Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif (Towsend,2008).
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan
bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2010). Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007; hal,
146). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan (fitria, 2009).
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak
lingkungan.

B. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend
(2008) adalah:
1. Teori Biologis
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem
limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai
peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem
limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial
perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak
mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan
agresif.Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.Sistem limbik terlambat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku agresif.Pusat otak atas secara konstan
berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan
serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif.
Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye
dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan
tindak kekerasan.Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus
temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit
seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologik
a) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri rendah.Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan
prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa  ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang
tua mereka sendiri.Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai
prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang
positif.Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka
mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya
ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak
mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan
setelah dewasa.
3. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial
terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima
perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga
berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.Penduduk
yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku
kekerasan.Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup
individu.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009) :
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yaitu;
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan

D. Rentang Respon
Rentang adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Keterangan :
a. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan.
b. Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kupuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative
c. Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaanya
d. Agresif : Perilaku yang menyertai marah terhadap dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol
e. Kekerasan : Perasan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control

E. Patopsikologi
Faktor predisposisi meliputi factor biologis Neurobiologik, Biokimia, Genetik,
Gangguan Otak dan Factor Psikologis serta factor presipitasi stressor merupakan pencetus
perilaku kekerasan. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan,
kematian, dll) maupun dari dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan
rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik).Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku
kekerasan.Selain itu, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga
diri.Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Dan juga akan
menimbulkan kecemasan. Kecemasan ini dapat diungkapakan dengan melului 3 cara dengan
mengungkapkan marah secara verbal, menekan/ mengingkari rasa marah dan menantang
perasaan marah. Dengan cara tersebut akan menimbulkan perasaan bermusuhan / konflik.
Bila rasa marah yang semakin kuat akan membuat rasa ingin menantang sehingga masalah
yang dihadapi tidak akan terselesaikan sehingga akan membuat rasa marah yang
berkepanjangan dan akan membuat rasa marah terhadap orang lain menyebabkan rasa
bermusuhan secara ini berlangsung terus menerus maka dapat terjadi penyerangan dengan
kekerasan disertai tindakan melempar yang menimbulkan perasan marah tersebut.
Mengekpresikan marah dapat dengan perilaku destruktif dengan menggunakan kata-
kata yang dapat dimengerti dan dan direspon tanpa menyakiti orang lain, serta memberikan
rasa lega, sehingga ketegangan akan menurun dan akan rasa marah akan mudah hilang atau
teratasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari
seseorang karna ditinggal orang ang dianggap berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi
tersebut tidak teratasi maka akan menyebabkan seseorang sulit untuk bergaul dengan orang
lain. Sehingga akan mengingkari rasa marah dan marah tidak bisa diungkapkan sehingga
menimbulkan rasa marah pada dirinya sendiri atau depresi psikosomatik.

F. Pohon Masalah

Resiko mencederai : Orang lain/lingkungan (Efek)

Perilaku Kekerasan (Core Problem)

Gangguan harga diri : Harga diri rendah (Etiologi)

G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri (Yosep, 2009). Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang
timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain :
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. A
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2020

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


Hari/ tanggal pengkajian : Senin,30 Desember 2013
Ruang : Mawar
Hari/tanggal di rawat : Jumat, 6 Desember 2013

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. “A”
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 Tahun
Alamat : Raha
Agama : Islam
Informan : Klien
Tanggal pengkajian : 30 Desember 2013
No RM : 12 64 09

II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Klien Mengamuk,suka mengancam,berbicara keras.
-Keluhan utama ( saat di kaji ) :
Klien mengatakan cepat tersinggung dan ingin mengamuk, emosi labil.
Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

III. FAKTOR PREDIPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?(Ya)
Klien mengatakan pernah masuk Rumah sakit jiwa lebih kurang 15 kali dan sering
kabur dari rumah sakit.

2. Pengobatan sebelumnya ( Kurang berhasil )


Klien mengatakan sepulang dari Rumah sakit, klien tidak meminum obat dengan
teratur.
3. Aniaya fisik
Klien mengatakan pernah melakukan aniaya fisik seperti aniaya kekerasan dalam
keluarga maupun dan pernah memukul orang lain karena sering diejek.
Masalah keperwatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4. Adahkah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ( Tidak Ada )
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti
yang di alami dirinya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenagkan,
namun menurut klien hal yang paling tidak menyenagkan adalah jauh dari
keluarganya.

