Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

TELAAH JURNAL

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

SRI RINTANI, SST, M.K.M

DISUSUN OLEH :
1. ANI MARIANA
2. ELIA KARTIKA BR.PINEM
3. FETRY HUSNAYATY
4. IKA P BANCIN
5. MIA SAHARA BR.SITEPU
6. SUNARTIK
7. ULFA MAQFIRAH
8. YENNI ANRIANI HARAHAP
9. YENTI RUMONDANG
KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2019
Analisis Pelaksanaan Pencegahan Komplikasi Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V
Kota Jambi Tahun 2018

Analisis Pelaksanaan Pencegahan Komplikasi Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota
Jambi Tahun 2018

Analysis of Postpartum Complication Prevention Implementation at Working Area Paal V


Society Health Center Jambi City in 2018

Lidya
Universitas Adiwangsa Jambi

ABSTRAK
Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Kematian ibu pada masa nifas biasanya
disebabkan oleh infeksi nifas (10%), ini terjadi karena kurangnya perawatan luka, perdarahan (42%)
akibat robekan jalan lahir, sisa plasenta dan atonia uteri, eklamsia (13%) dan komplikasi masa nifas
(11%), asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Adapun jumlah
informan dalam penelitian ini sebanyak 10 ibu yang diwawancarai yang diambil secara accidental
sampling. Penelitian ini akan dilksanakan pada tanggal 25 sampai 31 Juli tahun 2018 di Wilayah
Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi. Analisa data dalam penelitian ini secara Univariat.
Berdasarkan penelitian diketahui 6 (60.0%) responden mempunyai pencegahan komplikasi
nifas negative, sebagian besar memiliki pengetahuan rendah sebanyak 6 responden (60.0%), 5
responden (50.0%) mempunyai sikap positif dan 5 responden (50.0%) dan 5 responden (50.0%)
mempunyai perilaku positif dan 5 responden (50.0%) mempunyai perilaku negative.
Meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan komplikasi nifas dengan memberuikan
konseling pada saat sebelum pulang saat setelah melahirkan, pengadaan penyuluhan baik secara
individu maupun kelompok yang bekerja sama dengan tenaga instansi kesehatan setempat.

Kata Kunci : Pencegahan Komplikasi Nifas, Pengetahuan, Sikap, Perilaku

ABSTRACK
An estimated 60% of mother death effect pregnancy occurs after childbirth and 50% death during
postpartum occurs in the first 24 hours. Mother death during postpartum usually coused by
postpartum infection (10%), this happened because lack wound care, hemorrge (42%) effect tear the
birth canal, rest of placenta and atonia uteri, eclampsia (13%) and during postpartum complication
(11%), care during postpartum needed because it is critical period both mother and baby.
The type of the research used is a quantative research deskriptif. As for number of informant
in this research is 10 mother who interviewed taken by accidental sampling. this research is
progressed on july 25th till 31st 2018 at working area paal V society health center Jambi city. . Data
analysis in this research by univariat.
Based on research is known 6 respondents (60.0%) have prevention negative Postpartum
Complication, most have low knowledge about 6 respondents (60%), 5 respondents (50.0%) have
positive attitude and 5 respondents (50.0%) have positive behavior and 5 respondents (50.0%) have
negative attitude.
Improving knowledge about prevention Postpartum Complication by giving counsling at the
time before back home after give birth, providing counseling both individually and in groups that work
with local health agency personnel.

Key words : Prevention Postpartum Complication, Knowledge, attitude, behavior

197
SCIENTIA JOURNAL
VOL. 8 NO. 1 MEI 2019
Analisis Pelaksanaan Pencegahan Komplikasi Nifas di
Kota Jambi Tahun 201

PENDAHULUAN

Masalah kebidanan di masyarakat AKI sampai tinggal 70 per 100 ribu


merupakan masalah yang kompleks dan kelahiran hidup (Kemenkes, 2016).
perlu peningkatan penanganan secara Penyebab langsung kematian ibu
lintas program, lintas disiplin ilmu serta adalah kurang lebih 90% disebabkan oleh
memperbaiki faktor sosial budaya, tanpa seputar persalinan dan kematian tersebut
kerjasama dan pemanfaatan dengan terjadi karena komplikasi. Sedangkan
organisasi profesi (IDI. POGI, IDAI, IBI sebab tidak langsung antara lain dilatar
dan lain-lain) serta “stakes holders” belakangi oleh sosial ekonomi,
permasalahan tidak akan diselesaikan. pendidikan, kedudukan dan peranan
Permasalahan kebidanan di masyarakat wanita, sosial budaya, dan transportasi
diantaranya adalah kematian ibu dan yang dapat digambarkan dengan istilah
anak, kesehatan reproduksi remaja, aborsi tiga terlambat yakni terlambat mengenal
tidak aman, berat bayi lahir rendah, tingkat tanda bahaya dan mengambil keputusan,
kesuburan, pertolongan persalinan oleh terlambat mencapai fasilitas kesehatan,
non tenaga kesehatan, penyakit menular serta terlambat mendapatkan pertolongan
seksual, serta perilaku sosial budaya di fasilitas kesehatan dan empat terlalu
(Yulifah, 2011). yakni terlalu muda mempunyai anak (<20
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi tahun), terlalu banyak melahirkan (> 3
indikator keberhasilan pembangunan pada anak), terlalu rapat jarak melahirkan (<2
sektor kesehatan. Berdasarkan world tahun) dan terlalu tua untuk mempunyai
health organization (WHO) dan survey anak (>35 tahun) (Prasetyawati, 2012).
demografi kesehatan indonesia (SDKI) Diperkirakan 60% kematian ibu
tahun 2012 angka kematian ibu (AKI) di akibat kehamilan terjadi setelah persalinan
Indonesia tertinggi dibandingkan AKI di dan 50% kematian masa nifas terjadi
Negara-negara miskin ASIA pada tahun dalam 24 jam pertama (Ambarwati, 2010).
2010 Srilanka menempati posisi terrendah Penyebab langsung yang berkaitan
60 per 100.000 kalahiran hidup yang dengan kematian ibu adalah komplikasi
diikuti oleh Nepal 170 per 100.000 pada kehamilan, persalinan dan nifas
kelahiran hidup dan yang menempati tidak ditangani dengan baik dan tepat
posisi tertinggi Timor leste 300 per waktu. Kematian ibu pada masa nifas
100.000 kelahiran hidup yang diikuti oleh biasanya disebabkan oleh infeksi nifas
Kamboja 250 per 100.000 kelahiran hidup. (10%), ini terjadi karena kurangnya
Pada tahun 2012 Indonesia menempati perawatan luka, perdarahan (42%) akibat
peringkat tertinggi dimana dari tahun 2010 robekan jalan lahir, sisa plasenta dan
AKI di Indonesia 220 per 100.000 atonia uteri, eklamsia (13%) dan
kelahiran hidup dan pada tahun 2012 komplikasi masa nifas (11%) (Suyono,
meningkat menjadi 359 per 100.000 2011).
kelahiran hidup (SDKI, 2012). Asuhan masa nifas diperlukan
Perkembangan Angka Kematian Ibu karena merupakan masa kritis baik ibu
(AKI) di Indonesia dari tahun 1991 sampai maupun bayinya Keberhasilan upaya
tahun 2007 terjadi penurunan yang sangat kesehatan ibu nifas di ukur melalui
lamban, dari tahun 2007-2012 terjadi indikator cakupan pelayanan kesehatan
peningkatan AKI dari 228 per 100.000 ibu nifas (cakupan kf-3). Indikator ini
kelahiran hidup menjadi 359 kelahiran menilai kemampuan Negara dalam
hidup berdasarkan Survey Demografi menyediakan pelayanan kesehatan ibu
terbaru (SDKI) tahun 2012. Dalam target nifas yang berkualitas dalam standar.
Sustainable Development Goals (SGDs) Capaian indicator kf-3 dari tahun 2008
ingin memperoleh hasil yang maksimal sampai dengan tahun 2012
dalam SDGs dalam 1,5 dekade ke depan. menggambarkan kecenderungan yang
Target yang telah ditentukan oleh SDGs semakin meningkat yaitu mulai dari
mengenai kematian ibu adalah penurunan 17.90% pada tahun 2008 menjadi 85.16%
pada tahun 2012. Cakupan pelayananan
Analisis Pelaksanaan Pencegahan Komplikasi Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2018
ibu nifas di Indonesia pada tahun 2012 plasenta. Demam dalam masa nifas
adalah 85.16%. standar minimal bidang sebagian besar disebabkan infeksi nifas
kesehatan (SPM) menetapkan target dan merupakan gejala penting
pelayanan kesehatan pada tahun 2015 (Martadisoebrata, 2012).
sebesar 90% (Kemenkes, 2012). Pada umumnya makin lama selaput
Berdasarkan data yang diperoleh ketuban pecah sebelum kelahiran, maka
dari Dinas Kesehatan Kota Jambi pada makin banyak jumlah pemeriksaan dalam
tahun 2016 kunjungan nifas paling rendah yang dilakukan, makin ekstensif
terdapat pada Puskesmas Paal V dengan manipulasi intrauterine yang dilakukan
cakupan kunjungan nifas 1 sebanyak untuk kelahiran janin dan plasenta, dan
75.32%. kunjungan 2 sebanyak 75.4% makin besar ukuran dan jumlah insisi dan
dan kunjungan nifas 3 sebanyak 75.23%. laserasi maka makin besar kemungkinan
Dalam pelaksanaan masa nifas terjadinya infeksi postpartum yang berat
sangat jarang terwujud dikarenakan oleh (Lisnawati, 2013).
beberapa faktor diantaranya yaitu Selain itu, Infeksi masa nifas
rendahnya pengetahuan ibu nifas tentang merupakan infeksi peradangan pada
pendidikan kesehatan akan semua alat genitalia pada masa nifas oleh
mempengaruhi rendahnya kunjungan ibu sebab apapun dengan ketentuan
nifas ke pelayanan kesehatan, ibu yang meningkatnya seuhu badan melebihi 380C
baru pertama kali melahirkan merupakan tanpa menghitung hari pertama dan
hal yang sangat baru sehingga termotifasi berturut-turut selama dua hari. Tanda
untuk melakukan kunjungan nifas ke infeksi seperti mengalami demam tinggi
tenaga kesehatan untuk menanyakan dan cairan nifas yang keluar dari mulut
perubahan yang terjadi pada dirinya. Ibu rahim berbau busuk. Setelah persalinan,
yang sudah melahirkan lebih dari satu terjadi beberapa perubahan penting
memiliki anggapan bahwa dirinya telah diantaranya makin meningkatnya
berpengalaman dan telah bisa dengan pembekuan urine untuk mengurangi
perubahan yang dialami selama masa hemodilusi darah, terjadi penyerapan
nifas sehingga malas untuk melakukan beberapa bahan tertentu melalui
kunjungan ke pelayanan kesehatan, ibu pembuluh darah vena sehingga terjadi
nifas jarang melakukan kunjungan peningkatan suhu badan sekitar 0.50C
pelayanan kesehatan karena bagi ibu yang bukan merupakan keadaan yang
nifas hal terpenting adalah saat mereka patologis atau menyimpang pada hari
melahirkan. Saat melahirkan memerlukan pertama. Perlukaan karena persalinan
biaya yang banyak dan jika ibu nifas tempat masuknya kuman didalam tubuh,
melakukan kunjungan nifas ibu nifas harus sehingga menimbulkan infeksi pada kala
membayar kepada tenaga kesehatan. nifas (Nugroho, 2011).
Selain itu faktor fisik dan lingkungan ibu Perlukaan jalan lahir sudah dapat
(Suyono, 2011). dipastikan terjadi pada setiap persalinan
Kunjungan masa nifas sangat yang akan menjadi jalan masuknya bakteri
diperlukan untuk mendeteksi dini yang bersifat komensal dan menjadi
komplikasi pada masa nifas, komplikasi infeksius. Pertolongan persalinan yang
pada masa nifas. Terdapat beberapa bersih tidak memerlukan pengobatan
komplikasi pada masa nifas yang dapat umum tetapi pada persalinan yang diduga
menyumbangkan AKI, diantaranya akan dapat terjadi infeksi memerlukan
Perdarahan pascasalin kala III merupakan profilaksis antibiotika (Nugroho, 2011).
penyebab utama kematian ibu. Namun Masa nifas merupakan masa yang
dengan meningkatnya persediaan darah cukup penting bagi tenaga kesehatan
dan system rujukan dalam dua dekade untuk selalu melakukan pemantauan
terakhir, infeksi nifas menjadi lebih karena pelaksanaan yang kurang
menonjol sebagai penyebab kematian dan maksimal dapat menyebabkan ibu
morbiditas ibu. Infeksi nifas merupakan mengalami berbagai masalah, dapat
infeksi luka jalan lahir pascasalin, berlanjut pada komplikasi masa nifas,
terutama dari indometrium bekas insersi seperti sepsis puerperalis. Ditinjau dari
Analisis Pelaksanaan Pencegahan Komplikasi Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V
Kota Jambi Tahun 2018

