Bagian 4
SOLUS telah terlihat, kemudian terbit——dan setelahnya, ini adalah
kehidupan sehari-hari seperti biasanya, tanpa ada sesuatu yang berubah.
Normalnya, satu hari setelah hari libur, Eugeo akan pergi ke
tempat kerjanya dengan sedikit muram, tetapi, hari ini dia entah
bagaimana merasa lega. Aku sudah cukup dengan berpetualang, aku
adalah penebang pohon setelah semua. Sementara dia memikirkan hal ini
saat dia berjalan keluar dari gerbang selatan desa, Kirito bergabung
dengannya di perbatasan antara padang rumput dan hutan.
Eugeo menyadari sedikit perasaan kelegaan di wajah partner yang
telah dia kenal untuk waktu yang lama. Partnernya juga menyadari
ekspresi yang sama pada wajah Eugeo. Untuk sesaat, mereka berdua
saling bertukar senyuman untuk menyembunyikan rasa malu mereka.
Mereka berjalan menyusuri jalan yang sempit kecil di hutan untuk
beberapa saat sebelum mengambil Dragon Bone Axe dari gubuk
penyimpanan, lalu setelah berjalan untuk beberapa menit, mereka
mencapai bagian dasar Gigas Cedar. Eugeo bersyukur ketika dia berpikir
melanjutkan untuk menebang batang pohon ini seperti tidak ada apapun
yang telah berganti.
"Baiklah, pastikan kau mendapatkan beberapa tebasan yang
bagus dan mentraktirku Air Siral hari ini."
"Bukannya itu yang selalu kau lakukan sampai beberapa hari ini,
Kirito?"
Saat mereka saling berbicara satu sama lain, Eugeo
mempersiapkan kapak. Serangan pertamanya membuat suara Gon
bernada tinggi. Aku sedang dalam kondisi bagus hari ini. Eugeo berpikir
seperti itu.
Saat pagi pagi hari telah berlalu, mereka berdua melanjutkan
membuat serangan bagus pada batang pohon. Alasannya adalah, saat
mereka mengayunkan kapak, jika mereka kehilangan konsentrasi, pikiran
mereka akan kembali pada kejadian yang mereka lihat kemarin——itu
bukanlah sesuatu yang dapat dihindari.
Setelah menghantamkan serangan kesembilan dari lima puluh
hantaman setiap bagian yang diperintahkan, perut Eugeo mulai merasa
lapar.
Eugeo melihat ke atas langit sementara mengusap keringatnya,
Solus telah mencapai bagian tengah dari langit. Seperti biasa, setelah satu
B a g i a n 4 | 53
serangan lagi, Alice akan membawakan makan siang yang sudah ditunggu
mereka. Namun hari ini kami dapat memakan pai dan susu dingin secara
perlahan. Perut kosongnya terasa sakit hanya dengan membayangkannya.
"Otto....."
Hanya memikirkan tentang makan siang saja membuat
genggaman Eugeo menjadi tergelincir. Setelah menyeka kedua tangannya
yang basah, dia dengan hati-hati menggenggam kapak dengan
genggaman yang lebih erat.
Tiba-tiba, cahaya matahari menjadi meredup.
Hujan yang mendadak? Itu sangat menyebalkan. . Eugeo berpikir
sementara melihat ke atas.
Sebuah bayangan dapat terlihat terbang melintas langit biru di
atas batang Gigas Cedar dengan kecepatan tinggi. Jantung Eugeo
tersentak.
"Naga terbang.....!?"
Eugeo tanpa sadar berteriak.
"Oi.....Kirito, yang barusan itu!?"
"Aa, itu adalah Integrity Knight yang kemarin!!"
Suara partnernya juga membeku dalam ketakutan.
Naga terbang bersama-sama dengan knight berarmor putih
keperakan yang duduk di punggungnya menyapu puncak pohon dan
menghilang dari pandangan mata mereka menuju arah Desa Rulid.
Kenapa dia datang ke tempat seperti ini?
Di dalam keheningan yang menyeluruh, seolah-olah burung dan
serangga dalam keadaan ketakutan, Eugeo berpikir dengan
kebingungannya.
Integrity Knight bertarung melawan musuh Gereja Axiom dan
menjaga aturan agar tetap pada tempatnya. Di dalam Dunia Manusia
dimana empat kerajaan membagi dan memerintahnya, tidak ada
kelompok pemberontak lagi, jadi selain dari tentara kegelapan, musuh dari
Integrity Knight tidak ada sekalipun. Apa yang kudengar tentang
pertempuran tanpa akhir di bagian luar Puncak Barisan Pegunungan, aku
sebenarnya telah melihatnya dengan mataku sendiri kemarin.
54 | P r o l o g 1
"Terima kasih!!"
Setelah berterima kasih padanya dengan perasaan jengkel,
mereka berdua terus berlari dengan kecepatan penuh.
Di berbagai tempat sepanjang jalanan utama dan ladang, terdapat
sekelompok penduduk desa yang hanya berdiri saja. Mungkin, bahkan di
antara para tetua, tidak ada satupun dari mereka yang benar-benar
pernah melihat Integrity Knight sebelumnya. Semua orang hanya melihat
ke arah desa dengan eskpresi wajah yang tidak mengetahui apa yang
harus dilakukan. Eugeo dan Kirito hanya berlari melewati mereka dengan
susah payah.
Melintasi gerbang selatan desa, berlari melewati jalan pendek
daerah pertokoan, dan, setelah menyeberangi jembatan batu kecil,
mereka berdua akhirnya melihatnya. Mereka menahan nafas mereka
tanpa pernah menghentikan langkah kaki mereka.
Leher panjang melengkung dan ekor dari naga terbang tersebut
menempati separuh bagian utara dari alun-alun di depan gereja.
Sayap besarnya terlipat di sampingnya, hampir sepenuhnya
menutupi gereja dari pandangan. Sisik abu-abu dan armor besi di berbagai
bagian dari tubuhnya memantulkan cahaya Solus, yang membuatnya
terlihat seperti sebuah patung es. Mata merah darah, yang tidak memiliki
emosi, mengawasi alun-alun desa.
Di depan sang naga, yang bahkan bersinar jauh lebih menyilaukan,
adalah sesosok knight.
Badannya lebih besar daripada semua orang yang ada di desa.
Armor berat yang dipoles hingga terlihat seperti cermin menutupi seluruh
tubuhnya, tanpa ada satu kain sekalipun, juga semua persendiannya
ditutupi dengan rantai perak yang dijahit dengan rapi. Bagian pelindung
kepala yang menyerupai bentuk kepala naga yang memiliki bagian
dahinya menonjol keluar, di bagian samping terdapat hiasan tanduk
panjang yang terbentang ke belakang, wajah knight itu tersembunyi di
balik pelindung wajah yang besar yang ditarik ke bawah.
Ada sebuah pedang panjang yang memiliki gagang perak
tergantung di pinggang kirinya. Di punggungnya, dengan panjang sekitar
satu mel, terdapat sebuah busur panah coklat kemerahan. Tanpa ada
keraguan lagi, dia adalah Integrity Knight yang menembak dan membunuh
Darkness Knight yang Eugeo telah lihat di jalan keluar gua kemarin.
56 | P r o l o g 1
Pai dan roti keras yang tebungkus dalam kain putih, dengan
bongkahan es kecil mengisi celahnya. Sebagian kecil es yang terbuang
keluar ke tanah memantulkan cahaya matahari dan bersinar terang. Pada
saat itu, di atas permukaan batu, yang dipanasi oleh cahaya matahari, itu
dengan segera menjadi mencair, berubah menjadi sebuah titik hitam kecil.
Di sampingnya, Kirito menarik nafas dengan kuat.
Seperti yang diduga, dia mengangkat wajahnya dan mengejar
punggung Alice, yang sementara ditarik pergi. Eugeo juga
menggeretakkan giginya, memaksa kakinya yang kaku mengikuti
partnernya.
Kedua orang itu melepaskan tangan Alice di samping kepala desa,
kemudian bergerak beberapa langkah ke belakang sebelum berlutut.
Kedua tangan mereka mendekap saat mereka membungkuk dengan
dalam, memperlihatkan kepatuhan pada knight itu.
Alice, yang telah dilepaskan, melihat ke arah ayahnya dengan
wajah pucat. Gasupht memandang anak perempuan kesayangannya
sesaat sebelum berbalik dan melihat ke bawah sekali lagi.
Integrity Knight itu perlahan mengangguk sebelum mengeluarkan
sebuah alat aneh dari belakang armornya. Itu adalah rantai besi tebal
dengan tiga sabuk kulit menempel padanya secara parallel, terdapat
lingkaran besar di ujung rantai tersebut.
Knight itu menyerahkan alat tersebut pada Gasupht.
"Perintah untuk kepala desa. Ikatlah kriminal itu."
"............"
B a g i a n 4 | 61
62 | P r o l o g 1
".....Juga, tidak apa-apa bahkan jika kita gagal. Selama kita ikut
dibawa pergi bersama dengan Alice, seharusnya masih ada kesempatan
bagi kita untuk melarikan diri. Tapi sekarang ini, jika Alice dibawa pergi
dengan naga terbang itu, maka tidak ada harapan lagi."
"Itu....."
Itu mungkin benar.
Tapi——sebuah ide berbahaya yang bahkan tidak dapat dianggap
sebagai sebuah rencana, bukankah itu adalah «Pengkhianatan terhadap
Gereja»? Taboo Index, bab pertama, kalimat pertama, paragraf pertama,
yang ditetapkan sebagai, dosa terbesar——
"Eugeo....Apa memang perlu untuk ragu-ragu!? Siapa juga yang
peduli jika itu Taboo?! Apakah itu lebih penting dibandingkan dengan
hidup Alice!?"
Suara pelan namun jelas dari Kirito terdengar di dalam telinga
Eugeo.
Benar. seperti yang telah dikatakan olehnya.
Di dalam hati Eugeo, dia meneriakkan itu pada dirinya.
——Kita bertiga telah memutuskan bahwa kita akan terus bersama
semenjak lahir sampai mati. Bekerja bersama-sama, jadi satu orang dapat
hidup demi dua orang lainnya, kita telah bersumpah untuk melakukan itu.
Jadi, tidak ada alasan lagi untuk ragu-ragu. Gereja Axiom dan Alice,
diantara dua hal itu yang mana yang jauh lebih penting? Jawabannya telah
diputuskan. Itu telah diputuskan. Itu adalah——itu adalah——
"Eugeo…Apa yang kau pikirkan tentang itu, Eugeo!!"
Suara yang sekarang terdengar seperti teriakan menyayat hatinya
keluar dari Kirito.
Alice yang melihat mereka berdua. Dia menggelengkan kepalanya
dengan ekspresi cemas.
"Itu adalah..... itu.... adalah......"
Sebuah suara serak keluar dari tenggorokannya, seolah-olah itu
bukan suara miliknya.
Tetapi, dia tidak dapat menyelesaikan kata-katanya. Bahkan di
dalam kepalanya, dia tidak dapat membentuk sisa dari kata-kata tersebut.
Zukin, rasa sakit yang tajam menjalar menuju mata kanannya. Rasa sakit
yang terus menusuk itu mengganggu pikirannya. Zukin, zukin, warna
B a g i a n 4 | 65
Pergi. Aku harus pergi. Aku harus mengambil kembali Alice dari
tangan knight itu, lalu melarikan diri menuju hutan selatan.
Suara samar-samar bergema dari ujung pikirannya. Tapi, dengan
segera, sebuah rasa sakit yang tajam menyerang mata kanannya seolah-
olah seperti ditusuk, menghempaskan semua tujuannya. Bersamaan
dengan cahaya merah yang bergetar itu, suara keras lainnya menggema
seperti sebuah lonceng rusak.
Gereja Axiom adalah mutlak. Taboo Index adalah mutlak. Tidak
mematuhinya adalah larangan. Larangan untuk semua orang.
"Eugeo, setidaknya singkirkan orang-orang ini dariku!! Lalu aku
bisa......"
Integrity Knight itu tidak lagi mempedulikan keributan di alun-alun,
dia memasang ujung rantai tadi pada pelana yang ada di punggung naga
terbangnya. Saat naga itu merendahkan lehernya, knight tadi memanjat
pada pelana itu tanpa ada kesulitan. Armor peraknya berkilauan dengan
terang.
"Eugeo——"
Kirito berteriak saat dia memuntahkan darah.
Naga terbang putih itu mengangkat tubuhnya, dan
membentangkan sayapnya secara lebar.Suara keras terdengar dua, atau
tiga kali.
Alice yang terikat pada pelana naga tersebut, memandang lurus
pada Eugeo. Dia tersenyum. Seolah-olah dia mengucapkan 'Selamat
tinggal,' dengan kedua mata birunya. Rambut pirang panjangnya terurai
karena angin yang disebabkan oleh kepakan sayap, berkilauan dengan
terang seperti armor knight itu.
Tetapi, Eugeo tidak dapat bergerak. Dia tidak dapat mengeluarkan
suaranya.
Seolah-olah kedua kakinya tertanam ke tanah, dia bahkan tidak
dapat bergerak sedikitpun.
******