DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
Hafizuddin :1602040
Iyassalwani :160204104
DOSEN PENGAJAR
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI
DHF (dengue haemoragic fever) atau yang lebih familiar dengan sebutan demam
berdarah adalah penyakit akut yang disbabkan oleh virus dengue yang masuk ke perdarahan
darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes, misalnya aedes egypti dan aedes
albopictus.
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virusdengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuhpenderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah
penyakit yang terdapat pada anak danorang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan nyeri sendi yangdisertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo
virus danmasuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapanyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepatmenyebar secara efidemik.
(Sir, Patrick manson, 2001).
Banyak factor yang mempengaruhi kejdian penyakit demam berdarah dengue, antara lain;
Uji serologi
Isolasi virus
Deteksi antigen
Deteksi RNA/DNA menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR)
Wabah dengue yang baru terjadi di Bangladesh yang di identifikasi dengan PCR
ternyata Den -3 yang di dominant, sedangkan wabah di salta argentina pada tahun 1997 di
temukan bahwa seotipe Den -2 yang menyebabkan transmisinya.
A. Virus dengue
Virus dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genusflavivirus, terdiri atas 4 serotipe
yaitu den-1,2,3,dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain,
namun antibody terhadap masing masing serotipe tidak dapat saling memberikan
perlindungan silang.
Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar
serotipe , tetapi juga di dalam serotipe itu sendiri tergantung pada waktu dan daerah
penyebarannya.
Pada masing- masing segmen codon, variasi diantara serotipe dapat mencapai 2,6,11,
0% pada tingkat nukleotida dan 1, 3, 7,7% untuk tingkat protein. Perbedaan urutan nukleotida
ini ternyata menyebabkan variasi dalam sifat biologis dan antigenitasnya. Virus dengue yang
genom nya mempunyai berat molekul 11 kb tersusun dari protein struktual dan nonstruktual,
protein struktual yang terdiri atas protein envelope (E), protein premembran ( prM ), dan
protein core (C) merupakan 25% dari total protein, sedangkan protein nonstruktual
merupakan bagian terbesar (75%) terdiri atas NS -1 ? NS-5
Dalam merangsang pembentukan antibodi di antara protein struktual, urutan imunogenitas
tertinggi adalah protein E kemudian di ikuti protein prM dan C, sedangkan pada protein
nonstruktural paling berperan adalah protein NS-1.
B Vektor
Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae ) dari
ssubgeneus stegomyia. Aedes aegypti merupakan vector epidemic yang paling utama , namun
spesies lain seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, anggota dari Aedes scutellaris
complex, dan Aedes (finlaya) niverus juga dianggap sebagai vektor skunder. Keculi Aedes
aegyti, semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri- sendiri baik untuk virus
dengue , biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efsien di bandingkan
Aedes aegypti. (WHO,2000).
2.2 ETIOLOGI
Penyebab utama demam berdarah adalah virus dengue yang ditularkan oleh gigitan
nyamuk aedes aegypti.
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang termasuk genus
falvivirus, virus yang ditularkan oleh nyamuk ini tergolong RNA positive-strand virus dan
keluarga falvividae. Terdapat empat serotipe virus DEN yang sifat antigennya berbeda, yaitu
virus dengue-1 (DEN4). Spesifikasi virus dengue yang dilakukan oleh albert sabin pada tahun
1994 menunjukan bahwa masing-masing serotipe tersebut.
2.4 KLASIFIKASI
1. Derajat I
Ditandai dengan demam disertai gejala tidak khas dan sutu-satunya menifestasi
perdarahan ialah uji bendung (uji torniquet).
2. Derajat II
Seperti derajat satu I, disertai pendarahan spotan di kulit dan atau perdaran lain
3. Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun
(20 MmHg atau kurang ) atau hipotensi, sianosis diaekitar mulut, kulit dingion dan
lembab, dan anak tampak gelisah.
4. Derajat IV
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah tidak teratur.
2.5 PATOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dankemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasiC3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskanhistamine dan merupakan
mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasmamelalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab
terjadinyaperdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dindingpembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,trombositopenia dan diathesis hemorrhagic,
renjatan terjadi secara akut.Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endoteldinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma
klien mengalamihipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis
metabolicdan kematian.
2.6 PATHWAY
2.7 PENCEGAHAN
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak
3. Pemberian cairan melalui infus
4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik
5. Anti konvulsi jika terjadi kejang
6. Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).
7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
B.Krokot
E. T emulawak
2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi dhf ada 6 yaitu:
1. Komplikasi susunan sistem syaraf pusat
Komplikasi pada susunan sistem syaraf pusat (SSP) dapat berbentuk konfulsi, kaku
kuduk, perubahan kesadaran dan parises
2. Ensefalopati
Komplikasi neorologi ini terjadi akibat pemberian cairan hipotonik yang berlebihan
3. Infeksi
4. Kerusakan hati
5. Kerusakan otak
6. Resiko syok
7. Kejang kejang
BAB III
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasi
pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan maslah keperawatan yang
muncul pada pasien. Konsep keperawatan anak pada klien DHF.
a. Pengkajian fokus
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah pernah dirawat
sebelumnya
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam, apakah ada
riwayat penyakit keturunan, kardiovaskuler, metabolik dan sebagainya
6) Riwayat psikososial
b. Data subyektif
Merupaan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada
pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan antara lain :
a. Hipertermia
c. Nyeri akut
e. Defisiensi pengetahuan
1. Diagnosa satu:hipertermi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
hipertermi turun.
Noc :
- Termeregulation
Kriteria hasil awal tujuan suhu dalam batas normal tidak ada perubahan warna kulit
TTV dalam batas normal
Ket :
Keluhan ekatrim
Keluhan berat
Keluhan sedang
Keluhan ringan
Tidak ada keluhan
Intervensi :
Fever treatment
1. Monitor suhu
2. Lakukan water tapid sponge (miring)
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Njurkan klien untuk minum yang banyak
5. Monitor TTV
6. Anjurkan untuk kompres dengan air hangat kemudian dengan air biasa
7. Ciptakan lingkungan yang aman dan hangat
8. Anjurkan klien menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
9. Kolaborasi antipiuretik
10.
2. Diagnos dua: Resiko kekurangan cairan
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
resiko volume cairan tidak mumcul.
Noc :
Fluid balance
Hydration
Kriteria hasil indikator awal tujuan tidak ada tanda dehidrasi membran mukosa
lembab TTV dalam rentang normal
Ket :
Keluhan ekatrim
Keluhan berat
Keluhan sedang
Keluhan ringan
Tidak ada keluhan
Intervensi :
Fluid managenent
Noc:
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria hasil:
Skala nyeri
Tingkat kenyamanan
Tingkat kecemasan
Ket :
Keluhan ekstrim
Keluhan berat
Keluhan sedang
Keluhan ringan
1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, kateristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi
4. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi dan tindakan
pencegahan
Noc :
Nutrition status
Weight control
Kriteria hasil :
Ket :
Keluhan ektrim
Keluhan berta
Keluhan sedamg
Keluhan ringan
Intervensi :
Nutrion status
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pengetahuan meningkat
Noc :
kreteria hasil
keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit
ket ;
kelehuan ekstrim
keluhan berat
keluhan sedang
keluhan ringan
intervensi ;
nutrition status
2. gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit denagn cari yang benar
4. sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN