Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia, Kulit adalah suatu
pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, kulit juga
merupakan alat tubuh terberat dan terluas, ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh
manusia, rata rata tebal kulit 1-2 mm, (Wibisono, 2008) Tebalnya kulit bervariasi
mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis
terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong.
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,
membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Kulit memiliki fungsi
melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan
tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati),
respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan
pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan
tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu
pula dalam pengeluaran karbondioksida. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan
pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di
luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban
udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit
kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan
pemakaian bahan kimia pada kulit.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh berbeda. Sifat-sifat
anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di
masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak
mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada fungsinya
di masing-masing tempat. Kulit di daerah-daerah tersebut berbeda ketebalannya, keeratan
hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya
andeksa yang ada di dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur
atau garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta
bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan dan
telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi).
Kulit menutup tubuh manusia pada daerah tubuh yang paling luas dari kepala
sampai ke kaki. Kulit wajah yang sehat dan cantik akan tampak kencang, lentur, dan lembab,
kondisi ini tidak akan menetap selamanya, sejalan dengan perkembangan usia, ketika kondisi
tubuh menurun, kulit tidak hanya menjadi kering tapi juga suram dan berkeriput. Keadaan
ini makin mudah terjadi setelah melewati usia tiga puluhan. Saat itu fungsi kelenjar minyak
mengendur, sehingga kulit terasa lebih kering dibandingkan dengan sebelumnya. Diduga
dengan bertambahnya usia, kadar asam amino pembentuk kalogen pun berkurang sehingga
kalogen yang terbentuk bermutu rendah, selain itu kalogen kehilangan kelembaban dan
menjadi kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang itu tidak mampu menopang kulit
dengan baik, seperti yang tampak pada kulit orang tua yang makin lama makin kendur dan
kurang lentur. Perubahan susunan molekul kolagen ini merupakan salah satu faktor utama
yang membuat kulit manusia lebih cepat keriput, timbul pigmentasi, kehilangan kelembaban
dan elastisitas. Kapan tanda-tanda penuaan itu muncul, tergantung pada usaha kita untuk
melindungi dan merawatnya secara baik.
STRUKTUR KULIT
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke
dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang
meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,
kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau
kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala,
kelenjar palit menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala.
Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar
sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan
termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau
kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga
memudahkan timbulnya jerawat.
Secara umum kulit mempunyai fungsi. Fungsi kulit adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Proteksi. Kulit berfungsi dalam menjaga bagian dalam tubuh terhadap
gangguan fisik yang berada diluar tubuh. Seperti gesekan, tekanan, tarikan, dan zat-
zat kimia terutama yang bersifat iritan. Gangguan yang bersifat panas seperti sengatan
UV, radiasi, gangguan infeksi luar terutama kuman maupun jamur.
b. Fungsi Absorbsi. Kulit lebih mudah menyerap yang menguap dari pada benda cair
atau padat, begitu pun yang larut seperti lemak.
c. Fungsi Ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit akan mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna sebagai hasil dari metabolisme dalam tubuh yang berupa asam urat, NaCl,
ammonia dan urea.
d. Fungsi Persepsi. Kulit yang mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadap rangsangan panas yang diperankan oleh badan-badan ruffini
didermis dan subkutis
e. Fungsi Pengaturan suhu tubuh
f. Fungsi Pembentukan Pigmen. Sel pembentuk pigmen (melanosoit yang terletak pada
lapisan basal dan sel yang berasal dari rigi saraf.
g. Fungsi Keratinisasi. Pada lapisan epidermis dewasa terdapat tiga lapisan yaitu lapisan
melanosoit, keratinosit, dan sel langerhans.
Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang, fibroblas, serat-serat kolagen,
kapiler-kapiler baru akan membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan
tidak rata disebut jaringan granulasi. Epitel sel basal ditepi luka lepas dari
dasarnya dan pindah menutupi dasar luka, tempat itu akan diisi oleh hasil mitosis
sel lain. Proses migrasi epitel hanya berjalan kepermukaan yang rata atau lebih
rendah, setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah proses
pendewasaan penyembuhan luka meliputi proses penyatuhan kembali dan
penyerapan yang berlebih
Prinsip Moist Wound Care antara lain pertama, dapat mengurangi dehidrasi
dan kematian sel karena sel-sel neutropil dan makrofag tetap hidup dalam kondisi
lembab, serta terjadi peningkatan angiogenesis pada balutan berbahan oklusive.
Prinsip kedua, yaitu meningkatkan debridement autolysis dan mengurangi nyeri. Pada
lingkungan lembab enzim proteolitik dibawa ke dasar luka dan melindungi ujung
syaraf sehingga dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri saat debridemen
(Fatmadona & Oktarina, 2016). Prinsip ketiga, yaitu meningkatkan re-epitelisasi pada
luka yang lebar dan dalam. Proses epitalisasi membutuhkan suplai darah dan nutrisi.
Pada krusta yang kering dapat menekan/menghalangi suplai darah dan memberikan
barier pada epitelisasi (Fatmadona & Oktarina, 2016). Dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan prinsip Moist Wound Care cenderung menjadi pilihan perawatan luka
Sectio Caesarea karena dapat mengurangi resiko infeksi, mempercepat proses
penyembuhan luka dan mengurangi nyeri ketika rawat luka ketika debridemen
sehingga memberikan suatu kenyaman bagi pasien post operasi Sectio Caesarea.
Perawatan luka dengan prinsip lembab atau moist dapat diaplikasikan dalam
tiga tipe luka yaitu (Kartika, 2015)
a) Tipe luka berdasarkan waktu penyembuhan
Berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi akut dan kronis.
Luka akut jika penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis
adalah segala jenis luka yang tidak ada tanda-tanda sembuh. Luka insisi bisa
dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan
proses penyembuhan normal, tetapi dapat juga dikatakan luka kronis jika
penyembuhan terlambat (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda
infeksi
b) Tipe luka berdasarkan anatomi kulit
Luka stadium 1 jika warna dasar luka merah dan hanya melibatkan epidermis,
epidermis masih utuh atau tanpa merusak epidermis, contoh ada kemerahan di
bokong. Luka stadium 2 jika warna dasar luka merah dan melibatkan lapisan
epidermis-dermis. Luka stadium 3 jika warna dasar luka merah dan lapisan kulit
mengalami kehilangan epidermis, dermis, hingga sebagian hipodermis (full-
thickness). Luka stadium 4 jika warna dasar luka merah dan lapisan kulit
mengalami kerusakan dan kehilangan lapisan epidermis, dermis, hingga seluruh
hipodermis, dan mengenai otot dan tulang (deep-full-thickness)
c) Tipe luka berdasarkan warna dasar luka
Hitam adanya jaringan necrosis (mati) dengan kecenderungan keras dan
kering karena tidak ada vaskularisasi. Kuning artinya jaringan nekrosis (mati)
yang lunak berbentuk seperti nanah beku pada permukaan kulit seperti slough.
Merah artinya jaringan granulasi dengan vaskularisasi yang baik dan memiliki
kecenderungan mudah berdarah. Dan Pink artinya terjadi proses epitelisasi
dengan baik dan maturasi, atau luka sudah menutup
Dalam perawatan luka dengan teknik lembab memiliki beberapa manfaat, antara lain
seperti
a) Nyeri minimal karena frekuensi penggantian balutan tidak setiap hari tapi tiga
sampai lima hari. Hal tersebut berfungsi untuk menciptakan lingkungan luka tetap
lembab, melunakkan serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak
jaringan sehat, yang kemudian terserap dan terbuang bersama pembalut, sehingga
tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat penggantian balutan
b) Cost-effective yaitu jumlah pemakaian alat, fasilitas, waktu dan tenaga karena
tidak setiap hari dilakukan rawat luka
c) Infeksi minimal karena menggunakan konsep balutan oklusif atau tertutup rapa
d) Mempercepat penyembuhan luka dengan konsep lembab
e) Luka tidak diijinkan mengering, yang mengakibatkan penyembuhan luka terus
menerus 24 jam sehari, balutan ini mendukung lingkungan yang lembab.
f) Kelebihan eksudat akan dipindah. Eksudat diserap ke dalam balutan primer dan
sekunder
g) Kontak antara luka dan cairan luka tetap terjaga. Berarti pasien bisa mendapatkan
keuntungan dari keseimbangan normal. Faktor penyembuhan selama setiap fase
penyembuhan luka.
h) Meningkatkan fungsi optimal sel dan protease yang bertanggung jawab untuk
penyembuhan. Perkiraan sel meregenerasi dua kali lebih cepat, penyembuhan
lembab dibanding penyembuhan kering
i) Meningkatkan penyembuhan lebih cepat dengan tingkat infeksi yang lebih
rendah. Lukanya dilindungi oleh balutan yang kuat yang mana mencegah infeksi
dari luar.
j) Lebih nyaman untuk pasien daripada dressing tradisional. Menjaga ujung saraf
terhidrasi dalam luka mengurangi rasa sakit.
k) Perubahan perban lebih sedikit diperlukan. Pembalutan bisa dibiarkan di luka
selama 3 sampai 5 hari tergantung kondisi luka.
l) Bekas luka berkurang dan lebih baik. Serat kolagen berkoordinasi lebih lurus.
m) Penurunan biaya untuk perawatan luka total. Penurunan jumlah balutan,
kebutuhan obat penenang dan menurunkan total biaya bahan perban.
DAFTAR PUSTAKA
Fatmadona, R., & Oktarina, E. (2016). Aplikasi modern wound care pada perawatan luka infeksi di
rs pemerintah kota padang. Ners Jurnal Keperawatan, 12 (2), 159-165.
Hunt, T.K. 2003. Oxygen and its role and wound healing. www.etcbiomedical.com
Kartika, R. (2015). Perawatan luka kronis dengan modern dressing, 42 (7), 546 - 550.
Sinaga & Tarigan, R. (2012). Penggunaan Bahan Pada Perawatan Luka Di RSUD DR. Djasamen
Saragih Pematangsiantar. Diakses pada tanggal 26 November 2015
Wibisono. 2008. Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Bersih Antara Perawatan Luka Dengan
Menggunakan Gerusan Bawang Merah (Allium cepa L.) Dibandingkan Dengan Providone
Iodin 10% Pada Tikus Putih (Rattus novergicus Strain Wistar. (Skripsi). Fakultas