p∨q≡q∨ p A∪B=B∪ A
p∧q≡q∧ p A∩B=B∩ A
Hukum Asosiatif Hukum Asosiatif
p∧(q∨r )≡( p∧q )∨( p∧r ) A∩(B∪C )=( A∩B )∪( A∩C )
p∨(q∧r )≡( p∨q )∧( p∨r ) A∪(B∩C )=( A∪B )∩( A∪C )
Hukum Identitas Hukum Identitas
p∨F≡ p A∪Φ= A
p∧T ≡ p A∩S= A
Hukum Negasi Hukum Komplemen
Dari teori mengenai logika proposisi dan himpunan dikenal operasi-operasi yang berlaku pada
sistem tersebut, yaitu operasi , pada sistem proposisi (pernyataan) dan operasi , pada sistem
himpunan. Pada kedua sistem tersebut berlaku beberapa sifat-sifat yang memiliki kesamaan, yang
ditunjukkan pada tabel diatas. Pada kedua sistem ini juga berlaku sifat-sifat lain yang dapat dibuktikan
dengan sifat-sifat pada tabel diatas. Bila didefinisikan secara umum suatu sistem dengan dua operasi
yang berlaku pada sistem tersebut dan memenuhi sifat-sifat: Hukum Komutatif, Hukum Asosiatif,
Hukum Distributif, Hukum Identitas, Hukum Komplemen dan Hukum De'Morgan, maka
sistem ini disebut suatu aljabar boole.
(ii) a b B
Identitas: (i) a + 0 = a
(ii) a 1 = a
Komutatif: (i) a + b = b + a
(ii) a b = b . a
Distributif: (i) a (b + c) = (a b) + (a c)
(ii) a + (b c) = (a + b) (a + c)
Komplemen: (i) a + a’ = 1
(ii) a a’ =
Disamping sifat-sifat yang ada pada definisi aljabar boole ada beberapa sifat yang
dapat diturunkan dari sifat-sifat dasar tersebut. Sifat-sifat ini adalah:
5. Idempoten : ¿{a+a=a¿¿¿¿
¿
D. Aljabar Boole Dua Nilai
Didefinisikan suatu operasi biner + dan * pada himpunan B={0,1} dengan aturan
untuk operasi biner + dan * disebutkan pada tabel dibawah ini
a b a*b A b a+b a a’
0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 0 1 1 1 0
1 0 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1
Sifat distributif dapat ditunjukkan dengan membuat tabel berikut, dengan mengambil
nilai C anggota himpunan B
5. Komplemen
Berlaku, seperti yang diperlihatkan oleh tabel sebelumnya
(i) a + a‘ = 1, karena 0 + 0’= 0 + 1 = 1 dan 1 + 1’= 1 + 0 = 1
(ii) a * a = 0, karena 0 * 0’= 0 * 1 = 0 dan 1 * 1’ = 1 * 0 = 0
Karena kelima postulat Huntington dipenuhi, maka terbukti bahwa sistem 5 tupel
( B , 0 ,1 ,+,∗, ' ) merupakan aljabar Boolean.
Dengan kedua operasi + dan * dapat dibuktikan memenuhi hukum-hukum dasar aljabar
boole. Sebagai contoh
1 + 2 = KPK (1, 2) = 1
5 + 10 = KPK (5, 10) = 10
35 + 70 = KPK (35, 70) = 70
+ 1 2 5 7 10 14 35 70
1 1 2 5 7 10 14 35 70
2 2 2 10 14 10 14 70 70
5 5 10 5 35 10 70 35 70
7 7 14 35 7 70
10 10 10 10 70 10 70
14 14 14 70 70 14 70
35 35 70 35 70 35 70
70 70 70 70 70 70
1*2=FPB (1,2) = 1
5*10=FPB (5,10) = 5
35*70=FPB (35,70) = 35
Sehingga dapat dibuatkan tabel
* 1 2 5 7 10 14 35 70
1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 2 1 1 2 2 1 2
5 1 1 5 1 5 1 5 5
7 1 1 1 7 1
10 1 2 5 10 2
14 1 2 1 2 14 7
35 1 1 5 7 35 35
70 1 2 5 35 70
5 + 10 = 10
5 * 10 = 5
elemen zero = ?
a + zero = a
14 + zero = 14
a * unit = a
10 * unit = 10
14 =?
Jawab : a’ + a = unit
a’ + 14 = 70
a’ = 5
∴ 14' =5
= a*0
=0
Contoh : x y x x y ?
jawab : x x y x y
x x y
x x y
x x x y
0 x y
x y
F. Ekspresi Boolean
Misalkan (B, +,, ’) adalah sebuah aljabar Boolean. Suatu ekspresi Boolean dalam (B, +, ’)
adalah:
(i) setiap elemen di dalam B,
(ii) setiap peubah,
(iii) jika e1 dan e2 adalah ekspresi Boolean, maka e1 + e2, e1 × e2, e1’ adalah ekspresi Boolean
Contoh: 0
1
a
b
c
a+b
a×b
a’× (b + c)
a × b’ + a × b × c’ + b’, dan sebagainya
Contoh: a’× (b + c)
jika a = 0, b = 1, dan c = 0, maka hasil evaluasi ekspresi:
0’× (1 + 0) = 1 × 1 = 1
Dua ekspresi Boolean dikatakan ekivalen (dilambangkan dengan ‘=’) jika keduanya
mempunyai nilai yang sama untuk setiap pemberian nilai-nilai kepada n peubah.
a . (b + c) = (a . b) + (a .c)
Contoh. Perlihatkan bahwa a + a’b = a + b .
Penyelesaian:
Perjanjian: tanda titik (×) dapat dihilangkan dari penulisan ekspresi Boolean, kecuali jika
ada penekanan:
1. a(b + c) = ab + ac
2. a + bc = (a + b) (a + c)
a × 0 , bukan a0
G. Dualitas
Misalkan S adalah kesamaan (identity) di dalam aljabar Boolean yang melibatkan operator +,
, dan komplemen, maka jika pernyataan S* diperoleh dengan cara mengganti
dengan +
+ dengan
0 dengan 1
1 dengan 0
dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya, maka kesamaan S* juga benar. S*
disebut sebagai dual dari S.
Contoh.
(i) (a × 1)(0 + a’) = 0 dualnya (a + 0) + (1 × a’) = 1
(ii) a(a‘ + b) = ab dualnya a + a‘b = a + b
H. Fungsi Boolean
Fungsi Boolean (disebut juga fungsi biner) adalah pemetaan dari Bn ke B melalui
ekspresi Boolean, kita menuliskannya sebagai
f : Bn B
Setiap peubah di dalam fungsi Boolean, termasuk dalam bentuk komplemennya, disebut
literal.
Contoh: Fungsi h(x, y, z) = xyz’ pada contoh di atas terdiri dari 3 buah literal, yaitu x,
y, dan z’.
Penyelesaian:
X Y z h(x, y, z) = xy z’
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 0
1. a x b
3. a x
c
b y
Lampu
A B
Sumber tegangan
2. Saklar dalam hubungan PARALEL: logika OR
B Lampu
Sumber Tegangan
Contoh. Nyatakan rangkaian pensaklaran pada gambar di bawah ini dalam ekspresi Boolean.
x’ y
x’
x
x y
x y’ z
J. Gerbang Logika
Pengertian GERBANG (GATE) :
Rangkaian satu atau lebih sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu sinyal
keluaran.
Rangkaian digital (dua keadaan), karena sinyal masukan atau keluaran hanya berupa
tegangan tinggi atau low ( 1 atau 0 ).
Setiap keluarannya tergantung sepenuhnya pada sinyal yang diberikan pada masukan
masukannya.
Gerbang logika atau gerbang logik adalah suatu entitas dalam elektronika dan
matematika Boolean yang mengubah satu atau beberapa masukan logik menjadi sebuah
sinyal keluaran logik. Gerbang logika terutama diimplementasikan secara elektronis
menggunakan dioda atau transistor, akan tetapi dapat pula dibangun menggunakan
susunan komponen-komponen yang memanfaatkan sifat-sifat elektromagnetik (relay),
cairan, optik dan bahkan mekanik.
Rangkaian gerbang logika (rangkaian logika kombinasi):
xy+x'y
x'
x
x'y
y
b) Cara kedua
c) Cara Ketiga
x y
xy
xy+x'y
x'
x'y