Anda di halaman 1dari 18

PATOFISIOLOGI DAN ASKEP DENGAN GANGGUAN SISITEM

IMUN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

Ema pratiwi manik :1602040

Hafizuddin :1602040

Hisikia laiya :1602040

Iyassalwani :160204104

Santi melia lubis :1602040

DOSEN PENGAJAR

Ns. Marthalena Simamora, M. Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI

DHF (dengue haemoragic fever) atau yang lebih familiar dengan sebutan demam
berdarah adalah penyakit akut yang disbabkan oleh virus dengue yang masuk ke perdarahan
darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes, misalnya aedes egypti dan aedes
albopictus.

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virusdengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuhpenderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah
penyakit yang terdapat pada anak danorang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan nyeri sendi yangdisertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo
virus danmasuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Seoparman, 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapanyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepatmenyebar secara efidemik.
(Sir, Patrick manson, 2001).

Banyak factor yang mempengaruhi kejdian penyakit demam berdarah dengue, antara lain;

 Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility ) dan respons imun


 Faktor lingkungan ( environment ) yaitu kondisi geografi ( ketinggian dari permukaan
laut, curah hujan, angin , kelembaban,musim )
 Kondisi demografi (kepadatan , mobilitas, perilaku, adat istiadat, social ekonomi
penduduk
 Jenis nyamuk sebagai faktor penular penyakit juga ikut berpengaruh
 Faktor egent yaitu sifat virus dengue yang hingga saat ini yan telah di ketahui ada 4
jenis serotipe yaitu dengue 1,2,3 dan 4.

Penelitian terhadap epidemi dengue di Nikaragua tahun 1998 menyimpulkan bahwa


epidemiologi dengue dapat berada tergantung pada daerah geografi dan serotipe
virusnya.
Untuk menegagkan diagnosa infeksi virus dengue terus berlanjut hingga
sensitivitasnya menjadi lebih bagus dengan waktu yang cepat pula.

Ada 4 jenis pemeriksaan laboratorium yang di gunakan yaitu

 Uji serologi
 Isolasi virus
 Deteksi antigen
 Deteksi RNA/DNA menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR)

Wabah dengue yang baru terjadi di Bangladesh yang di identifikasi dengan PCR
ternyata Den -3 yang di dominant, sedangkan wabah di salta argentina pada tahun 1997 di
temukan bahwa seotipe Den -2 yang menyebabkan transmisinya.

Sistem surveillance dengue di nikaragua pada bulan juli hingga desember


1998mengambil sampel dari beberapa umah sakit dan pusat kesehatan (Health center ) yang
terdapat pada berbagai lokasi menghasilkan temuan 87% DF, 7%DHF, 3% DSAS. Den-3
paling dominan, Den-2 paling sedikit. Disimplkan bahwa epidemiologi dengue dapat berbeda
tergantung pada wilayah geografi dan serotipe virusnya.

A. Virus dengue

Virus dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genusflavivirus, terdiri atas 4 serotipe
yaitu den-1,2,3,dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain,
namun antibody terhadap masing masing serotipe tidak dapat saling memberikan
perlindungan silang.

Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar
serotipe , tetapi juga di dalam serotipe itu sendiri tergantung pada waktu dan daerah
penyebarannya.

Pada masing- masing segmen codon, variasi diantara serotipe dapat mencapai 2,6,11,
0% pada tingkat nukleotida dan 1, 3, 7,7% untuk tingkat protein. Perbedaan urutan nukleotida
ini ternyata menyebabkan variasi dalam sifat biologis dan antigenitasnya. Virus dengue yang
genom nya mempunyai berat molekul 11 kb tersusun dari protein struktual dan nonstruktual,
protein struktual yang terdiri atas protein envelope (E), protein premembran ( prM ), dan
protein core (C) merupakan 25% dari total protein, sedangkan protein nonstruktual
merupakan bagian terbesar (75%) terdiri atas NS -1 ? NS-5
Dalam merangsang pembentukan antibodi di antara protein struktual, urutan imunogenitas
tertinggi adalah protein E kemudian di ikuti protein prM dan C, sedangkan pada protein
nonstruktural paling berperan adalah protein NS-1.

B Vektor

Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae ) dari
ssubgeneus stegomyia. Aedes aegypti merupakan vector epidemic yang paling utama , namun
spesies lain seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, anggota dari Aedes scutellaris
complex, dan Aedes (finlaya) niverus juga dianggap sebagai vektor skunder. Keculi Aedes
aegyti, semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri- sendiri baik untuk virus
dengue , biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efsien di bandingkan
Aedes aegypti. (WHO,2000).

