Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa remaja dianggap sebagai  “badai dana tekanan”,  suatu  masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Adapun
meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah
tekanan social dan menghadapi kondisi baru. Sedangkan selama masa kanak-kanak iya
kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut.
Emosi remaja sering kali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional.
Namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke
waktu, sebagai konsekuensi dari usaha  penyesuaian diri terhadap lingkungan, tetapi pada
umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan prilaku emosional pada diri setiap remaja.
Emosi yang kuat dan meledak-ledak dapat dikendalikan agar hati dan pikiran menjadi
tentram dan iklas. Jika ini dilakukan terus-menerus berarti kita sedang mennyusun dan
membangun  kekuatan yang baik pada otak dan jiwa kita. Sedangkan jika kita marah ,
benci, dendam, dan jengkel secara terus-menerus berarti kita sedang merusak otak dan
jiwa seperti halnya yang dilakukan oleh kanker dan tumor otak. Jika kita sudah biasa
memelihara emosi positif, maka kejadian atau sesuatu yang menjengkelkan sekalipun,
titak akan membuat kita bereaksi negatif. Tetapi sebaliknya jika kita secara sadar atau
tidak sadar memelihara emosi yang negatif, maka kejadian-kejadian kecil yang
menjengkelkan akan membuat kita bereaksi tak terkendali. Bahkan, kadang kita salah
memaknai informasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian emosi
2. Pembagian emosi berdasarkan nilai positif dan negative
3. Ciri emosional remaja
4. Factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
5. Cara pengendalian emosi.

1
C.  TUJUAN PENULISAN
Makalah ini kami buat untuk menjelaskan dan memperoleh pemahaman secara lebih
dalam tentang pengertian emosi, macam-macam dan cara pengendalian emosi pada setiap
individu. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai
emosi yang terdapat pada diri kita dan bisa mengekspresikan emosi pada tempat yang
benar dan tepat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Emosi dan motif merupakan perasaan yang mendasar, memiliki hubungan yang erat,
dan keduanya dialami individu. Emosi dapat mengarahkan perilaku individu, seperti
halnya motif dasar dan dapat menyertai perilaku termotivasi. Emosi dan motif memiliki
perbedaan. Emosi dibangkitkan oleh peristiwa eksternal, sedangkan motif dibangkitkan
oleh peristiwa internal. Selanjutnya, emosi dibangkitkan oleh beberapa stimulus,
sedangkan motif dibangkitkan oleh stimulus yang spesifik.
Emosi, sebagai gejala kejiwaan, berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila
individu mengalami emosi, dalam diri individu tersebut akan terdapat perubahan-
perubahan dalam kejasmaniannya. Contohnya, individu yang mengalami ketakutan akan
menampilkan beberapa gejala kejasmanian, yaitu wajah pucat dan jantung berdebar-
debar.
Selain berhubungan dengan gejala kejasmanian, status emosi yang kuat dapat
mempengaruhi perubahan fisiologis individu. Seseorang yang sedang marah atau
ketakutan dapat mempengaruhi debaran jantung, pernapasan, kelejar keringat
(meningkat), bulu kuduk (merinding), sekresi air liur (meningkat), dan kadar gula darah
(meningkat).
Maramis (1999) mengungkapkan bahwa emosi adalah manifestasi perasaan atau afek
keluar yang disertai banyak komponen fisiologis, dan biasanya berlangsung tidak lama.
Sementara itu, Walgito (1989) mengungkapkan bahwa emosi adalah suatu keadaan
perasaan yang melampaui batas sehingga dapat mengganggu hubungan seseorang dengan
lingkungan sekitarnya, misalnya ketakutan, kecemasan, depresi, dan kegembiraan.

B. Komponen Emosi

Emosi memiliki beberapa komponen sebagaimana yang dikemukakan oleh Atkinson,


Atkinson, Smith, dan Bem (1996). Komponen emosi tersebut terdiri dari respons atau
reaksi tubuh internal, keyakinan atau penilaian kognitif, ekspresi wajah, dan reaksi

3
terhadap emosi. Respons atau reaksi tubuh internal terutama melibatkan sistem otomik.
Misalnya, apabila sedang marah, suara individu menjadi tinggi dan gemetar.

Selanjutnya, keyakinan atau penilaian kognitif dapat terjadi pada keadaan yang
positif atau negatif. Misalnya, saya sangat gembira dapat diterima di Fakultas
Kedokteran; saya sedih mengikuti berbagai tes untuk masuk ke Perguruan Tinggi, namun
tidak satu pun yang diterima. Sementara itu, contoh ekspresi wajah adalah apabila merasa
benci pada seseorang, anda akan mengerutkan dahi atau sedikit menutup kelopak mata.
Terakhir, contoh reaksi terhadap emosi adalah marah-marah yang berubah menjadi agresi
atau gembira hingga meneteskan air mata.

C. Teori Emosi

Teori emosi ini bertujuan menjawab pertanyaan hubungan emosi dengan gejala
kejasmanian. Teori ini menegaskan apakah emosi menimbulkan gejala kejasmanian atau
tidak. Menurut Walgito (2001), teori emosi sebagai berikut:

1. Teori Sentral, teori ini dikemukakan pleh Cannon (1927). Menurut teori ini, gejala
kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami individu. Misalnya, gejala
kejasmanian pada orang yang marah meliputi jantung berdebar, pernapasan cepat,
dan mata merah.
2. Teori Perifer, teori ini dikemukakan oleh James-Lange (1894-1895) dalam
Walgito (2001), dan merupakan kebalikan teori sentral. Gejala kejasmanian bukan
akibat dari emosi yang dialami individu, namun emosilah yang merupakan akibat
dari gejala kejasmanian. Menurut teori ini, orang tidak menangis karena susah,
namun ia susah karena menangis. Selanjutnya berdasarkan penelitian Sherrington
& Cannon (1927) dalam Atkinson, Atkinson, Smith, Beth (1996), dikatakan bahwa
pada umumnya teori perifer tidak tepat dan menitikberatkan pada hal-hal yang
bersifat perifer, bukan yang bersifat sentral.
3. Teori Kepribadian, teori ini dikemukakan oleh Linchoten & Kouwer (1950). Teori
ini menyatakan bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, ketika pribadi

4
tidak dapat dipisah-pisahkan, antara jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang
terpisah.

D. Afek Dan Emosi

Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa, tidak dapat dikontrol, dan
dikuasai oleh pikiran. Afek biasanya disertai reaksi jasmaniah, yaitu peredaran darah,
denyut jantung, dan pernapasan yang dapat berfrekuensi cepat atau lemah. Sementara itu,
emosi adalah gejala kejiwaan yang berhubungan dengan gejala kejasmanian.

Contoh:

 Individu yang sedang marah dapat mengambil, melempar, dan membanting


benda-benda yang ada di sekitarnya. Selain itu, wajahnya dapat menjadi
merah, tekanan darah meningkat, dan tubuh gemetar.
 Anak yang tidak lulus ujian dapat menangis hingga kejang-kejang, bahkan
hingga pingsan, dan dapat disertai wajah yang pucat dan keringat dingin.

E. Jenis Gangguan Afek dan Emosi

Afek dan emosi biasanya dipakai secara bergantian sehingga aspek lain yang
terhadap pada manusia (proses perpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling
mempengaruhi dan menentukan tingkat fungsi manusia itu pada suatu waktu. Jenis
gangguan afek dan emosi adalah depresi atau melankolis dan kecemasan (ansietas).

Pertama, depresi atau melankolis. Depresi atau melankolis memiliki ciri psikologis
dan somatik. Ciri psikologis meliputi sedih, susah, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan,
tidak ada harapan, putus asa, dan penyesalan yang patologis. Sementara itu, ciri somatic
meliputi anoreksia, konstipasi, kulit lembap atau dingin, tekanan darah dan pernapasan
menurun.

Kedua, kecemasan (ansietas). Seperti halnya, depresi, kecemasan juga memiliki ciri
psikologis dan somatik. Ciri psikologi meliputi khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa

5
tidak aman, takut, cepat terkejut. Sementara itu, ciri somatik meliputi palpitasi (debaran
jantung yang cepat/keras), keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meningkat,
dan peristaltic bertambah.

Kecemasan dapat berupa:

 Kecemasan yang mengambang (free floating anxiety), yakni tidak ada


hubungannya dengan pikiran.
 Agitasi, yaitu kecemasan yang disertai kegelisahan motorik yang hebat.
 Panik, yaitu serangan kecemasan yang hebat dan disertai kegelisahan,
kebingungan, serta hiperaktivitas yang tidak terorganisasi.
 Euforia, yaitu rasa riang, gembira, senang, bahagia yang berlebihan.
 Anhedonia, yaitu ketidakmampuan merasakan kesenangan.
 Kesepian, yaitu merasa dirinya ditinggalkan.
 Kedangkalan, yaitu kemiskinan afek dan emosi.
 Afek dan emosi yang tidak wajar (tidak patut), misalnya tertawa terkikih-kikih
saat wawancara.
 Afek dan emosi yang labil, misalnya mendadak marah-marah atau menangis.
 Variasi afek dan emosi sepanjang hari, yaitu perubahan afek dan emosi sejak
pagi hingga malam hari, misalnya pada individu penderita psikosis
manikdepresif, meraka mengalami depresi lebih keras pada pagi hari dan menjadi
lebih ringan pada sore hari.
 Ambivalensi, yaitu emosi dan afek yang berlawanan dan terjadi secara bersama-
sama terhadap suatu objek, hal, atau orang.
 Apatis, yaitu berkurangnya afek dan emosi terhadap semua hal, yang disertai rasa
terpencil dan tidak peduli. Selain itu, dapat diartikan juga sebagai keadaan
menurunnya kesadaran.
 Amarah, yaitu kemurkaan atau permusuhan yang ditandai sifat agresif.

6
F. Sakit Mental Akibat Gangguan Emosi

Sakit mental akibat gangguan emosi biasanya terkait dengan neurosis, yaitu adanya
kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena konflik tidak sadar yang tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Sakit mental karena gangguan emosi ini terdiri dari:

a. Neurosis cemas. Artinya, kecemasan akan memobilisasi daya pertahanan


individu. Kecemasan tidak berkaitan dengn benda atau keadaan, namun
mengambang bebas. Gejalanya dapat berupa faktor somatik (nafas sesak, dada
tertekan, kepala seperti mengambang, linu, cepat capek, keringat dingin, dan
palpitas) dan psikologis (perasaan was-was, khawatir, dan bicara cepat terputus-
putus).
b. Neurosis histerik. Artinya, fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki.
Gejalanya meliputi kelumpuhan pada ekstremitas, kejang-kejang, anesthesia,
analgesia, tuli, buta, stupor, dan twilight state.
c. Neurosis fobik. Artinya, terdapat perasaan takut yang berlebihan terhadap benda
atau keadaan, yang tidak disadari individu sebagai ancaman.
d. Neurosis depresi. Artinya, gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat
berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan
makan. Neurosis depresi biasanya berakar pada rasa bersalah yang tidak
dissadari. Gejalanya berupa somatik (perasaan tidak senang, tidak bersemangat,
lelah, apatis, dan bicara pelan) dan psikologis (pendiam, sedih, pesimistis, putus
asa, malas bergaul, frekuensi bekerja berkurang, tidak mampu mengambil
keputusan, cepat lupa, dan timbul pikiran untuk bunuh diri).

G. Biehler (1972) dalam (Sunarto, 2002:155) Membagi Ciri-ciri Emosional


1. Ciri-ciri Emosional Remaja Usia 1-15 Tahun
a. Pada usia ini seorang anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka.
b. Anak mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal
rasa percaya diri.
c. Ledakan-ledakan kemarahan mungkin saja terjadi.

7
d. Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan
membenarkan pendapatnya sendiri karena kurangnya rasa percaya diri
e. Remaja terutama siswa-siswa SLTP mulai mengamati orang tua dan guru
mereka secara objektif.

2. Ciri-ciri Emosional Remaja Usia 15-18 Tahun


a. “Pemberontakan” remaja merupakan pernyataan-pernyataan / ekspresi dari
perubahan yang universaldari masa kanak-kanak ke dewasa.
b. Karena bertambahnya usia mereka, banyak remaja yang mengalami konflik
dengan orang tua mereka.
c. Siswa pada usia ini sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka.

H. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi.


Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi
tergantung kepada factor kematangan dan faktor belajar. (Hurlock, 2002 : 154)
kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lainnya dan mempengaruhi perkembangan
emosi. Untuk mencapai kematangan emosi remaja harus belajar memperoleh gambaran
tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya dengan
membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan
dan masalah pribadi dipengaruhi sebagaian oleh rasa aman dalam hubungan   social dan
sebagian oleh tingkat kesukaannya pada “orang sasaran” (Hurlock, 2002 : 213).
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain :
1. Belajar dengan coba-coba
2. Belajar dengan cara meniru
3. Belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification)
4. Belajar melalui pengondisian
5. Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan terbatas pada aspek reaksi (Sunarto,
2002 : 158)

8
Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku Serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah
Laku. Rasa malu dan marah dapat menyebabkan seorang gemetar. Dalam ketakutan,
mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah, system
pencernaan mungkin berubah selama permunculan emosi. Keadaan emosi yang
menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan
perasaan tidak enek mengganggu pencernaan.

I. Pengaruh Emosi
Terhadap prilaku dan perubahan fisik dibawah ini adalah beberapa contoh tentang
prilaku emosi terhadap prilaku individu, diantaranya sebagai berikut :
1. Meperkuat semangat, apabila orang merasa senang / puas atas hasil yang tekah
dicapai.
2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai
puncak dari keadaan itu iyalah timbulnya rasa putus asa (frustasi)
3. Menghanbat / menggagu kosentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan
emosi dan bias juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gugup dalam
berbicara.
4. Terganggu penyesuaian social, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan
mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain (Yusuf, 2004 : 115)
Sedangkan perubahan Emosi terhadap perubahan Fisik (Jasmani) antara lain :
1. Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona.
2. Peredaran darah : bertambah cepat bila marah.
3. Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut
4. Pernapasan : bernapas panjang kalau kecewa.
5. Pupil mata : membesarkan mata bila merah.
6. Liur : mongering kalau takut / tegang.
7. Bulu roma : berdiri kalau takut.
8. Pencernaan : mencret-mencret kalau tegang.

9
9. Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar
(tremor).
10. Komposisi darah : komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang
menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif. (Sunanto, 2002 : 150)

J. Karakter Perkembangan Emosi


Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu
masa dimana tegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Meningginyan emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah
tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan masa kanak-kanak ia kurang
mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua masa remaja
mengalami badai dan terkanan. Namun benar juga bila sebagaian remaja mengalami
ketidaksetabilan dari waktu ke waktu. Sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri
dari pola emosi kanak-kanak. Jenis emosi yang sering dialami adalah cinta / kasih
sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dll. Perbedaan yang terlihat
dalam macam dan derajat rangsangan yang mengakibatkan emosinya dan kususnya pola
pengendali yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi remaja.
1. Cinta / kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kepastianya untuk mencintai orang
lain dan kebutuhanya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk
menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberikan.
Walaupun remaja bergerak kedunia pergaulan yang lebih luas dalam dirinya masih
terdapat sifat kekanak-kanakannya. Remaja membutuhkan kasih sayang dirumah
yang sama banyaknya dengan apa yang mreka alami pada tahun-tahun
sebelumnya. Karena alasan inilah sikap menentang mereka, menyalahkan mereka,
secara langsung mengolok-ngolok mereka pada waktu pertama kali karena
mencukur kumisnya, adanya perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan
tindakan yang kurang bijaksana.

