidentifikasi sebagai

penyebab terjadinya jebakan kemiskinan, jebakan kemiskinan tersebut diartikan

sebagai keterbatasan individu dalam mendapatkan kredit, investasi dipasar modal,

kesesempatan merubah keadaan ekonomi menjadi yang lebih baik atau hubungan

sosial yang lemah. Sementara (Mihai, Ţiţan et al. 2015) yang mencoba melihat

korelasi antara pendidikan dengan kemiskinan menemukan jika pendidikan

memiliki korelasi dengan kesejahteraan ekonomi dalam jangka panjang maupun

pendek. Sejalan dengan hal tersebut (Knight, Shi et al. 2009, Knight, Shi et al.

2010) dalam penelitiannya yang mengkaji tentang hubungan kemiskinan dengan

jebakan kemiskinan di wilayah pedesaan China menemukan jika penyebab

kemiskinan adalah ketidakmampuan keluarga dalam berinvestasi pada sektor

pendidikan. Ini menunjukkan jika pendidikan merupakan hal yang essensial dalam

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


83
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mendorong kesejahteraan individu. Sehingga dalam hal ini pendidikan dapat

dipahami sebagai instrumen pengurangrangan kemiskinan.

Jika kembali pada konteks Indonesia, kebijakan dalam mendorong sektor

pendidikan sudah dimulai sejak lama seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS),

Bantuan Siswa Miskin (BSM), program Bidikmisi dan lain sebagainya. Namun

kebijkan tersebut hingga saat ini masih kurang efektif dalam reduksi kemiskinan

dari aspek pendidikan. Permasalahan tersebut dapat terjadi karena implementasi

yang kurang optimal akibat dari program yang kurang professional, pemberian

bantuan yang tidak tepat sasaran hingga masalah sarana aksesibilitas dalam

menjangkau fasilitas pendidikan. Namun meskipun pendidikan terus didorong

dengan masif belum tentu pendidikan dapat mengurangi kemiskinan secara

langsung karena pendidikan yang tinggi tidak menjamin individu dalam

mendapatkan pekerjaan. Seperti pendapat (Livingstone 1999) yang menyatakan

jika pendidikan yang tinggi belum menjamin seseorang untuk mendapatkan

pekerjaan yang lebih baik, justru meskipun pendidikan dianggap mampu

mengurangi kemiskinan, namun dikemudian hari kualitas pendidikan yang tinggi

dapat membuat pola kemiskinan baru. Hal ini didukung oleh penelitian (Lian

2009) yang dilakukan di Guangzho China menemukan lebih dari satu juta pemuda

dengan pendidikan tinggi yang berasal dari keluarga yang berpendapatan rendah

dan menengah kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi

mereka. Sehingga sebaiknya pendidikan ini mendapat perhatian serius dengan

penekanan pada reduksi biaya yang mahal dengan pemberian beasiswa yang lebih

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


84
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

banyak seperti yang telah dilakukan pemerintah saat ini. Dan perbaikan pada

aksesibilitas sarana pendidikan.

Dimensi selanjutnya adalah Keturunan yang dalam hal ini diproxikan dengan

kepemilikan anak. Hal ini mengingatkan kita dengan sebuah idiom “banyak anak

banyak rezeki” yang sering didengar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks

ini idiom tersebut terbukti secara empiris. Karena semakin banyak orang yang

tidak memiliki anak akan meningkatkan kemiskinan secara multidimensional.

Dalam tinjauan islam memiliki banyak anak adalah sebuah anjuran. Beberapa

hujjah-hujjah baik dalam Qur’an dan Hadist telah menjelaskan tentang pentingnya

memiliki anak banyak. Diantaranya:

1. “Nikahilah perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya)

dan yang dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku

akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan umat-

umat (yang terdahulu)” [Shahih Riwayat Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu

Hibban dan Hakim dari jalan Ma’qil bin Yasar].