2.2 ETIOLOGI

Penyebab utama demam berdarah adalah virus dengue yang ditularkan oleh gigitan
nyamuk aedes aegypti.

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang termasuk genus
falvivirus, virus yang ditularkan oleh nyamuk ini tergolong RNA positive-strand virus dan
keluarga falvividae. Terdapat empat serotipe virus DEN yang sifat antigennya berbeda, yaitu
virus dengue-1 (DEN4). Spesifikasi virus dengue yang dilakukan oleh albert sabin pada tahun
1994 menunjukan bahwa masing-masing serotipe tersebut.

2.4 KLASIFIKASI

Demam berdarah dapat di klasifikasikan menjadi 4erajat yaitu:

1. Derajat I

Ditandai dengan demam disertai gejala tidak khas dan sutu-satunya menifestasi
perdarahan ialah uji bendung (uji torniquet).

2. Derajat II

Seperti derajat satu I, disertai pendarahan spotan di kulit dan atau perdaran lain

3. Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun
(20 MmHg atau kurang ) atau hipotensi, sianosis diaekitar mulut, kulit dingion dan
lembab, dan anak tampak gelisah.

4. Derajat IV

Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah tidak teratur.

2.4 MENIFESTASI KLINIS


1. Demam tinggi selama 2-7 hari dengan sushu 38-40o c.

2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.\


3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
8. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darahmenurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
9. Munculnya ruam-ruam di kulit, bentuknya berupa flusing (kemerahan pada muka dan
leher)
10. Keluar keringat sehingga tubuh menjadi lemas.
11. Adanya perdarahan luar seperti pada hidung dan gusi. Perdarahan dalam jika
penderita mengalami muntah hitam seperti kopi dan feses berwarna hitam.
12. Adanya rasa panas di belakang bola mata.
13. Terjadinya penurunan trombosit di bawah 100.000/mm3 pada pemeriksaan dri hari
ke-3 sampai ke-7.

2.5 PATOFISIOLOGI

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dankemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasiC3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskanhistamine dan merupakan
mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasmamelalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab
terjadinyaperdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dindingpembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,trombositopenia dan diathesis hemorrhagic,
renjatan terjadi secara akut.Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endoteldinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma
klien mengalamihipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis
metabolicdan kematian.

2.6 PATHWAY
2.7 PENCEGAHAN

1. Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara menguras, menutup, dan mengubur


benda-benda bekas yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk.
2. Fogging atau pengasapan.
3. Abatisasi, yaitu dengan memberikan bubuk abate ke dalam bak mandi atau tempat
penampungan air.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Darah
1. Trombosit menurun.
2. HB meningkat lebih 20 %
3. HT meningkat lebih 20 %
4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5. Protein darah rendah
6. Ureum PH bisa meningkat
7. NA dan CL rendah
B. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1. Rontgen thorax : Efusi pleura.
2. Uji test tourniket (+)

2.9 PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak
3. Pemberian cairan melalui infus
4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik
5. Anti konvulsi jika terjadi kejang
6. Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).
7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

2.8 OBAT TRADISIONAL DHF


A. Akar jali
 ½ gengngam yang telah di cuci bersih
 Direbus dengan 3 gelas airnhingga tersisa 1 gelas
 Ramuan di bagi 3bagian
 Minum 3kali sehari masing- masng 1/3gelas

B.Krokot

 1 genggam krokot di rebus sebentar, tidak boleh terlalu matang


 Di makan sebagai lalap

C.Rimpang kunyit segar

 Dicuci bersih lemudian di parut


 Tambahkan air matang dan aduk hingg rata
 Peras hasil parutan dengan menggunakan sepotong kain
 Minum airnya sekaligus
 Lakukan 2X sehari

D. Buah jambu biji matang

 Di blender dengan air panas secukup nya


 Di minum hangat- hangat

E. T emulawak

 Ambil temulawak secukup nya


 Sepuluh butir angco (buah biji nya)
 1 genggam akar serai
 1 buah jambu biji/ klutuk matang
 Semua bahan tersebut di blender dengan air secukup nya, lalu minum.