IV. FISIK
1. Tanda vital :TD = 100/90 mmHg ; N = 96 x/M ; S = 370C ; P = 20 x/M
2. Ukur : TB = 160 Cm ;BB = 60 Kg
3. Keluhan fisik ( Tidak Ada )
Masalah keperawatan : Tidak Ada
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Klien
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Meninggal

: Garis tinggal serumah


Penjelasan :
Klien mengatakan kalau kakek dan neneknya telah meninggal dunia. Klien tinggal
serumah bersama orang tuanya dan kakak perempuannya serta bersama 3 adiknya di
Raha. Klien anak ke-4 dari 7 bersaudara.

2. Konsep diri:
a. Citra tubuh
Klien mengatakan anggota tubuhnya baik dan dapat digunakan sesuai fungsinya.
b. Identitas diri
Klien mengatakan anak ke-4 dari 7 bersaudara.
c. Peran
Klien mengatakan berperan sebagai anak ke 4 dalam keluarga yang berjenis
kelamin perempuan berusia 27 tahun.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang berkumpul bersama
keluarganya dan bekerja.
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dengan orang lain
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan social
a) Orang yang terdekat
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ibunya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien tidak pernah ikut berperan aktif dalam kegiatan kelompok.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
karena selalu diejek.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spriritual
a. Nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang dipegang oleh klien adalah nilai – nilai Islam dan klien
mengatakan shalat itu wajib.
b. Kegiatan Ibadah
Kegiatan ibadah klien adalah shalat, dan tidak pernah lalai untuk shalat
Masalah Keperawatan : Tidak Ada.

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi, rambut diikat, kemudian menggunakan baju yang
seharusnya, dan mandi 2 kali dalam sehari. Klien cukup memperhatikan
penampilanya.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan keras,kacau serta terlihat cepat tersinggung
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3. Aktivitas motorik
Klien terlihat sehat namun suka menyendiri dan banyak menghabiskan waktunya
ditempat tidur utuk tidur pagi dan siang hari.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
4. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa senang dan bahagia tinggal di Rumah Sakit.
5. Afek
Afek klien labil, cepat marah dan tersinggung serta mengungkapkan keinginannya
untuk memukul orang
6. Interaksi selama wawancara
Interaksi selama wawancara kadang tampak bermusuhan dan menunjukan kontak
mata tajam.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan-bisikan aneh ataupun melihat
bayangan-bayangan aneh juga.
8. Proses pikir
Proses fikir klien berbicara tanpa ada tujuan yang jelas
9. Isi Pikir
Klien mengatakan dirinya tidak memiliki apa-apa untuk keluarganya.
10. Tingkat kesadaran
Compus mentis (Klien sadar akan dirinya)
Tingkat kesadaran klien baik dan klien tidak mengalami disorientasi terhadap waktu,
tempat dan orang. Buktinya klien masih mengingat tanggal masuk rumah sakit dan
dia tahu berada di ruang Mawar.

11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat karena klien mampu menjelaskan
kegiatan sehari-hari dan juga menceritakan pengalaman-pengalaman saat sebelum
masuk rumah sakit.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi Klien baik karena masih dapat berhitung dan dapat menjawab
perhitungan sederhana yang diberikan perawat.
13. Kemampuan penilaian
Kemampuan penilaian klien mengalami gangguan penilaian ringan. Klien bisa tidak
bisa memilih antara dua pilihan.
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan dirinya sehat dan tidak semestinya dibawa ke Rumah Sakit.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien makan 3 kali sehari dengan tanpa bantuan.
2. BAK/BAB
Klien dapat defekasi atau berkemih tanpa bantuan dengan frekueansi kurang lebih
4x sehari.
3. Mandi
Klien bisa mandi 2 kali sehari pagi dan sore hari tanpa bantuan orang lain
4. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian dengan rapi tanpa bantuan orang lain.
5. Istirahat dan tidur
Klien tidak mengalami gangguan tidur. Klien tidur siang 4-5 jam dan untuk tidur
malam 8-9 jam. Aktivitas sebelum tidur biasanya pasien hanya berjalan-jalan dan
mengobrol bersama teman sekamar maupun perawat.
6. Penggunaan obat
Untuk pengguanaan obat Klien tidak membutuhkan bantuan karena Klien bisa
melakukannya sendiri dan mengetahui obat-obat yang di konsumsi
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jarang pergi ke pusat kesehatan untuk memeriksakan diri.

