Anda di halaman 1dari 15

52 | P r o l o g 1

Bagian 4
SOLUS telah terlihat, kemudian terbit——dan setelahnya, ini adalah
kehidupan sehari-hari seperti biasanya, tanpa ada sesuatu yang berubah.
Normalnya, satu hari setelah hari libur, Eugeo akan pergi ke
tempat kerjanya dengan sedikit muram, tetapi, hari ini dia entah
bagaimana merasa lega. Aku sudah cukup dengan berpetualang, aku
adalah penebang pohon setelah semua. Sementara dia memikirkan hal ini
saat dia berjalan keluar dari gerbang selatan desa, Kirito bergabung
dengannya di perbatasan antara padang rumput dan hutan.
Eugeo menyadari sedikit perasaan kelegaan di wajah partner yang
telah dia kenal untuk waktu yang lama. Partnernya juga menyadari
ekspresi yang sama pada wajah Eugeo. Untuk sesaat, mereka berdua
saling bertukar senyuman untuk menyembunyikan rasa malu mereka.
Mereka berjalan menyusuri jalan yang sempit kecil di hutan untuk
beberapa saat sebelum mengambil Dragon Bone Axe dari gubuk
penyimpanan, lalu setelah berjalan untuk beberapa menit, mereka
mencapai bagian dasar Gigas Cedar. Eugeo bersyukur ketika dia berpikir
melanjutkan untuk menebang batang pohon ini seperti tidak ada apapun
yang telah berganti.
"Baiklah, pastikan kau mendapatkan beberapa tebasan yang
bagus dan mentraktirku Air Siral hari ini."
"Bukannya itu yang selalu kau lakukan sampai beberapa hari ini,
Kirito?"
Saat mereka saling berbicara satu sama lain, Eugeo
mempersiapkan kapak. Serangan pertamanya membuat suara Gon
bernada tinggi. Aku sedang dalam kondisi bagus hari ini. Eugeo berpikir
seperti itu.
Saat pagi pagi hari telah berlalu, mereka berdua melanjutkan
membuat serangan bagus pada batang pohon. Alasannya adalah, saat
mereka mengayunkan kapak, jika mereka kehilangan konsentrasi, pikiran
mereka akan kembali pada kejadian yang mereka lihat kemarin——itu
bukanlah sesuatu yang dapat dihindari.
Setelah menghantamkan serangan kesembilan dari lima puluh
hantaman setiap bagian yang diperintahkan, perut Eugeo mulai merasa
lapar.
Eugeo melihat ke atas langit sementara mengusap keringatnya,
Solus telah mencapai bagian tengah dari langit. Seperti biasa, setelah satu
B a g i a n 4 | 53

serangan lagi, Alice akan membawakan makan siang yang sudah ditunggu
mereka. Namun hari ini kami dapat memakan pai dan susu dingin secara
perlahan. Perut kosongnya terasa sakit hanya dengan membayangkannya.
"Otto....."
Hanya memikirkan tentang makan siang saja membuat
genggaman Eugeo menjadi tergelincir. Setelah menyeka kedua tangannya
yang basah, dia dengan hati-hati menggenggam kapak dengan
genggaman yang lebih erat.
Tiba-tiba, cahaya matahari menjadi meredup.
Hujan yang mendadak? Itu sangat menyebalkan. . Eugeo berpikir
sementara melihat ke atas.
Sebuah bayangan dapat terlihat terbang melintas langit biru di
atas batang Gigas Cedar dengan kecepatan tinggi. Jantung Eugeo
tersentak.
"Naga terbang.....!?"
Eugeo tanpa sadar berteriak.
"Oi.....Kirito, yang barusan itu!?"
"Aa, itu adalah Integrity Knight yang kemarin!!"
Suara partnernya juga membeku dalam ketakutan.
Naga terbang bersama-sama dengan knight berarmor putih
keperakan yang duduk di punggungnya menyapu puncak pohon dan
menghilang dari pandangan mata mereka menuju arah Desa Rulid.
Kenapa dia datang ke tempat seperti ini?
Di dalam keheningan yang menyeluruh, seolah-olah burung dan
serangga dalam keadaan ketakutan, Eugeo berpikir dengan
kebingungannya.
Integrity Knight bertarung melawan musuh Gereja Axiom dan
menjaga aturan agar tetap pada tempatnya. Di dalam Dunia Manusia
dimana empat kerajaan membagi dan memerintahnya, tidak ada
kelompok pemberontak lagi, jadi selain dari tentara kegelapan, musuh dari
Integrity Knight tidak ada sekalipun. Apa yang kudengar tentang
pertempuran tanpa akhir di bagian luar Puncak Barisan Pegunungan, aku
sebenarnya telah melihatnya dengan mataku sendiri kemarin.
54 | P r o l o g 1