2. “Ya Allah! Banyakanlah hartanya dan (banyakanlah) anaknya dan

berkahilah apa yang engkau telah berikan kepadanya” [Hadits shahih

riwayat Bukhari (7/152, 154, 161, 162 dan Muslim 2/128].

3. “Dari Abu Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam telah bersabda, “Apabila manusia itu telah mati maka

terputuslah dari semua amalnya kecuali tiga perkara: 1. Shadaqah

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


85
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

jariyah 2. Atau ilmu yang diambil manfaatnya 3. Anak shalih yang

mendo’akannya” [Riwayat Muslim dan lain-lain].

Dimensi selanjutnya menjelaskan kondisi kemiskinan berdasarkan hasil

estimasi logit dari dimensi iman. Hasilnya menunjukkan jika dimensi keimanan

memberikan pengaruh ketiga terkuat setelah pendidikan dan Keturunan adalah

Keimanan. Ini mengindikasikan jika standar kemiskinan lebih bersifat subjektif

menurut persepsi keyakinan Individu. Hasil estimasi menunjukkan semakin tidak

beriman suatu individu akan berdampak pada penignkatan kemiskinan secara

multidimensi.

Hasil pengukuran dimensi keimanan ini sebenarnya terdiri dari tiga aspek,

yakni tauhid, ibadah dan partisipasi dalam kegiatan keagamaan. Uniknya proporsi

tidak menjalankan ibadah adalah yang paling terkecil pada dimensi ini sementara

yang terbesar adalah partisipasi dalam kegiatan keagamaan. Tauhid terletak

diantara keduanya. Hal tersebut menunjukkan jika tauhid tidak dipandang sebagai

hal yang mendasar. Padahal Allah berfirman yang berbunyi:

“Wa-la-qad baʿathnā fī kulli ʾummatin rasūlan ʾani ʿbudū llāha wa-jtanibū ṭ-

ṭāghūta”

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


86
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

“Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul (yang mengajak)

sembahlah Allah dan tinggalkanlah thoghut.” (An-Nahl: 36). Thoghut dalam

ayat tersebut adalah sesembahan kepada selain Allah (Wadud 2016).

Dalam penjelasan yang lain Allah juga berfirman:

“Inna llāha lā yaghfiru ʾan yushraka bihī wa-yaghfiru mā dūna dhālika li-man

yashāʾu wa-man yushrik bi-llāhi fa-qad ḍalla ḍalālan baʿīda”

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Allah mengampuni

dosa selain itu bagi orang-orang yang Dia kehendaki.” (An Nisaa’: 116). Dari

ayat ini dapat dipahami bahwasanya syirik menjadi larangan yang utama.

Sebagaimana syirik adalah larangan terbesar maka lawannya yaitu tauhid

menjadi kewajiban yang terbesar pula. Allah menyebutkan kewajiban ini

sebelum kewajiban lainnya yang harus ditunaikan oleh hamba. Allah Ta’ala

berfirman:

“Wa-ʿbudū llāha wa-lā tushrikū bihī shayʾan”

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu

apapun, dan berbuat baiklah pada kedua orang tua.” (An Nisaa’: 36). Bahkan

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


87
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

perintah Allah melarang ummatnya untuk menyekutukannya meskipun itu

adalah perintah orang tua. Allah berfirman:

“Wa-ʾin jāhadāka ʿalā ʾan tushrika bī mā laysa laka bihī ʿilmun fa-lā tuṭiʿhumā”

“Dan jika keduanya (orang tua) memaksamu untuk mempersekutukan Aku

dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah

kamu mengikuti keduanya…” (Luqman: 15). Penjelasan tentang pentingnya

tauhid ada pada ayat yang lain (QS. Adz-Dzariyat: 56) (QS. Al Anbiya: 25).

Begitu banyaknya pertntah Allah yang memerintahkan ummatnya untuk

mengutamakan tauhid dan menjauhi syirik. Ini menunjukkan keutamaan dan

urgensi Tauhid sebelum menjalankan ibadah yang lainnya. Ini didukung oleh

pendapat (Taimiyah, Majmu’Fatawa et al. 1990) yang mengatakan jika ilmu

adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikut ilmu. Selain itu dalam

kitabnya yang lain “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu,

maka ia lebih banyak merusak dibandingkan memperbaiki”(Taymiyyah).

Perintah tersebut juga mencakup tentang pentingnya pendidikan dalam

kehidupan.

Dimensi selanjutnya adalah pentingnya untuk menjaga jiwa (Kesehatan).

Meskipun memberikan pengaruh tidak sekuat dimensi sebelumnya, namun secara

proporsi pada pengaruhnya terhadap kemiskinan berdasarkan perhitungan IMPI

menunjukkan jika porsi dimensi jiwa memiliki proporsi yang cukup besar (lihat

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


88
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

lampiran) dengan proporsi sebesar 27%. Dalam persepektif Indonesia kesehatan

masuk kedalam prioritas pembangunan yang harus mendapat perhatian serius.

Temuan menunjukkan jika kondisi lingkungan yang buruk menjadi penyebab

terbesar dalam kemiskinan. Proporsi jumlah rumah tangga miskin berdasarkan

indikator ini teridentifikasi sebagai aspek terbesar penyumbang kemiskinan

multidimensi.

Indikator pada dimensi ini dinilai berdasarkan tingkat kesehatan individu.

Semakin banyak yang sakit maka akan semakin miskin. Sehingga pemerintah

perlu mendorong peningkatan pelayanan pada fasilitas kesehatan yang dimilkinya.

Terutama dalam mensosialisasikan pentingnya hidup sehat dan nutrisi yang

seimbang sebagai upaya untuk menekan kejadian undernutrition yang umumnya

terjadi pada masyarakat miskin.

Dimensi yang terakhir adalah harta. Meskipun dimensi ini menyumbang

proporsi terbesar dalam membentuk kemiskinan multidimensi (gambar 4.3.3)

namun berdasarkan analisis regresi logit menunjukkan jika harta memberikan

pengaruh yang paling kecil jika dibandingkan dengan empat dimensi lainnya.

ini menunjukkan jika harta tidak dipandang sebagai hal utama penyumbang

kemiskinan bagi sebagian besar umat muslim di Indonesia. Jika mengacu pada

hujjah hujjah syariyyah dalam Qur’an dan hadist telah dijelaskan jika harta

hanyalah titipan dunia. Rasullullah bersabda “Yang namanya kaya (ghina’)

bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


89
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup (HR. Bukhari no.

6446 dan Muslim no. 1051).”

Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan jika kondisi kemiskinan

multidimensi yang terjadi di Indonesia yang ditinjau dari tingkat spasial

maupun dari dimensi per indikaor menunjukkan karakteristik yang beragam

bagi tiap-tiap wilayah dan beberapa temuan unik pada masing-masing

indikator penyusun kemiskinan multidimensi. Sehingga konsep pengukuran ini

dapat dijadikan sebagai sebuah konsep pengukuran baru kemiskinan yang lebih

segar.

4.4 Kelemahan Penelitian


Kelemahan penelitian ini terletak pada data yang digunakan. Dengan jumlah

observasi yang hanya terbatas pada 13 provinsi dengan mayoritas berada di

wilayah barat Indonesia (Jawa & Sumatera) membuat observasinya menjadi

terbatas. Sehingga akan lebih baik apabila penelitian ini dapat melihat kemiskinan

dengan cakupan wilayah yang lebih luas terutama untuk wilayah timur Indonesia.

Selain itu penelitian ini hanya melihat satu periode kemiskinan saja, akibatnya

penelitian ini tidak dapat melihat tren kemiskinan secara berkala. Sehingga akan

lebih baik apabila pengukuran kemiskinan dengan pendekatan seperti pada

penelitian ini diterapkan pada data tahunan agar tren kemiskinan dapat terlihat.

Dengan demikian, kebijakan pengentasan kemiskinan yang direkomendasikan

dapat dievaluasi dalam periode yang tidak lama.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


90
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
Dengan mengacu pada latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan serta

analisis, maka penelitian ini menyimpulkan beberapa hal diantaranya:

1. Berdasarkan analisis pada bagian akhir pembahasan menunjukkan jika

perhitungan Islamic Multidimensional Poverty Index cukup akurat dalam

memotret kondisi kemiskinan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dari hasil

komparasi pengukuran kemiskinan dengan konsep lainnya.

2. Berdasarkan analisis model regresi logit, ditemukan bahwa variabel

penyususn kemiskinan multidimensi dengan pendekatan maqashid syariah

dapat menjadi estimator pengukur kemiskinan dan memiliki pengaruh yang

kuat secara simultan maupun parsial terhadap kemungkinan terjadinya

kemiskinan secara multidimensi

3. Berdasarkan analisi model logit juga ditemukan jika variabel minimal

pendidikan (akal) sebagai variabel yang memberikan pengaruh terkuat dan

variabel kepemilikan rumah (harta) sebagai variabel dengan pengaruh

terkecil.

5.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas, berikut adalah saran atau rekomendasi terkait

dengan penelitian selanjutnya atau kebijakan yang seharusnya diambil.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


91
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1. Karena hasil studi ini hanya memotret satu periode kemiskinan sehingga tren

perkembangannya tidak dapat dilihat. Penelitian mengenai multidimensional

poverty dengan pendekatan maqashid syariah selanjutnya sebaiknya

dilakukan dalam beberapa periode agar menghasilkan pengukuran

kemiskinan yang dinamis.

2. Bagi pemerintah, pendekatan kemiskinan multidimensi dengan persepektif

maqashid syariah ini dapat dijadikan opsi dalam menyusun bauran kebijakan

untuk mereduksi kemiskinan. Karena pendekatan multidimensional tidak

hanya melihat kemiskinan dari tingkat pendapatan dan pengeluaran saja

melainkan dari berbagai macam aspek multidimensi susuai dengan

pendekatan maqashid syariah.

3. Pentingnya pemahaman dalam menjalankan Islam secara menyeluruh dari

aspek yang paling mendasar menjadi penting untuk dipahami bagi tiap-tiap

muslim. Karena beberapa temuan unik yang menunjukkan jika Tauhid yang

seharusnya menjadi fundamental nilainya justru berada dibawah ibadah.

4. Pada dimensi pendidikan sebaiknya kebijakan diarahkan pada reduksi biaya

pendidikan dan juga perbaikan infrastruktur pada aksesibilitas sarana

pendidikan. Dengan demikian pengentasan angka putus sekolah dapat

ditekan.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


92
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardhawi, Y. (1998). "Hukum Zakat, terj." Salman Harun dkk, cet 11.

Al Qardawi, Y. (1999). "FIQHAL ZAKAH."

Ali, S. S. and H. Hasan (2011). "Towards a Maqasid al-Shariah based development


index." Measurement 95(7-8).

Alkire, S. (2002). "Dimensions of human development." World development 30(2):


181-205.

Alkire, S. and J. Foster (2007). "Counting and multidimensional poverty


measurement, Oxford Poverty & Human Development Initiative', OPHI Working
Paper No. 7."

Alkire, S. and J. E. Foster (2010). "Designing the inequality-adjusted human


development index."

Alkire, S., et al. (2015). Multidimensional poverty measurement and analysis, Oxford
University Press, USA.

Alkire, S. and M. E. Santos (2010). "Acute multidimensional poverty: A new index


for developing countries."

Artha, D. R. P. and T. Dartanto (2015). "Multidimensional Approach to Poverty


Measurement in Indonesia." LPEM-FEUI Working Paper 2.

Azariadis, C. and J. Stachurski (2005). "Poverty traps." Handbook of economic


growth 1: 295-384.

Bader, C., et al. (2017). "Is economic growth increasing disparities? A


multidimensional analysis of poverty in the Lao PDR between 2003 and 2013." The
Journal of Development Studies 53(12): 2067-2085.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


93
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Baum, C. F. and F. Christopher (2006). An introduction to modern econometrics


using Stata, Stata press.

Becker, G. S. (1964). "Human capital theory." Columbia, New York 1964.

Beik, I. S. (2010). Economic role of zakat in reducing poverty and income inequality
in the province of DKI Jakarta, Indonesia: Case study of the government board of
zakat and Dompet Dhuafa Republika, Kulliyyah of Economics and Management
Sciences, International Islamic University Malaysia.

Beik, I. S. and L. D. Arsyianti (2015). "Construction of CIBEST model as


measurement of poverty and welfare indices from Islamic perspective." Al-Iqtishad:
Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah 7(1): 87-104.

Belhadj, B. and M. Limam (2012). "Unidimensional and multidimensional fuzzy


poverty measures: New approach." Economic Modelling 29(4): 995-1002.

Budiantoro, S., et al. (2013). "Multidimensional Poverty Index (MPI): Konsep dan
Pengukurannya di Indonesia."

Cahyat, A. (2004). Bagaimana kemiskinan diukur?: beberapa model pengukuran


kemiskinan di Indonesia, CIFOR, Bogor, Indonesia.

Dehury, B. and S. K. Mohanty (2017). "Multidimensional poverty, household


environment and short-term morbidity in India." Genus 73(1): 3.

Grosh, M. and P. Glewwe (2000). "Designing household survey questionnaires for


developing countries." World Bank Publications.

Gujarati, D. N. and D. C. Porter (2003). Basic Econometrics. 4th, New York:


McGraw-Hill.

Holland, J., et al. (1998). Whose voice?, The Intermediate Technology Publications.

Jhingan, M. (2000). "Ekonomi pembangunan dan perencanaan." Penerjemah: D.


Guritno. Edisi Pertama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


94
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kamali, M. H. (2009). "Diversity and Pluralism: A Qur’ anic Perspective." Islam


and Civilisational Renewal (ICR) 1(1).

Kartasasmita, G. (1996). Pembangunan untuk rakyat: memadukan pertumbuhan dan


pemerataan, Cides.

Knight, J., et al. (2009). "Education and the poverty trap in rural China: Setting the
trap." Oxford development studies 37(4): 311-332.

Knight, J., et al. (2010). "Education and the poverty trap in rural China: closing the
trap." Oxford development studies 38(1): 1-24.

Laderchi, C. R., et al. (2003). "Does it matter that we do not agree on the definition of
poverty? A comparison of four approaches." Oxford development studies 31(3): 243-
274.

Lian, S. (2009). "Yi Zu: Da Xue Bi Ye Sheng Ju Ju Cun Shi Lu (Ant tribe: A memoir
of agglomerated settlement of university graduates)." Beijing, China: CITIC.

Livingstone, D. W. (1999). "Beyond human capital theory: The underemployment


problem." International Journal of Contemporary Sociology 36(2): 163-192.

Mihai, M., et al. (2015). "Education and poverty." Procedia Economics and Finance
32: 855-860.

Monzer, K. (1982). "Taxation in an Islamic Economy." Ziauddin Ahmad et al. Fiscal


Policy and Resource Allocation in Islam. Jeddah: International Centre for Research in
Islamic Economics, King Abdul Aziz University.

Mudombi, S., et al. (2016). "Multi-dimensional poverty effects around operational


biofuel projects in Malawi, Mozambique and Swaziland." Biomass and Bioenergy.

Nussbaum, M. C. (2006). "Poverty and Human Functioning: Capabilities as


fundamental entitlements." Poverty and inequality: 47-75.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


95
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Okushima, S. (2017). "Gauging energy poverty: A multidimensional approach."


Energy 137: 1159-1166.

Pasha, A. (2017). "Regional Perspectives on the Multidimensional Poverty Index."


World development 94: 268-285.

Pindyck, R. S. and D. L. Rubinfeld (2009). Mikroökonomie, Pearson Deutschland


GmbH.

Pinilla-Roncancio, M. (2017). "The reality of disability: Multidimensional poverty of


people with disability and their families in Latin America." Disability and health
journal.

Ramírez, J. M., et al. (2017). "Property tax revenues and multidimensional poverty
reduction in Colombia: A spatial approach." World development 94: 406-421.

Rasool, M. S. A., et al. (2011). "Poverty measurement in Malaysian zakat institutions:


A theoretical survey." Jurnal Ekonomi Malaysia 45: 123-129.

Rasool, M. S. A. and A. M. Salleh (2014). "Non-Monetary Poverty Measurement in


Malaysia: A Maqāṣid al-Sharīʿah Approach."

Rasool, M. S. A., et al. (2012). "Poverty measurement by Islamic institutions."


International Journal of Social Management, Economics and Business Engineering
6(5).

Ravallion, M. (1998). Poverty lines in theory and practice, The World Bank.

Ravallion, M. (2012). Fighting Poverty One Experiment at a Time: A Review of


Abhijit Banerjee and Esther Duflo's" Poor Economics: A Radical Rethinking of the
Way to Fight Global Poverty", JSTOR.

Rodgers, J. R. and J. L. Rodgers (2000). "Poverty intensity in Australia." Australian


Economic Review 33(3): 235-244.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


96
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Rosbi, A. and A. Sanep (2010). Keperluan asas berdasarkan Maqasid Al-Syariah: Ke


arah pencapaian matlamat dan penilaian komprehensif agihan zakat. Zakat
Transformation: From Subsistence to productive. Proceeding of The 4th ISDEV
International Islamic Development Management Conference (IDMAC 2010).

Sajogyo (1996). Garis kemiskinan dan kebutuhan minimum pangan, Aditya Media.

Santos, M. E. and S. Alkire (2011). "Training material for producing national human
development reports." MPI: Construction and analysis. Oxford: Oxford Poverty and
Human Development Initiative. Google Scholar.

Schiller, B. R. (1972). "Economics of poverty and discrimination."

Schiller, B. R. (2010). "The economy today."

Sen, A. (1977). Non-linear social welfare functions: A reply to Professor Harsanyi.


Foundational problems in the special sciences, Springer: 297-302.

Sen, A. (1987). Hunger and entitlements, World Institute for Development


Economics Research.

Sen, A. (1992). The political economy of targeting, World Bank Washington, DC.

Sen, A., et al. (2000). "Economic progress and health." Poverty, inequality and
health.

Sen, A. and J. Muellbauer (1988). The standard of living, Cambridge University


Press.

Shirazi, N. S., et al. (2009). "Poverty Elimination Through Potential Zakat Collection
in the OIC-member Countries: Revisited [with Comments]." The Pakistan
Development Review: 739-754.

Taimiyah, I., et al. (1990). Etika Beramar Ma’ruf Nahi Mungkar, terj, Al-Amru bil
Ma’ruf wan Nahyu Anil Mungkar, oleh Abu Fahmi, Jakarta: Gema Insani Press.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


97
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Taymiyyah, I. Majmu’Fatawa Shaikh al-lslam ibn Taymiyyah, Riyadh.

Todaro, M. and S. Smith (2003). Development economics, New York: Addison-


Wesley Publishing Company.

Wardhana, D. (2010). "Multidimensional poverty dynamics in Indonesia (1993-


2007)." School of Economics, University of Nottingham.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


98
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


99
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


100
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA


101
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar Kontribusi Kemiskinan Setiap Dimensi dalam Islamic Multidimensional Poverty

Index

Iman Jiwa Akal Harta Keturunan

5%
16%

28%

27%

24%

Sumber: Indonesia Family Life Survey 5 dan Badan Pusat Statistik 2014.

SKRIPSI MENGUKUR MULTIDIMENSIONAL POVERTY ZAKKA

Anda mungkin juga menyukai