8. Aktivitas di dalam rumah


Klien mampu melakukan kegiatan rumahan dengan baik misalnya, mononton TV,
menyiapkan makanan ataupun menjaga kerapian rumah.
9. Aktivitas di luar rumah
Klien masih dapat melakukan aktivitas diluar rumah secara mandiri seperti
berkendaraan ataupun berjalan-jalan dan mengobrol dengan keluarganya.

VIII. MEKANISME KOPING


Mekanisme koping maladaptif karena klien mengatakan saat dia mengalami masalah
biasanya minum alkohol.

Masalah Keperawatan : Koping Individu Inefektif

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah dukungan kelompok
Klien mengatakan keluarga dan saudaranya mendukung untuk kesembuhannya
b. Masalah hubungan dengan lingkungan
Klien megatakan mengalami masalah dengan lingkungan karena sering diejek dan
ingin memukul orang-orang yang mengejeknya.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan putus sekolah sejak kelas 1 SMA.
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien belum bekerja
e. Masalah ekonomi
Klien mengatakan hidupnya dan keluarganya masih mampu dan berkecukupan.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Klien kurang mampu menahan diri untuk memukul orang karena orang-orang
sekitarnya selalu mengejeknya.
Masalah keperawatan : Koping individu inefektif

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid
Terapi medik : Terapi tanggal 6 Desember 2013
- Risperidon 2 x 1 mg
- Ikalp 2 x 500 mg
- Trihexipenidil 2 x 2 mg
- Alprazolam 2 x 0,5 mg

XII. ANALISA DATA


N DATA MASALAH KEPERAWATAN
O
1 DS : Resiko Perilaku Kekerasan
Klien mengatakan cepat
tersinggung, ingin mengamuk,
pernah memukul orang lain serta
mengungkapkan keinginan
memukul orang-orang yang
mengejeknya.
DO :
Klien berbicara keras, kacau, cepat
tersinggung, emosi labil, tampak
bermusuhan, kontak mata tajam.

2 DS: Harga diri rendah


Klien merasa malu dengan orang
lain

DO:
Menyendiri, lebih banyak
menghabiskan waktu di kamar.

XIII. POHON MASALAH

Perilaku Kekerasan

Resiko perilaku kekerasan

Harga Diri Rendah


Koping Individu Inefektif

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Prilaku Kekerasan

C. INTERVNSI

Tg Dx Perencanaan Pa
l Keperawatan raf
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
31/ Perilaku TUM: klien tidak
12/ Kekerasan menunjukan
13 perilaku
kekerasan

TUK: 1. Klien menunjukkan 1. Bina hubungan


1. Klien tanda-tanda percaya saling percaya
dapat kepada perawat: dengan:
membina o Wajah  Beri salam
hubungan cerah, setiap
saling tersenyum berinteraksi.
percaya o Mau  Perkenalkan
berkenalan nama, nama
o Ada kontak panggilan
mata perawat dan
o Bersedia tujuan

menceritaka perawat

n perasaan berkenalan
 Tanyakan
dan panggil
nama
kesukaan
klien
 Tunjukkan
sikap empati,
jujur dan
menepati
janji setiap
kali
berinteraksi
 Tanyakan
perasaan
klien dan
masalah yang
dihadapi
klien
 Buat kontrak
interaksi
yang jelas
 Dengarkan
dengan
penuh
perhatian
ungkapan
perasaan
klien
2. Klien dapat 2. Klien menceritakan 2. Bantu klien 3.
mengidentifika penyebab perilaku mengungkapkan
si penyebab kekerasan yang perasaan
perilaku dilakukannya: marahnya:
kekerasan yang o Menceritakan  Motivasi
dilakukannya penyebab klien untuk
perasaan menceritakan
jengkel/kesal penyebab
baik dari diri rasa kesal
sendiri maupun atau
lingkungannya jengkelnya
 Dengarkan
tanpa
menyela atau
memberi
penilaian
setiap
ungkapan
perasaan
klien

3. Klien dapat 3. Klien menceritakan 3. Bantu klien


mengidentifika keadaan mengungkapkan
si tanda-tanda o Fisik : mata tanda-tanda
perilaku merah, tangan perilaku
kekerasan mengepal, kekerasan yang
ekspresi tegang, dialaminya:
dan lain-lain.  Motivasi
o Emosional : klien
perasaan marah, menceritakan
jengkel, bicara kondisi fisik
kasar. saat perilaku
o Sosial : kekerasan
bermusuhan terjadi
yang dialami saat  Motivasi
terjadi perilaku klien
kekerasan. menceritakan
kondisi
emosinya
saat terjadi
perilaku
kekerasan
 Motivasi
klien
menceritakan
kondisi
psikologis
saat terjadi
perilaku
kekerasan
 Motivasi
klien
menceritakan
kondisi
hubungan
dengan orang
lainh saat
terjadi
perilaku
kekerasan
4. Klien dapat 4. Klien menjelaskan: 4. Diskusikan
mengidentifika o Jenis-jenis dengan klien
si jenis ekspresi perilaku
perilaku kemarahan kekerasan yang
kekerasan yang yang selama ini dilakukannya
pernah telah selama ini:
dilakukannya dilakukannya  Motivasi
o Perasaannya klien
saat melakukan menceritakan
kekerasan jenis-jenis
o Efektivitas cara tindak
yang dipakai kekerasan
dalam yang selama
menyelesaikan ini permah
masalah dilakukannya
.
 Motivasi
klien
menceritakan
perasaan
klien setelah
tindak
kekerasan
tersebut
terjadi
 Diskusikan
apakah
dengan
tindak
kekerasan
yang
dilakukannya
masalah yang
dialami
teratasi.
5. Klien dapat 5. Klien menjelaskan 5. Diskusikan
mengidentifika akibat tindak dengan klien
si akibat kekerasan yang akibat negatif
perilaku dilakukannya (kerugian) cara
kekerasan o Diri sendiri : yang dilakukan
luka, dijauhi pada:
teman, dll  Diri sendiri
o Orang  Orang
lain/keluarga : lain/keluarga
luka,  Lingkungan
tersinggung,
ketakutan, dll
o Lingkungan :
barang atau
benda rusak dll
6. Klien dapat 6. Klien : 6. Diskusikan
mengidentifika o Menjelaskan dengan klien:
si cara cara-cara sehat  Apakah klien
konstruktif mengungkapkan mau
dalam marah mempelajari
mengungkapka cara baru
n kemarahan mengungkap
kan marah
yang sehat
 Jelaskan
berbagai
alternatif
pilihan untuk
mengungkap
kan marah
selain
perilaku
kekerasan
yang
diketahui
klien.
 Jelaskan
cara-cara
sehat untuk
mengungkap
kan marah:
 Cara fisik:
nafas
dalam,
pukul
bantal atau
kasur, olah
raga.
 Verbal:
mengungk
apkan
bahwa
dirinya
sedang
kesal
kepada
orang lain.
 Sosial:
latihan
asertif
dengan
orang lain.
 Spiritual:
sembahya
ng/doa,
zikir,
meditasi,
dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-
masing
7. Klien dapat 7. Klien memperagakan 7. 1. Diskusikan cara
mendemonstras cara mengontrol yang mungkin
ikan cara perilaku kekerasan: dipilih dan
mengontrol o Fisik: tarik nafas anjurkan klien
perilaku dalam, memukul memilih cara
kekerasan bantal/kasur yang mungkin
o Verbal: untuk
mengungkapkan mengungkapkan
perasaan kemarahan.
kesal/jengkel 7.2. Latih klien
pada orang lain memperagakan
tanpa menyakiti cara yang
o Spiritual: dipilih:
zikir/doa,  Peragakan
meditasi sesuai cara
agamanya melaksanaka
n cara yang
dipilih.
 Jelaskan
manfaat cara
tersebut
 Anjurkan
klien
menirukan
peragaan
yang sudah
dilakukan.
 Beri
penguatan
pada klien,
perbaiki cara
yang masih
belum
sempurna
7.3. Anjurkan klien
menggunakan
cara yang sudah
dilatih saat
marah/jengkel
8. Klien mendapat 8. Keluarga: 8.1. Diskusikan
dukungan o Menjelaskan pentingnya
keluarga untuk cara merawat peran serta
mengontrol klien dengan keluarga
perilaku perilaku sebagai
kekerasan kekerasan pendukung
o Mengungkapkan klien untuk
rasa puas dalam mengatasi
merawat klien perilaku
kekerasan.
8.2. Diskusikan
potensi keluarga
untuk
membantu klien
mengatasi
perilaku
kekerasan
8.3. Jelaskan
pengertian,
penyebab,
akibat dan cara
merawat klien
perilaku
kekerasan yang
dapat
dilaksanakan
oleh keluarga.
8.4. Peragakan cara
merawat klien
(menangani
PK )
8.5.Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan
ulang
8.6. Beri pujian
kepada keluarga
setelah peragaan
8.7. Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan
9. Klien 9. Klien menjelaskan: 9.1. Jelaskan
menggunakan o Manfaat minum manfaat
obat sesuai obat menggunakan
program yang o Kerugian tidak obat secara
telah minum obat teratur dan
ditetapkan o Nama obat kerugian jika
o Bentuk dan tidak

warna obat menggunakan

o Dosis yang obat

diberikan 9.2. Jelaskan kepada

kepadanya klien:

o Waktu  Jenis obat

pemakaian (nama,

o Cara pemakaian wanrna dan


bentuk obat)
o Efek yang
 Dosis yang
dirasakan
tepat untuk
10. Klien menggunakan
klien
obat sesuai program
 Waktu
pemakaian
 Cara
pemakaian
 Efek yang
akan
dirasakan
klien
9.3. Anjurkan klien:
 Minta dan
menggunaka
n obat tepat
waktu
 Lapor ke
perawat/dokt
er jika
mengalami
efek yang
tidak biasa
 Beri pujian
terhadap
kedisplinan
klien
menggunaka
n obat.

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

1. Nama Pasien : Ny".A”


2. Umur : 27 Tahun
3. Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
4. Ruangan : Mawar Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sultra
5. No. RM :

TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN EVALUASI


20 Januari DS : S:
2020 Klien mengatakan cepat Klien mengatakan merasa senang dan
tersinggung, mengamuk, pernah sedikit tenang setelah berkenalan,
memukul orang lain, merasa mengungkapkan keinginan memukul
malu dengan orang lain, dirinya orang yang mengejeknya.
memiliki taxi, pernah bekerja di O :
luar negeri, menganggap dirinya  Klien mampu pukul kasur/ bantal
kuat.  Klien mampu berdiskusi tentang
DO : kebuthan yang tidak terpenuhi
Tatapan tajam, berbicara keras  Klien mampu melatih kemampuan
dan kacau, menyendiri, flight of positif satu yaitu menggambar
ideas, banyak enghabiskan
waktu di kamar. A:
RPK masih ada
Diagnosa keperawatan : P:
Resiko perilaku kekerasan  latihan pukul kasur bantal 2x/hari
dan saat ingin marah
Kemampuan :  latihan menggambar 2x/hari
Klien mampu nafas dalam.

Tindakan :
 Melatih pukul kasur/ bantal
 Melatih kemampuanpositif
satu
 Berdiskusi tentang kebutuhan
klien yang tidak terpenuhi.

Rencana tindak lanjut:


Latih mengontrol marah secara
verbal, latih kemampuan positif
kedua.
21 Januari DS : S:
2020 Klien mengatakan terkadang Klien merasa senang dan sidikit tenang
masih cepat tersinggung, setelah berlatih
mengamuk, merasa malu O :
dengan orang lain, mengatakan  Klien belum mampu mengontrol
dirinya kuat. marah secara verbal
DO :  Klien mampu melatih kemampuan
Tatapan masih tajam, berbicara positif kedua: Merapikan tempat
sedikit keras, menyendiri, flight tidur
of ideas.
Diagnosa Keperawatan : A:
Resiko perilaku kekerasan RPK masih ada

Kemampuan : P:
Klien mampu nafas dalam,  Latihan mengontrol marah secara
pukul kasur bantal, verbal 2x/hari dan saat ingin marah
menggambar  Latihan merapikan tempat tidur 2x/
Tindakan : hari
 Melatih mengontrol marah
secara verbal
 Melatih kemampuan positif
kedua.
Rencana Tindak Lanjut :
Latih mengontrol marah secara
spiritual

Anda mungkin juga menyukai