Disusun oleh :
1. Kresensia Fatima (01117020)
2. Eka Damai Yanti (01116048)
3. Holil Bahroni (01117023)
Keberadaan informasi laba dan arus kas dipandang oleh pemakai informasi
sebagai suatu hal yang saling melengkapi guna mengevaluasi kinerja perusahaan
secara keseluruhan. Serangkaian penelitian telah dilakukan untuk menguji reaksi
pasar terhadap laporan keuangan perusahaan, namun ditemukan adanya
ketidakkonsistensian temuan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah informasi perubahan arus
kas dan laba akuntansi digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan
investasi yang mana hasil keputusan investor akan tercermin dari return saham yang
akan diperoleh. Penelitian akan dilakukan pada perusahaan berkapitalisasi besar.
Hal ini dikarenakan saham yang memiliki kapitalisasi besar tidak akan mudah
digoyahkan oleh para investor yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan jangka
pendek saja. Pertimbangan lain dalam memilih perusahaan berkapitalisasi besar
adalah karena investor dalam perusahaan kapitalisasi besar diasumsikan memiliki
tujuan jangka panjang yang dan menerapkan analisis fundamental, yang
menggunakan laporan keuangan sebagai dasar analisisnya, bukan perubahan
harga.
BAB IV
PERUMUSAN MASALAH
Apakah informasi perubahan arus kas dan laba akuntansi digunakan oleh investor
untuk mengambil keputusan investasi yang tercermin dari return saham yang
diperoleh ?
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
Aktivitas bisnis didanai dengan liabilitas atau ekuitas, atau keduanya. Liabilitas
adalah klaim pihak luar terhadap jasa, atau asset dimasa mendatang. Liabilitas
Pendanaan (financing liabilities) merupakan semua bentuk pendanaan utang seperti
wesel bayar jangka Panjang dan obligasi, pinjaman jangka pendek, dan sewa.
Liabilitas Operasi (Operating Liabilities) merupakan kewajiban yang timbul dari
operasi seperti kreditor dagang, dan kewajiban pascakerja (postreirement). Liabilitas
umumnya dilaporkan sebagai lancar atau tidak lancar biasanya didasarkan pada
apakah kewajiban tersebut jatuh tempo dalan satu tahun atau tidak. Ekuitas (equity)
mengacu pada klaim pemilik atas asset netto perusahaan.
Analisis Aktivitas Pendanaan
Utang atau liabilitas, mengacu pada dana yang secara eksplisit dipinjam oleh
suatu perusahaan dari beragam penyedia modal. Fitur penting dari utang yang
membedakannya dengan ekuitas adalah adanya jangka waktu yang tetap yang ada
pada akhirnya akan jatuh tempo. Artinya jumlah yang dipinjam, atau pokok pinjaman
harus dibayarkan saat jatuh tempo.
Utang dengan jangkan waktu melebihi satu tahun disebut utang jangka
Panjang. Contohnya adalah Obligasi, debenture dan wesel yang diterbitkan ke
public (utang public); pinjaman berjangka dan wesel Panjang (utang swasta).
Perusahaan juga meminjam uang dalam jangka pendek. Contoh dari
peminjaman jangka pendek adalah revolvers (peminjaman berulang), tagihan
diskonto, dan surat berharga komersial (commercial paper).
Fasilitas kredit bergulir (revolving lines of credit) atau disingkat revolvers
mengacu pada peminjaman jangka pendek dari bank yang digunakan untuk
mendanai kebutuhan modal kerja. Ada dua bentuk lain dari pendanaan jangka
pendek yang perlu dibahas. Terkadanng perusahaan menjual wesel bayar
(promissory notes atau notes payable) dalam jangka pendek dari pihak ketiga
(seperti pelanggan) kepada bank dalam bentuk tunai langsung sebelum jatuh tempo,
dengan diskon/potongan dari jumlah pokok dalam wesel tersebut. Hal ini disebut
disebut tagihan diskonto. Selain itu, perusahaan besar dan bereputasi baik
menerbitkan wesel tanpa jaminan jangka pendek kepada investor dalam pasar kredit
global. Wesel ini disebut sebagai commercial paper.
Terakhir, bentuk tidak langsung dari peminjaman jangka pendek adalah sewa
guna usaha (leasing). Perusahaan khususnya dalam beberapa industry tertentu
seperti maskapai penerbangan dan ritel memperoleh sebagian besar asetnya
melalui sewa. Meskipun sering terstruktur agar terlihat seperti perjanjian persewaan,
sewa merupakan salah satu bentuk utama dari pendanaan utang.
AKUNTASI UTANG
Suku bunga efektif merupakan tingkat yang diberikan pasar untuk obligasi
pada saat diterbitkan obligasi tersebut. Suku bunga ini menentukan nilai sekarang
dari obligasi pada saat diterbitkan, yang sama dengan hasil kas yang diterima
perusahaan dari penerbitan obligasi. Suku bunga efektif ditentukan oleh pasar
setelah mempertimbangkan berbagai factor seperti tingkat bunga bebas risiko dan
juga jangka waktu dan tingkat risiko obligasi. Tidak perlu adanya kaitan antara
tingkat kupon bunga dan suku bunga efektif. Misalnya, perusahaan menerbitkan
obligasi tanpa Bungan (Zero coupon bond) dimana pembayaran kepada investor
hanya nilai nominal pada akhir jangka waktu.
Untuk memahami mekanisme obligasi dan akuntansinya, kita mempertimbangkan 3
skenario suku bunga efektir yang berbeda :6%, 3%, dan 10%.
Mekanisme Akuntansi Obligasi -- Sebuah Ilustrasi
Diterbitkan pada Nilai Pari Suku Bunga = 6%
Tahu Kupo Nilai Premium/(Diskont Bung Amortisa
Total
n n Sekarang o) a si
0 100.000 0 0
6.00 6.00 6.00
1 100.000 0 0
0 0 0
6.00 6.00 6.00
2 100.000 0 0
0 0 0
6.00 6.00 6.00
3 100.000 0 0
0 0 0
18.00 18.00 18.00
Total
0 0 0
Diterbitkan pada nilai
premium Suku Bunga : 3%
Tahu Kupo Nilai Premium/(Diskont Bung Amortisa
Total
n n Sekarang o) a si
0 108.486 8.486
6.00 3.25 2.74 6.00
1 105.740 5.740
0 5 5 0
6.00 3.17 2.82 6.00
2 102.913 2.913
0 2 8 0
6.00 3.08 2.91 6.00
3 100.000 0
0 7 3 0
18.00 9.51 8.48 18.00
Total
0 4 6 0
Diterbitkan pada nilai premium Suku Bunga : 10%
Tahu Kupo Nilai Premium/(Diskont Bung Amortisa
Total
n n Sekarang o) a si
0 90.053 - 9.947
6.00 9.00 - 6.00
1 93.058 - 6.942
0 5 3.005 0
6.00 9.30 - 6.00
2 96.364 - 3.636
0 6 3.306 0
6.00 9.63 - 6.00
3 100.000 0
0 6 3.636 0
18.00 27.94 - 18.00
Total
0 7 9.947 0
Diterbitkat pada Nilai Diskonto : Akuntansi Nilai Wajar
Kerugian
Tahu Kupo Bung yang Total
Suku Bunga Nilai Wajar
n n a Belum Beban
Direalisasi
0 10% 90.053
6.00 9.00 5.13 14.13
1 7% 98.192
0 5 4 9
6.00 6.87 3.84 10.72
2 3% 102.913
0 3 7 1
6.00 3.08 3.08
3 100.000 0
0 7 7
18.00 18.96 8.98 27.94
Total
0 5 1 7
Selama ini, kita telah mengestimasi nilai sekarang dengan menggunakan suku
bunga pada pasar saat penerbitan. Namun, pada kenyataan harga obligasi
berfluktuasi saat suku bunga berubah sepanjang waktu. Nilai wajar obligasi
merupakan nilai sekarang dari obligasi yang didiskontokan pada suku bunga kini,
dibandingkan dengan saat penerbitan. Itu terjadi juga sama dengan nilai pasar kini
dari obligasi.
Perlakuan Akuntansi
Utang jangka Panjang selalu dilaporkan pada laporan posisi keuangan
sebesar nilai sekarang, bukan sebesar nilai nominal. Nilai sekarang ini disebut biaya
perolehan yang diamortisasi (amortized cost).
Dalam kasus premium, amortisasi premium dikurangi dengan nilai sekarang obligasi.
Identitas akuntansi akrual bekerja dengan cara sebagai berikut :
Beban Bunga = Arus kas keluar = Amortisasi diskonto
(mengurangi ekuitas) (mengurangi asset) obligasi (meningkatkan
($9.005 ($6.000) utang jk. panjang)
($3.005)
Aturan akuntansi ini yang umum untuk GAAP maupun IFRS. Tidak seperti utang
jangka panjang, utang jangka pendek umumnya dilaporkan pada nilai nominalnya.
US GAAP dan IFRS mendorong tetapi tidak mengharuskan perusahaan untuk
melaporkan utang jangka Panjang pada nilai wajar. Ketika perusahaan mengadopsi
akuntansi nilai wajar, laporan posisi keuangan mengakui nilai wajarkini dari obligasi
dan semua perubahan pada nilai wajar atas utang selama satu periode yang
dimasukkan dalam laba neto sebagai keuntungan atau kerugian yang belum
direalisasi atas utang.
PERLINDUNGAN
Para pemberi pinjaman sering memiliki kontrak eksplisit dengan perusahaan
peminjam yang membantu para pemberi pinjaman melindungi uang yang
dipinjamkan. Ada tig acara yang biasanya pemberi pinjaman dapat melindungi
dirinya:
1 Senoritas
2 Jaminan
3 Perjanjian.
Senoritas
Senoritas mengacu pada urutan pihak-pihak yang berbeda akan dibayarkan ketika
bisnis perusahaan berakhir. Klaim senior akan dibayarkan sebelum klaim junior.
Senioritas dan klaim tertentu ditenukan sebelumnya oleh hukum. Misalnya, hak
pemerintah, seperti utang pajak dan hak karyawan, seperti gaji yang belum
dibayar harus diselesaikan sebelum klaim lainnya ditangani.
Efek
Efek atau Jaminan mengacu pada asset yang disisihkan selama pembubaran
untuk secara khusus memenuhi klaim tertentu. Klaim yang beragun jaminan
disebut dijamin. Ketika dibubarkannya perusahaan, para pemilik klaim khusus ini
dapat menjual asset yang diidentifikasi untuk memenuhi klaminya. Jenis asset
khusus yang ditawarkan sebagai jaminan dituangkan dalam kontrak pinjaman.
Misalnya, pendanaan jangka pendek biasanya dijamin oleh asset lancar seperti
persediaan.
Perjanjian
Para pemberi pinjaman menetapkan perjanjian untuk mengamankan investasi.
Perjanjian ini bisa afirmatif atau negative. Perjanjian afirmatif menentukan tindakan
yang harus dilakukan manajemen untuk menjaga utang agar bereputasi baik.
Perjanjain negative membatasi perilaku manajemen yang mungkin bisa merugikan
bagi pemberi pinjaman. Perjanjian tersebut umumnya terdiri dari dua bagian : (1)
batasan, yang menyebutkan kapan perusahaan melanggar perjanjian; dan (2)
penalty atau pembatasan yang timbul ketika perjanjian dilanggar. Pelanggaran
perjanjian merupakan dasar dari kegagalan teknis, yang memberikan hak hukum
kepada pemberi pinjaman untuk menuntut pembayaran kembali atas utang
mereka segera.
Menganalisis Perlindungan
Menganalisis perlindungan jelas penting untuk analisis kredit. Namun, memahami
implikasinya khususnya yang berkaitan dengan perjanjian juga menjadi penting
untuk analisis ekuitas.
Utang senior kurang berisiko dibandingka utang junior karena dibayar terlebih
dahulu selama pembubaran perusahaan.
Utang yang dijamin kurang berisiko karena ada asset eksplisit (jaminan) yang
dialihkan ke pemegang utang yang dijamin saat perusahaan dibubarkan.
Secara paradoks, utang yang dijamin umumnya memiliki suku bunga yang
lebih tinggi dibandingkan utang yang tidak dijamin, menujukkan bahwa utang
yang dijamin lebih berisiko.
Perjanjian cenderung bertindak sebagai mekanisme peringatan awal kepada
pemberi pinjaman
Analis tidak hanya harus melacak pelanggaran perjanjian actual, tetapo juga
harus mengestimasi kelonggaran perjanjian (atau margin of safety) yang
merupakan ukuran seberaoa dekat perusahaan akan melanggar
perjanjiannya.
II SEWA
Sewa (lease) merupakan suatu perjanjian kontraktual antara pemberi sewa (lessor)
atau pemilik dan penyewa (lessee) atau pengguna. Perjanjian tersebut memberikan
hak kepada lessee untuk menggunaka asset yang dimiliki lessor selama masa sewa.
Sebagai imbalannya, lessee membayar sewa yang disebut pembayaran sewa
minimum (minimum lease payment – MLP).
Ada dua metode alternative untuk akuntansi sewa yang mencerminkan perbedaan
dalam kontrak sewa. Sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh manfaat
dan risiko terkait dengan kepemilikan asset dicatat sebagai peroleh asset dan
menimbulkan liabilitas bai lessee. Demikian pula lessor memperlakukan sewa
tersebut sebagi penjualan dan transaksi pendanaan. Jenis sewa ini disebut sewa
pembiayaan (capital lease). Jika diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan, baik
asset sewaan dan kewajiban sewa diakui pada laporan posisi keuangan. Semua
jenis sewa lainnya dicatat sebagai sewa operasi (operating lease).
Leasing merupakan bentuk utama asset tetap dari pendanaan dalam industry ritel,
penerbangan, dan truk. Pertama, penjualan menggunakan leasing untuk mendorong
penjualan dengan memberikan pendanaan kepada pembeli. Pendapatan bunga dari
leasing sering menjadi sumber penerimaan utama kepada penjual tersebut. Disisi
lain leasing sering menjadi cara yang aman bagi pembeli untuk mendanai pembelian
aseet. Pertimbangan pajak juga memainkan peran dalam leasing. Artinya
keseluruhan pembayaran pajak dapat dikurangi jika kepemilikan asset sewaan
berada pada pihak golongan pajak marginal yang lebih tinggi.
AKUNTANSI DAN PELAPORAN SEWA
Klasifikasi dan Pelaporan Sewa
Lessee mengklasifikasikan dan mencatatat sewa sebagai sewa pembiayaan jika
pada awal sewa memenuhi salah satu dari empat kriteria: (1) sewa mengalihkan
kepemilikn asset kepada lesse pada akhir masa sewa; (2) sewa berisi opsi untuk
membeli asset pada harga yang diperkirakan cukup rendah; (3) masa sewa adala
75% atau lebih dari perkiraan umur ekonomik asset; atau (4) nilai sekarang dari
pembayaran sewa minimum pada awal sewa adalah 90% atau lebih dari nilai wajar
asset sewaan. Sewa dapat diklasifikasikan sebagai sewa operasi hanya ketika tidak
ada satupun kriteria ini dipenuhi.
Ketika sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan, lessee mencatat (asset dan
liabilitas) pada jumlah yang sama dengan nilai sekarang dari pembayaran sewa
minimum selama masa sewa (kecuali biaya pelaksana/eksekutori) seperti asuransi,
pemeliharaan, dan pajak yang dibayarkan oleh lessor yang dimasukkan dalam MLP.
Aset sewaan harus disusutkan dengan cara yang konsisten dengan kebijakan
penyusutan normal lessee.
Pengungkapan Sewa
Aturan akuntansi mensyaratkan perusahaan dengan sewa pembiayaan untuk
melaporkan asset sewaan dan liabilitas sewa pada laporan keuangan. Terlebih lagi
semua perusahaan harus mengungkapkan komitmen sewa masa depan untuk sewa
pembiayaan dan sewa operasi yang tidak dapat dibatalkan. Pengungkapan ini
berguna untuk tujuan analisis.
ANALISIS SEWA
Bagian ini melihat dampak sewa operasi dibandingan dengan sewa pembiayaan
untuk analisisi laporan keuangan. Perbandingan ini memberi pedoman khusus
mengenai cara menyesuaikan laporan keuangan untuk sewa operasi yang harus
dicatat sebagai sewa pembiayaan.
Dampak Sewa Operasi
Insentif lessee untuk merancang sewa sebagai sewa operasi terkait dengan dampak
sewa operasi dibandingkan sewa pembiayaan terhadap laporan posisi keuangan
maupun laporan laba rugi. Dampak terhadap laporan keuangan diringkas sebagai
berikut :
Penerbitan saham
Konversi debenture dan saham preferen
Penerbitan sesuai dengan deviden saham dan pemecahan nilai nominal
saham (stock split)
Penerbitan saham dalam akuisisi dan merger
Penerbitan sesuai dengan opsi saham dan waran yang dilaksanakan
Sumber penurunan modal saham yang beredar :
Kontribusi Modal
Merupakan total pendanaan yang diterima dari pemegang saham sebagai imbal
hasil atas modal saham. Kontribusi ini dibagi dalam 2 bagian yaitu satu bagian
ditetapkan untuk nilai pari atau nilai yang ditentukan dari modal saham; sisanya
dilaporkan sebagai kontribusi modal atau modal disetor melebihi dari nilai pari atau
nilai yang ditentukan atau disebut tambahan modal disetor. Akun lain dalam bagian
kontribusi modal dari ekuitas pemegang saham timbul akibat pembebanan atau
kredit dari berbagai transaksi modal termasuk :
1. Penjualan saham treasuri
2. Perubahan modal yang timbul dari kombinasi bisnis
3. Donasi modal
4. Biaya penerbitan saham dan beban merger
5. Kapitalisasi saldo laba dengan cara deviden saham
Saham Treasuri
Saham Treasuri atau pembelian kembali saham merupakan saham perusahaannya
yang diperoleh kembali setelah diterbitkan sebelumnya dan dibayar sepenuhnya.
Akuisisi saham treasuri oleh perusahaan mengurangi asset dan ekuitas pemegang
saham.
Klarifikasi Modal Saham
Modal saham merupakan saham yang diterbitkan kepada pemegang ekuitas
sebagai imbal hasil atas asset dan layanan. Ada 2 jenis dasar modal saham yaitu
1. saham preferen adalah suatu kelas khusus saham yang memiliki preferensi
atau fitur yang tidak dinikmati oleh saham biasa. Fitur yang lebih umum
melekat pada saham preferen mencakup :
Preferensi distribusi deviden termasuk fitur partisipasi daan kumulatif.
Prioritas likuidasi
Kemampuan untuk dapat ditukar/konvertibilitas(penebusan) menjadi
saham biasa
Tidak memiliki hak suara
Call provision
2. saham biasa. Adalah suatu kelas saham yang mewakili kepentingan
kepemilikan dan menanggung resiko dan hasil akhir dari kinerja perusahaan.
Saham biasa mewakili kepentingan residual tidak memeliki preferensi,tetapi
memperoleh laba neto residual dan menyerap rugi neto.
Analisis Modal Saham
Saldo Laba
Saldo Laba (Retained earning) merupakan modal yang diperoleh dari perusahaan.
Akun saldo laba mencerminkan akumulasi laba yang tidak dibagikan (laba neto) dari
perusahaan sejak berdirinya. Akun ini sangat kontras dengan modal saham dan
akun tambahan modal disetor yang merupakan modal yang dikontribusikan oleh
pemegang saham. Saldo laba merupakan sumber utama distribusi dividen kepada
pemegang saham.
Dividen Tunai dan Dividen Saham
Dividen tunai (cash dividend) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham.
Bentuk dividen yang paling umum setelah diumumkan, yang merupakan liabilitas
perusahaan. Bentuk lain dari dividen adalah dividen dalam bentuk natura, (dividend
in kind) atau dividen property. Dividen ini akan dibayar dalam asset perusahaan
dalam berbentuk barang,atau saham perusahaan lain. Dividen dinilai sebesar nilai
pasar dari asset yang didistribusikan.
Dividen saham (stock dividend) merupakan distribusi saham perusahaan sendiri
kepada pemegang saham secara prorate. Dividen ini mencerminkan kapitalisasi
laba secara permanen. Pemegang saham menerima saham tambahan dalam
bentuk imbal hasil untuk realokasi saldo laba keakun modal.
Spin – Off dan Split – Off
Perusahaan sering melakukan divestasi entitas anak baik dalam penjualan langsung
atau sebagai distribusi kepada pemegang saham.Penjualan entitas anak
diperlakukan sama seperti penjualan asset lain : keuntungan (kerugian) penjualan
diakui atas selisih antara hasil yang diterima dengan nilai buku investasi entitas
anak.
Spin – Off, distribusi saham entitas anak kepad pemegang saham sebagai
dividen ;asset (investasi pada entitas anak) dikurangi dengan saldo laba.
Split – Off, pertukaran saham entitas anak yang dimiliki oleh perusahaan dengan
saham perusahaan yang dimiliki pemegang saham; asset (investasi pada entitas
anak) dikurangi dan saham yang diterima dari pemegang saham diperlakukan
sebagai saham treasuri.
Akumulasi Penghasilan Komperhensif Lain
Beberapa perubahan dalam nilai tercatat asset dan liabilitas (keuntungan atau
kerugian yang belum terealisasi) tidak termasuk sebagai bagian dari laba neto.
Sebaliknya secara terpisah dimasukkan sebagai bagian dari penghasilan
komperhensif lain yang kemudian tambahkan ke laba neto untuk menentukan
penghasilan komperhensif. Beberapa item yang termasuk dalam penghasilan
komperhensif lain adalah sebagai berikut :
Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi dari efek yang dapat
diperdagangkan diklasifikasikan sebagai efek yang tersedia untuk dijual
Keuntungan atau kerugian atas derivative yang memenuhi syarat untuk
akuntansi lindung nilai
Penyesuaian pension dan OPEB
Penyesuaian penjabaran valuta asing
Menurut US GAAP dan IFRS penghasilan komperhensif lain diakumulasikan setiap
waktu dan disajikan secara terpisah dari saldo laba, tetapi sebagai bagian dari
ekuitas pemegang saham yang disebut akumulasi penghasilan komperhensif
lain.
Nilai Buku Per Saham
Perhitungan Nilai Buku Per Saham
Nilai buku per saham merupakan jumlah per lembar saham yang dihasilkan dari
likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan pada laporan posisi keuangan.
Nilai buku merupakan istilah konvensional yang mengacu pada nilai asset neto-
yaitu total asset dikurangi klaim terhadapnya. Nilai buku saham biasa sama dengan
asset total dikurangi liabilitas dan klaim dari efek senior untuk saham biasa (seperti
saham preferen) sebesar jumlah yang dilaporkan pada laporan posisi keuangan
(tetapi bias juga klaim yang belum dibukukan atas efek senior).
Relevansi Nilai Buku Per Saham
Nilai buku memainkan peran sangat penting dalam analisis laporan keuangan .
Aplikasinya dapat mencakup antara lain sebagai berikut :
Ada 2 jenis sewa yang penting dari sudut pandang lessor yaitu
1. Sewa jenis penjualan dalam jenis ini biaya asset sewaan berbeda dari nilai
pasar wajarnya pada tanggal sewa.
2. Sewa pembiayaan langsung membeli asset dari produsen dan
menyewakannya langsung kepada pelanggan. Dalam hal ini nilai sewa (nilai
sekarang dari piutang pembayaran sewa) sama dengan biaya asset yang
dibeli dan tidak ada pencatatan pada penjualan atau laba bruto.
Implikasi Analisis
Implikasi analisis dari sewa mirip dengan implikasi yang melibatkan perpanjangan
kredit. Perhatikan resiko yang melekat disetiap perpanjangan kredit. Analisis
kecukupan cadangan piutang sewa yang tidak dapat ditagih dibandingkan dengan
pengalaman kerugian lessor sangat diperlukan. Kedua mengakui bahwa piutang
sewa akan ditagih selama periode tahun dan membandingkan rata-rata umur
portofolio sewa dengan liabilitas perusahaan. Artinya tidak tepat untuk mendanai
sewa dengan tingkat bunga yang berdurasi menegah dengan utang jangka pendek
berbunga mengambang.
Transakasi jual dan sewa balik
Meliputi penjualan yang dimiliki dan eksekusi (pelaksanaan) sewa atas asset yang
sama. Perusahaan sering menggunakan transaksi jual dan sewa balik untuk
membebaskan kas dari asset yang ada terutama real estat. Umumnya laba yang
direalisasikan pada nilai asset yang dijual harus ditangguhkan dan diakui selama
mas sewa sebgai pengurang beban.
Pemberi kerja sering memberikan imbalan kepada pekerja mereka setelah pension.
Imbalan pascakerja ini ada 2 bentuk yaitu
1. Imbalan purnakarya atau manfaat pension dimana pemberi kerja menjanjikan
imbalan moneter kepada pekerja setelah masa kerja
2. Imbalan pascakerja lain dimana pemberi kerja memberikan imbalan lain
setelah pascakerja terurtama kesehatan dan asuransi jiwa.
Imbalan Pascakerja
Sifat kewajiban imbalan pascakerja merupakan perjanjian oleh pemberi kerja
untuk memberikan imbalan pascakerja kepada pekerja dan mencakup tiga entitas :
pemberi kerja, orang yang berkontribusi pada program itu; pekerja,orang yang
memperoleh imbalan dan dana pensiun. Dana imbalan pascakerja adalah dana
yang tidak bergantung(independen) pada pemberi kerja dan diselenggarakan oleh
wali amanah (trustee). Program imbalan kerja menentukan jumlah imbalan
pascakerja yang dijanjikan pemberi kerja untuk diberikan kepada para pensiunan.
Program iuran pasti menentukan jumlah iuran pascakerja yang ditetapkan pemberi
kerja untuk prograimbalan pascakerja.
EKONOMI AKUNTANSI DANA PENSIUN
Tantangan akuntansi untuk program imbalan pasti adalah estimasi akuntansi atas
liabilitas dan beban harus dibuat untuk pembayaran kas yang mungkin terjadi
beberapa tahun dimasa depan. Harus dicatat bahwa imbal hasil dipasar modal dapat
berubah, sehingga imbal hasil akrual atas asset program dapat berfluktuasi
sepanjang waktu.
Untuk semua alasan ini, biaya pensiun ekonomi sebenarnya dapat berubah
dari waktu ke waktu. Sebagaimana yang akan terlihat kemudian, kebanyakan
kompleksitas dalam akuntansi dana pensiun timbul karena usaha untuk mengurangi
volatilitas biaya pensiun yang termasuk dalam laba neto.
Perlu dipahami bagaimana arus kas masuk dan keluar dari program
memengaruhi status pendanaan. Arus kas masuk utama ke program diperoleh dari
iuran pemberi kerja, yang dapat dipahami meningkatkan nilai aset program.
Sedangkan Arus kas keluar utama dari program adalah pembayaran imbalan
kepada pemberi pensiunan pekerja. Pembayaran imbalan mengurangi asset
program ( karena kas dibayarkan dari asset program ) dan kewajiban pensiun
( karena bagian dari pembayaran yang dijanjikan kepada pekerja telah
dilaksanakan ) dengan jumlah yang persis sama. Oleh karena itu, pembayaran
imbalan tidak memepengaruhi status pendanaan neto dari program tersebut.
PERSYARATAN AKUNTANSI DANA PENSIUN
Salah satu dari akuntansi dana pensiun adalah mendapatkan ukuran tetap dari dana
pensiun. Dengan demikian, beban pensiun yang termasuk dalam laba neto disebut
biaya pensiun periodic neto, tidak termasuk komponen volatilitas dari dana pensiun
(seperti keuntungan /kerugian aktuarial) dari laba neto, dengan cara menunda
pengakuannya melalui proses penangguhan dan amortisasi.
Namun demikian, laporan posisi keuangan melaporkan keposisi ekonomi
nyata dari program pensiun yaitu status pendanaannya. Untuk menyerasikan
laporan posisi keuangan dengan laporan laba rugi, jumlah yang ditangguhkan
dimasukkan kepenghasilan komprehensif lain dalam periode yang bersangkutan,
dan terakumulasi sebagai akumulasi penghasilan komprehensif lain dalam ekuitas
pemegang saham.
STATUS YANG DIAKUI PADA LAPORAN POSISI KEUANGAN
Akuntansi dana pensiun terbaru mengakui status pendanaan program pensiun pada
laporan posisi keuangan. Status pendanaan merupakan perbedaan antara nilai
pasar kini asset program pensiun dan kewajiban pensiun. Kewajiban pensiun yang
digunakan adalah kewajiban imbalan yang dipronyeksikan (projected benefit
obligation-PBO). PBO ini didasarkan pasa estimasi komponsasi pekerja pada
tanggal pensiun(bukan kompenensasi saat ini), yang diestimasi dengan
menggunakan asumsi-asumsi terkait tingkat pertumbuhan kompetensasi.
Ada dua perincian yang perlu dicatat terkait status yang dilaporkan pada laporan
posisi keuangan.
1. Asset dan kewajiban pensiun dinetokan satu sama lain (sebagai status
pendanaan) dan tidak dilaporkan secara terpisah sebagai asset dan liabilitas
yang terkait.
2. Perusahaan tidak melaporkan status pendanaan program pensiun sebagai
akun terpisah pada laporan posisi keuangan.
BIAYA PENSIUN YANG DIAKUI
Biaya pensiun yang diakui dimasukkan dalam laba neto (yaitu biaya pensiun periodic
neto) merupakan versi meratakan biaya pensiun ekonomi aktual pada periode yang
bersangkutan. Sebaliknya, juga mengakui imbal hasil asset program akrual (yang
dapat berubah), imbal hasil asset program yang digharapkan (expected return on
plan assets) yang merupakan estimasi dari imbal hasil asset program jangka
panjang yang diakui dalam beban pensuin yang dilaporkan.
ARTIKULASI DAMPAK LAPORAN POSISI KEUANGAN DAN LAPORAN LABA
RUGI
Semua perubahan pada status pendanaan (yang diakui pada laporan posisi
keuangan) tidak dimasukkan dalam biaya pensuin yang diakui, dampak laporan
posisi keuangan dan laporan laba rugi dari pensiun tidak akan berartikulasi. Untuk
mengartikulasi kedua dampak ini, penangguhan neto (net deferral) selama periode
bersangkutan (yaitu jumlah yang ditangguhkan dikurangi jumlah yang diamortisasi)
dimasukkan dalam penghasilan komprehensif lain, yang merupakan komponen
ekuitas pemegang saham.
IMBALAN PASCAKERJA LAIN
Imbalan pascakerja lain (other postretirement benefits-OPEB), merukapan imbalan
lain yang diberikan oleh pemberi kerja kepada pensiunan dan tanggungan yang
ditunjukkan. Secara khusus, sebagaimana dengan pensiun :
1. Biaya imbalan pascakerja lain diakui pada saat terjadi,bukan pada saat
benar-benar dibayarkan
2. Asset program imbalan pascakerja lain menyalin hapus (offset) terhadap
kewajiban imbalan pascakerja lain( yang diseut akumulasi kewajiban imbalan
pascakerja-accumulated postretirement benefit obligation-APBO) dan status
pendanaan dilaporkan pada laporan posisi keuangan sebagai liabiliatas atau
asset sesuai keadaannya.
3. Biaya imbalan pascakerja lain periodic neto (net periodic other postretirement
benefit cost) yang dibebankan pada laba neto suatu periode terkecuali
komponen volatilitas, sehingga keuntungan dan kerugian akturial, biaya jasa
lalu, dan kelebihan imbal hasil aktual atas imbal hasil asset program yang
diharapkan ditangguhkan dan selanjutnya diamortisasi.
4. Jumlah laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan direkonsiliasi dengan
memasukkan penangguhan neto selama satu periode dalam penghasilan
komprehensif lain, yang diakumulasi dalam laporan posisi keuangan sebagai
akumulasi penghasilan komprehensif lain.
PELAPORAN IMBALAN PASCAKERJA
Perusahaan tidak melaporkan status pendanaan dalam laporan posisi keuangan
maupun biaya imbalan pascakerja dalam laporan laba rugi. Namun, aturan terbaru
menetapkan penggungkapkan yang ekstensif dalam catatan kaki, termasuk
perincian mengenai ekonomi dan jumlah yang dilaporkan terkait dengan status
pendanaan dan biaya imbalan pascakerja, perincian mengenai asumsi aktuarial, dan
informasi relevan lainnya.
Catatan terdiri dari lima bagian utama:
1. Penjelasan atas posisi yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan
2. Perician biaya imbalan periodic neto
3. Informasi mengenai asumsi aktuarial dan lainnya
4. Informasi mengenai alokasi asset dan kebijakan pendanaan
5. Iuran masa depan yang diharapkan dan pembayaran imbalan
Informasi mengenai jumlah yang dilaporkan dalam pelaporan posisi keuangan terdiri
dari dua bagian:
1. Pergerakkan dalam asset kewajiban program imbalan pascakerja serta
penentukan status pendanaan
2. Bagaimana imbalan pacsakerja dilaporkan dalam laporan posisi keuangan,
termasuk yang terkait dengan akumulasi penghasilan komprehensif lain.
ANALISIS IMBALAN PASCAKERJA
Analisis pengungkapan imbalan pascakerja merupakan tugas penting, karena
besaran kewajiban ini dan dank arena kompleksitas. Ada prosedur lima langkah
untuk menganalisis imbalan pascakerja:
1. Menentukan dan rekonsiliasi biaya imbalan ekonomi dan yang dilaporkan
2. Membuat penyesuaian yang diperlukan atas laporan keuangan
3. Mengevaluasi asumsi aktuarial dan dampaknya terhadap laporan keuangan
4. Memeriksa eksposur risiko pensiun
5. Mempertimbangkan implikasi arus kas dari program imbalan pascakerja.
MERENKOSILIASI ANGKA EKONOMI DAN YANG DILAPORKAN
Perbedaan antara keduanya timbul karena, ketika menentukan biaya imbalan
periodic neto:
1. Keuntungan aktuarial tidak berulang dan tidak dimasukkan
2. Imbal hasil asset program yang diharapkan, digunakan untuk menggantikan
imbal hasil asset program aktual.
3. Amortisasi keuntungan neto dan biaya jasa lalu dimasukkan
Penangguhan neto setiap tahun dimasukkan dalam penghasilkan komprehensif
lain untuk tahun bersangkutan, dan mengakumulasi sebagai bagian akumulasi
penghasilan komprehensif lain (yang merukapan bagian ekuitas pemegang saham).
MENYESUAIKAN LAPORAN LABA RUGI DAN LAPORAN POSISI KEUANGAN
Analis juga harus menilai apakah penyusunan laporan posisi keuangan yang wajar
adalah dengan menyajikan asset program setelah dikurangi dengan kewajibannya
(sebagaimana yang dilaporkan saat ini) atau melaporkan asset program dan
kewajiban secara terpisah sabagai asset dan liabilitas. Pada kilasan sebelumnya,
tampaknya bahwa biaya yang tepat untuk mencerminkan pada laporan laba rugi
adalah biaya imbalan ekonomi.
Namun demikian, biaya imbalan ekonomi merupakan ukuran yang tepat
untuk laba ekonomi program imbalan pascakerja, yang mana merupakan ukuran
dari perubahan kekayaan pemegang saham selama satu periode. Oleh karena itu,
biaya imbalan ekonomi dicerminkan sebagai bagian penghasilan komprehensif,
yang merupakan ukuran akuntan atas laba ekonomi.
ASUMSI AKTUARIAL DAN ANALISIS SENSITIVITAS
Meskipun nilai asset program didasarkan pada angka yang dapat diverifikasi
(biasanya nilai pasar), kewajiban imbalan diestimasi dengan menggunakan angka
asumsi aktuarial, seperti tingkat diskonto. Selain itu, biaya yang dilaporakan ( biaya
imbalan periodic neto) juga sensitif terhadap asumsi aktuarial, seperti imbal hasil
asset program yang diharapkan. Oleh karena sensitivitas ini, para manajer bisa
memanipulasi asumsi ini aktuarial, seperti imbal hasil asset program yang
diharapkan. Oleh karena sensitivitas ini, para manajer bisa memanipulasi asumsi ini
untuk melakukan window dressing laporan keuangan. Dengan demikian, tugas
penting dalam analisis imbalan pascakerja adalah mengevaluasi kewajaran asumsi
aktuarial yang digunakan oleh pemberi kerja.
EKSPOSUR RISIKO PENSIUN
Program pensiun dapat mengekspos perusahaan para risiko yang signifikan. Risiko
ini timbul sampai sejauh mana asset program memiliki profit risiko yang berbeda
dengan kewajiban pensiun –terutama pada saat terjadi perubahan nilai pasar dari
asset program tidak berkorelasi dengan perubahan nilai kewajiban pensiun.
Perusahaan dengan asset (atau kewajiban ) pensiun yang relatif besar
terhadap total assetnya memiliki eksposur risiko pensiun yang lebih besar karena
perubahan nilai dalam presentase kecil juga dapat berdampak signifikan terhadap
solvabilitas (solvency) perusahaan.
IMPLIKASI ARUS KAS ATAS IMBALAN PASCAKERJA
Implikasi arus kas atas imbalan pascakerja langsung dirasakan. Artinya, arus kas
keluar sama dengan iuran yang dibuat untuk program oleh perusahaan. Angka arus
kas periode berjalan tidak akan berguna untuk mengevaluasi profitabilitas maupun
posisi keuangan perusahaan ataupun untuk perkiraan arus kas masa depan. Hal ini
dikarenakan perusahaan akan memberikan iuran keprogram hanya untuk sejauh
mana imbalan itu diperlukan.
EKONOMI AKUNTANSI PENSIUN
Kewajiban pensiun
Ada dua definisi alternatif untuk kewajiban pensiun:
1. Kewajiban imbalan yang diakumulasikan (accumulated benefit obligation-
ABO) merupakan nilai sekarang aktuarial dari imbalan pensiun masa depan
yang terutang kepada pekerja saat masa pensiun berdasarkan kompensasi
kini dan saat masa kerja.
2. Kewajiban imbalan yang dipronyeksikan (projected benefit obligation-PBO)
merupakan estimasi aktuarial dari imbalan pensiun masa depan yang
terutang kepada pekerja saat masa pensiun berdasarkan kompensasi masa
depan yang diharapkan dan saat masa kerja. Estimasi ini merupakan
estimasi yang lebih realistis atas kewajiban pensiun.
ASET PENSIUN DAN STATUS PENDANAAN
Selisih antara nilai asset program PBO disebut status pendanaan (funded status)
program, yang mencerminkan posisi ekonomi netonya. Suatu program dikatakan
overfunded jika nilai asset pensiun melebihi PBO. Dikatakan underfunded jika nilai
asset pensiun lebih kecil dari PBO.
Ada berbagai alasan terjadinya pendanaan berlebih (overfunding), termasuk
akumulasi dana bebas pajak, kinerja perusahaan yang luar biasa, atau kinerja
investasi dana yang lebih baik dari yang diharapkan.
Ada juga alasan atas terjadinya kurang pendanaan (underfunding), termasuk
kinerja investasi yang buruk, perubahan aturan pensiun seperti pemberikan manfaat
retroaktif, dan iuran yang tidak memadai oleh pemeberi pekerja.
BIAYA PENSIUN
Biaya pensiun ekonomi (economic pension cost) merupakan biaya neto yang timbul
dari perubahan posisi ekonomi neto (atau status pendanaan selama periode
bersangkutan), biaya pensiun ekonomi meliputi: komponen berulang (atau normal)
dan tidak berulang (atau abnormal).
Biaya pensiun berulang (recurring pensiun cost) terdiri dari dua komponen:
1. Biaya jasa (service cost) merupakan nilai sekarang aktuarial imbalan pensiun
yang diperoleh pekerja berdasarkan formula imbalan pensiun.
2. Biaya bunga (interest cost) merupakan kenaikan kewajiban imbalan
terpronyeksi yang timbul pada saat pembayaran pensiun satu periode yang
mendekati akan dibayar.
Biaya pensiun tidak berulang (nonrecurring pension cost), yang timbul dari peristiwa
seperti perubahan asumsi aktuarial atau aturan program, terdiri dari dua komponen:
1. Keuntungan atau kerugian aktuarial (actuarial gain or loss) merupakan
perubahan PBO yang terjadi saat satu atau lebih asumsi aktuarial direvisi
dalam mengestimasi PBO.
2. Biaya jasa lalu (prior service cost) timbul dari perubahan aturan program
pensiun terhadap PBO
ARTIKULASI BIAYA PENSIUN DAN STATUS PENDANAAN
Artikulasi biaya pensiun ekonomi dan status pendanaan. Artiklasi timbul dari
keterkaitan antara laporan posisi keuangan, laporan laba rugi,dan laporan arus kas
yang melekat pada akuntansi akrual.
Posisi ekonomi neto(atau status pendanaan) merupakan selisih antara nilai
asset pensiun dengan kewajiban imbalan yang dipronyeksikan.
PERSYARATAN AKUNTANSI PENSIUN
Aturan akuntansi pensiun terkini dalam US GAAP (ACS715-30) dan IFRS (IAS 19)
menerapkan mekanisme perataan (smoothing) yang terperinci dimana pengakuan
komponen yang volatile dan tidak berulang dari biaya pensiun ekonomi ditunda
melalui penangguhan dan diamortisasi selanjutnya.
Dampak laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan diartikulasikan
dengan mengakui selisih antara biaya pensiun ekonomi dengan lawannya dalam
proses perataan (smoothed counterpart) yang termasuk dalam laba neto dalam
penghasilan komprehensif lain.