penyebab kematian ibu, infeksi bayi karena bayi tidak akan dpat
merupakan penyebab kematian terbanyak perawatan yang maksimal dari ibu
nomor dua setelah perdarahan sehingga (Sulistyawati, 2009). Bidan mempuanyai
sangat dibutuhkan tenaga kesehatan tanggung jawab dalam masa nifas dalam
untuk memberikan perhatian yang tinggi memberikan perawatan dan support
pada masa nifas. Adanya permasalahan sesuai kebutuhan ibu secara panthership
akan berdampak dengan kesejahteraan dengan ibu nifas (Wulandari, 2011).

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan Penelitian ini akan dilksanakan pada bulan
adalah penelitian kualitatif deskriptif. Juli tahun 2018 di Wilayah Kerja
Adapun jumlah informan dalam penelitian Puskesmas Paal V Kota Jambi (Arikunto,
ini sebanyak 10 ibu yang diwawancarai 2010).
yang diambil secara accidental sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran pelaksanaan pencegahan komplikasi nifas ibu dapat melakukan
komplikasi nifas di Wilayah Kerja deteksi dini awal untuk mencegahnya dan
Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun langsung keptugas kesehatan untuk
2018 mendeteksi komplikasi nifas tersebut.
Diagram 1 Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan
Distribusi Frekuensi Responden peradangan pada mammae terutama
Berdasarkan pelaksanaan pencegahan pada primipara. Tanda-tanda adanya
komplikasi nifas infeksi adalah rasa panas dingin disertai
dengan kenaikan suhu, penderita merasa
lesu dan tidak ada nafsu makan.
Periode pasca persalinan meliputi
masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
Positif, keluarganya secara fisiologis, emosional,
40 dan sosial. Macam - macam komplikasi
Negatif, pada masa nifas antara lain Perdarahan
60 pervagina, Infeksi pada masa nifas, Sakit
kepala, nyeri epigastrik, penglihatan
kabur, Pembengkakan di wajah dan
Berdasarkan hasil penelitian ekstremitas, Demam, muntah, rasa sakit
diketahui bahwa dari 10 responden waktu berkemih, Payudara yang berubah
diketahui 6 (60.0%) responden menjadi merah, panas, dan terasa
mempunyai pencegahan komplikasi nifas sakit,Kehilangan nafsu makan dalam
negatif dan 40 (40.0%) responden waktu yang lama, Rasa sakit, merah,
mempunyai pencegahan komplikasi nifas lunak dan/atau pembengkakan di
yang positif. kaki, Merasa sedih atau tidak mampu
Berdasarkan hasil penelitian dapat mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri
diketahuinya bahwa sebagian besar (Walyani, 2015).
responden memiliki pencegahan Cara penanganan untuk masing-
komplikasi nifas yang negative hal ini masing komplikasi disesuaikan dengan
dikarenakan responden tidak melakukan kondisi ibu dan tingkat kegawatan dari
konseling kepada petugas kesehatan masing - masing komplikasi yang terjadi.
tentang tanda-bahaya pada masa nifas Petugas kesehatan wajib berperan dalam
pada komplikasi nifas sangat perlu upaya pencegahan komplikasi yang terjadi
diketahui oleh ibu nifas karena selama pada masa nifas, karena masa nifas
masa nifas jika terjadi tanda-gejala merupakan fase yang sangat rawan terjadi
komplikasi yang berakibat pada kematian.
Dalam penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi pun petugas kesehatan harus
melakukannya dengan responden (40.0%) dan pengetahuan
rendah sebanyak 6 responden (60.0%).
Sebagian responden banyak yang
cepatAnalisis
dan akurat, karenaPencegahan
Pelaksanaan ini menyangkut tidak di Wilayah
Komplikasi Nifas mengetahui cara
Kerja Puskesmas melakukan
Paal V
dengan kesejahteraan maternalKotadan Jambi Tahun 2018 payudara agar produksi ASI
perawatan
neonatal yang menjadi kewajiban lancar dan Ibu akan mengobservasi setiap
bidan sesuai dengan profesinya sebagai darah yang keluar dari vagina. Perawatan
tenaga kesehatan. payudara pada masa nifas adalah suatu
Menurut asumsi peneliti kebutuhan bagi ibu yang baru saja
pelaksanakan pencegahan komplikasi melahirkan. Masa nifas sendiri adalah
nifas tidak berjalan dengan maksimal selama enam minggu atau 40 hari setelah
dimana terdapat beberapa responden persalinan. Pada masa nifas perawatan
yang tidak tahu bagaimana cara payudara merupakan suatu tindakan yang
melakukan pencegahan komplikasi nifas. sangat penting untuk merawat payudara
Pencegahan komplikasi nifas tidak hanya terutama untuk memperlancar
dilakukan dengan berkunjungan ke pengeluaran air susu ibu (ASI). Dengan
Puskesmas atau Kunjungan rumah oleh melakukan perawatan yang tepat yang
petugas kesehatan saja tetapi ibu nifas biasanya berupa pegurutan dan pemijatan
juga harus melakukan semua anjuran menggunakan beberapa bahan dan alat-
yang diberikan oleh petugas kesehatan alat yang alami, diharapkan ibu merasa
agar terhindar dari komplikasi nifas. lebih nyaman menyusui bayinya.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan Menurut (Kristiyanasari, 2011)
untuk meningkatkan pencegahan manfaat perawatan payudara adalah
komplikasi nifas yaitu dengan cara menjaga kebersihan payudara terutama
memberikan ibu konseling setiap ibu nifas kebersihan putting susu, melenturkan dan
melakukan kunjungan nifas dan menguatkan putting susu sehingga
mengingatkan ibu kembali atau memudahkan bayi untuk menyusui,
menjelaskan cara melakukan pencegahan merangsang kelenjar-kelenjar air susu
komplikasi nifas yang dapat dilakukan sehingga produksi ASI banyak dan lancar,
dengan kunjungan rumah. dapat mendeteksi kelainan-kelainan
payudara secara dini dan melakukan
Gambaran pengetahuan ibu nifas upaya untuk mengatasinya dan
terhadap pelaksanaan pencegahan mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk
komplikasi nifas di Wilayah Kerja menyusui.
Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun Dalam melaksanakan rencana perlu
2018 diperhatikan penyusunan program
Diagram 2 pelaksanaan yang jelas dan baik. Pada
Distribusi responden Berdasarkan program pelaksanaan perawatan
pengetahuan ibu nifas terhadap payudara harus mengetahui dasar prinsip
pelaksanaan pencegahan fungsional perlu dituangkan kedalam
rangkaian prosedur yang serasi dan jelas.
komplikasi nifas
Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
(2014:27) pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting
Tinggi untuk terbentuknya tindakan seseorang
, 40 (ovent behavior). Dari pengalaman dan
Rendah penelitian ternyata perilaku yang didasari
, 60 oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan.
diketahui bahwa dari 10 responden yang Menurut asumsi peneliti
memiliki pengetahuan tinngi sebanyak 4 pengetahuan responden yang rendah
dapat berpengaruh terhadap pencegahan
komplikasi nifas yang disebabkan oleh
beberapa faktor lain seperti kurangnya Bila responden memiliki sikap yang
dukungan keluarga untuk mengingati ibu positif dalam pencegahan komplikasi
nifas untuk melakukan pencegahan nifas, hal ini dikarenakan ibu nifas
komplikasi nifas.
menganggap bahwa pencegahan
Upaya-upaya yang perlu dilakukan komplikasi nifas harus dilakukan agar
Pelaksanaan Pencegahan
Analisismeningkatkan
untuk Komplikasi Nifas
pengetahuan tidakdimendapatkan
Wilayah Kerjakomplikasi
Puskesmas Paal
dan V
kondisi
responden diharapkan untuk lebihKota Jambi Tahun
aktif yang2018
serius serta harus mendapatkan
lagi mencari informasi baik itu informasi perawatan, dengan demikian responden
dari elektronik, media cetak ataupun telah melewati 4 tingkatan dalam sikap
sumber informasi lainnya untuk (Notoatmodjo 1996 dalam dewi 2010)
memanfaatkan poskesdes serta mengikuti yaitu: menerima (receiving), merespon
pendidikan kesehataan yang dilakukan (responding), menghargai (valuing), dan
oleh petugas kesehatan. tanggung jawab (responsible). Sikap
merupakan salah satu faktor predisposisi
Gambaran sikap ibu nifas terhadap perilaku seseorang untuk bertindak. Sikap
pelaksanaan pencegahan komplikasi tidak dapat dilihat secara lansung, tetapi
nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paal hanya ditafsirkan dari perilaku yang
V Kota Jambi Tahun 2018 tampak. Menurut notoatmodjo (2012)
salah satu hal yang menentukan sikap
Diagram 3 yang utuh adalah pengetahuan,
Distribusi Frekuensi Berdasarkan sikap pengetahuan yang tinggi akan
ibu nifas terhadap pelaksanaan menghasilkan sikap yang baik (positif),
pencegahan komplikasi nifas di sedangkan pengetahuan yang rendah
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota akan menghasilkan sikap yang negatif.
Sikap adalah merupakan reaksi atau
Jambi Tahun 2018
respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek (dewi
2010). Dari penelitian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa dengan sikap yang
positif atau yang baik menjadi dorongan
Negatif, Positif, dalam melakukan pencegahan komplikasi
50 50 nifas dan ibu nifas yang mempunyai sikap
negatif diharapkan untuk mencarikan
informasi dan konseling kepada petugas
kesehatan untuk mendapatkan informasi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bagaimana cara pencegahan komplikasi
bahwa dari 10 responden diketahui 5 nifas yang baik.
responden (50.0%) mempunyai sikap
positif dan 5 responden (50.0%) Gambaran perilaku pelaksanaan
mempunyai sikap negatif. pencegahan komplikasi nifas di
Dari pernyataan yang paling banyak Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota
menjawab selalu terdapat pada Jambi Tahun 2018
pernyataan Ibu mencari tahu kapan jadwal
kunjungan nifas yang harus diberikan atau Diagram 4
berkonsultasi ke petugas kesehatan. hal Distribusi Frekuensi Berdasarkan
ini membua sikap reponden tergolong perilaku pelaksanaan pencegahan
positif terhadap pencegahan komplikasi komplikasi nifas
pada masa nifas. Sedangkan yang
mempunyai sikap negative terhadap
pencegahan komplikasi nifas mayoritas
ibu tidak setuju untuk melakukan
perawatan payudara sagar produksi ASI
lancar dan Ibu akan mengobservasi setiap
darah yang keluar dari vagina.
Negatif Positif,
, 50 50

seseorang terhadap stimulus atau objek


Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan sehat-sakit,
diketahui bahwa dari 10 responden penyakit, dan faktor-faktor yang
diketahui 5 responden (50.0%) mempengaruhi
Analisis Pelaksanaan Pencegahan Komplikasi Nifas sehat-sakit
di Wilayah Kerja Puskesmas (kesehatan)
Paal V
mempunyai perilaku positif dan 5 seperti
Kota Jambi Tahun 2018 lingkungan, makanan, minuman,
responden (50.0%) mempunyai perilaku dan pelayanan kesehatan. Dengan
negatif. perkataan lain perilaku kesehatan adalah
Hasil penelitian responden banyak semua aktivitas atau kegiatan seseorang
tidak mengkonsumsi buah dan sayuran baik yang dapat diamati (Observable)
setiap har, Menggantikan celana dalam maupun yang tidak dapat diamati
atau duck jika sudah penuh dengan darah (Unobservable) yang berkaitan dengan
dan Berjalan santai setiap pagi dan sore pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
untuk menghilangkan stress. Sayur dan Upaya-upaya yang dapat dilakukan
buah Keduanya mengandung vitamin dan oleh tenaga kesehatan yaitu
mineral, serta serat yang dibutuhkan meningkatkan mutu pelayanan kepada ibu
tubuh setiap hari. Beberapa vitamin dan nifas agar dapat meningkatkan
mineral penting yang terkandung dalam pengetahuan mengenai produksi ASI
sayur dan buah adalah vitamin A, vitamin sehingga dapat memprosuksi ASI yang
C, vitamin E, magnesium, seng, kalium, cukup. Mutu pelayanan mempunyai
fosfor, dan asam folat. Kandungan- banyak dimensi, berkaitan dengan
kandungan ini dapat memenuhi kebutuhan penggunaan sumberdaya untuk
nutrisi ibu nifas yang juga berguna untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
mencegah komplikasi masa nifas. dan mengelola fasilitas pelayanan
Sesuai dengan pendapat kesehatan (fasyankes), serta perilaku
Notoatmodjo (2010) banyak faktor yang pemberi pelayanan dan perilaku
mempengaruhi seseorang dalam masyarakat pengguna layanan kesehatan
berperilaku dimana Perilaku kesehatan (Yunartha, 2017).
(Health Behavior) adalah respon
Praktik Edisi 1. Penerbit Nuha
SIMPULAN Medika
Berdasarkan penelitian diketahui 6
(60.0%) responden mempunyai Kemenkes RI, 2016. Profil kesehatan
pencegahan komplikasi nifas negative, Indonesia
sebagian besar memiliki pengetahuan
Kemenkes RI, 2012. Profil kesehatan
rendah sebanyak 6 responden (60.0%), 5
Indonesia
responden (50.0%) mempunyai sikap
positif dan 5 responden (50.0%) dan 5 Lismawati, 2012. Asuhan kebidanan nifas.
responden (50.0%) mempunyai perilaku
Penerbit PT Rineka Cipta. Jakarta
positif dan 5 responden (50.0%)
mempunyai perilaku negative. Martasoebrata, 2012. Obstetric patologi.
DAFTAR PUSTAKA Penerbit EGC Jakarta
Arikunto, Suharmi. 2010. Prosedur
Nugroho, 2011. Obstetric. Penerbit Nuha
Penelitian Suatu
Pendekatan Medika Yogyakarta
Notoatmodjo, 2012. Metodologi
penelitian. Penerbit PT Rineka
Cipta. Jakarta

Prasetyawati, 2012. Kesehatan ibu dan


anak (KIA). Penerbit Nuha Medika
Yogyakarta :x+170

SDKI, 2012.Survei Demografi Kesehatan


RI

Suyono, 2011. Patologi kebidanan.