2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi dhf ada 6 yaitu:
1. Komplikasi susunan sistem syaraf pusat
Komplikasi pada susunan sistem syaraf pusat (SSP) dapat berbentuk konfulsi, kaku
kuduk, perubahan kesadaran dan parises
2. Ensefalopati
Komplikasi neorologi ini terjadi akibat pemberian cairan hipotonik yang berlebihan
3. Infeksi
4. Kerusakan hati
5. Kerusakan otak
6. Resiko syok
7. Kejang kejang
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DHF

3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasi
pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan maslah keperawatan yang
muncul pada pasien. Konsep keperawatan anak pada klien DHF.

a. Pengkajian fokus
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah pernah dirawat
sebelumnya

5) Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam, apakah ada
riwayat penyakit keturunan, kardiovaskuler, metabolik dan sebagainya

6) Riwayat psikososial

Bagaimana riwayat imunisasi,bagaimana pengetahuan keluarga mengenai demam


serta penanganannya.

b. Data subyektif

Merupaan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada
pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan antara lain :

1) Panas atau demam


2) Sakit kepala
3) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan
4) Lemah
5) Nyeri ulu hati, otot dan sendi
6) Konstipasi
c. Data obyektif
Merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat pada keadaan
pasien. Data obyektif yang sering ditemukan pada penderita DHF antara lain :

1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan


2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,
hematoma, hematemesis, melena
4) Hiperemia pada tenggorokan
5) Nyeri tekan pada epigastrik
6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa
7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hipertermia

b. Resiko kekurangan volume cairan

c. Nyeri akut

d. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

e. Defisiensi pengetahuan

1. Diagnosa satu:hipertermi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
hipertermi turun.

Noc :

- Termeregulation
Kriteria hasil awal tujuan suhu dalam batas normal tidak ada perubahan warna kulit
TTV dalam batas normal

Ket :

 Keluhan ekatrim
 Keluhan berat
 Keluhan sedang
 Keluhan ringan
 Tidak ada keluhan
Intervensi :

Fever treatment

1. Monitor suhu
2. Lakukan water tapid sponge (miring)
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Njurkan klien untuk minum yang banyak
5. Monitor TTV
6. Anjurkan untuk kompres dengan air hangat kemudian dengan air biasa
7. Ciptakan lingkungan yang aman dan hangat
8. Anjurkan klien menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
9. Kolaborasi antipiuretik
10.
2. Diagnos dua: Resiko kekurangan cairan
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
resiko volume cairan tidak mumcul.

Noc :

 Fluid balance
 Hydration
Kriteria hasil indikator awal tujuan tidak ada tanda dehidrasi membran mukosa
lembab TTV dalam rentang normal

Ket :

 Keluhan ekatrim
 Keluhan berat
 Keluhan sedang
 Keluhan ringan
 Tidak ada keluhan
Intervensi :

Fluid managenent

1. Pertahankan catatan intake dan out put yang akurat


2. Monitor status hidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik), jika diperlukan
3. Monitor vital sing
4. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
5. Kolaborasi pemberian cairan intravena IV
6. Monitor ststus nutrisi
7. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.
8.
3. diagnosa tiga nyeri akut

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nyeri


berkurang

Noc:
 Pain level

 Pain control

 Comfort level

Kriteria hasil:

 Skala nyeri

 Tingkat kenyamanan

 Tingkat kecemasan

Ket :

 Keluhan ekstrim

 Keluhan berat

 Keluhan sedang

 Keluhan ringan

 Tidak ada keluhan

Intervensi : pain manajement

1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, kateristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi

2. Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri

3. Komunikasi traupetik agar pasien dapat mengespresikan

4. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi dan tindakan
pencegahan

5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakolgi

6. Berikan analgetik sesuai anjuran

4. diagnosa empat resiko keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan


ketidakseimbangan nutrisi tidak muncul .

Noc :
 Nutrition status

 Weight control

Kriteria hasil :

 Masukan per oral

 Tidak ada penurunan berat badan

 Porsi makan yang disediakan habis

Ket :

 Keluhan ektrim

 Keluhan berta

 Keluhan sedamg

 Keluhan ringan

 Tidak ada keluhan

Intervensi :

Nutrion status

1. Kaji pola makan, kebiasan makan dan makanan yang disukai

2. Berikan makanan sesui diet dan berikan selagi hangat

3. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering

4. anjurkan pasien untuk meningkatkan nutrisi yang adekuat

5. kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet sesuai indikasi

6. ukur berat badan pasien

5. diagnosa lima: defisensi pengetahuan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pengetahuan meningkat

Noc :

 knowlage : disease process

 knowlage : health behavior

kreteria hasil
 keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit

 keluarga mampu menjelaskan kembali

ket ;

 kelehuan ekstrim

 keluhan berat

 keluhan sedang

 keluhan ringan

 tidak ada keluhan

intervensi ;

nutrition status

1. jelaskan patofisologi, dan penyakit

2. gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit denagn cari yang benar

3. gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat

4. sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat

5. diskusikan perubahn gaya hidup yang lebih baik.


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

4.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai