Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola eliminasi manusia, diantaranya

adalah infeksi saluran kemih.Infeksi saluran kemih terjadi karena adanya invasi

mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus

ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto,

2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah

bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering

adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp.

Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan

adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat

makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun

mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun

kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat

mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja,

dewasa maupun lanjut usia.

Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan

angka populasi umum kurang lebih 5-15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus

ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran

kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut

1
bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila

terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada

pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.

Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin

dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang efektif,

mobilitis menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik, sistem imunitas

menurun. Baik seluler maupu humoral, adanya hambatan pada aliran urin, hilangnya

efek bakterisid dari sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit

yang perlu mendapat perhatian serius.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan infeksi saluran kemih ?

2. Apa yang dimaksud dengan klasifikasi penyakit infeksi saluran kemih ?

3. Apa yang dimaksud dengan etiologi infeksi saluran kemih ?

4. Apa yang dimaksud dengan faktor resiko infeksi saluran kemih ?

5. Apa yang dimaksud dengan manifestasi penyakit infeksi saluran kemih ?

6. Apa yang dimaksud patofisiologi dari penyakit infeksi saluran kemih ?

7. Apa yang dimaksud pemeriksaan penunjang dengan penyakit infeksi saluran

kemih ?

8. Apa yang dimaksud dengan penatalaksanaan penyakit infeksi saluran kemih ?

9. Apa yang dimaksud dengan pengobatan penyakit infeksi saluran kemih ?

10. Apa yang dimaksud dengan pencegahan infeksi saluran kemih ?

11. Apa komplikasi dari penyakit infeksi saluran kemih ?

2
C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penyakit infeksi saluran kemih.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi penyakit infeksi saluran kemih

3. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi penyakit infeksi saluran kemih.

4. Mahasiswa mampu menjelaska faktor resiko dari penyakit infeksi saluran kemih

5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi penyakit infeksi saluran kemih

6. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi penyakit infeksi saluran kemih

7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang penyakit infeksi saluran

kemih

8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan penyakit infeksi saluran kemih.

9. Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan penyakit infeksi saluran kemih.

10. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan penyakit infeksi saluran kemih.

11. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi penyakit infeksi saluran kemih.

3
D. Sistematika Penulisan

Untuk menggunakan dan mengunakan dan memudahakan dalam masalah ini maka

penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab 1: pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan, dan sistema penulisan.

Bab 2 : pembahasan, meliputi definisi isk, klasifikasi isk, etiologi isk,faktor resiko isk,

manifestasi klinis isk, patofisologi isk, pemeriksaan penunjang isk, penatalaksanaan

isk, pengobatan isk,pencegahan isk, komplikasi isk

Bab 3 : asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan infeksi saluran kemih

meliputi pengkjian, diagnosa dan intervensi keperawatan.

Bab 4 : penutup, meliputi kesimpulan dan saran.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan

adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto,

2001).

Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran

kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau

mikroorganisme lain.

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan

oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi

seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,

pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).

Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang

berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan

jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan

prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria

jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya

abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

ISK merupakan gangguan pada saluran kemih yang disebabkan adanya sumbatan.

Biasanya, yang menyumbat itu adalah batu berbentuk Kristal yang menghambat

keluarnya air seni melalui saluran kemih, sehingga jika sedang buang air kecil terasa

5
sulit dan sakit. Tapi, bila saat buang air seni disertai dengan darah, itu petanda saluran

kemih anda sudah terinfeksi.

Penyebab timbulnya batu tersebut disebabkan oleh berbagai hal, antara lain terlalu

lama menahan buang air kecil sehingga air seni menjadi pekat, dan kurang banyak

meminum air putih. Bahkan, terlalu banyak mengkonsumsi soda, kopi manis, the

kental, vitamin C dosis tinggi dan susu, juga dikategorikan termasuk sebagai pemicu

terjadinya batu ginjal.

Selain itu, faktor lainnya yang turut memicu terbentuknya batu di dalam ginjal dan

saluran kemih bila banyak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung asam

urat seperti emping melinjo, jeroan, bayam, maka air kemihnya akan lebih banyak

mengandung asam urat sehingga resiko terbentuknya batu asam urat dalam ginjal dan

saluran kemih pun meningkat.

B. Klasifiksi

1. Jenis Infeksi Saluran Kemih :

a. Kandung kemih (sistitis)

adalah instilah untuk infeksi kandung kemih yang sering dialami kaum wanita.

b. Uretra (Uretritis)

adalah infeksi pada saluran kemih yang sering terjadi pada pria yang sering

melakukan aktifitas seksual tanpa memperhatikan kesehatan.

c. Prostat (prostatitis)

d. Ginjal (pielonefritis)

dalah infeksi pada pyelum ginjal yang sangat berbahaya sehingga dapat terjadi

gagal ginjal sehingga perlu cuci darah dengan alat yang disebut hemodialisa.

6
2. Klasifikasi menurut letaknya :

a. ISK atas

- Pielonefritis akut (PNA): proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan

infeksi bakteri.

- Pielonefritis kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari infeksi bakteri

berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih

serta refluk vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik yang sering

diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai

pielonefritis kronik yang spesifik

b. ISK bawah

- Perempuan (sistitis: presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai

bakteriuria bermakna).

- Sindrom uretra akut (SUA): presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan

mikroorganisme (steril), sering dimakan sistitis bakterialis.

- Laki-laki presentasi isk bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis,

prostatitis, epidimidis, dan uretritis).

3. Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

a) ISK uncomplicated (simple)

ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak

baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut

terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa

superficial kandung kemih.

7
b) ISK complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab

sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam

antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila

terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:

- Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko

uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung

kencing menetap dan prostatitis.

- Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.

- Gangguan daya tahan tubuh

- Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp

yang memproduksi urease.

C. Etiologi

Isk terjadi tergantung banyak faktor seperti: usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan

faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktir saluran kemih termasuk

ginjal. Berikut menurut jenis mokroorganisme dan usia:

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK antara lain:

- Escherichia coli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)

- Pseudomonas, proteus, klebsiella: penyebab ISK complicated.

- Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain

2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan

kandung kemih yang kurang efektif.

- Mobilitas menurun

- Nutrisi yang kurang baik

8
- Sistem imunitas menurun baik seluler maupun humoral.

- Adanya hambatan pada aliran urin

- Hilang nya efek bakterisida dari sekresi prostat.

D. Faktor resiko

Factor resiko Infeksi Saluran Kemih, antara lain :

1. Kurang banyak meminum air putih.

2. Penyebab utama dari ISK adalah system kekebalan tubuh yang menurun, sehingga

bakteri alat kelamin, dubur atau dari pasangan (akibat hubungan intim) masuk ke

dalam saluran kemih.

3. Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar saluran kencing.

4. Cara cebok yang salah, yaitu dari belakang ke depan. Cara cebok seperti ini sama

saja menarik kotoran ke daerah vagina atau saluran kencing.

5. Suka menahan kencing. Kebiasaan ini memungkinkan kuman masuk ke dalam

saluran kencing. Dibandingkan laki-laki, perempuan ternyata lebih rentan terkena

penyakit ini. Karena, penyebabnya adalah saluran uretra (saluran yang

menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan lebih

pendek (sekitar 3-5 cm). Berbeda dengan uretra laki-laki yang panjang, sepanjang

penisnya, sehingga kuman sulit masuk.

6. Tidak kencing sebelum melakukan hubungan seks. Hal ini menyebabkan

uretranya penuh. Jika uretranya pendek, terkena gesekan saat berhubungan seks,

bisa menyebabkan kuman-kuman gampang terdorong masuk ke saluran kencing

dan mengakibatkan infeksi yang disebut sistitis. Biasanya hal ini banyak terjadi

pada pasangan yang baru menikah, karena itu disebut honeymooners cystitis.

Keluhannya seperti kencing sakit.

9
7. Memiliki riwayat penyakit kelamin. Misalnya pada orang yang punya penyakit

kencing nanah. Hal ini akan menyebabkan infeksi pada uretra dan menghasilkan

nanah.

8. Memiliki riwayat penyakit batu di daerah saluran kencing. Keberadan batu di

saluran kencing bisa menjadi focus infeksi dan menyebabkan infeksi berulang.

Misalnya : ada infeksi berulang di saluran kencing, kemungkinan disebabkan

adanya infeksi batu di saluran kencing. Batu tersebut terinfeksi dan bisa menjadi

sumber infeksi dan sumber kuman.

E. Manifestasi Klinis

Gejala Umum :

1. Sering ingin kencing namun kencing yang dikeluarkan sangatlah sedikit.

2. Kesakitan saat kencing / BAK.

3. Rasa sakit sampai terbakar pada kandung kemih.

4. Pada perempuan merasakan ketidaknyamanan pada tulang kemaluan.

5. Air kencingnya sendiri bisa berwarna putih, cokelat, dan kemerahan.

6. Rasa sakit pada punggung, mual, dan muntah.

7. Demam muncul bila ginjal sudah kena.

Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut :

1. 0 – 1 bulan : gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma,

panas / hipotermia tanpa diketahui sebabnya, ikterus (sepsis).

2. 1 bulan – 2 tahun : panas / hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan

pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras),

air kemih berbau / berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri perut / pinggang.

10
3. 2 – 6 tahun : panas / hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan

kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna, diare,

muntah, gangguan pertumbuhan serta anoreksia.

4. 6 – 18 tahun : nyeri perut / pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat

menahan kencing, polikisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah

warna.

Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :

1. Mukosa memerah dan oedema

2. Terdapat cairan eksudat yang purulent

3. Ada ulserasi pada uretra

4. Adanya rasa gatal yang menggelitik

5. Good morning sign

6. Adanya nanah awal miksi

7. Nyeri pada saat miksi

8. Kesulitan untuk memulai miksi

9. Nyeri pada abdomen bagian bawah.

Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :

1. Diuria (nyeri waktu berkemih)

2. Peningkatan frekuensi berkemih

3. Perasaan ingin berkemih

4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin

5. Nyeri punggung bawah atau suprapubik

6. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pad kasus yang parah.

11
Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala :

1. Demam

2. Menggigil

3. Nyeri pinggang

4. Disuria

5. Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan

pielonefritis akut, tetapi dapat menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat

menyebabkan gagal ginjal.

F. Patofisiologi

12
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Urinalisis

- Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya

ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang

pandang besar (LPB) sediment air kemih

- Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment

air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik

berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

2. Bakteriologis

- Mikroskopis

- Biakan bakteri

3. Kultur urine

untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

4. Hitung koloni

hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran

tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya

infeksi.

5. Metode tes

- Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes

Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien

mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat

bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

- Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)

13
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia

trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).

- Tes- tes tambahan

Urogram Intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi

juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari

abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,

hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi

ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk

mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

H. Penatalaksanaan

1. Non-farmakologi

- Usahakan untuk buang air seni pada waktu bangun di pagi hari. Buang air

seni dapat membantu mengeluarkan bakteri dari kandung kemih yang akan

keluar bersama urin.

- Minum air putih minimal 8 gelas atau 2,5 liter setiap hari.

- Sementara, buah-buahan, sari buah, jus sangat baik untuk dikonsumsi

sebab dapat melancarkan peredaran darah.

- Hindari berbagai jenis makanan seperti : soto jerohan sapi, es krim, keju,

milk shake, kopi, cola dan lain-lain.

- Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing.

- Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan

mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rectum.

- Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH

balanced (seimbang).

- Buang air seni sesering mungkin (setiap 3 jam).

14
- Pilih toilet umum dengan toilet jongkok.

- Jangan cebok di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau

ember. Pakailah shower atau kran.

- Ganti selalu pakaian dalam setiap hari. Gunakan pakaian dalam dari bahan

katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.

2. Farmakologis

Pengobatan simtimatik terhadap keluhan sakit kencing dapat diberikan

penazofiridin (piridium) 7 – 10 mg/kgBB/hari. Disamping ISK perlu juga mencari

dan mengurangi atau menghilangkan factor predisposisi seperti obstipasi, alergi,

investasi cacing dan memberikan kebersihan perineum meskipun usaha-usaha ini

kadang-kadang tidak selalu berhasil.

- Anitibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan

antibiotk antara lain cefotaxime, ceftriaxon, kotrimoxsazol, trimetroprim,

fluoroquinolon, amoksisiklin, doksisiklin, aminoglikosid.

- Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi

penisilin dengan aminoglikosida.

- Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin, nitrofurantoin atau

sefalosporin.

I. Pengobatan Khusus

Penanggulangan ISK ditujukan terhadap 3 hal, yaitu :

1. Pengobatan infeksi akut

Pada keadaan berat atau panas tinggi dan keadaan umum yang lemah, pengobatan

segera dilakukan tanpa menunggu hasil biakan urin dan uji resistensi kuman. Pada

infeksi akut yang simpleks (uncomplicated infection) diberikan antibiotika /

kemoterapi oral. Obat yang sering dipakai sebagai pilihan utama (primary drug)

15
adalah ampisilin, kontrimoksazol, sulfisokazol, asam nalidiksat dan nitrofurantion.

Sebagai pilihan kedua (secondary drug) dapat dipakai obat golongan

aminoglikosid (gentamisin, sisomisin, amikasin dan lain-lain) ; sefakleksin,

doksisiklin dan sebagainya. Pengobatan diberikan selama 7 hari.

2. Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang

Dalam pengamatan selanjutnya 30 – 50% diantaranya tanpa gejala. Oleh karena

itu perlu dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan

fase akut, kemudian 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2

tahun. Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan pada fase akut.

Bila relaps atau reinfeksi terjadi lebih dari 2 kali, maka pengobatan dilanjutkan

dengan pengobatan profilaksis, dengan obat-obat anti septis urin, yaitu

nitrofurantion, kontrimoksazol, sefaleksin atau metenamin mandelat. Pada

umumnya diberikan seperempat dosis normal, satu kali sehari pada malam hari

selama 3 bulan. Bila infeksi traktus urinarius disertai dengan kelainan anatomis

(disebut ISK kompleks atau complicated urinary infection), maka hasil

pengobatan biasanya kurang memuaskan. Pemberian obat disesuaikan dengan

hasil uji resistensi dan dilakukan dengan terapi profilaksis selama 6 bulam dan

bila perlu sampai 2 tahun.

16
3. Bedah

Koreksi bedah sesuai dengan kelainan sauran kemih yang ditemukan untuk

menghilangkan factor predisposisi.

Tabel : Dosis antibiotika pareneteral (A), oral (B), profilaksis (C)

(A) Parenteral

Obat Dosis mg/kgBB/hari Frekuensi / (umur bayi)


Ampisilin 100 Tiap 12 jam (bayi <1

minggu)
Tiap 6-8 jam (bayi > 1

minggu
Sefotaksin 150 Dibagi setiap 6 jam
Gentamisin 5 Tiap 12 jam (bayi < 1

minggu)
Tiap 8 jam (bayi > 1

minggu
Sefriakson 75 Sekali sehari
Seftazidim 150 Dibagi setiap 6 jam
Sefazolin 50 Dibagi setiap 8 jam
Tobramisin 5 Dibagi setiap 8 jam
Ticarsilin 100 100

(B) Oral

Rawat jalan antibiotic oral (pengobatan standar) :

Amoksisilin 20-40 mg/kgBB/hari q8h

Ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari q6h

17
Amoksisilin-asam
klafulanat 50 mg/kgBB/hari q8h

Sefaleksin 50 mg/kgBB/hari q6-8h


Sefiksim 4 mg/kg q12h
Nitrofurantion* 6-7 mg/kg q6h
Sulfisoksazole* 120-150 q6-8h
Trimetroprim* 6-12 mg/kg q6h
Sulfametoksazole 30-60 mg/kg q6-8h
Tidak direkomendasikan untuk neonates dan penderita dengan insufisiensi ginjal.

(C) Terapi profilaksis

Nitrofurantoin* 1-2 mg/kg

Sulfisoksazole* 50 mg/kg
1 x malam hari

Trimetoprim* 2 mg/kg

Sulfametoksazole* 30-60 mg/kg

Obat tepat digunakan untuk pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal :

Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX)

Terapi infeksi saluran kemih pada usia lanjut :

- Terapi AB dosis tunggal

- Terapi AB konvensional ;5-14 minggu

- Terapi AB jangka lama ; 4-6 minggu

18
- Terapi dosis rendah untuk supresi

J. Pencegahan

1. Ada beberapa upaya yang dapat anda lakukan untuk mencegah infeksi saluran

kemih ini, antara lain :

- Munumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air

putih sehari).

- Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.

- Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar

kotoran dari dubur tidak masuk ke salam saluran kemih.

- Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan

tersebut akan dpaat segera diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak.

- Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil.

2. Berikut faktor risiko yang membuat seseorang bisa terkena ISK:

- Salah cebok. Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar

saluran kencing, bisa memicu ISK. Apalagi dengan cara cebok seperti ini

sama saja menarik kotoran ke daerah vagina atau saluran kencing

- Kebiasaan menahan kencing. Pada perempuan, jika menahan kencing,

uretra jadi semakin pendek dan memungkinkan kuman masuk ke dalam

saluarn kencing. Sedangkan pada pria , meski dia menahan kencing,

uretranya tetap panjang.

- Tidak kencing sebelum melakukan hubungan seks. “Hal ini menyebabkan

uretra penuh. Jika uretranya pendek, terkena gesekan saat berhubungan

seks, bisa menyebabkan kuman-kuman gampang terdorong masuk ke

saluran kencing dan mengakibatkan infeksi yang disebut sistitis. Hal ini

banyak terjadi pada pasangan yang baru menikah, karena itu disebut

19
honeymooners cystitis. Keluhannya seperti kencing skait dan anyang-

anyangan.

- Penyakit kelamin. Yaitu berhubungan seksual dengan orang yang punya

penyakit kelamin seperti penyakit kencing nanah. Hal ini akan

menyebabkan infeksi pada uretra dan menghasilkan nanah. Karena itu

disebut kencing nanah. Kadang-kadang pada perempuan tidak terlihat

gejalanya, tidak seperti pada pria. Pada pria 3-4 hari setelah terkena

penyakit kelamin, gejalanya bisa terasa dan terlihat, seperti sakit dan

mengeluarkan nanah. Karena itu pria yang terkena penyakit kelamin bisa

cepat berobat.

- Batu di daerah saluran kencing. Keberadaan batu di saluran kencing bisa

menjadi fokus infeksi dan menyebabkan infeksi berulang. “Misalnya ada

infeksi berulang pada saluran kencing, kemungkinan disebabkan adanya

infeksi di batu di saluran kencing. Batu tersebut dan bisa menjadi sumber

infeksi dan sumber kuman.

K. Komplikasi

1. Gangguan pada ginjal

Komplikasi saluran kemih yang terjadi adalah gangguan pada ginjal. Disaat

seseorang mengalami infeksi dikandung kemih, maka bakteri bisa naik dan

20
kemudian masuk kedalam ginjal. Dan jika hal ini terjadi, maka oran g tersebut

mempunyai resiko untuk mengalami infeksi ginjal yang ditandai dengan gejala

seperti sakit punggung, mual, demam, menggigil, dan selain itu juga infeksi ginjal

yang tidak mendapatkan penanganan segera akan mengarah pada terjadinya

penyakit gagal ginjal atau juga kerusakan permanen dibagian organ ginjal.

2. Infeksi darah

Komplikasi infeksi saluran kemih yang terjadi ini adalah disaat bakteri yang ada

didalam saluran kemih memasuki ke dalam aliran darah, dan pada akhirnya akan

menyerang organ tubuh yang lain. Dan infeksi darah adalah salah satu bentuk

komplikasi infeksi saluran kemih yang berbahaya.

3. Prostatitis

Komplikasi infeksi saluran kemih ini biasanya dialami oleh laki-laki, terjadi disaat

kelenjar prostat mengalami peradangan. Dan gejala yang biasanya muncul adalah

rasa sakit pada bagian selangkangan disaat sedang buang air kecil dan juga sedang

ejakulasi.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

21
(Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll).

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama :

Disuria, Poliuria. Nyeri, Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.

b. Riwayat penyakit sekarang

Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli

kedalam kolon.

c. Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit ISK

d. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

e. Riwayat psikososial dan spiritual

Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan

gangguan dalam beribadat karena klien lemah.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Didapatkan klien tampak lemah

b. Tingkat Kesadaran

Normal GCS 4-5-6

c. Sistem Respirasi

Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit

d. Sistem Kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah ( Hipotensi )

e. Sistem Integumen

Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.

22
f. Sistem Gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.

g. Sistem Muskuloskeletal.

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

h. Sistem Abdomen

Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya

peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai

pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra

B. Diagnosa

Menurut Doengoes ( 1999), diagnosa keperawatan yang sering muncul pada

pasien infeksi saluran kemih adalah :

1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh

adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.

2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran perkemihan

yang dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih, nyeri pinggang,

nyeri supra pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.

3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih yang

dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, dan anoreksia.

5. Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

penyebab, pencegahan kekambuhan dan perawatan.

C. Rencana Keperawatan

No Tujuan dan Intervensi Rasional

DX Kriteria Hasil

23
1 Tujuan : menurunkan  Observasi  Untuk

suhu tubuh. tanda-tanda menentukan

Kriteria Hasil : vital setiap 4 rencana tindakan

Suhu tubuh dalam batas jam terutama yang akan

normal : 36 – 37 oC suhu dan nadi. dilakukan.

perabaan tidak hangat ,  Kaji  Demam dapat

tidak menggigil. keadekuatan meningkatkan

hidrasi baik pengeluaran

mukosa mulut cairan terutama

dan kulit keringat.

 Beri kompres  Kompres yang

hangat, biasa diberikan pada

atau dingin kulit dapat

pada dahi, axila mengurangi atau

dan lipatan menurunkan suhu

paha. secara evaporasi.

 Anjurkan klien  Menurunkan suhu

untuk banyak melalui

minum 2 – 2,5 pengeluaran urine

liter per hari. yang banyak.

 Monitor intake  Memastikan

dan out put hidrasi tetap

cairan. adekuat dan

 Kolaborasi memonitor fungsi

dalam renal.

24
pemberian  Antipiretik dapat

antibiotik dan menurunkan suhu

antipiretik tubuh.
2 Tujuan : Nyeri  Kaji adanya  Perubahan lokasi

teratasi. rasa nyeri baik atau intensitas

Kriteria Hasil : lokasi, nyeri merupakan

Dapat mengontrol rasa intensitas, indikasi proses

nyeri, nyeri berkurang frekuensi dan infeksi dan

bahkan hilang, ekspresi lamanya nyeri memberikan

wajah rileks  Beri posisi intervensi

yang nyaman berdasarkan

menurut klien tingkat nyeri yang

 Palpasi dirasakan.

kandung kemih  Posisi pilihan

setiap 4 jam klien dapat

untuk meningkatkan

mengetahui kenyamanan dan

adanya distensi mengurangi rasa

 Ajarkan teknik nyeri.

relaksasi nafas  Distensi yang

dalam terlalu lama pada

 Beri kompres kandung kemih

hangat pada mengakibatkan

daerah yang nyeri kandung

nyeri kemih.

 Anjurkan klien  Nafas dalam

25
minum 8 – 10 dapat

gelas per hari menurunkan rasa

sesuai indikasi nyeri

 Kolaborasi  Rasa hangat dapat

dalam memvasodilatasi

pemberian pembuluh darah

analgetik, anti sekitar sehingga

spasmodik dan nyeri dapat

penozopyridine berkurang

(untuk  Mengurangi

meredakan iritasi pada

iritasi saluran mukosa urethra

kemih)  Golongan obat di

atas dapat

mengurangi nyeri

dan iritasi saluran

kemih.
3 Tujuan : Perubahan  Observasi  Untuk mendeteksi

pola eliminasi teratasi perubahan adanya infeksi

Kriteria Hasil : urine : warna, lebih awal

Pola urine kembali jumlah, bau  Untuk

normal 6 – 7 kali setiap  Kaji keluhan mengetahui

hari, produksi urine > tidak bisa adanya

30 cc / menit, urine berkemih, peradangan pada

normal ; warna jernih, berkemih kandung kemih

tidak ada darah, tidak berdarah, tidak  Untuk membantu

26
ada tekanan saat bisa menahan pengeluaran

mengeluarkan urine urine tiba-tiba, kuman dari

berkemih pada kandung kemih

malam hari melalui berkemih

 Beri intake atau menurunkan

minum 2 – 2,5 konsentrasi

liter per hari bakteri

 Anjurkan klien  Mencegah urine

berkemih tiap 3 statis dan

– 4 jam mencegah

 Bantu klien bertambahnya

mendapatkan kuman pada

posisi yang kandung kemih

nyaman saat akibat urine yang

berkemih terlalu lama

 Ajarkan klien tertahan.

untuk  Mengurangi rasa

perawatan nyeri saat

perineal yang berkemih dan

benar dari proses berkemih

depan ke terasa lampias.

belakang setiap  Mencegah

kali selesai masuknya kuman

berkemih dan pada urethra.

defekasi  Mengurangi

27
 Kolaborasi pertumbuhan

dalam bakteri.

pemberian obat  Menentukan

anti bakteri penyebab infeksi

dengan tim saluran kemih dan

medik mengevaluasi

 Pantau atau efektifitas

periksa urine pengobatan.

kultur dan

sensitifitasnya

4 Tujuan : Kebutuhan  Kaji pola  Mengetahui

nutrisi terpenuhi makan klien kebiasaan dan

Kriteria Hasil : Nutrisi sebelum sakit jenis makanan

terpenuhi sesuai dengan dan sesudah serta masukan

kebutuhan tubuh, sakit makanan klien

keluhan mual tidak ada,  Kaji adanya  Untuk

muntah tidak ada, porsi keluhan mual, merencanakan

yang disediakan habis. muntah dan tindakan

anorexia selanjutnya

 Pertahankan  Mukosa mulut

kebersihan yang bersih

mulut sebelum meningkatkan

makan. selera makan.

 Beri makan  Meningkatkan

dalam porsi asupan makanan.

28
kecil dan  Mengurangi rasa

sering. mual.

 Ciptakan  Menurunkan

lingkungan sekresi asam

yang nyaman lambung dan

dan sajikan mencegah rasa

makanan dalam mual serta

keadaan hangat. meningkatkan

 Anjurkan untuk asupan makanan.

makan biskuit  Antasida dapat

atau roti atau menurunkan asam

makanan lambung dan

kesukaan sesuai mencegah rasa

indikasi mual.

 Kolaborasi

dalam

pemberian

Antasida.
5 Tujuan : Infeksi tidak  Anjurkan klien  Mengurangi

terjadi untuk banyak iritasi pada

Kriteria Hasil : minum air mukosa kandung

Pasien mengetahui putih 2 – 2,5 kemih.

penyebab, pencegahan liter air dan  Mencegah

dan perawatan yang hindari distensi kandung

benar tentang infeksi konsumsi kopi kemih

saluran kemih. dan alkohol.  Mencegah

29
 Jelaskan untuk perpindahan

tidak menahan mikroorganisme

keinginan yang ada di anus.

berkemih,  Mencegah

kosongkan perkembangan

kandung kemih mikroorganisme

secara  Menyerap cairan

sempurna dan keringat.

setiap kali  Memperlancar

berkemih. aliran darah.

 Ajarkan  Mencegah

perawatan perkembangan

perineal yang mikroorganisme

benar terutama di dalam kandung

setelah kemih dan

berkemih dan melalui berkemih

defekasi, dapat

bersihkan dari mengeluarkan

depan ke kuman.

belakang.  Antibiotik

 Jaga kebersihan mengatasi infeksi

perineal agar dan mencegah

tetap kering dan resistensi.

bersih

keringkan

30
depan sampai

ke belakang.

 Gunakan celana

dalam dari

bahan katun.

 Gunakan celana

yang longgar

dan jangan

terlalu ketat.

 Anjurkan untuk

segera

berkemih

setelah

melakukan

hubungan

sexual.

 Jelaskan

pentingnya

mengkonsumsi

antibiotik

sesuai dengan

resep atau

sampai habis

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan

adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto,

2001).

Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran

kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau

mikroorganisme lain.

32
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan

oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi

seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,

pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).

B. Saran

Selelah kita mempelajari apa yang telah dibahas, maka kita perlu menerapkan dalam

profesi kita. Kiranya makalah ini dapat berguna dan memberi wawasan tentang

patologi sistem pernapasan khusunya penyakit Infeksi Saluran Kemih.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda; dkk. (2015). Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis NANDA NIC NOC.

Ed. 2. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Doenges, Marylinn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Penerbit Buku

Kedokteran EGC; Jakarta.

Sehat, S. (2015). Asuhan Keperawatan infeksi Saluran Kemih. Online Tersedia.

https://nurse87.wordpress.com/. Di Unduh Pada Tanggal [18-03-2017].

33
34

Anda mungkin juga menyukai

  • Psikep Emosi
    Psikep Emosi
    Dokumen15 halaman
    Psikep Emosi
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Hak Asasi Manusia
    Hak Asasi Manusia
    Dokumen3 halaman
    Hak Asasi Manusia
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Strees
    Strees
    Dokumen24 halaman
    Strees
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • LP Bronkitis Akut
    LP Bronkitis Akut
    Dokumen13 halaman
    LP Bronkitis Akut
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • D e M o K R A S I
    D e M o K R A S I
    Dokumen3 halaman
    D e M o K R A S I
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Psikep Emosi
    Psikep Emosi
    Dokumen15 halaman
    Psikep Emosi
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • C
    C
    Dokumen12 halaman
    C
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Perkembangan Masa Dewasa
    Perkembangan Masa Dewasa
    Dokumen12 halaman
    Perkembangan Masa Dewasa
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Definisi Epispadia
    Definisi Epispadia
    Dokumen6 halaman
    Definisi Epispadia
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • HH
    HH
    Dokumen6 halaman
    HH
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Perkembangan Masa Dewasa
    Perkembangan Masa Dewasa
    Dokumen17 halaman
    Perkembangan Masa Dewasa
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen20 halaman
    Bab 1
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Perubahan Psikologis
    Perubahan Psikologis
    Dokumen13 halaman
    Perubahan Psikologis
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • RENPRA Isolasi Sosial
    RENPRA Isolasi Sosial
    Dokumen4 halaman
    RENPRA Isolasi Sosial
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Promkes Anemia
    Promkes Anemia
    Dokumen7 halaman
    Promkes Anemia
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Renpra DPD
    Renpra DPD
    Dokumen6 halaman
    Renpra DPD
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Renpra Halusinasi
    Renpra Halusinasi
    Dokumen7 halaman
    Renpra Halusinasi
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Renpra HDR
    Renpra HDR
    Dokumen3 halaman
    Renpra HDR
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • PEMBAHASAN
    PEMBAHASAN
    Dokumen10 halaman
    PEMBAHASAN
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Renpra PK
    Renpra PK
    Dokumen29 halaman
    Renpra PK
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Phbs
    Phbs
    Dokumen2 halaman
    Phbs
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Leukimia
    Leukimia
    Dokumen18 halaman
    Leukimia
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • 4
    4
    Dokumen2 halaman
    4
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Leukimia
    Leukimia
    Dokumen18 halaman
    Leukimia
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Defisiensi Pengetahuan
    Defisiensi Pengetahuan
    Dokumen11 halaman
    Defisiensi Pengetahuan
    Yulianti Sistiana Dewi Nurhilalia
    Belum ada peringkat
  • Defisiensi Pengetahuan
    Defisiensi Pengetahuan
    Dokumen11 halaman
    Defisiensi Pengetahuan
    Yulianti Sistiana Dewi Nurhilalia
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Kesimpulan
    BAB IV Kesimpulan
    Dokumen1 halaman
    BAB IV Kesimpulan
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • PEMBAHASAN
    PEMBAHASAN
    Dokumen10 halaman
    PEMBAHASAN
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Stres
    Manajemen Stres
    Dokumen1 halaman
    Manajemen Stres
    Rîan Apriansah
    Belum ada peringkat