2. Gembira dan bahagia

10
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik
dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang
sahabat / bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan oleh yang dicintai.
Perasaan bahagia ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia
muncul karena remaja sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari
orang lain / berasal dari terlepasnya energy emosional dari sistuasi yang
menimbulkan kegelisahan dirinya.
3. Kemarahan dan permusuhan
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang
memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Dalam
memahami remaja ada empat factor yang sangat penting berhubungan dengan rasa
marah.
a. Adanya kenyataan kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan
usaha manusia untuk memiliki dan menjadi dirinya sendiri. Selama masa
remaja, fungsi marah terutama untuk melindungi hahnya untuk menjadi
independent dan menjamin hubungan untara dua pihak orang lainyang
berkuasa.
b. Pertimbangan penting lainya adalah ketika individu mencapai masa remaja, dia
tidak hanya merupakan subyek kemarahan yang kemudian surut, tetapi
mempunyai sikap dimana ada sisa-sisa kemarahandalam bentuk permusuhan
meliputi kemarahan masa lalu. Remaja bukannya menampakkan kemarahan
langsung tetapi remaja lebih menunjukkan keinginan yang sangat besar.
c. Perasaan marah sengaja disembunyikan dan sering kali tampak dalam bentuk
yang samar-samar. Bahkan seni dari cinta mungkin dipakai sebagai alat
kemarahan.
d. Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri, aspek ini merupakan yang
sangat penting dan juga sulit dipahami. (Sunarto, 2002 : 154)
4. Ketakutan dan kecemasan
Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan dan rasa
berani yang bersamaan dengan perkembangan itu sendiri. Remaja seperti halnnya

11
anak-anak dan orang dewasa, sering kali untuk berusaha mengatasi ketakutan yang
timbul dari masalah kehidupan. Satu-satunya cara untuk menghindarkan dari rasa
takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seseorang begitu
takut sehingga ia tidak menentu. Rasa takut yang disebabkan otoriter orang tua
menyebabkakn anak tidak berkembang daya kreatifnya dan menjadi orang yang
penakut, apatis dan penggugup. Selanjutnya sikap apatis mengakibatkan anak
menjadi pendiam, memencilkan diri, tak sanggup bergaul dengan orang lain.
(Willis, 2005:57)
5. Frustasi dan duka cita
Frustasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatandalam
menemukan kebutuhanya, terutama hambatan-hambatan tersebut munculdari
dirinya sendiri. Konsekuensinya dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Duka
cita merupakan perasaan galau / depresi yang tidak terlalu berat, tetapi
mengganggu individu. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan
akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga depresi.

K. Cara Mengendalikan Emosi


1. Berusaha mengendalikan dan mengarahkan kea rah yang positif.
2. Setiap tindakan harus didasarkan pada akal sehat.
3. Berpikirlah tentang akibat yang mungkin terjadi
4. Berusaha untuk memanfaatkan orang lain

L. Cara Mengendalikan Emosi / Menghindari beban Emosi


1. Kita harus belajar menghadapi segala situasi itu dengan sikap rasional.
2. Kita juga harus menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang
dapat mengakibatkan emosional-emosional. Kalau mengalami sesuatu yang bikin
marah / sedih, jangan kebawa emosi dulu.
3. Memberikan respun terhadap situasi dengan pikiran maupun emosi yang tidak
berlebihan, proposional sesuai dengan keadaanya, dengan cara yang bias diterima
lingkungan social kita.

12
4. Mengemukakan emosi positif kita (senang, bahagia, sayang) dan juga yang negatif
(sebel, sedih, marah) secara benar dan proporsional.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Emosi merupakan suatu yang kompleks dalam diri manusia, yaitu keadaan yang
menunjukkan pengalaman dan perbuatan dalam suatu pristiwa yang berlaku seperti
peristiwa takut, marah, kecewa, gembira, suka dan duka.
Emosi yang kuat dapat membuat apa yang disampaikan pada kita tidak dapat diterima
otak dengan baik hingga dapat pula terjadi salah informasi. Emosi yang kuat dapat
dijadikan sebagai faktoar pendukung atau penyemangat yang kuat pada diri sendiri
apabila dapat mengarahkannya dengan baik, dapat pula sebagai pendorong yang kuat
untuk mencapai apa yang diinginkannya dan apa yang dicita-citakan.