Ini pertama kalinya aku melihat seorang Integrity Knight yang


sesungguhnya. Semenjak aku dilahirkan, Integrity Knight tidak pernah
datang ke desa. Dan meski begitu, kenapa sekarang——
"Itu tidak mungkin.....Itu tidak mungkin, Alice...."
Kirito bergumam di sampingnya.
Pada saat dia mendengar hal itu, suara aneh yang dia dengar
sebelumnya kembali terdengar dengan jelas di telinga Eugeo. Dibalik
window ungu tua itu, yang mengatakan keluar kalimat aneh dari mulut
manusia dengan bentuk wajah aneh. Dia merasa hawa dingin dibalik
punggungnya seolah-olah dia dimasukkan ke dalam air yang membeku.
"Ini bohong..... ini tidak mungkin benar, hanya dengan itu..... hanya
dengan itu saja....."
Dia memandang wajah Kirito sementara dia mengatakan itu,
seoalh-olah untuk mencari persetujuan, namun partnernya
memperlihatkan ekspresi wajah serius yang jarang sementara menatap
pada arah knight itu terbang. Beberapa saat kemudian, Kirito menatap
lurus pada mata Eugeo sebelum memberikan sebuah perintah pendek.
"Ayo pergi!"
Dia mengambil Dragon Bone Axe dari tangan Eugeo sebelum
berlari lurus menuju arah utara.
"O.....Oi!"
Sesuatu yang buruk sedang terjadi.. Sementara dia memikirkan hal
itu, Eugeo juga menghentakkan kaki ke tanah dan segera mengejar di
belakang Kirito.
Mereka berdua berlari melintasi jalan kecil yang mereka kenal di
hutan dengan kecepatan penuh sambil menghindar dari akar dan batu,
sampai ke tempat dimana jalan itu bergabung dengan jalan utama yang
menuju ke arah ladang. Mereka tidak dapat melihat bayangan naga
terbang di atas langit desa. Kirito sedikit melemaskan kakinya, dan
dengan suara keras bertanya pada petani di antara rimbunan gandum,
yang mengenakan pakaian biru dan sedang melihat ke atas langit.
"Ridack –ojisan! Dimana ksatria naga tadi pergi!?"
Petani itu terlihat seperti dia baru saja terbangun dari mimpinya,
setelah berkedip beberapa kali, dia akhirnya menjawab.
"A... Ah.... hello, kelihatannya dia mendarat di alun-alun desa…."
B a g i a n 4 | 55

"Terima kasih!!"
Setelah berterima kasih padanya dengan perasaan jengkel,
mereka berdua terus berlari dengan kecepatan penuh.
Di berbagai tempat sepanjang jalanan utama dan ladang, terdapat
sekelompok penduduk desa yang hanya berdiri saja. Mungkin, bahkan di
antara para tetua, tidak ada satupun dari mereka yang benar-benar
pernah melihat Integrity Knight sebelumnya. Semua orang hanya melihat
ke arah desa dengan eskpresi wajah yang tidak mengetahui apa yang
harus dilakukan. Eugeo dan Kirito hanya berlari melewati mereka dengan
susah payah.
Melintasi gerbang selatan desa, berlari melewati jalan pendek
daerah pertokoan, dan, setelah menyeberangi jembatan batu kecil,
mereka berdua akhirnya melihatnya. Mereka menahan nafas mereka
tanpa pernah menghentikan langkah kaki mereka.
Leher panjang melengkung dan ekor dari naga terbang tersebut
menempati separuh bagian utara dari alun-alun di depan gereja.
Sayap besarnya terlipat di sampingnya, hampir sepenuhnya
menutupi gereja dari pandangan. Sisik abu-abu dan armor besi di berbagai
bagian dari tubuhnya memantulkan cahaya Solus, yang membuatnya
terlihat seperti sebuah patung es. Mata merah darah, yang tidak memiliki
emosi, mengawasi alun-alun desa.
Di depan sang naga, yang bahkan bersinar jauh lebih menyilaukan,
adalah sesosok knight.
Badannya lebih besar daripada semua orang yang ada di desa.
Armor berat yang dipoles hingga terlihat seperti cermin menutupi seluruh
tubuhnya, tanpa ada satu kain sekalipun, juga semua persendiannya
ditutupi dengan rantai perak yang dijahit dengan rapi. Bagian pelindung
kepala yang menyerupai bentuk kepala naga yang memiliki bagian
dahinya menonjol keluar, di bagian samping terdapat hiasan tanduk
panjang yang terbentang ke belakang, wajah knight itu tersembunyi di
balik pelindung wajah yang besar yang ditarik ke bawah.
Ada sebuah pedang panjang yang memiliki gagang perak
tergantung di pinggang kirinya. Di punggungnya, dengan panjang sekitar
satu mel, terdapat sebuah busur panah coklat kemerahan. Tanpa ada
keraguan lagi, dia adalah Integrity Knight yang menembak dan membunuh
Darkness Knight yang Eugeo telah lihat di jalan keluar gua kemarin.
56 | P r o l o g 1

Dari bagian berbentuk salib yang terbuka dari pelindung wajahnya,


knight itu menatap tanpa mengatakan apapun ke arah bagian selatan
selatan alun-alun, dan sejumlah penduduk desa yang berkumpul
menundukkan kepalanya secara bersamaan. Di barisan terakhir, sosok
gadis muda yang baru saja menunduk dengan keranjang rotan di
tangannya dapat terlihat. Eugeo sedikit melepaskan ketegangan dari
bahunya. Alice yang memakai pakaian biru biasanya dan pinafore
putihnya, memandang sosok Integrity Knight dari celah diantara orang
dewasa.
Eugeo menyikut pinggang Kirito sebagai sinyal, mereka
menundukkan tubuh mereka dan bergerak, setelah mereka sampai di
belakang Alice, Kirito berbisik.
"Alice….."
Teman masa kecil mereka berbalik, saat rambut pirangnya terayun
ke samping, wajah kagetnya terlihat seolah-olah dia ingin mengatakan
sesuatu. Kirito dengan cepat meletakkan jarinya ke mulutnya, sebelum
dengan pelan berbisik.
"Alice, tolong diam. Aku pikir kita harus pergi dari sini sekarang."
"Eh….Kenapa?"
Alice menjawab dengan bisikan pelan dengan volume yang sama,
dia kelihatannya tidak mengetahui bahaya yang sekarang sedang
mendekatinya. Eugeo berpikir dia tidak akan menyadari akan
kemungkinan itu tanpa Kirito mengatakannya.
"Tidak....Integrity Knight itu mungkin…."
Bagaimana seharusnya kami menjelaskannya mulai dari hal ini.
Eugeo kehilangan kata-kata untuk sesaat. Dan di saat itulah.
Beberapa suara pelan datang dari dalam kerumunan. Melihat ke
sana, yang berjalan menuju alun-alun dari aula desa, seorang pria tinggi
terlihat.
"Ah......ayah."
Alice bergumam. Pria itu adalah ayah gadis ini dan di waktu yang
sama, merupakan Kepala Desa Rulid saat ini, Gasupht Schuberg. Tubuh
tegapnya memakai rompi sederhana, rambut dan kumis hitamnya tersisir
rapi. Bahkan meskipun dia mewarisi Sacred Task dari kepala desa
sebelumnya hanya semenjak empat tahun lalu, sikapnya yang sangat
tegas dengan cepat membuat dia dihormati oleh seluruh penduduk desa.
B a g i a n 4 | 57

Gasupht mendekati Integrity Knight sendirian tanpa sedikitpun


tanda-tanda keraguan, sebelum meletakkan tangan di depan tubuhnya
menurut etika Gereja Axiom, kemudian membungkuk. Setelah
mengangkat wajahnya, dia memperkenalkan dirinya.
"Saya berperan sebagai sebagai kepala desa Rulid, Schuberg
adalah namaku."
Sang Integrity Knight mengangkat tangannya di depan tubuhnya
sebagai balasan salam Gasupht, armornya membuat suara samar-samar
ketika dia mengangguk, sebelum mulai untuk berbicara.
"Penjaga Istana Kerajaan Norlangarth Utara, Integrity Knight dari
Gereja Axiom, Deusolbert Synthesis Seven."
Sangat sulit untuk mempercayai bahwa suara itu datang dari
tenggorokan mahluk hidup, karena suaranya menggema dalam intonasi
yang sumbang. Suara yang benar-benar terasa seperti baja menggema di
seluruh alun-alun, membuat setiap penduduk desa di area itu menjadi
terdiam. Eugeo merengut saat suara itu terasa seolah-olah menusuk
langsung melewati dahinya dibandingkan dengan masuk melalui
telinganya, meskipun dia berjarak dua puluh mel jauhnya. Bahkan kepala
desa Gasupht terdorong setengah langkah ke belakang dikarenakan
tekanannya.
Tetapi, seperti yang diharapkan dari keberaniannya, Gasupht
memperbaiki posisi tubuhnya, sebelum mengeluarkan pidato
mengesankannya sekali lagi.
"Ini adalah sebuah kehormatan dari Tuan Integrity Knight, yang
menjaga ketertiban di seluruh penjuru Dunia Manusia yang luas ini, untuk
berkunjung ke desa kecil kami di daerah terpencil ini. Jika saya tela
mengetahui waktu anda datang terlebih dahulu saya akan mempersiapkan
sebuah jamuan penyambutan."
"Saya tidak dapat menerima hal tersebut saat aku haru
menjalankan tugas resmiku."
Suara menggema knight itu mengatakan seperti itu, dan dengan
tatapan seperti es di balik pelindung wajahnya——dia melanjutkan,
"Dikarenakan anak Gasupht Schuberg, Alice Schuberg telah
melanggar pasal dalam Taboo Index, aku datang untuk menangkapnya
untuk penginterogasian, yang diikuti dengan pengeksekusiannya."
Getaran dapat terlihat dari punggung Alice yang berdiri di
dekatnya. Tetapi, Eugeo dan Kirito tidak dapat berbuat apa-apa, lupakan
58 | P r o l o g 1

berbicara. Di dalam kepala mereka, kata-kata knight itu terus terdengar


berkali-kali.
Tubuh kuat kepala desa itu juga terguncang untuk sesaat. Sebuah
lengkungan kecil namun jelas dapat sedikit terlihat dari samping
wajahnya.
Setelah keheningan yang panjang, Gasupt berkata dengan suara
yang telah kehilangan wibawanya.
"....Tuan Knight, dosa apakah yang putriku telah lakukan?"
"Taboo Index, bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas,
melewati batas Dark Territory."
Pada saat itu, sebuah keributan yang besar terjadi di antara para
penduduk desa yang sedang menahan nafas mereka, mendengarkan
pembicaraan mereka sampai titik ini. Anak-anak membuka lebar mata
mereka, saat semua orang dewasa yang mengucapkan ayat suci gereja
sementara menggenggam simbol pelindung kutukan.
Lalu, Eugeo dan Kirito akhirnya bertindak, sebagian dikarenakan
oleh insting. Mereka mendorong diri mereka untuk maju ke depan Alice,
melekatkan bahu mereka, menyembunyikan gadis itu dari tatapan
penduduk desa dibalik punggung mereka. Tetapi mereka tidak dapat
melakukan tindakan yang lebih jauh, karena pergerakan yang tiba-tiba
akan menarik perhatian orang dewasa yang ada di depan mereka.
Di dalam kepala Eugeo, Apa yang seharusnya kami lakukan, apa
yang seharusnya kami lakukan, adalah satu-satunya yang ada di
pikirannya, dan terus terulang dengan sendirinya. Bahkan tanpa perasaan
depresi yang memenuhi di dadanya saat ini, dia masih tidak akan tahu apa
yang dia dapat lakukan.
Semua yang dia lakukan hanya tetap berdiri, menyaksikan adegan
di depannya, melihat pada kepala desa Gasupht yang menundukkan
kepalanya dengan dalam tanpa membuat gerakan lainnya.
Itu tidak apa-apa, jika memang orang itu. Eugeo berpikir seperti
itu. Bahkan meskipun dia belum pernah berbicara dengan Kepala Desa
Gasupht, dia seharusnya adalah orang yang paling dihormati dari semua
orang dewasa setelah Pak Tua Garitta.
Namun——
"....Jika memang begitu, saya akan memanggil putriku, saya
berpikir kita seharusnya mendengar alasan dari mulutnya sendiri."
B a g i a n 4 | 59

Kepala desa yang mengangkat kepalanya hanya mengatakan itu.


Tidak, kita tidak dapat membiarkan Alice menuju ke depan knight
itu. Selama periode waktu singkat Eugeo memikirkan hal itu, Integrity
Knight itu mengangkat tangan kanannya saat armornya membuat suara
yang pelan. Melihat ujung jarinya menunjuk kearahnya, jantung Eugeo
berdegup kencang dengan perasaan tak nyaman.
"Itu sama sekali tidak perlu. Alice Schuberg ada disana. Kau, dan
kau...."
Knight itu menggerakkan tangannya dan menunjuk dua orang
dewasa di antara kerumunan secara bergantian.
"Bawa anak perempuan kepala desa kemari."
Barisan penduduk desa di depan Eugeo dengan cepat terpisah.
Apa yang berdiri di antara Integrity Knight dan Alice hanyalah Kirito dan
Eugeo saja.
Di jalan yang lebar tersebut, dua penduduk desa yang dikenalnya
perlahan mendekat. Kulit mereka telah kehilangan warna karena
kurangnya darah, namun ada cahaya aneh yang terlihat di dalam mata
mereka.
Orang itu dengan menyingkirkan Eugeo dan Kirito secara paksa,
yang menghalangi mereka, menuju Alice, dan mendorong mereka berdua
ke samping sebelum mengenggam tangan Alice.
"Ah…."
Alice berteriak dalam suara pelan, sebelum menutup mulutnya
dengan rapat. Sementara pipinya yang berwarna merah mawar memudar,
sebuah senyuman tipis terlihat dari wajahnya. Tidak apa-apa. Dia
mengangguk kepada mereka berdua hanya dengan seperti itu.
"Alice…."
Ketika Kirito memanggilnya dengan suara pelan, keranjang rotan
di tangan kanannya terjatuh dikarenakan tarikan yang kuat. Penutupnya
terbuka, dan isinya menggelinding pada jalanan berbatu.
Kedua penduduk desa menarik Alice, tanpa membiarkannya
mengambil keranjangnya, menuju Integrity Knight.
Tatapan Eugeo tertuju pada keranjang rotan yang tergeletak di
sampingnya.
60 | P r o l o g 1

Pai dan roti keras yang tebungkus dalam kain putih, dengan
bongkahan es kecil mengisi celahnya. Sebagian kecil es yang terbuang
keluar ke tanah memantulkan cahaya matahari dan bersinar terang. Pada
saat itu, di atas permukaan batu, yang dipanasi oleh cahaya matahari, itu
dengan segera menjadi mencair, berubah menjadi sebuah titik hitam kecil.
Di sampingnya, Kirito menarik nafas dengan kuat.
Seperti yang diduga, dia mengangkat wajahnya dan mengejar
punggung Alice, yang sementara ditarik pergi. Eugeo juga
menggeretakkan giginya, memaksa kakinya yang kaku mengikuti
partnernya.
Kedua orang itu melepaskan tangan Alice di samping kepala desa,
kemudian bergerak beberapa langkah ke belakang sebelum berlutut.
Kedua tangan mereka mendekap saat mereka membungkuk dengan
dalam, memperlihatkan kepatuhan pada knight itu.
Alice, yang telah dilepaskan, melihat ke arah ayahnya dengan
wajah pucat. Gasupht memandang anak perempuan kesayangannya
sesaat sebelum berbalik dan melihat ke bawah sekali lagi.
Integrity Knight itu perlahan mengangguk sebelum mengeluarkan
sebuah alat aneh dari belakang armornya. Itu adalah rantai besi tebal
dengan tiga sabuk kulit menempel padanya secara parallel, terdapat
lingkaran besar di ujung rantai tersebut.
Knight itu menyerahkan alat tersebut pada Gasupht.
"Perintah untuk kepala desa. Ikatlah kriminal itu."
"............"
B a g i a n 4 | 61
62 | P r o l o g 1

Saat kepala desa menerima alat pengekang itu saat menurunkan


tatapan kebingungannya, sebelum Kirito dan Eugeo akhirnya tiba di
hadapan knight itu. Pelindung kepala ksatria tersebut bergerak perlahan,
sebelum menatap lurus pada mereka.
Eugeo tidak mampu untuk melihat apapun yang ada di dalam
lubang berbentuk salib pada pelindung wajah yang berkilauan, seolah-olah
itu terbungkus dalam kegelapan yang dalam, tapi tekanan dari tatapan itu
membuatnya merasakan kesakitan. Dia menatap ke bawah secara refleks,
menginginkan untuk mengatakan sesuatu pada Alice yang berdiri di
depannya, namun dia tidak mampu untuk melakukannya, seolah-olah
tenggorokannya terasa seperti sedang terbakar.
Kirito juga menundukkan wajahnya, seperti Eugeo, sementara
mengambil nafas dalam secara berulang-ulang, kemudian tiba-tiba dia
mengangkat wajahnya dan berteriak dengan suara keras sementara dia
masih gemetaran.
"Knight-sama!!"
Dia mengambil nafas dalam sekali kali, dan melanjutkan.
"A.....Alice tidak memasuki Dark Territory! Salah satu tangannya
saja yang menyentuh tanah itu beberapa saat! Hanya itu saja!"
Tetapi, jawaban dari knight tersebut hanyalah sederhana.
"Apa masih perlu tindakan yang lebih jauh?"
Bersamaan dengan perkataan itu, dia melambaikan tangannya
pada dua orang yang berlutut tadi. Penduduk desa itu berdiri dan
menggenggam punggung Kirito dan leher Eugeo, sebelum mulai menarik
mereka menjauh. Sementara melawan mereka, Kirito berteriak sekali lagi.
"K…..Kalau begitu, kami juga melakukan dosa yang sama!! Kami
berada di tempat yang sama! Jika anda ingin membawanya, maka
bawalah kami juga!!"
Tetapi, Integrity Knight itu tidak lagi melihat mereka.
Itu benar....Jika Alice melanggar Taboo, maka aku seharusnya
menerima hukuman yang sama. Eugeo berpikir seperti itu. Dia memikirkan
itu dari dasar dalam hatinya.
Lalu kenapa suaraku ini tidak mau keluar? Aku ingin berteriak
seperti Kirito, tapi mulutku terasa seperti telah melupakan bagaimana
caranya bergerak, semua yang dapat aku lakukan adalah
menghembuskan nafas kuat.
B a g i a n 4 | 63

Alice memandang dan menatap ke arah mereka berdua untuk


sejenak, Tidak apa-apa. Dia tersenyum seperti mengatakan itu, dan
mengangguk.
Ayahnya, yang telah kehilangan ekspresi di wajahnya,
memasangkan alat pengekang berbahaya itu di belakang tubuh
langsingnya. Dia mengeratkan tiga sabuk tadi pada bagian bahu, perut,
dan pinggangnya. Wajah Alice untuk sesaat sedikit berubah. Setelah dia
selesai mengeratkan peralatan logam itu, dia mundur beberapa langkah
dengan terhuyung-huyung, dan menunduk sekali lagi. Knight itu berjalan
menuju Alice, sebelum mengenggam ujung dari rantai yang tergantung
dari punggungnya.
Kirito dan Eugeo ditarik mundur menuju bagian tengah alun-alun,
kemudian secara paksa dijatuhkan dengan betumpu dengan lutut mereka.
Kirito mendekatkan mulutnya ke telinga Eugeo sementaral
berpura-pura terguncang, dan dengan cepat berbisik.
"Eugeo…Dengar, aku akan menggunakan kapak ini untuk
menyerang Integrity Knight. Aku seharusnya mampu untuk mengulur
waktu selama beberapa detik, kau gunakan kesempatan itu untuk
mengambil Alice dan segera kabur. Larilah ke ladang gandum di selatan,
berbaurlah ke dalam celah yang ada di ladang dan pergilah menuju hutan,
kau tidak akan mudah terlihat jika sampai di sana."
Setelah Eugeo menatap pada Dragon Bone Axe yang dipegang
Kirito, dia entah mengapa mampu untuk memaksakan suaranya untuk
keluar.
"......Ki...Kirito...tapi..."
Kemarin, bukankah kau sudah melihat skill pedang dan panah
Integrity Knight yang mengerikan itu? Jika kau melakukan sesuatu seperti
itu, dia akan segera membunuhmu…Sama seperti Darkness Knight.
Seolah-olah dia dapat membaca pikiran Eugeo, yang tidak mampu
untuk berbicara, Kirito melanjutan.
"Tidak apa-apa, knight itu tidak akan mengeksekusi Alice tepat di
tempat ini. Mungkin, tanpa interogasi terlebih dahulu, dia tidak dapat
langsung membunuhku. Aku juga akan mencari kesempatan untuk
melarikan diri. Juga…."
Tatapan mata membara Kirito yang tertuju pada Integrity Knight,
yang sedang memastikan ikatan dari alat pengekangnya. Setiap kali dia
menarik sabuk kulit tadi, wajah Alice berubah menjadi kesakitan.
64 | P r o l o g 1

".....Juga, tidak apa-apa bahkan jika kita gagal. Selama kita ikut
dibawa pergi bersama dengan Alice, seharusnya masih ada kesempatan
bagi kita untuk melarikan diri. Tapi sekarang ini, jika Alice dibawa pergi
dengan naga terbang itu, maka tidak ada harapan lagi."
"Itu....."
Itu mungkin benar.
Tapi——sebuah ide berbahaya yang bahkan tidak dapat dianggap
sebagai sebuah rencana, bukankah itu adalah «Pengkhianatan terhadap
Gereja»? Taboo Index, bab pertama, kalimat pertama, paragraf pertama,
yang ditetapkan sebagai, dosa terbesar——
"Eugeo....Apa memang perlu untuk ragu-ragu!? Siapa juga yang
peduli jika itu Taboo?! Apakah itu lebih penting dibandingkan dengan
hidup Alice!?"
Suara pelan namun jelas dari Kirito terdengar di dalam telinga
Eugeo.
Benar. seperti yang telah dikatakan olehnya.
Di dalam hati Eugeo, dia meneriakkan itu pada dirinya.
——Kita bertiga telah memutuskan bahwa kita akan terus bersama
semenjak lahir sampai mati. Bekerja bersama-sama, jadi satu orang dapat
hidup demi dua orang lainnya, kita telah bersumpah untuk melakukan itu.
Jadi, tidak ada alasan lagi untuk ragu-ragu. Gereja Axiom dan Alice,
diantara dua hal itu yang mana yang jauh lebih penting? Jawabannya telah
diputuskan. Itu telah diputuskan. Itu adalah——itu adalah——
"Eugeo…Apa yang kau pikirkan tentang itu, Eugeo!!"
Suara yang sekarang terdengar seperti teriakan menyayat hatinya
keluar dari Kirito.
Alice yang melihat mereka berdua. Dia menggelengkan kepalanya
dengan ekspresi cemas.
"Itu adalah..... itu.... adalah......"
Sebuah suara serak keluar dari tenggorokannya, seolah-olah itu
bukan suara miliknya.
Tetapi, dia tidak dapat menyelesaikan kata-katanya. Bahkan di
dalam kepalanya, dia tidak dapat membentuk sisa dari kata-kata tersebut.
Zukin, rasa sakit yang tajam menjalar menuju mata kanannya. Rasa sakit
yang terus menusuk itu mengganggu pikirannya. Zukin, zukin, warna
B a g i a n 4 | 65

seperti darah tersebar di pandangannya, meyelimuti semuanya tanpa


terkecuali, sementara perasaan dari anggota tubuhnya memudar.
Pada saat itu, kepala desa telah menyadari peristiwa yang tidak
biasa terjadi, yang disebabkan oleh mereka berdua. Dia perlahan
menggerakkan tangannya, dan memerintahkan dua penduduk desa yang
berdiri di belakang mereka berdua.
"Bawa keluar dua anak-anak itu dari alun-alun."
Dengan segera setelah itu, leher Eugeo dan Kirito digenggam dan
diseret ke belakang.
"Sial…..lepaskan!!! ——Kepala desa!! Gasupht-ojisan! Apakah tidak
apa-apa!? Apakah tidak apa-apa membiarkan Alice diambil pergi dengan
cara seperti ini!!?"
Kirito meronta-ronta seolah-olah dia menjadi gila, melepaskan
tangan orang itu, mempersiapkan kapak di tangannya, bersiap untuk
menyerbu.
Tetapi, kakinya, yang mengenakan sepatu boot kulit sederhana,
bahkan tidak dapat membuat gerakan selangkah ke depan. Sebelum dia
mulai berlari, sesuatu yang mengejutkan telah terjadi.
Di saat Integrity Knight, yang telah selesai memastikan ikatan
sabuk kulit Alice, menatap Kirito, Dragon Bone Axe yang gagangnya dia
genggam dengan erat membuat suara logam tajam sebelum terlempar
keluar dari tangannya. Knight tersebut tidak menyentuh pedang di
pinggangnya maupun panah di punggungnya. Dia bahkan tidak
menggerakkan satu jaripun. Seolah-olah kehendaknya sendiri membentuk
pedang asli dan mengenai kapak Kirito, membuat itu terhempas menuju
bagian ujung alun-alun.
Kirito yang menerima hantaman yang berasal dari hantaman tidak
biasa itu juga tubuhnya ditekan saat dia terjatuh. Dengan segera,
beberapa orang bergabung dan benar-benar menghentikan gerakannya
secara sepenuhnya.
Pipi kanannya tertekan pada jalanan berbatu, sementara dia
memperlihatkan ekspresi kesakitan, Kirito dengan susah payah berteriak.
"Eugeo! Kumohon, pergilah!"
"A....u, a....."
Seluruh tubuh Eugeo menjadi bergemetar.
66 | P r o l o g 1

Pergi. Aku harus pergi. Aku harus mengambil kembali Alice dari
tangan knight itu, lalu melarikan diri menuju hutan selatan.
Suara samar-samar bergema dari ujung pikirannya. Tapi, dengan
segera, sebuah rasa sakit yang tajam menyerang mata kanannya seolah-
olah seperti ditusuk, menghempaskan semua tujuannya. Bersamaan
dengan cahaya merah yang bergetar itu, suara keras lainnya menggema
seperti sebuah lonceng rusak.
Gereja Axiom adalah mutlak. Taboo Index adalah mutlak. Tidak
mematuhinya adalah larangan. Larangan untuk semua orang.
"Eugeo, setidaknya singkirkan orang-orang ini dariku!! Lalu aku
bisa......"
Integrity Knight itu tidak lagi mempedulikan keributan di alun-alun,
dia memasang ujung rantai tadi pada pelana yang ada di punggung naga
terbangnya. Saat naga itu merendahkan lehernya, knight tadi memanjat
pada pelana itu tanpa ada kesulitan. Armor peraknya berkilauan dengan
terang.
"Eugeo——"
Kirito berteriak saat dia memuntahkan darah.
Naga terbang putih itu mengangkat tubuhnya, dan
membentangkan sayapnya secara lebar.Suara keras terdengar dua, atau
tiga kali.
Alice yang terikat pada pelana naga tersebut, memandang lurus
pada Eugeo. Dia tersenyum. Seolah-olah dia mengucapkan 'Selamat
tinggal,' dengan kedua mata birunya. Rambut pirang panjangnya terurai
karena angin yang disebabkan oleh kepakan sayap, berkilauan dengan
terang seperti armor knight itu.
Tetapi, Eugeo tidak dapat bergerak. Dia tidak dapat mengeluarkan
suaranya.
Seolah-olah kedua kakinya tertanam ke tanah, dia bahkan tidak
dapat bergerak sedikitpun.

******

Anda mungkin juga menyukai