Penerbit Nuha Medika Yogyakarta

Yunartha, M 2017. Hubungan kendali


mutu dengan kualitas pelayanan
kesehatan pasien rawat inap bpjs
kesehatan di rsd kh. Daud arif
kabupaten tanjung jabung barat
tahun 2017. Vol. 7 No. 01 Mei 2018
ejournal.unaja.ac.id

Yulifah, 2011. Keperawatan maternitas.


Penerbit Nuha Medika Yogyakarta
TELAAH JURNAL 1

1. JUDUL JURNAL

“ANALISIS PELAKSANAAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI NIFAS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI

TAHUN 2018”

 Judul ini tidak lebih dari 5 baris, menarik, cukup jelas, akurat, tidak ambigu
dan dapat menggambarkan apa yang akan diteliti, judul menggunakan
singkatan yang baku.
 Dari judul ini penulis mengambil lingkup yang lebih kecil agar lebih mudah
saat meneliti. Sudah baik karena mencantumkan tempat penelitian dan tahun
penelitian agar lebih jelas lingkupnya.
 Variabel yang diambil juga sudah baik, karena pengetahuan, sikap dan
perilaku menurut teori adalah merupakan faktor resiko yang mempengaruhi
rendah/tingginya pelaksanaan pencegahan komplikasi nifas.

2. PENGARANG DAN INSTITUSI


Penulis dari jurnal ini adalah Lidya, dia adalah dosen jurusan Kebidanan
Universitas Adiwangsa Jambi. Dalam menuliskan nama gelar akademi dari
penulis sudah benar, tidak perlu dicantumkan.

3. ABSTRAK
Abstrak tersebut merupakan abstrak terstruktur, sudah tercakup komponen
IMRAD ( Introduction, Metode, Result, Analize, Discussion). Merupakan
abstrak informative karena bias menjelaskan secara jelas suatu penelitian walau
hanya melihat sekilas saja tanpa harus membaca semua isi penelitian karena
semua sudah
terangkum di dalam abstrak. Abstrak pada jurnal tersebut sudah cukup padat,
jelas dan mudah dimengerti. Cara penulisan abstrak juga sudah benar secara
sistematis mulai dari latar belakang, tujuan penelitian, metode penelitian, hasil,
kesimpulan dan kata kunci semua sudah tercantum didalamnya. Jumlah kata
tidak lebih dari 250 kata dan mencantumkan kata kunci.

4. PENDAHULUAN
 Pendahuluan terdiri dari 13 paragraf dibuat format dua kolom
 Pada bagian awal pendahuluan mengemukakan alasan dilakukannya
penelitian ini yaitu masalah kebidanan diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama. Kematian ibu pada masa nifas biasanya disebabkan
oleh infeksi nifas (10%), ini terjadi karena kurangnya perawatan luka,
perdarahan (42%) akibat robekan jalan lahir, sisa plasenta dan atonia uteri,
eklamsia (13%) dan komplikasi masa nifas (11%), oleh karena itu asuhan
masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun
bayinya.
 Tujuan dari penelitian ini terdapat pada paragraf 9 yaitu untuk mendeteksi
dini komplikasi pada masa nifas.
 Di pendahuluan tidak ditemukan desain penelitian dan hipotesis.
 Pendahuluan terdiri dari dua halaman

5. METODE PENELITIAN
 Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.
 Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 10 ibu yang diwawancarai
yang diambil secara accidental sampling.
 Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 sampai 31 Juli tahun 2018 di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi.
 Analisa data dalam penelitian ini secara Univariat.
6. HASIL DAN PEMBAHASAN
 Penyajian hasil pengolahan data tidak menggunakan tabel, tapi
menggunakan diagram lingkaran.
 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 10 responden diketahui 6
(60.0%) responden mempunyai pencegahan komplikasi nifas negatif dan 40
(40.0%) responden mempunyai pencegahan komplikasi nifas yang positif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahuinya bahwa sebagian besar
responden memiliki pencegahan komplikasi nifas yang negative.
 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 10 responden yang
memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 4 responden (40.0%) dan
pengetahuan rendah sebanyak 6 responden (60.0%).
 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 10 responden diketahui 5
responden (50.0%) mempunyai sikap positif dan 5 responden (50.0%)
mempunyai sikap negatif. Dari pernyataan yang paling banyak menjawab
selalu terdapat pada pernyataan Ibu mencari tahu kapan jadwal kunjungan
nifas yang harus diberikan atau berkonsultasi ke petugas kesehatan. hal ini
membua sikap reponden tergolong positif terhadap pencegahan komplikasi
pada masa nifas.
 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 10 responden diketahui 5
responden (50.0%) mempunyai perilaku positif dan 5 responden (50.0%)
mempunyai perilaku negatif.

7. KESIMPULAN DAN SARAN


Pada jurnal penelitan terdapat kesimpulan dan tidak terdapat saran sehingga
tidak dapat ditelaah.
Penulis tidak mencantumkan saran didalam jurnal. Sistematika saran yang
mungkin bisa digunakan :
 Saran bagi masyarakat
 Saran bagi Puskesmas paal V Kota Jambi
 Saran bagi institusi pendidikan
 Saran bagi penelitian selanjutnya.

8. DAFTAR PUSTAKA
 Daftar pustaka ditulis sesuai abjad sehingga hal tersebut berguna untuk
pembaca yang ingin merujuk literature asli.
 Referensi yang dikutip sudah disebutkan pada jurnal dan sebaliknya.
Literature yang digunakan 12 yang semuanya merupakan literature terbaru
karena menggunakan referensi 10 tahun dari tahun penulisan penelitian.
PENGARUH PERENCANAAN PULANG TERHADAP
KESIAPAN PASIEN PULANG PADA PASIEN IBU
NIFAS DI RSPANTI WILASA CITARUM
SEMARANG

Ari Serawati P*), Maria Suryani**), Rahayu Astuti***)


*)
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Elizabeth Semarang
***)
Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadyah Semarang

ABSTRAK

Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program keperawatan pasien. Perencanaan pulang
dapat dilakukan pada semua pasien, terutama pada pasien nifas. Kesiapan ibu sebelum pulang perlu
diperhatikan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti pendarahan saat pulang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perencanaan pulang terhadap kesiapan pulang pasien pada
pasien nifas di RS Pantiwilasa Citarum Semarang. Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperimental
dengan pendekatan One Group Pretest Posttest. Jumlah sampel 56 pasien ibu nifas yang ada di RS
Pantiwilasa Citarum Semarang dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kesiapan pulang pasien sebelum dilakukan perencanaan pulang sebagian besar menyatakan siap
yaitu sebanyak 49 (87,5%). Kesiapan pulang pasien setelah dilakukan perencanaan pulang sebagian
besar menyatakan siap yaitu sebanyak 53 (94,6%) responden. Ada perbedaan yang bermakna antara
sebelum dilakukan perencanaan pulang dan setelah dilakukan perencanaan pulang dengan uji
’’Wilcoxon Match Pairs Test’’ di dapatkan nilai p value 0,046. Rekomendasi hasil penelitian ini
adalah perawat perlu mengevaluasi pelaksanaan discharge planning dalam mempersiapkan pasien
menghadapi pemulangan..

Kata kunci : perencanaan pulang, kesiapan pulang

ABSTRACT

Discharge planning is an important part of a patient nursing program. The discharge planning can be
done by all patients especially the childbed patients. The readiness of the mother prior discharge needs
to be taken into account to prevent any unwanted situations such as bleeding on the way home. This
research is aimed at figuring out the influence of discharge planning to patients’ discharge readiness of
childbedpatients at PantiWilasaCitarum Hospital of Semarang. The design of this research is Quasy
Eksperimental with One Group Pretest Posttest.The samples are the56 childbed pasients with
purposive sampling technique atPantiwilasa Citarum Hospital of Semarang. The result of the study
indicates that there are 49 (87,5%) patients ready before applying discharge plan, while 53 (94.6%)
respondents are ready after applying discharge plan. There is a difference between before and after
applying discharge plan with Wilcoxon Match Pairs Test that reveals p value 0,046. This study
recommends the nurses to evaluate the discharge planning application to prepare the patients
preparing their discharge.

Key Words :discharge planning, discharge readiness

Pengaruh perencanaan pulang terhadap kesiapan pasien pulang ... (Ari Serawati P, 2015) 1
PENDAHULUAN

Perencanaan pulang merupakan bagian penting Bougenvile RSUD dr. Soegiri Lamongan”
dari program keperawatan pasien yang dimulai mendapatkan hasil sebelum dilakukan
segera setelah pasien masuk rumah sakit. Hal discharge planning sebagian besar pasien post
ini merupakan suatu proses yang melakukan operasi memiliki tingkat kesiapan 3 sebanyak
kerja sama antara tim kesehatan, keluarga, 70% dan sebagian kecil pasien post operasi
pasien,dan orang yang penting bagi pasien memiliki tingkat kesiapan 4 sebanyak 6%.
(Nursalam,2014). Perencanaan pulang adalah Setelah dilakukan discharge planning hampir
mekanisme untuk memberikan perawatan seluruh pasien post operasi memiliki tingkat
berkelanjutan, informasi tentang kebutuhan kesiapan 4 sebanyak 87% dan sebagian kecil
kesehatan berkelanjutan setelah pulang, pasien post operasi memiliki tingkat kesiapan 3
perjanjian evaluasi, dan instruksi perawatan sebanyak 13%. Dari uji yang dilakukan maka
diri (Swansburg,2000). didapatkan nilai Z =-5.807dan p = 0,000
dimana p < 0,05 artinya ada pengaruh
Pelaksanaan perencanaan pulang mencakup discharge planning terhadap kesiapan pasien
informasi perawatan lanjutan di rumah, post operasi menghadapi pemulangan di ruang
pengaturan fisik di rumah, sarana-sarana Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan.
pelayanan kesehatan di sekitar rumah, Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
membantu mempersiapkan kepulangan pasien, Liliana Dewi Purnamasari bahwa sebanyak
mencatat kepulangan pasien (Potter & Perry, (46,6%) pernah dikatakan kategori cukup
2005). Detail-detail pelaksanaan perancanaan dalam melaksanakan perencanaan pulang di
pulang yang tampaknya kecil seperti RSUD Tugurejo Semarang. Pelaksanaan yang
menginformasikan mengenai pengaturan fisik kurang optimal tersebut dikarenakan detail-
di rumah, sumber pelayanan kesehatan di detail kecil perencanaan pulang terkadang
sekitar rumah, membantu klien saat akan diabaikan oleh perawat. Berdasarkan hal
meninggalkan rumah sakit, dan mencatat tersebut, maka resiko jumlah pasien yang
kepulangan pasien juga harus tetap kembali ke rumah sakit dengan keluhan yang
dilaksanakan. Hal tersebut juga akan sama atau kekambuhan akan meningkat.
berpengaruh terhadap jumlah resiko
kekambuhan dan kembalinya pasien ke rumah Perencanaan pulang dapat dilakukan pada
sakit (Pemila, 2011). semua pasien, terutama pada pasien nifas.
Masa nifas (puerperium) menurut Sarwono
Hasil penelitian marthelina siahan (2009) Prawiroharjo adalah dimulai setelah plasenta
menunjukan bahwa sebelum dilakukan lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
discharge planning hampir (85,7%) responden kembali seperti keadaan semula atau sebelum
memiliki tingkat kesiapan 3 dalam menghadapi hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
pemulangan yaitu mampu tetapi ragu atau Bahaya terbesar yang biasanya terjadi pada ibu
mampu tetapi tidak ingin melakukan kegiatan nifas adalah hemoragi atau pendarahan. Selain
yang diajarkan setelah berada di rumah. Lebih pendarahan, ada juga bahaya lain yang
dari setengah responden (71.43%) memiliki mengancam ibu yaitu infeksi pada masa nifas.
tingkat kesiapan 4 dalam menghadapi Intervensi terhadap gangguan ini difokuskan
pemulangan setelah dilakukan discharge untuk mencegah infeksi dan meningkatkan
planning (post test) yaitu mampu dan ingin proses penyembuhan dengan perawatan
atau mampu dan yakin melakukan kegiatan asepsis, kebersihan diri, dan lain sebaginya
yang diajarkan setelah berada di rumah. Hasil (Syafrudin, 2009).
analisa data menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan tingkat kesiapan pasien Berdasarkan hasil survei Demografi dan
menghadapi pemulangan secara bermakna Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, angka
setelah dilakukan discharge planning (p kematian ibu masih sangat tinggi di Indonesia.
value< 0.05). Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 40%
Penelitian Mubtadi (2012) tentang “Pengaruh kematian masa nifas. Penyebab utama
discharge planning terhadap kesiapan pasien kematian ibu disebabkan karena pendarahan
post operasi menghadapi pemulangan di ruang (24%), infeksi (15%), aborsi tidak aman

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol...No...


(13%), tekanan darah tinggi (12%), dan dengan persalinan normal, dan bayi lahir
persalinan lama (8%). Oleh karena itu, hidup. Alat yang digunakan dalam penelitian
kesiapan ibu sebelum pulang perlu ini adalah kuesioner. Kuesioner yang terdiri
diperhatikan untuk mencegah hal-hal yang dari 2 bagian, yaitu data demografi dan data
tidak diinginkan seperti pendarahan saat tingkat kesiapan pasien pulang pada pasien
pulang. nifas.

Dari hasil wawancara dengan perawat di Analisis univariat digunakan untuk


Rumah Sakit Pantiwilasa Semarang. Di setiap mendapatkan gambaran distribusi responden
ruangan dilakukan perencanaan pulang hanya dengan cara membuat tabel distribusi
saja, ada perawat melakukan pengisian frekuensi, analisis univariat akan dilakukan
perencanaan pulang dan ada yang tidak dengan mencari mean, modus, dan median
melakukan pengisian perencanaan pulang. terhadap tiap variabe. Berdasarkan tabel
Dalam perencanaan pulang perawat hanya tersebut variabel-variabel yang akan diteliti
memberikan jadwal minum obat dan surat kemudian dianalisis secara deskriptif dengan
kontrol. menguraikannya secara rinci (Setiawan &
Saryono, 2010, hlm.178). Variabel dalam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penelitian ini yaitu pengaruh perencanaan
pengaruh perencanaaan pulang terhadap pulang terhadap kesiapan pasien pulang pada
kesiapan pulang pasien pada pasien ibu nifas. pasien nifas.

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua


METODE PENELITIAN variabel yang diduga berhubungan atau
Penelitian yang di gunakan peneliti yaitu korelasi. Analisis ini dilakukan untuk menguji
Quasy Eksperimental atau penelitian kesiapan pasien pulang sebelum dan sesudah
eksperimental dengan desain penelitian One dilakukan perencanaan pulang. Jika ada
Group Pretest Posttest. Penelitian ini tidak ada perbedaan signifikan ada pengaruh
kelompok pembanding (kontrol), tapi paling perencanaan pulang terhadap kesiapan pasien
tidak sudah dilakukan observasi pertama pulang pada pasien nifas. Hasil uji normalitas
(pretest) yang memungkinkan menguji menggunakan Kolmogorov Smirnov untuk
perubahan-perubahan yang terjadi setelah variabel kesiapan pulang pasien sebelum
adanya eksperimen (Notoatmodjo,2012,hlm dilakukan perencanaan pulang didapatkan nilai
57). 0,000 (< 0,05) sehingga dikatakan data
berdistribusi tidak normal sedangkan untuk
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah variabel kesiapan pulang pasien setelah
pasien ibu nifas dengan kelahiran normal dilakukan perencanaan pulang didapatkan nilai
dengan jumlah 56 responden. 0,000 (< 0,05) sehingga dikatakan data
berdistribusi tidak normal sehingga dalam
Penelitian ini menggunakan teknik penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Math
pengambilan sampel non random (non Pair Test.
probabilty) Sampling dengan metode
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
secara purposive sampling yang tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
didasarkan atas kemungkinan yang dapat
diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya Gambaran Umum Tempat Penelitian
berdasarkan kepada ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
(Notoatmojo, 2012, halm, 124). merupakan unit kerja yayasan Kristen Untuk
Kesehatan Umum (YAKKUM). Rumah sakit
Sample yang diambil dari populasi yang ada di Pantiwilasa Citarum Semarang memiliki 6
ruangan nifas di rumah sakit Pantiwilasa ruang rawat inap yaitu Anggrek, Bougenvile,
Citarum Semarang yang sesuai dikehendaki Cempaka, Dahlia, Geriatri dan ICU. Penelitian
peneliti dengan kriteria inklusi: pasien dilakukan pada ruang bougenvile (ruang ibu
kooperatif, pasien bisa membaca dan menulis, nifas).
pasien bersedia menjadi responden, pasien

3 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK),


Vol...No...
Hasil Penelitian SMA 36 64,3
S1 12 21,4
1. Analisis Univariat Total 56 100,0

a. Usia
Berdasarkan tabel 3 berdasarkan
Tabel 1 pendidikan terakhir sebagian besar pasien
Deskripsi Responden Berdasarkan ibu nifas di RS Panti Wilasa Citarum
Umur Pasien Ibu Nifas di RS Semarang pendidikan SMA sebanyak 36
Panti Wilasa Citarum Semarang (64,3%) responden, pendidikan SMP
Tahun 2015 sebanyak 8 responden (14,3%) dan
(n=56) pendidikan S1 sebanyak 12 responden
Mea Media Modus St. Min Ma (21,4%) dan tidak ada yang berpendidikan
n n deviasi x SD.

d. Pekerjaan
27,3 26,50 24 4,766 18 40
Tabel9 4
Deskripsi responden beradasarkan
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata pekerjaan pada ibu nifas di RS Panti
responden berusia 27 tahun, usia terendah Wilasa Citarum Semarang
18 tahun dan usia tertinggi 40 tahun.. Tahun 2015

Pekerjaan Frekuensi Persentase


b. Status Menikah (%)
Tabel 2 PNS 12 21,4
Deskripsi responden berdasarkan status Ibu 21 37,5
menikah ibu nfas di RS Panti Wilasa Rumah
Citarum Semarang Tahun 2015 Tangga
(n=56) Lain-lain 23 41,1
Status Menikah Frekuensi Persentase Total 56 100,0
(%)
Menikah 56 100,0 Pada tabel 4 bahwa pasien ibu nifas di RS Panti
Tidak menikah 0 0,0 Wilasa Citarum Semarang sebagian besar
Total 56 100,0 bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu
sebanyak 21 (37,5%) responden,
pekerjaan lain-lain sebanyak 23 (41,1%)
Tabel 2 menunjukkan bahwa bahwa responden, pekerjaan lain-lain itu seperti
berdasarkan status menikah semua pasien buruh pabrik, petani, dan wiraswasta, dan
ibu nifas di RS Panti Wilasa Citarum status sebagai PNS sebanyak 12 (21,4%)
menikah yaitu sebanyak 56 (100,0%) responden.
responden.

e. Distribusi frekuensi responden


c. Pendidikan Terakhir berdasarkan kesiapan pasien pulang
Tabel 3 (sebelum dilakukan perencanaan
Deskripsi responden beradasarkan pulang)
pendidikan terakhir ibu nifas di RS Tabel 5
Panti Wilasa Citarum Semarang Distribusi frekuensi responden
Tahun 2015 berdasarkan kesiapan pasien pulang
(n=56) (sebelum dilakukan perencanaan
pulang) di ruang Bougenvile RS Panti
Pendidikan Frekuensi Persentase Wilasa Citarum Semarang Tahun 2015
Terakhir (%) (n=56)
SD 0 0,0
SMP 8 14,3

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK),


Vol...No...
Citarum Semarang Tahun 2015 (n=56)
Kesiapan Frekuensi Persentase
Pasien (%)
Pulang Kategori N Mea St. P
(sebelum n Devias value
dilakukan i
perencanaan Sebelum 5 17,5 1,62 0,04
pulang) dilakukan 6 4 6
Tidak Siap 7 12,5 perencanaa
Siap 49 87,5 n pulang
Total 56 100,0 Setelah 18,6 1,34
Pada tabel 5 bahwa kesiapan pasien dilakukan 1
sebelum dilakukan perencanaan pulang perencanaa
sebagian besar menyatakan siap yaitu n pulang
sebanyak 49 (87,5%) responden dan tidak
siap sebanyak 7 (12,5%) responden. Berdasarkan tabel 7, Hasil skor kesiapan
pulang pada pasien nifas yang sebelum
f. Distribusi frekuensi responden dilakukan perencanaan pulang adalah 14-
berdasarkan kesiapan pasien pulang 20. Rata-rata skor 17,54 dan simpangan
(setelah dilakukan perencanaan pulang) baku 1,62. Sedangkan skor kesiapan pulang
Tabel 6 pada pasien nifas yang setelah dilakukan
Distribusi frekuensi responden perencanaan pulang adalah 15-20, dengan
berdasarkan kesiapan pasien pulang rata-rata 18,61 dan ssimpangan baku 1,34.
(setelah dilakukan perencanaan
pulang) di ruang Bougenvile RS Panti
Wilasa Citarum Semarang Tahun 2015 PEMBAHASAN
(n=56) A. Karakteristik Responden
1. Kesiapan pulang pasien sebelum dan
Kesiapan Frekuensi Persentase sesudah dilakukan perencanaan
Pasien (%) pulang.
Pulang Kesiapan berhubungan dengan
(setelah kemampuan yaitu pengetahuan,
dilakukan pengalaman dan ketrampilan serta
perencanaan berhubungan dengan keinginan yang
pulang) mencakup keyakinan, komitmen, dan
Tidak Siap 3 5,4 motivsi pasien nifas untuk melakukan
Siap 53 94,6 aktifitas atau kegiatan yang
Total 56 100,0 diajarkanserta dianjurkan oleh
perawat dan klnis lain (Martinsusilo,
2007).
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa
kesiapan pasien setelah dilakukan Dalam penelitian ini di dapatkan hasil
perencanaan pulang sebagian besar rata-rata responden berusia 27 tahun,
menyatakan siap yaitu sebanyak 53 usia terendah 18 tahun dan usia
(94,6%) responden dan tidak siap tertinggi 40 tahun. Abu Ahmadi
sebanyak 3 (5,4%) responden. (2005) mengemukakan bahwa
memori atau daya ingat seseorang itu
salah satunya dipengaruhi oleh umur.
2. Analisis Bivariat
Tabel 7 Dari uraian ini dapat disimpulkan
Hasil Uji Wilcoxon Pengaruh bahwa dengan bertambahnya umur
perencanaan pulang terhadap kesiapan seorang dapat berpengaruh
pulang pasien pada pasien nifas di bertambahnya pengetahuan tentang
ruang Bougenvile RS Panti Wilasa pengobatan, tanda-tanda bahaya,
aktivitas yang dilakukan, serta tindakan-tindakan lanjutan dirumah.
perawatan lanjutan di rumah, dari
pengetahuan itu dapat diterapkan Berdasarkan penelitian didapatkan
pendidikan terakhir sebagian besar Perencanaan pulang adalah
pasien ibu nifas di RS Panti Wilasa mekanisme untuk memberikan
Citarum Semarang pendidikan SMA perawatan berkelanjutan , informasi
sebanyak 36 (64,3%) responden, tentang kebutuhan kesehatan
pendidikan SMP sebanyak 8 berkelanjutan setelah pulang,
responden (14,3%) dan pendidikan S1 perjanjian evaluasi, dan instruksi
sebanyak 12 responden (21,4%) dan perawatan diri (Swansburg,2000).
tidak ada yang berpendidikan SD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Wiet Hary dalam Notoadmodjo yang sebelum dilakukan perencanaan
(2005) menyebutkan bahwa tingkat pulang sebagian besar menyatakan siap.
pendidikan menentukan mudah Hal ini terjadi karena responden telah
tidaknya seseorang menyerap dan menunjukkan siap yaitu telah meminum
memahami pengetahuan yang mereka obat sesuai dosis yang dianjurkan,
peroleh pada umumnya, semakin memperhatikan aturan pemakaian setiap
jenis obat, mengetahui tanda-tanda
tinggi pendidikan seseorang maka
bahaya seperti pendarahan per vagina
semakin baik pula pengetahuannya. yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak, bau busuk pada vagina, rasa sakit
Berdasarkan pengalaman atau di bagian bawah abdomen dll, dapat
pekerjaan, bahwa pasien ibu nifas di mengantisipasi, jika saya mengalami
RS Panti Wilasa Citarum Semarang pendarahan atau tanda-tanda bahaya
sebagian besar bekerja sebagai Ibu lainnya. Hal tersebut terjadi karena
Rumah Tangga yaitu sebanyak 21 responden telah mendapatkan
(37,5%) responden, pekerjaan lain- pengetahuan sebelumnya dari bidan
lain sebanyak 23 (41,1%) responden, maupun keluarga terdekat.
pekerjaan lain-lain itu seperti buruh
pabrik, petani, dan wiraswasta, dan Sesuai dengan teori yang menyatakan
sebagai PNS sebanyak 12 (21,4%) bahwa kesiapan pasien menghadapi
responden. pemulangan adalah kemampuan yang
mencakup pengetahuan, pengalaman,
Pengalaman kerja akan menghasilkan dan keterampilan serta keinginan
pemahaman yang berbeda bagi tiap yang mencakup keyakinan,
individu. Dengan semakin banyaknya komitmen, dan motivasi pasien nifas
pengalaman yang diperoleh selama untuk melakukan aktifitas atau
bekerja maka keterampilan akan kegiatan yang diajarkan serta
semakin bertambah pula, dengan dianjurkan oleh perawat dan klinisi
pengetahuan dan keterampilannya lain. Pasien dinyatakan siap
tersebut maka akan dapat menghadapi pemulangan apabila
menyesuaikan diri dengan pasien mengetahui pengobatan, tanda-
pekerjaannya. tanda bahaya, aktivitas yang
dilakukan, serta perawatan lanjutan di
Berdasarkan hasil penelitian rumah (The Royal Marsden Hospital,
menunjukan bahwa kesiapan pasien 2004 dalam Marthalena S, 2009).
sebelum dilakukan perencanaan
pulang sebagian besar menyatakan Terdapat 7 (12,5%) responden yang
siap yaitu sebanyak 49 (87,5%) menyatakan tidak siap, hal ini
responden dan tidak siap sebanyak 7 dimungkinkan terjadi karena
(12,5%) responden. responden menyatakan belum dapat
mengantisipasi, jika mengalami
pendarahan atau tanda-tanda bahaya
lainnya dan belum mengetahui tanda-
tanda bahaya seperti pendarahan per
vagina yang luar biasa atau tiba-tiba
bertambah banyak, bau busuk pada
vagina, rasa sakit di bagian bawah
abdomen dll. Hal tersebut karena
responden belum mendapat dengan teori bahwa faktor yang
pengetahuan dari bidan. Sesuai mempengaruhi kesiapan pasien pulang
yaitu pengetahuan, support sistem sebelum dilakukan perencanaan
dukungan sosial dan pelayanan pulang hal ini karena responden telah
kesehatan (Makhfudli, 2009. Hal. mendapatkan pengetahuan tentang
101). hal-hal yang perlu dipersiapkan
sebelum pulang seperti misalnya obat-
Hasil penelitian didukung oleh obat, aturan diet, aktifitas dan
penelitian yang dilakukan oleh istirahat, perawatan lanjutan. Adanya
Martalhena Siahan (2009) perencanaan pulang tersebut
menunjukkan bahwa sebelum menyebabkan responden menjadi
dilakukan discharge planning hampir lebih siap.
(85,7%) responden memiliki tingkat
kesiapan 3 dalam menghadapi Terdapat 3 (5,4%) responden yang
pemulangan yaitu mampu tetapi ragu menyatakan tidak siap, hal ini terjadi
atau mampu tetapi tidak ingin karena masih adanya kekhawatiran
melakukan kegiatan yang diajarkan responden karena belum dapat
setelah berada di rumah. Lebih dari mengantisipasi jika mengalami
setengah responden (71.43%) pendarahan atau tanda-tanda bahaya
memiliki tingkat kesiapan 4 dalam lainnya, belum mengetahui tanda-
menghadapi pemulangan setelah tanda bahaya seperti pendarahan per
dilakukan discharge planning (post vagina yang luar biasa atau tiba-tiba
test) yaitu mampu dan ingin atau bertambah banyak, bau busuk pada
mampu dan yakin melakukan vagina,dan rasa sakit di bagian bawah
kegiatan yang diajarkan setelah abdomen.
berada di rumah.
Hasil penelitian didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Martalhena Siahan (2009)
Mubtadi (2012) tentang “Pengaruh menunjukkan bahwa sebelum
discharge planning terhadap kesiapan dilakukan discharge planning hampir
pasien post operasi menghadapi (85,7%) responden memiliki tingkat
pemulangan di ruang Bougenvile kesiapan 3 dalam menghadapi
RSUD dr. Soegiri Lamongan” pemulangan. Lebih dari setengah
mendapatkan hasil sebelum dilakukan responden (71.43%) memiliki tingkat
discharge planning sebagian besar kesiapan 4 dalam menghadapi
pasien post operasi memiliki tingkat pemulangan setelah dilakukan
kesiapan 3 sebanyak 70% dan discharge planning (post test). Hasil
sebagian kecil pasien post operasi skor kesiapan pulang pada pasien
memiliki tingkat kesiapan 4 sebanyak nifas yang sebelum dilakukan
6%. perencanaan pulang adalah 14-20.
Rata-rata skor 17,54 dan simpangan
Kesiapan pasien yang setelah baku 1,62. Sedangkan skor kesiapan
dilakukan perencanaan pulang pulang pada pasien nifas yang setelah
menunjukan bahwa sebagian besar dilakukan perencanaan pulang adalah
menyatakan siap yaitu sebanyak 53 15-20, dengan rata-rata 18,61 dan
(94,6%) responden dan tidak siap simpangan baku 1,34.
sebanyak 3 (5,4%) responden.
Hasil uji normalitas data kesiapan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pulang pasien berdistribusi tidak
kesiapan pasien pulang setelah normal sehingga kesiapan pulang
dilakukan perencanaan pulang lebih pasien sebelum dilakukan
banyak yang siap dibandingkan yang perencanaan pulang dan setelah
dilakukan perencanaan pulang dengan
menggunakan uji ’’Wilcoxon Match
Pairs Test’’ di dapatkan nilai p value
0,046. Maka Ha diterima dan Ho
ditolak artinya ada perbedaan atau perencanaan pulang dan setelah
pengaruh sebelum dilakukan dilakukan perencanaan pulang.
SARAN
Responden yang sebelum dilakukan 1. Bagi pelayanan keperawatan
perencanaan pulang terdapat 7 Bagi perawat sebaiknya perawat melakukan
(12,5%) responden yang tidak siap perencanaan pulang kepada semua pasien
sedangkan setelah dilakukan dengan tujuan untuk mempersiapkan pasien
perencanaan pulang hanya terdapat pulang dimana pasien mampu melakukan
sebanyak 3(5,4%) responden yang perawatan saat di rumah.
menyatakan tidak siap. Hal ini dapat
terjadi karena kesiapan pasien untuk 2. Bagi pasien
pulang dipengaruhi oleh banyak
Pasien mendapatkan pelayanan
faktor tidak hanya oleh pengetahuan keperawatan dalam hal perencanaan pulang,
tentang perencanaan pulang, misalnya
sehingga menjadi lebih siap. Pengetahuan
support sistem dukungan sosial dan pasien bertambah tentang hal-hal yang
pelayanan kesehatan.
perlu dipersiapkan sebelum pasien pulang.

3. Bagi peneliti selanjutnya


SIMPULAN Diharapkan pada penelitian selanjutnya
1. Hasil penelitian bahwa kesiapan pasien diharapkan perencanaan pulang yang
sebelum dilakukan perencanaan pulang dilakukan melibatkan semua disiplin ilmu
sebagian besar menyatakan siap yaitu yang terkait (ahli rontgen, ahli gizi,
sebanyak 49 (87,5%) responden dan tidak fisioterapi, perawat dan lain-lain) sehingga
siap sebanyak 7 (12,5%) responden. informasi yang diterima oleh pasien lebih
spesifik sehingga pasien benar-benar siap
2. Bahwa kesiapan pasien setelah dilakukan ketika pemulangan
perencanaan pulang sebagian besar
menyatakan siap yaitu sebanyak 53
(94,6%) responden dan tidak siap sebanyak
3 (5,4%) responden. DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi (2005). Strategi
3. Bahwa skor kesiapan pulang pada pasien Beajar Mengajar. Bandung
nifas yang sebelum dilakukan perencanaan :PusakaSetia
pulang adalah 14-20. Rata-rata skor 17,54
dan simpangan baku 1,62. Sedangkan skor Discharge Planning Association.(2008).
kesiapan pulang pada pasien nifas yang Discharge planning. Diunduh tanggal
setelah dilakukan perencanaan pulang 03 Maret 2012 dari
adalah 15-20, dengan rata-rata 18,61 dan http://www.dischargeplanning.org.au.i
simpangan baku 1,34. Hasil uji normalitas ndex.htm
data kesiapan pulang pasien berdistribusi
tidak normal sehingga kesiapan pulang Hariyati T.S., Afifah, E., & Handiyani, H.
pasien sebelum dilakukan Perencanaan (2008). Evaluasi Model Perencanaan
pulang dan setelah dilakukan perencanaan Pulang yang Berbasis Teknologi
pulang dengan menggunakan uji ’’Wilcoxon Informasi Jurnal Makara Kesehatan.
Match Pairs Test’’ di dapatkan nilai p value Volume 12.Nomor 2. Halaman 53-58
0,046. Maka Ha diterima dan Ho ditolak
artinya ada perbedaan atau pengaruh Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian
sebelum dilakukan perencanaan pulang dan Kebidanan dan Teknik Analisa Data
setelah dilakukan perencanaan. edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Makhfudli, F. E. (2009). Keperawatan


Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktek dalam Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Marthalena. (2009). Pengaruh discharge


planning yang dilakukan perawat
terhadap kesiapan pasien pasca bedah
akut abdomen menghadapi pemulangan di RSUP H. Adam Malik
RS.Fatmawati. (Makara, Kesehatan,
Martinsusilo. (2007). Kepemimpinan VOL. 12, NO. 2, Desember 2008: 53-
Situasional (Online). Diunduh pada 58)
tanggal 2 Januari 2015. Dari
http://www.edymartin.word.com Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Mubtadi Faisol. (2012). Pengaruh discharge Nuha Medika
planning terhadap kesiapan pasien
post operasi menghadapi pemulangan Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael, Sofyan.
di ruang Bougenville RSUD dr. (2008). Dasar-dasar metodologi
Soegiri Lamongan penelitian klinis Edisi 3 :Jakarta
:Sagung Seto
Nasir, Muhith, Ideputri. (2011). Buku Ajar
Metodologi Penelitian Kesehatan. Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan
Yogyakarta: NuhaMedika riset Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu

Notoatmojo, S. (2002).Pendidikan Setiawan, Ari & Saryono (2010). Metodologi


dan perilaku penelitian kebidanan DIII, DIV, S1,
Kesehatan.Jakarta dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika
:RinekaCipta
Setyowati T. (2011). PelaksanaanDischarge
(2005).Metodologi penelitian Planning oleh Perawat Pada Pasien di
kesehatan. Jakarta: RinekaCipta Ruang Syarafdan Bedah Syaraf
Gedung Kemuning Rumah Sakit
. (2010). Metodologi penelitian Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
kesehatan.Jakarta :RinekaCipta Bandung. 2011.(Jurnal Nursing
Studies, Volume 1, Nomor 1 Tahun
, 2011).Kesehatan Masyarakat 2012, Halaman 213
:IlmudanSeni. Jakarta :RinekaCipta – 218Online di : http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jnursing.
, (2012).Promosi Kesehatandan
Perilaku Kesehatan. Jakarta Sujiyatini,dkk,(2010). Asuhan Ibu Nifas Askeb
:RinekaCipta III. Yogyakarta: Cyrillus Publisher

Nursalam. (2008). Konsep dan perawatan Sulistyawati, A. (2014). Buku Ajar Asuhan
metodologi penelitian Kebidanan Pada Ibu Nifas.
ilmu keperawatan Yogyakarta: ANDI.
professional. Jakarta : Salemba
Medika . (2010). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta
(2014).Manajemen Keperawatan. :SalembaMedika
Jakarta: SalembaMedika
Swansburg, R. C. (2000). Pengantar
Pemila, U, (2011). Konsep Discharge Kepimpinan & Manajemen
Planning. Diakses pada tanggal 10 Mei Keperawatan untuk Perawat Klinis.
2015 melalui: http://www.fik.ui.ac.id/.
Jakarta: EGC.
Potter, P. A & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar
Syafrudin. (2009). Kebidanan Komunitas.
Fundamental Keperawatan : Konsep
Jakarta : EGC
proses dan praktek. Vol 1, edisi 4.
Jakarta : EGC

Ramie dkk, (2008). Laporan Hasil Praktek


Manajemen Fokus di Discharge
Palnning di Ruang Teratai
TELAAH JURNAL 2

1. JUDUL JURNAL

“PENGARUH PERENCANAAN PULANG TERHADAP KESIAPAN

PASIEN PULANG PADA PASIEN IBU NIFAS DI RS PANTI

WILASA CITARUM SEMARANG”

 Judul ini tidak lebih dari 5 baris, menarik, cukup jelas, akurat, tidak ambigu
dan dapat menggambarkan apa yang akan diteliti, judul menggunakan
singkatan yang baku.
 Dari judul ini penulis mengambil lingkup yang lebih kecil agar lebih mudah
saat meneliti.
 Judul jurnal ini hanya mencantumkan tempat penelitian dan tidak
mencantumkan tahun penelitian

2. PENGARANG DAN INSTITUSI


 Penulis dari jurnal ini adalah Ari Serawati, Maria Suryani, dan Rahayu
Astuti, mereka adalah Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Telogorejo Semarang, Dosen Program Studi Keperawatan STIKES
Elizabeth Semarang, dan Dosen Program Studi Keperawatan Universitas
Muhammadyah Semarang.
 Dalam menuliskan nama gelar akademi dari penulis sudah benar, tidak perlu
dicantumkan.

3. ABSTRAK
Abstrak tersebut merupakan abstrak terstruktur, sudah tercakup komponen
IMRAD ( Introduction, Metode, Result, Analize, Discussion). Merupakan abstrak
informative karena bisa menjelaskan secara jelas suatu penelitian walau hanya
melihat sekilas saja tanpa harus membaca semua isi penelitian karena semua
sudah terangkum di dalam abstrak. Abstrak pada jurnal tersebut sudah cukup
padat, jelas dan mudah dimengerti. Cara penulisan abstrak juga sudah benar
secara sistematis mulai dari latar belakang, tujuan penelitian, metode penelitian,
hasil, kesimpulan dan kata kunci semua sudah tercantum didalamnya. Jumlah
kata tidak lebih dari 250 kata dan mencantumkan kata kunci yaitu perencanaaan
pulang dan kesiapan pulang.

4. PENDAHULUAN
 Pendahuluan terdiri dari 8 paragraf dibuat format dua kolom
 Pada bagian awal pendahuluan mengemukakan alasan berdasarkan hasil
survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, angka kematian
ibu masih sangat tinggi di Indonesia. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 40% kematian masa nifas.
Penyebab utama kematian ibu disebabkan karena pendarahan (24%), infeksi
(15%), aborsi tidak aman (13%), tekanan darah tinggi (12%), dan persalinan
lama (8%). Oleh karena itu, kesiapan ibu sebelum pulang perlu diperhatikan
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti pendarahan saat
pulang.
 Tujuan dari penelitian ini terdapat pada paragraf 8 yaitu untuk mengetahui
pengaruh perencanaaan pulang terhadap kesiapan pulang pasien pada (ibu
nifas).
 Di pendahuluan tidak ditemukan desain penelitian dan hipotesis.
 Pendahuluan terdiri dari satu halaman

5. METODE PENELITIAN
 Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperimental dengan pendekatan One
Group Pretest Posttest.
 Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah pasien ibu nifas dengan
kelahiran normal dengan jumlah 56 responden ibu nifas yang ada di RS
Pantiwilasa Citarum Semarang.
 Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non random (non
probabilty) Sampling dengan metode purposive sampling.
 Analisa data dalam penelitian ini secara Univariat.

6. HASIL DAN PEMBAHASAN


 Penyajian hasil pengolahan data menggunakan tabel, sudah sesuai kaidah.
 Hasil penelitian bahwa kesiapan pasien sebelum dilakukan perencanaan
pulang sebagian besar menyatakan siap yaitu sebanyak 49 (87,5%)
responden dan tidak siap sebanyak 7 (12,5%) responden.
 Bahwa kesiapan pasien setelah dilakukan perencanaan pulang sebagian besar
menyatakan siap yaitu sebanyak 53 (94,6%) responden dan tidak siap
sebanyak 3 (5,4%) responden.
 Bahwa skor kesiapan pulang pada pasien nifas yang sebelum dilakukan
perencanaan pulang adalah 14-20. Rata-rata skor 17,54 dan simpangan baku
1,62. Sedangkan skor kesiapan pulang pada pasien nifas yang setelah
dilakukan perencanaan pulang adalah 15-20, dengan rata-rata 18,61 dan
simpangan baku 1,34. Hasil uji normalitas data kesiapan pulang pasien
berdistribusi tidak normal sehingga kesiapan pulang pasien sebelum
dilakukan Perencanaan pulang dan setelah dilakukan perencanaan pulang
dengan menggunakan uji ’’Wilcoxon Match Pairs Test’’ di dapatkan nilai p
value 0,046. Maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada perbedaan atau
pengaruh sebelum dilakukan perencanaan pulang dan setelah dilakukan
perencanaan.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
 Kesimpulan dan saran telah sesuai karena telah menjawab dari hasil
penelitiandan analisis.
 Pada jurnal ini kesimpulan telah diambil dari analisis sehingga secara
sistematis telah benar. Begitu juga pada saran jurnal telah sesuai manfaat
pada penelitian yaitu memberikan saran bagi pelayanan keperawatan, bagi
pasien, dan bagi peneliti selanjutnya.

8. DAFTAR PUSTAKA
 Daftar pustaka ditulis sesuai abjad sehingga hal tersebut berguna untuk
pembaca yang ingin merujuk literature asli.
 Referensi yang dikutip sudah disebutkan pada jurnal dan sebaliknya.
Literature yang digunakan 27 dari 29 literatur menggunakan literature yang
baru berdasarkan buku – buku yang memuat informasi – informasi yang
diakui keakuratannya. Namun ada 2 literatur mengguanakan referensi tahun
yang sudah lama. Karena menurut penelaah referensi yang digunakan
sebaiknya maksimal 10 tahun dari tahun penulisan penelitian. Sedangkan
penulisan penetitian dilakukan pada tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai