PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja dianggap sebagai “badai dana tekanan”, suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Adapun
meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah
tekanan social dan menghadapi kondisi baru. Sedangkan selama masa kanak-kanak iya
kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut.
Emosi remaja sering kali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional.
Namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke
waktu, sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri terhadap lingkungan, tetapi pada
umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan prilaku emosional pada diri setiap remaja.
Emosi yang kuat dan meledak-ledak dapat dikendalikan agar hati dan pikiran menjadi
tentram dan iklas. Jika ini dilakukan terus-menerus berarti kita sedang mennyusun dan
membangun kekuatan yang baik pada otak dan jiwa kita. Sedangkan jika kita marah ,
benci, dendam, dan jengkel secara terus-menerus berarti kita sedang merusak otak dan
jiwa seperti halnya yang dilakukan oleh kanker dan tumor otak. Jika kita sudah biasa
memelihara emosi positif, maka kejadian atau sesuatu yang menjengkelkan sekalipun,
titak akan membuat kita bereaksi negatif. Tetapi sebaliknya jika kita secara sadar atau
tidak sadar memelihara emosi yang negatif, maka kejadian-kejadian kecil yang
menjengkelkan akan membuat kita bereaksi tak terkendali. Bahkan, kadang kita salah
memaknai informasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian emosi
2. Pembagian emosi berdasarkan nilai positif dan negative
3. Ciri emosional remaja
4. Factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
5. Cara pengendalian emosi.
1
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini kami buat untuk menjelaskan dan memperoleh pemahaman secara lebih
dalam tentang pengertian emosi, macam-macam dan cara pengendalian emosi pada setiap
individu. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai
emosi yang terdapat pada diri kita dan bisa mengekspresikan emosi pada tempat yang
benar dan tepat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Emosi dan motif merupakan perasaan yang mendasar, memiliki hubungan yang erat,
dan keduanya dialami individu. Emosi dapat mengarahkan perilaku individu, seperti
halnya motif dasar dan dapat menyertai perilaku termotivasi. Emosi dan motif memiliki
perbedaan. Emosi dibangkitkan oleh peristiwa eksternal, sedangkan motif dibangkitkan
oleh peristiwa internal. Selanjutnya, emosi dibangkitkan oleh beberapa stimulus,
sedangkan motif dibangkitkan oleh stimulus yang spesifik.
Emosi, sebagai gejala kejiwaan, berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila
individu mengalami emosi, dalam diri individu tersebut akan terdapat perubahan-
perubahan dalam kejasmaniannya. Contohnya, individu yang mengalami ketakutan akan
menampilkan beberapa gejala kejasmanian, yaitu wajah pucat dan jantung berdebar-
debar.
Selain berhubungan dengan gejala kejasmanian, status emosi yang kuat dapat
mempengaruhi perubahan fisiologis individu. Seseorang yang sedang marah atau
ketakutan dapat mempengaruhi debaran jantung, pernapasan, kelejar keringat
(meningkat), bulu kuduk (merinding), sekresi air liur (meningkat), dan kadar gula darah
(meningkat).
Maramis (1999) mengungkapkan bahwa emosi adalah manifestasi perasaan atau afek
keluar yang disertai banyak komponen fisiologis, dan biasanya berlangsung tidak lama.
Sementara itu, Walgito (1989) mengungkapkan bahwa emosi adalah suatu keadaan
perasaan yang melampaui batas sehingga dapat mengganggu hubungan seseorang dengan
lingkungan sekitarnya, misalnya ketakutan, kecemasan, depresi, dan kegembiraan.
B. Komponen Emosi
3
terhadap emosi. Respons atau reaksi tubuh internal terutama melibatkan sistem otomik.
Misalnya, apabila sedang marah, suara individu menjadi tinggi dan gemetar.
Selanjutnya, keyakinan atau penilaian kognitif dapat terjadi pada keadaan yang
positif atau negatif. Misalnya, saya sangat gembira dapat diterima di Fakultas
Kedokteran; saya sedih mengikuti berbagai tes untuk masuk ke Perguruan Tinggi, namun
tidak satu pun yang diterima. Sementara itu, contoh ekspresi wajah adalah apabila merasa
benci pada seseorang, anda akan mengerutkan dahi atau sedikit menutup kelopak mata.
Terakhir, contoh reaksi terhadap emosi adalah marah-marah yang berubah menjadi agresi
atau gembira hingga meneteskan air mata.
C. Teori Emosi
Teori emosi ini bertujuan menjawab pertanyaan hubungan emosi dengan gejala
kejasmanian. Teori ini menegaskan apakah emosi menimbulkan gejala kejasmanian atau
tidak. Menurut Walgito (2001), teori emosi sebagai berikut:
1. Teori Sentral, teori ini dikemukakan pleh Cannon (1927). Menurut teori ini, gejala
kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami individu. Misalnya, gejala
kejasmanian pada orang yang marah meliputi jantung berdebar, pernapasan cepat,
dan mata merah.
2. Teori Perifer, teori ini dikemukakan oleh James-Lange (1894-1895) dalam
Walgito (2001), dan merupakan kebalikan teori sentral. Gejala kejasmanian bukan
akibat dari emosi yang dialami individu, namun emosilah yang merupakan akibat
dari gejala kejasmanian. Menurut teori ini, orang tidak menangis karena susah,
namun ia susah karena menangis. Selanjutnya berdasarkan penelitian Sherrington
& Cannon (1927) dalam Atkinson, Atkinson, Smith, Beth (1996), dikatakan bahwa
pada umumnya teori perifer tidak tepat dan menitikberatkan pada hal-hal yang
bersifat perifer, bukan yang bersifat sentral.
3. Teori Kepribadian, teori ini dikemukakan oleh Linchoten & Kouwer (1950). Teori
ini menyatakan bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, ketika pribadi
4
tidak dapat dipisah-pisahkan, antara jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang
terpisah.
Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa, tidak dapat dikontrol, dan
dikuasai oleh pikiran. Afek biasanya disertai reaksi jasmaniah, yaitu peredaran darah,
denyut jantung, dan pernapasan yang dapat berfrekuensi cepat atau lemah. Sementara itu,
emosi adalah gejala kejiwaan yang berhubungan dengan gejala kejasmanian.
Contoh:
Afek dan emosi biasanya dipakai secara bergantian sehingga aspek lain yang
terhadap pada manusia (proses perpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling
mempengaruhi dan menentukan tingkat fungsi manusia itu pada suatu waktu. Jenis
gangguan afek dan emosi adalah depresi atau melankolis dan kecemasan (ansietas).
Pertama, depresi atau melankolis. Depresi atau melankolis memiliki ciri psikologis
dan somatik. Ciri psikologis meliputi sedih, susah, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan,
tidak ada harapan, putus asa, dan penyesalan yang patologis. Sementara itu, ciri somatic
meliputi anoreksia, konstipasi, kulit lembap atau dingin, tekanan darah dan pernapasan
menurun.
Kedua, kecemasan (ansietas). Seperti halnya, depresi, kecemasan juga memiliki ciri
psikologis dan somatik. Ciri psikologi meliputi khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa
5
tidak aman, takut, cepat terkejut. Sementara itu, ciri somatik meliputi palpitasi (debaran
jantung yang cepat/keras), keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meningkat,
dan peristaltic bertambah.
6
F. Sakit Mental Akibat Gangguan Emosi
Sakit mental akibat gangguan emosi biasanya terkait dengan neurosis, yaitu adanya
kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena konflik tidak sadar yang tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Sakit mental karena gangguan emosi ini terdiri dari:
7
d. Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan
membenarkan pendapatnya sendiri karena kurangnya rasa percaya diri
e. Remaja terutama siswa-siswa SLTP mulai mengamati orang tua dan guru
mereka secara objektif.
8
Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku Serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah
Laku. Rasa malu dan marah dapat menyebabkan seorang gemetar. Dalam ketakutan,
mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah, system
pencernaan mungkin berubah selama permunculan emosi. Keadaan emosi yang
menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan
perasaan tidak enek mengganggu pencernaan.
I. Pengaruh Emosi
Terhadap prilaku dan perubahan fisik dibawah ini adalah beberapa contoh tentang
prilaku emosi terhadap prilaku individu, diantaranya sebagai berikut :
1. Meperkuat semangat, apabila orang merasa senang / puas atas hasil yang tekah
dicapai.
2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai
puncak dari keadaan itu iyalah timbulnya rasa putus asa (frustasi)
3. Menghanbat / menggagu kosentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan
emosi dan bias juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gugup dalam
berbicara.
4. Terganggu penyesuaian social, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan
mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain (Yusuf, 2004 : 115)
Sedangkan perubahan Emosi terhadap perubahan Fisik (Jasmani) antara lain :
1. Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona.
2. Peredaran darah : bertambah cepat bila marah.
3. Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut
4. Pernapasan : bernapas panjang kalau kecewa.
5. Pupil mata : membesarkan mata bila merah.
6. Liur : mongering kalau takut / tegang.
7. Bulu roma : berdiri kalau takut.
8. Pencernaan : mencret-mencret kalau tegang.
9
9. Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar
(tremor).
10. Komposisi darah : komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang
menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif. (Sunanto, 2002 : 150)
10
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik
dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang
sahabat / bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan oleh yang dicintai.
Perasaan bahagia ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia
muncul karena remaja sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari
orang lain / berasal dari terlepasnya energy emosional dari sistuasi yang
menimbulkan kegelisahan dirinya.
3. Kemarahan dan permusuhan
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang
memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Dalam
memahami remaja ada empat factor yang sangat penting berhubungan dengan rasa
marah.
a. Adanya kenyataan kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan
usaha manusia untuk memiliki dan menjadi dirinya sendiri. Selama masa
remaja, fungsi marah terutama untuk melindungi hahnya untuk menjadi
independent dan menjamin hubungan untara dua pihak orang lainyang
berkuasa.
b. Pertimbangan penting lainya adalah ketika individu mencapai masa remaja, dia
tidak hanya merupakan subyek kemarahan yang kemudian surut, tetapi
mempunyai sikap dimana ada sisa-sisa kemarahandalam bentuk permusuhan
meliputi kemarahan masa lalu. Remaja bukannya menampakkan kemarahan
langsung tetapi remaja lebih menunjukkan keinginan yang sangat besar.
c. Perasaan marah sengaja disembunyikan dan sering kali tampak dalam bentuk
yang samar-samar. Bahkan seni dari cinta mungkin dipakai sebagai alat
kemarahan.
d. Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri, aspek ini merupakan yang
sangat penting dan juga sulit dipahami. (Sunarto, 2002 : 154)
4. Ketakutan dan kecemasan
Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan dan rasa
berani yang bersamaan dengan perkembangan itu sendiri. Remaja seperti halnnya
11
anak-anak dan orang dewasa, sering kali untuk berusaha mengatasi ketakutan yang
timbul dari masalah kehidupan. Satu-satunya cara untuk menghindarkan dari rasa
takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seseorang begitu
takut sehingga ia tidak menentu. Rasa takut yang disebabkan otoriter orang tua
menyebabkakn anak tidak berkembang daya kreatifnya dan menjadi orang yang
penakut, apatis dan penggugup. Selanjutnya sikap apatis mengakibatkan anak
menjadi pendiam, memencilkan diri, tak sanggup bergaul dengan orang lain.
(Willis, 2005:57)
5. Frustasi dan duka cita
Frustasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatandalam
menemukan kebutuhanya, terutama hambatan-hambatan tersebut munculdari
dirinya sendiri. Konsekuensinya dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Duka
cita merupakan perasaan galau / depresi yang tidak terlalu berat, tetapi
mengganggu individu. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan
akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga depresi.
12
4. Mengemukakan emosi positif kita (senang, bahagia, sayang) dan juga yang negatif
(sebel, sedih, marah) secara benar dan proporsional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emosi merupakan suatu yang kompleks dalam diri manusia, yaitu keadaan yang
menunjukkan pengalaman dan perbuatan dalam suatu pristiwa yang berlaku seperti
peristiwa takut, marah, kecewa, gembira, suka dan duka.
Emosi yang kuat dapat membuat apa yang disampaikan pada kita tidak dapat diterima
otak dengan baik hingga dapat pula terjadi salah informasi. Emosi yang kuat dapat
dijadikan sebagai faktoar pendukung atau penyemangat yang kuat pada diri sendiri
apabila dapat mengarahkannya dengan baik, dapat pula sebagai pendorong yang kuat
untuk mencapai apa yang diinginkannya dan apa yang dicita-citakan.
B. Saran
Setelah kita membahas tentang pengertian emosi, macam-macam emosi dan
pengendaliannya, kita dapat mengetahui dan memehami tentang emosi. Sehingga sebagai
remaja kita harus menjaga dan memelihara emosi yang ada pada diri kita.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15