Anda di halaman 1dari 29

TUGAS INDIVIDU

MANAJEMEN KONTROL DAN KUALITAS

PELAYANAN KEBIDANAN

“AUDIT MATERNAL PERINATAL”

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

MILA SYARI, SST, M.Keb

DISUSUN OLEH :

FETRY HUSNAYATY

NIM : 1901032092

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

2019
Laporan Kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP) Kabupaten Timor
Tengah Selatan

I. Pendahuluan

Kegiatan AMP bernaung dibawah Permenkes no 604 tahun 2008 tentang pedoman
pelayanan maternal perinatal pada rumah sakit umum kelas B, C dan D pada bab 6 tentang
kegiatan pencatatan dan pelaporan. Sehingga Kabupaten diwajibkan untuk melakukan
kegiatan AMP guna memantau kualitas pelayanan KIA dalam wilayahnya masing-masing.
Untuk itu pemantauan kegiatan AMP secara intensif perlu dilakukan pada daerah-daerah
dengan angka kematian ibu dan bayi yang tinggi.
Program sister hospital sudah berjalan hampir 5 tahun dan berjalan dengan dinamis.
Angka kematian maternal dan neonatal sebagai salah satu indikator program yang dicapai di
beberapa Kabupaten berhasil ditekan, namun ada beberapa Kabupaten yang masih berjalan
fluktuatif, diantaranya di Timor Tengah Selatan dan Sumba Timur. Bila melihat dari
penyebab kematian ibu dan bayi, maka tercatat bahwa penyebab utama kematian seperti
perdarahan, hipertensi, infeksi, abortus pada kematian ibu dan pada anak seperti BBLR,
asfiksia, infeksi dan lain-lain, sebuah kondisi medis yang sebenarnya dapat dicegah dan
diatasi namun audit maternal perinal (AMP) yang dilakukan kurang bermutu baik
rekomendasi maupun tindak lanjutnya, sehingga terjadi kematian berulang.

Grafik 1. Kematian Maternal di seluruh kabupaten di NTT tahun 2014 (Oktober) sumber:
Laporan F1 – F8 dan Laporan Indikator Antara Revolusi KIA NTT Kabupaten/Kota Tahun
2008- 2014 melalui Bidang Kesmas
Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)
menjadi penyumbang kematian maternal tertinggi di NTT, diketahui bahwa terjadi 18
kematian hingga bulan Oktober 2014 di Kabupaten TTS. Walaupun angka kematian di TTS
tertinggi namun bila dilihat secara mendalam seperti pada grafik 2, telah terjadi akselerasi
penurunan sebesar 50% dari tahun 2010 ke 2011, hal ini karena adanya program sister
hospital di NTT. Program sister hospital saja ternyata tidak cukup, karena pada tahun-tahun
berikutnya kematian maternal menjadi stagnan di level tersebut. Perlu adanya inovasi cara-
cara baru untuk mengatasi masalah lama di Kabupaten ini.

Grafik 2. Trend Kematian Maternal di 3 Kabupaten Sumber Data: Laporan F1 – F8 dan Laporan Indikator Antara
Revolusi KIA NTT Kabupaten/Kota Tahun 2008- 2014 melalui Bidang Kesmas Dinkes NTT

1
Menurut WHO terdapat 5 pendekatan yang penting dilakukan untuk menilai kualitas
pelayanan KIA pada setiap kasus kematian
1. Audit kematian pada lokasi fasilitas kesehatan (faskes) tempat terjadinya kematian
a. Investigasi mendalam mengenai bottleneck pelayanan KIA pada faskes
tersebut
b. Interview pada staff yang terlibat didalam kematian
c. Menyediakan rekomendasi terkait perbaikan pelayanan yang perlu dilakukan
2. Otopsi verbal
a. Investigasi mendalam tentang penyebab yang mungkin terjadi diluar faskes
b. Interview pada keluarga yang melihat terjadinya proses kematian
c. Interviewer haruslah sensitif kepada keluarga, dan dilakukan saat masa
berkabung selesai.
3. Pertemuan antar bidang yang terlibat didalam kematian
a. Haruslah terdapat komite didaerah yang bertanggung jawab didalam setiap
kematian, untuk melakukan audit dan mengadakan pembahasan
b. Setiap investigasi harus berdasarkan asas audit (tidak menyalahkan, tidak
mempermalukan dan bukan digunakan sebagai bukti hukum)

1
Mills, S. (2011). Maternal Death Audit as a Tool Reducing Maternal Mortality. HNPNotes of the World Health
Organization.
4. Investigasi kasus-kasus near miss
a. Kasus-kasus near miss haruslah dilakukan investigasi mendalam agar
didapatkan pelajaran serta rekomendasi didalam penanganan kasus kegawatan
b. Kemungkinan adanya tuntutan hukum pada staff yang terlibat sangatlah tinggi
karena ibu atau bayi tersebut hidup dan kemungkinan cacat, sehingga harus
dilakukan secara hati-hati.
5. Audit klinik
a. Review secara sistematis pada rekam medis pasien dan juga review pada
guideline penganganan kegawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di
masa mendatang
b. Jika terlaksana dengan baik, kualitas pelayanan faskes tersebut tentu akan
meningkat.

Berdasarkan review tersebut`maka penilaian kualitas dari AMP di kabupaten/kota


dapat dilihat berdasarkan indikator input, proses maupun outputnya

INPUT:
 Tersedia SK Tim AMP yang ditandatangani oleh Bupati / Walikota
 Tersedia Formulir Pengumpulan data yang lengkap di setiap fasilitas kesehatan
 Prosentase tim Pengkaji internal yang telah mengikuti pelatihan hadir mengikuti
kegiatan AMP
 Prosentase bidan yang telah dilatih AMP hadir dalam kegiatan AMP
 Tersedia anggaran untuk mengadakan kegiatan AMP di Kabupaten
 Terdapat laporan hasil kegiatan AMP tahun sebelumnya

PROSES:
 Prosentase kelengkapan pengisian masing-masing formulir
o Form Pemberitahuan Kematian Maternal/Neonatal
o Form Daftar Kematian Maternal/Neonatal
o Form Rekapitulasi Kematian Maternal/Neonatal
o Form Otopsi Verbal Kematian Maternal/Neonatal
o Form Rekam Medis Kematian Maternal/Neonatal
o Form Rekam Medis Perantara Maternal/Neonatal
o Form Pengkaji Maternal/Neonatal
 Prosentase kasus kematian yang dikaji dari seluruh kasus kematian maternal/neonatal
 Jumlah pertemuan kajian kasus yang terlaksana dalam satu tahun
 Prosentase kehadiran anggota yang diundang dibandingkan dengan anggota yang
datang

OUTPUT
 Prosentase kesesuaian antara rekomendasi dengan akar masalah KIA di kabupaten
tersebut
 Indeks responsiveness (prosentase antara rekomendasi yang disepakati dengan tindak
lanjut, baik respon segera maupun respon terencana)

Hasil Kegiatan
1. Pertemuan Pendampingan Pertama
Pendampingan pertama dilakukan di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, dihadiri oleh 24
orang termasuk tim pendamping. Pendampingan ini tidak dihadiri oleh kepala dinas
kesehatan karena terdapat acara lain.

Indikator Input Hasil


Tersedia SK Tim AMP yang Tersedianya SK Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) Nomor
ditandatangani oleh Bupati / Walikota 132/KEP/HK/2012 tentang pembentukan tim audit maternal
perinatal (AMP) kabupaten TTS. Susunan keanggotaan tim AMP
berjumlah 59 orang yang diuraikan dalam lampiran SK tersebut.
Tersedia Formulir Pengumpulan data Formulir tersedia lengkap di Dinas Kesehatan Kabupaten
yang lengkap di setiap fasilitas
kesehatan
Prosentase tim Pengkaji internal yang Tidak ada peserta yang pernah mengikuti kegiatan pelatihan
telah mengikuti pelatihan hadir pengkaji internal
mengikuti kegiatan AMP
Prosentase bidan yang telah dilatih Semua bidan koordinator yang ada di kabupaten TTS belum
AMP hadir dalam kegiatan AMP pernah mengikuti pelatihan dasar AMP.
Tersedia anggaran untuk mengadakan Tahun 2014 telah tersedia anggaran untuk mengadakan kegiatan
kegiatan AMP di Kabupaten AMP namun karena masih belum merupakan skala prioritas,
dana kegiatan AMP dialihkan dan baru dicairkan pada akhir
tahun anggaran. Sehingga kegiatan AMP tidak berjalan dengan
dana kabupaten, kegiatan AMP 2014 berlangsung 1 kali dengan
dana AIPMNH bulan Februari.
Terdapat laporan hasil kegiatan AMP Terdapat laporan kegiatan AMP tahun 2013 dengan dukungan
tahun sebelumnya dana AIPMNH.
Indikator Proses Hasil
Prosentase kelengkapan pengisian Dalam pendampingan diketahui bahwa belum banyak peserta
masing-masing formulir yang paham mengenai cara pengisian formulir AMP tersebut,
 Form Pemberitahuan Kematian meskipun format tersedia lengkap di dinas kesehatan atas
Maternal /Neonatal bantuan AIPMNH (di Soe, ada beberapa peserta yang sudah
 Form Daftar Kematian Maternal paham mengenai formulir karena mereka sudah melakukan
/Neonatal AMP)
 Form Rekapitulasi Kematian
Maternal /Neonatal Peserta yang hadirpun mengeluh bahwa data yang dikirimkan
 Form Otopsi Verbal Kematian hanya berupa form RMM/RMP yang isinya tidak lengkap, dan
Maternal /Neonatal tidak dilengkapi oleh rekam medis dari puskesmas asal rujukan,
 Form Rekam Medis Kematian hanya rekam medis tempat kematian, sehingga analisis dilakukan
Maternal /Neonatal hanya berdasarkan data yang ada, bukan data yang seharusnya
 Form Rekam Medis Perantara (untuk kematian yang terjadi di rumah sakit, sedang persalinan
Maternal /Neonatal ada di puskesmas, polindes, atau yang di rumah)
 Form Pengkaji Maternal /Neonatal
 Form Rangkuman Pengkaji
Maternal/ Neonatal
Prosentase kasus kematian yang dikaji Tidak ada kasus kematian 2014 yang dikaji, baik maternal
dari seluruh kasus kematian maupun neonatal, 0%
maternal/neonatal
Jumlah pertemuan kajian kasus yang Pertemuan pengkajian kasus kematian tahun 2014 tidak
terlaksana dalam satu tahun terlaksana, pengkajian kasus bulan februari 2014 digunakan
untuk membahas kasus kematian 2013
Prosentase kehadiran anggota yang Tim AMP Kabupaten sebanyak 59 orang dihadiri oleh 18 orang
diundang dibandingkan dengan peserta, persentase kehadiran sebesar 30%
anggota yang datang

Dalam pertemuan pendampingan ini diketahui bahwa bahwa pelaksanaan AMP tahun
2014 hanya 1 kali (Februari 2014) dengan dukungan dana dari AIPMNH. Menurut kabid
yankes, pada tahun 2014 terdapat 23 Kematian ibu dengan 115 kematian bay. Dari data
tersebut, analisis AMP belum dilakukan dengan alasan kesulitan merealisasikan keuangan
pada akhir tahun oleh karena itu dana untuk kegiatan ini dialihkan untuk kegiatan lain yaitu
dana perjalanan. Komunikasi verbal terhadap bendahara (Bpk. NB), Dinkes Kab. TTS
menyatakan bahwa dana AMP selalu ada tiap tahunnya dalam DPA, namun karena tidak
pernah dilaksanakan maka proses pencairan dana tidak dapat dilakukan. Adapun syarat untuk
pencairan dana menggunakan sistim LS/GU (kepanjangannya apa? )
Pada saat awal kegiatan simulasi pengkajian kasus, tampak bahwa peserta belum
memahami proses AMP pengkajian secara eksternal pun yang belum pernah dilakukan. Oleh
sebab itu tim pendamping memberikan penjelasan mengenai seluruh proses kegiatan AMP
hingga form apa saja yang perlu diisikan. Setelah diberikan penjelasan yang lengkap, tim
AMP Kabupaten TTS yang dipimpin oleh dr. Edward SpOG, mulai menampakkan
antusiasme, dengan membahas 5 kasus kematian maternal dan 5 kasus kematian perinatal.
Tabel dibawah merupakan rekapitulasi pembahasan kasus di masing-masing kabupaten
beserta hasil rekomendasi yang dihasilkan oleh tim AMP Kabupaten.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pembahasan Kasus pada Pendampingan Pertama AMP