B. Saran
Setelah kita membahas tentang pengertian emosi, macam-macam emosi dan
pengendaliannya, kita dapat mengetahui dan memehami tentang emosi. Sehingga sebagai
remaja kita harus menjaga dan memelihara emosi yang ada pada diri kita.

13
DAFTAR PUSTAKA

Riyawan. (2015). Makalah Emosi. Online. Tersedia.


http://www.riyawan.com/2015/03/makalah-emosi.html. [04februari2016].
Sunaryo. (2013). Psikologi untuk keperawatan. Ed.2. EGC: Jakarta.
Purwanto, Heri. (2012). Pengantar prilaku manusia. EGC: Jakarta.

14
15

Anda mungkin juga menyukai

  • Psikep Emosi
    Psikep Emosi
    Dokumen15 halaman
    Psikep Emosi
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Hak Asasi Manusia
    Hak Asasi Manusia
    Dokumen3 halaman
    Hak Asasi Manusia
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Strees
    Strees
    Dokumen24 halaman
    Strees
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • LP Bronkitis Akut
    LP Bronkitis Akut
    Dokumen13 halaman
    LP Bronkitis Akut
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • D e M o K R A S I
    D e M o K R A S I
    Dokumen3 halaman
    D e M o K R A S I
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen34 halaman
    Bab I
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • C
    C
    Dokumen12 halaman
    C
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Perkembangan Masa Dewasa
    Perkembangan Masa Dewasa
    Dokumen12 halaman
    Perkembangan Masa Dewasa
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Definisi Epispadia
    Definisi Epispadia
    Dokumen6 halaman
    Definisi Epispadia
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • HH
    HH
    Dokumen6 halaman
    HH
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Perkembangan Masa Dewasa
    Perkembangan Masa Dewasa
    Dokumen17 halaman
    Perkembangan Masa Dewasa
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen20 halaman
    Bab 1
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Perubahan Psikologis
    Perubahan Psikologis
    Dokumen13 halaman
    Perubahan Psikologis
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • RENPRA Isolasi Sosial
    RENPRA Isolasi Sosial
    Dokumen4 halaman
    RENPRA Isolasi Sosial
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Promkes Anemia
    Promkes Anemia
    Dokumen7 halaman
    Promkes Anemia
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Renpra DPD
    Renpra DPD
    Dokumen6 halaman
    Renpra DPD
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Renpra Halusinasi
    Renpra Halusinasi
    Dokumen7 halaman
    Renpra Halusinasi
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Renpra HDR
    Renpra HDR
    Dokumen3 halaman
    Renpra HDR
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • PEMBAHASAN
    PEMBAHASAN
    Dokumen10 halaman
    PEMBAHASAN
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Renpra PK
    Renpra PK
    Dokumen29 halaman
    Renpra PK
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Phbs
    Phbs
    Dokumen2 halaman
    Phbs
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Leukimia
    Leukimia
    Dokumen18 halaman
    Leukimia
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • 4
    4
    Dokumen2 halaman
    4
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Leukimia
    Leukimia
    Dokumen18 halaman
    Leukimia
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Defisiensi Pengetahuan
    Defisiensi Pengetahuan
    Dokumen11 halaman
    Defisiensi Pengetahuan
    Yulianti Sistiana Dewi Nurhilalia
    Belum ada peringkat
  • Defisiensi Pengetahuan
    Defisiensi Pengetahuan
    Dokumen11 halaman
    Defisiensi Pengetahuan
    Yulianti Sistiana Dewi Nurhilalia
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Kesimpulan
    BAB IV Kesimpulan
    Dokumen1 halaman
    BAB IV Kesimpulan
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • PEMBAHASAN
    PEMBAHASAN
    Dokumen10 halaman
    PEMBAHASAN
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Stres
    Manajemen Stres
    Dokumen1 halaman
    Manajemen Stres
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat