Anda di halaman 1dari 17

Makalah Hari : selasa

MK. Ilmu Pangan Tanggal : 19 Maret 2020

Perubahan Komponen Pangan Pasca Panen

Disusun Oleh :

Raudhatul Aulia E.P P031913411031

Dosen Pembimbing :

Esthy Rahman Asih, M.Se

Sri Mulyani, S.TP, M.Si

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

JURUSAN GIZI 1A

2019/2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan YME, karena atas
penyertaan-Nya lah saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
tepat waktu. Umbi-umbian merupakan salah satu bahan makanan yang sangat
familiar di lingkungan kita, sebab setiap orang pasti pernah mengonsumsi umbi-
umbian. Dalam makalah saya mencoba untuk memberikan informasi tentang
umbi-umbian.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang


telah memberikan dukungan dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan , oleh sebab itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun .
Semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan teman-teman sekalian.

Pekanbaru, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I...........................................................................................................................................

PENDAHULUAN........................................................................................................................

1.1. Latar Belakang...............................................................................................................

1.2. Tujuan............................................................................................................................

1.3. Rumusan Masalah.........................................................................................................

BAB II..........................................................................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................

2.1. Definisi..........................................................................................................................

2.2. Perubahan Pasca Panen.................................................................................................

A. Perubahan Fisik Morfologis..............................................................................................

B. Perubahan Komposisi .......................................................................................................

2.3. Faktor- Faktor Penyebab Kerusakan Pangan....................................................................

2.4. Jenis Kerusakan Pangan................................................................................................

BAB III.........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Produk pertanian baik buah maupun sayur merupakan jenis produk yang
cepat rusak, baik kerusakan fisik, tekstur maupun kandungan kimia. Pada
dasarnya kerusakan kwalitas buah dikarenakan oleh berbagai macam faktor
seperti terjadinya luka, gangguan patogen, respisari, transpirasi dan faktor-faktor
lainnya. Akibatnya produk tersebut mengalami penurunan kandungan gizi,
perubahan warna serta komponen lain yang dapat berakibat pada menurunnya
nilai jual maupun daya tarik produk pertanian tersebut. Sehingga untuk menjaga
kwalitas hasil pertanian agar tetap baik dan menarik diperlukan suatu metode
penanganan pasca panen yang optimal untuk mengurangi atau menghambat laju
respirasi maupun faktor-faktor yang dapat menurunkan kwalitas buah tersebut.
Selain penurunan kualitas produk pertanian juaga tergolong produk yang
tidak bisa bertahan lama sehingga proses pendistribusian dan pemakaian harus
cepat. Produk pertanian tidak tahan lama atau cepat rusak dikarenakan produk
pertanian merupakan produk yang melakukan aktifitas kimia seperti transpirasi
dan repirasi.

Sering muncul masalah kerusakan buah segar karena proses transpirasi dan
respirasi yang berlangsung setelah produk tersebut dipanen Tingkat respirasi buah
dan sayur dapat dijadikan indikator umur simpannya. Semakin tinggi tingkat
respirasinya, akan semakin pendek umur simpannya.

Sejak saat bahan pangan dipanen, dikumpulkan, ditangkap atau


disembelih, bahan tersebut akan mengalami kerusakan. Kerusakan ini akan
berlangsung sangat lambat atau sangat cepat tergantung dari macam bahan
pangan.
Semua makluk hidup memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan
mempertahankan kehidupannya. Bakteri, khamir dan kapang, insekta dan rodentia
(binatang pengerat) selalu berkompetisi dengan manusia untuk mengkonsumsi
persediaan pangannya. Senyawa organik yang sangat sensitif dalam bahan
pangan, dan keseimbangan biokimia dari senyawa tersebut, akan mengalami
destruksi oleh hampir semua variabel lingkungan di alam. Panas dan dingin,
cahaya, oksigen, kelembaban, kekeringan, waktu, dan kandungan enzim dalam
bahan pangan itu sendiri, semua cenderung merusakkan bahan pangan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui pengertian kerusakan bahan pangan
1.2.2 Mengetahui perubahan bahan pangan pasca panen
1.2.3 Mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pangan
1.2.4 Mengetahui jenis-jenis kerusakan bahan pangan

1.3 Rumusan Masalah


1.3.1 Apakah pengertian kerusakan bahan pangan?
1.3.2 Bagaimana perubahan bahan pangan pasca panen?
1.3.3 Apa saja faktor penyebab kerusakan bahan pangan?
1.3.4 Apa saja jenis kerusakan bahan pangan?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kerusakan pangan adalah perubahan karakteristik fisik dan kimiawi suatu


bahan makanan yang tidak diinginkan atau adanya penyimpangan dari
karakteristik normal.
Kerusakan pangan juga dapat diartikan sebagai penyimpangan yang melewati
batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain
yang biasa digunakan oleh manusia. Beberapa bahan dianggap bila telah
menunjukan penyimpangan konsistensi kental menjadi encer,maka itu
menandakan kerusakan.
Kerusakan pangan meliputi beberapa jenis:

 Karakteristik fisik meliputi sifat organoleptik seperti warna, bau, tekstur,


bentuk.
 Karakteristik kimiawi meliputi komponen penyusunnya seperti kadar air,
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, pigmen, dan sebagainya

Kerusakan pangan pasca panen hortikultura di Indonesia belum mendapat


perhatian yang cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pasca panen
sebesar 25% hingga 28%. Oleh sebab itu agar produk hortikultura terutama buah-
buahan dan sayuran dapat sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik perlu
penanganan pasca panen yang benar dan sesuai. Bila penanganan produk pasca
panen dilakukan dengan baik, kerusakan-kerusakan yang timbul dapat diperkecil
bahkan dihindari, sehingga kerugian di tingkat konsumen dapat ditekan (Samad,
2006).

Setelah pemanenan pangan akan memasuki tahap pengumpulan. Hal yang


perlu diperhatikan pada tahap tersebut seperti pemilihan lokasi dan lain
sebagainya. Produk diusahakan dikumpulkan di tempat yang dekat dengan tempat
panen dan harus diupayakan pula agar produk tidak terpapar sinar matahari secara
langsung. Produk pasca panen kemudian diseleksi atau dikenal dengan istilah
sortasi (Rawali, 2004).

Produk hortikultura sebaiknya dipanen sesuai dengan kebutuhannya agar


tetap diperoleh kualitas yang tinggi. Pada saat pematangan yang tepat kandungan
gizinya dalam kondisi yang optimal. Disamping itu warna serta baunya sangat
menentukan harga pada saat penjualan. Melakukan panen yang perlu diperhatikan
adalah jangan sampai ada bagian yang rusak karena cacat fisik yang dapat
mengakibatkan pembusukan pada produk tersebut dan mutu serta kualitas akan
berkurang (Longdong. 2009).

Perbaikan mutu dari hasil pertanian merupakan masalah penting karena


permintaan akan hasil pertanian dan bahan olahannya terus mengalami kenaikan
sedangkan jumlah lahan pertanian semakin berkurang. Oleh karena itu setelah
melakukan pemanenan hasil terlebih dahulu dilakukan tindakan-tindakan tertentu
agar hasil yang dipanen mempunyai mutu yang baik. Tindakan tersebut dikatakan
sebagai penanganan pasca panen (Kays, 1991).

Ketahui bahwa produk hortikultura setelah panen tidak bisa dinaikan mutu
maupun kualitas hanya bisa dipertahankan. Pada saat panen kualitas harus
maksimal, dengan penanganan yang baik dapat dipertahankan untuk waktu yang
lama. Indikator yang dapat digunakan untuk penentuan waktu panen yang tepat
yaitu: kenampakan visual, indikator fisik, analisis kimiawi, indikator fisiologis,
dan komputasi (Gaman, 2004).

Penyusutan buah-buahan dibedakan atas penyusutan kuantitatif dan


kualitatif. Penyusutan kuantitatif dinyatakan dalam bobot sedangkan penyusutan
kualitatif berupa penyimpangan rasa, warna, bau, penurunan nilai gizi, sifat-sifat
fisikokimia, serta pencemaran oleh jasad renik dan senyawa beracun yang
membahayakan kesehatan (Samad, 2006).

Menurut Samad (2006) factor penyebabnya, kerusakan atau penyusutan


disebabkan oleh kerusakan biologi mikrobiologi, fisik dan mekanis serta
kerusakan kimiawi. Umumnya penyusutan produk buah dan sayuran berkisar
antara 25%-80%. Kerusakan mekanis seperti tersobek, luka, memar dan pecah
diakibatkan cara pengemasan produk yang kurang sempurna serta perlakuan dan
cara pendistribusian produk yang kurang baik. Kerusakan mekanis ini apabila
dibiarkan terjadi merupakan awal bagi kerusakan – kerusakan lain seperti kimiawi
dan mikrobiologi.

2.2 Perubahan pasca panen

A. Perubahan fisik atau morfologis :


 Daun – menguning
 Bunga – layu
 Batang – memanjang atau mengeras
 Buah matang – ranum, - “bonyok”
 Buah muda – jagung manis – biji keriput
 Mentimun – keriput atau menguning
 Polong – alot, menguning
 Umbi dan ubi – bertunas atau berakar

B. Perubahan komposisi : kadar air – berkurang


 karbohidrat - pati menjadi gula dan sebaliknya
 protein – terurai
 lemak - menjadi tengik
 vitamin dan mineral – hilang atau berkurang
 timbul aroma atau bau
2.3 Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pangan :

 Pertumbuhan dan aktivitas mikroba

 Aktivitas enzim yang terdapat dalam bahan pangan


Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalis biologis
yang dapat mengendalikan berbagai reaksi biokimia yang terdapat di dalam
jaringan hidup. Enzim dapat berasal secara alami di dalam bahan pangan atau
dapat pula berasal dari mikroba yang mencemari bahan pangan yang
bersangkutan. Enzim yang dikeluarkan oleh mikroba dapat menimbulkan
perubahan bau, warna, dan tekstur pada bahan pangan.
Enzim yang terdapat secara alami di dalam bahan pangan misalnya enzim
polifenol oksidase pada buah salak, apel atau ubi kayu.  Enzim polifenol oksidase
merupakan salah satu jenis enzim yang merusak bahan pangan karena warna
coklat yang ditimbulkannya, contohnya menimbulkan warna coklat jika buah atau
ubi dipotong. Enzim dapat pula menyebabkan penyimpangan citarasa makanan
seperti enzim lipoksidase yang menimbulkan bau langu pada kedelai. Enzim juga
dapat menyebabkan pelunakan pada buah, misalnya enzim pektinase yang umum
terdapat pada buah-buahan.
Karena merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kerusakan
pada bahan pangan, maka enzim perlu diinaktifkan jika bahan pangan yang
bersangkutan akan diawetkan.

 Aktivitas serangga, parasit dan binatang pengerat


Serangga merusak bahan pangan bukan hanya karena memakan bahan
pangan seperti biji-bijian, buah-buahan atau sayuran, tetapi karena luka yang
ditimbulkannya pada permukaan bahan pangan akan mengundang mikroba untuk
mencemari luka tersebut dan tumbuh serta berkembang di sana. Mikroba ini yang
seterusnya akan merusak bahan pangan yang bersangkutan. Di samping itu, air
kencing dan kotoran serangga yang terkumpul pada tumpukan bahan pangan juga
merupakan tempat yang cocok bagi mikroba untuk tumbuh dan berkembang.
Telur-telur serangga dapat tertinggal di dalam bahan pangan untuk kemudian pada
suatu saat akan menetas dan berkembang.
Tikus merupakan salah satu jenis hama yang sering menyerang tanaman
padi sebelum dipanen maupun padi atau biji-bijian lainnya yang sudah dipanen
yang disimpan di dalam lumbung- lumbung. Bahaya tikus bukan hanya karena
binatang ini dapat menghabiskan hasil panen kita, tetapi juga kotorannya termasuk
air kencing dan bulu yang terlepas dari kulitnya merupakan media yang sesuai
bagi pertumbuhan mikroba.

 Kandungan air dalam bahan pangan


Air yang terkandung dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor
penyebab kerusakan bahan pangan. Bahan pangan yang mudah rusak adalah
bahan pangan yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Air dibutuhkan oleh
mikroba untuk pertumbuhannya dan juga dibutuhkan untuk berlangsungnya
reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalam bahan pangan, misalnya reaksi-reaksi
yang dikatalisis oleh enzim.
Air yang dibutuhkan untuk terjadinya berbagai reaksi di dalam bahan
pangan serta tumbuhnya mikroba adalah air bebas. Air yang terikat kuat secara
kimia sulit digunakan mikroba untuk hidupnya. Oleh karena itu, dengan
menambahkan gula, garam, dan senyawa sejenis lainnya jumlah yang cukup dapat
mengikat air tersebut dan makanan menjadi awet meskipun kandungan airnya
masih cukup tinggi. Makanan seperti ini disebut makanan semi basah, misalnya
jeli, dan dodol.
 Suhu, baik suhu tinggi maupun rendah
Tergantung pada jenis bahan pangan, suhu yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi dapat mempercepat kerusakan bahan pangan. Oleh karena itu, jika proses
pendinginan atau pemanasan tidak dikendalikan dengan benar maka dapat
menyebabkan kerusakan bahan pangan.
Hasil pertanian hortikultura khususnya buah-buahan dan sayuran tropis
sifatnya peka terhadap suhu rendah. Beberapa jenis buah-buahan dan sayuran
akan mengalami kerusakan yang disebut chilling injury atau kerusakan karena
suhu rendah yang berakibat warna berubah atau tekstur cepat menjadi lunak.
Sebagai contoh, pisang yang disimpan di lemari es akan segera mengalami
pencoklatan dan pelunakan dan jika dikeluarkan dari lemari es menjadi tidak
layak lagi untuk dimakan. Oleh karena itu buah-buahan seperti pisang dan tomat
jangan disimpan di lemari es yang terlalu dingin.
Pembekuan juga akan mengakibatkan kerusakan pada makanan yang
bentuknya cair, misalnya sebotol susu sapi jika dibekukan akan mengakibatkan
lemak susu atau krim terpisah cairannya. Demikian juga, pembekuan dapat
menyebabkan protein susu menjadi menggumpal.
Terjadinya kerusakan bahan pangan pada suhu rendah seperti disebutkan
di atas hanya perkecualian karena umumnya penyimpanan pada suhu rendah dapat
mengawetkan bahan pangan dan umumnya makin rendah suhunya semakin baik
pengawetannya.
Seperti halnya suhu yang terlalu rendah, suhu yang terlalu tinggi pun dapat
menyebabkan kerusakan bahan pangan. Umumnya pada suhu penanganan bahan
pangan, setiap kenaikan 10 derajat celsius, kecepatan reaksi kimia naik 2 kalinya.
Beberapa contoh kerusakan karena suhu tinggi misalnya protein menggumpal,
emulsi pecah, keringnya bahan pangan karena airnya menguap dan rusaknya
vitamin.

 Udara khususnya oksigen


Udara khususnya oksigen yang terkandung di dalamnya merupakan
penyebab utama ketengikan bahan pangan yang berlemak. Oksigen juga dapat
merusak vitamin terutama vitamin A dan C dan menimbulkan kerusakan warna
sehingga produk pangan jadi pucat. Oksigen adalah komponen penting bagi
hidupnya mikroba aerobik khususnya kapang karena itu sering ditemukan di
permukaan bahan pangan atau di celah-celahnya.

 Sinar
Kerusakan bahan pangan karena sinar terlihat jelas pada makanan yang
berwarna. Warna bahan pangan atau makanan dapat menjadi pucat karena
pengaruh sinar. Hal ini terlihat jelas pada produk-produk makanan berwarna yang
dipajang di etalase warung yang umumnya berwarna pudar karena setiap hari
tersinari matahari.
Sinar juga dapat merusak beberapa vitamin yang terkandung dalam bahan
pangan, misalnya vitamin B2, vitamin A dan vitamin C. Susu yang disimpan di
dalam botol transparan juga dapat rusak karena sinar yaitu menimbulkan bau
tengik akibat terjadinya oksidasi. Demikian juga minyak kelapa yang disimpan
dalam botol transparan akan mudah menjadi tengik jika tersinari matahari secara
terus-menerus.

 Waktu penyimpanan
Sesudah bahan pangan dipanen, diperah (susu), atau disembelih (daging),
ada waktu sesaat yang dipunyai bahan pangan untuk memberikan mutu
puncaknya. Akan tetapi sesudah itu mutu akan turun terus-menerus. Penurunan
mutu karena faktor waktu ini sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor kerusakan
bahan pangan lainnya seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

2.3 Jenis-jenis kerusakan pangan :

a. Kerusakan mikrobiologis

 Bakteri,kapang,khamir
 Cara perusakan : menghidrolisa atau mendegradasi makromolekul-
makromolekul yang menyusun bahan pangan menjadi fraksi-fraksi yang
lebih kecil.
 karbohidrat → gula sederhana
 protein → peptida,amida,amoniak
 lemak → gliserol,asam lemak
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
− aktivitas air
− pH bahan pangan
− kandungan zat gizi bahan pangan
− suhu penyimpanan dan pengolahan
− ketersediaan oksigen
 Infeksi : suatu istilah yang digunakan jika seseorang setelah
mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung bakteri patogen
mendapat gejala-gejala penyakit.
− 12-24 jam (lebih lama)
− gangguan perut, sakit pada perut bagian bawah, pusing,
diare, muntah, demam.
− Salmonella, Clostridium perfringens, Vibrio
parahaemolyticus, Eschericia coli yang enteropatogenik dan
spesies Shigella.
 Keracunan (intoksikasi) : disebabkan karena seseorang mngkonsumsi
makanan yang telah mengandung senyawa beracun yang diproduksi oleh
mikroba, baik bakteri maupun kapang.
− 3-12 jam
− muntah-muntah ringan dan diare
− racun yang dihasilkan dalam bahan pangan oleh
Staphylococcus aureus dan Clostridium botulinum
− mikotoksin oleh Aspergillus flavus

b. Kerusakan mekanis dan fisik

 Kerusakan mekanis
− karena benturan-benturan mekanis : pelemparan bahan,
penggunaan alat saat panen ( galah,jatuh,cangkul), saat
transportasi.
 Kerusakan fisik
− karena perlakuan fisik
pengeringan (case hardening)
pendinginan (chilling injuries dan freezing injuries )

c. Kerusakan kimiawi
 Reaksi pencoklatan
− Enzimatis
Tidak terlalu banyak dijumpai pada bahan pangan berkadar air
rendah.
Aktivitas enzim dipengaruhi : kadar air, ketersediaan oksigen,
suhu, pH, lama penyimpanan.
Umum terjadi pada buah dan sayuran.
Apel, pisang, salak, kentang, kandungan polifenoloksidase
tinggi.
Bisa terjadi jika ada :
− substrat senyawa fenolik
 katekin, dan turunannya seperti tirosin, asam kafeat,
asam klorogenat, leukoantosiamin.
− enzim
 polifenoloksidase, fenoloksidase, fenolase,
polifenolase.
 oksigen
 nonenzimatis
− Reaksi maillard
Maillard adalah seorang ahli kimia Perancis,1912 pertama
kali menjelaskan terjadinya reaksi maillard.
Terjadinya pada bahan pangan yang mengandung gula
pereduksi dan protein,tergantung pada suhu, pH, dan Aw
selama penyimpanan
asam amino + gula pereduksi = senyawa kompleks tidak
berwarna larut dalam air.
senyawa kompleks akan terurai lagi membentuk senyawa
kompleks berwarna coklat tidak larut dalam air.
Hasil reaksi maillard :
mencegah terjadinya oksidasi lemak selama
penyimpanan.
terbentuknya senayawa kompleks berwarna coklat yang
tidak larut dalam air.
 Karamelisasi
Rasa gula karamel merupakan kombinasi rasa manis, pahit
dan asam.
Terjadi selama pengolahan.
Tahap reaksi karamelisasi.
pemecahan ,molekul sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa.
suhu tinggi, misal 170°C akan mengeluarkan molekul air
dari tiap molekul gula sehingga terbentuk glukosa.
proses pemecahan dan dehidrasi dilanjutkan dengan
polimerisasi,dan timbul beberapa asam dalam campuran
tersebut.

 Pencoklatan akibat vitamin C


Merupakan tahap awal dari berlangsungnya reaksi maillard.
Vitamin C (asam askorbat )merupakan senyawa reduktor dan
bertindak sebagai prekursor untuk pemebentukan warna
coklat nonenzimatis.
Selama penyimapanan, kandungan vitamin C tinggi, terdapat
gula pereduksi dan protein.
Menyebabkan penurunan nilai gizi.
 Proses ketengikan
oksidatif
hidrolisis
penurunan nilai gizi.

d. Kerusakan biologis
 Kerusakan karena serangga, pengerat, ulat
 Penyusutan kualitatif dan kuantitatif
 Susut kualitatif
− bahan pangan mengalami penurunan mutu sehingga tidak
layak lagi dikonsumsi oleh manusia.
− perubahan-perubahan biologi (mikroba, serangga, tungau,
respirasi)
− perubahan-perubahan fisik(tekanan,getaran,suhu,kelembapan)
− perubahan-perubahan kimia dan biokimia (reaksi pencoklatan,
ketengikan, penurunan nilai gizi, dan aspek keamanan
terhadap kesehatan manusia).
 Susut kuantitatif
− kehilangan jumlah atau bobot hasil pertanian
− Serangga menyebabkan kerusakan terbesar dalam bahan pangan
− Penularan terjadi karena perpindahan komoditas dari gudang 1
ke gudang lainya
− Pertumbuhan cepat 25-35°C
− Pencegahan dengan fumigasi insektisida, pengendalian
atmosfer, predator, bahan alami.
− Tikus merusak kemasan dan bahan pangan
− Kontaminasi urin , kotoran , bulu, bangkai yang meyebabkab
berbagai penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Gaman P.M. and K. B. Sherrington, 1994. The Science of Food, An Introduction


to Food Science, Nutrition and Microbiology Second Edition.
Penerjemah.Murdjati, Sri Naruki, Agnes Murdiati, Sardjono dalam Ilmu
Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.

Kays, S.J., 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. An Avi


Book. New York

Longdong. 2009. Pengaruh Kemasan Dan Suhu Dingin Terhadap Konsumsi O2


Bunga Lily Trompet (Lilium longiflorum Thunb) .
Journal of Soil Environment  7(1) : 45– 51.

Rawali, A.B. 2004. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah-


Buahan Impor yang Dipasarkan Di Sulawesi Selatan. Proyek Rantai
Pendingin Indonesia Program Penelitian Pasca Panen. Universitas
Hassanudin. Makasar.

Samad, Yusuf M. 2006. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu


Komoditas Hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 8 (2).
23-32.

Susiwi, S. 2009. Kerusakan pangan. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.


Bandung.

Anda mungkin juga menyukai