No Kasus Akar Masalah Rekomendasi


1 Asfiksia  Ketersediaan oksigen yang  Intervensi pembelajaran: Simulasi penanganan kasus asfiksia
Bayi asfiksia berat dirujuk pada
minim di puskesmas  Intervensi manajemen:
kondisi yang sudah sangat - Manajemen bimbingan pengisian format AMP
terlambat di rumah sakit. - Kelengkapan administrasi RMP dan RMPP.
- Manajemen pengisian tabung oksigen.
2 Asfiksia dan anencephalus  Kelainan kongenital  Intervensi advokasi: Sosialisasi pengisian format AMP dan sosialisasi
kibbla.
Bayi dengan kelainan kongenital  Intervensi pembelajaran:
namun keterangan yang - Simulasi kasus penanganan asfiksia
diberikan dalam formulir tidak - Magang di RS Poned.
lengkap  Intervensi manajemen:
- Kelengkapan administrasi RMP dan RMPP.
- Aktifkan petugas konselor
- Melakukan rujukan terencana pada kasus ibu hamil risiko tinggi.
3 Aspirasi  Managemen laktasi yang  Intervensi advokasi:
kurang baik Perubahan tata ruang perinatologi
Bayi mengalami aspirasi saat
 Intervensi pembelajaran:
berada di ruang NICU, aspirasi
terjadi pasca pemberian ASI oleh - Simulasi cara pemberian minum yang baik (manajemen laktasi)
ibu  Intervensi manajemen:
- Kelengkapan administrasi RMP dan RMPP.
- SOP manajemen laktasi
- SOP pemeliharaan inkubator
- Stabilisasi listrik
- Evaluasi pemeliharaan inkubator
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pembahasan Kasus AMP pada Maternal dan Neonatal

No Kasus Akar Masalah Rekomendasi

1 Ruptur uteri Managemen kasus yang tidak  Intervensi pembelajaran:


Terjadi ruptur uteri pasca baik terhadap letak lintang - Sosialisasi SOP penatalaksanaan perdarahan.
dilakukan reposisi manual posisi  Intervensi manajemen:
bayi letak lintang di rumah sakit - SOP penanganan kasus letak lintang
- SOP penanganan perdarahan akut
- SOP pengelolaan alat
- SOP pengelolaan intrapartum
- SOP persediaan darah
2 HPP Penapisan ibu-ibu resiko  Intervensi advokasi:
tinggi yang tidak baik - Alokasi anggaran untuk pengadaan USG portable.
Terjadi perdarahan pasca
persalinan di puskesmas, potensi  Intervensi pembelajaran:
perdarahan tidak terdeteksi - Simulasi kasus-kasus penanganan perdarahan.
dalam ANC  Intervensi manajemen:
- Rujukan terencana bagi ibu hamil (kelompok resti A).
- Deteksi resti oleh bidan dan lakukan pematauan bagi ibu hamil resti.
- Pembagian daerah binaan oleh petugas.
3 PEB + Anemia Managemen ANC yang tidak  Intervensi advokasi:
maksimal - Kadinkes TTS melakukan evaluasi berkala kebutuhan dan pemakaian
Kematian terjadi pada ibu yang obat dan bahan habis pakai.
menolak untuk dilakukan - Alokasi dana yang tepat sesuai kebutuhan.
terminasi meskipun tekanan - Perubahan
darah sangat tinggi, karena  Intervensi manajemen:
merasa pada kehamilan - Melakukan pemeriksaan Hb saat kunjungan ANC 1
sebelumnya juga seperti itu - Manajemen pengelolaan bahan habis pakai
- Evaluasi penggunaan bahan habis pakai
- Evaluasi pemanfaatan obat dan alat medis
Berdasarkan hasil rekomendasi dalam pembahasan diatas, maka dilakukan penyusunan matriks rekomendasi yang dapat melihat permasalahn
individu menjadi masalah populasi, dengan adanya matriks ini maka akan diketahui adanya rentang pelayanan yang memerlukan
perhatian secara lebih mendalam didaerah tersebut. Berikut adalah data rekomendasi yang berhasil dikumpulkan dari pembahasan beberapa
kasus diatas pada saat pertemuan pertama. Pasca pertemuan ini pihak dinas kesehatan akan mulai melakukan AMP ulang sesuai dengan
konsep yang diajarkan.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Rekomendasi Pendampingan Audit Maternal Perinatal

Leadership Managemen Pelayanan Kapasitas Klinis Pelayanan Rujukan Akses Masyarakat


Masyarakat  Project bersama ibu  Penyuluhan bagi ibu hamil  Poster teknik Cara  Meningkatkan kesadaran  Pembuatan Kartu
PKK untuk  banyak ibu hamil yang menyusui yang baik suami  Beritahu suami SKTM /
mengolah kebun tidak mengetahui  Protab 1 jam pasca untuk selalu kontak bidan Jamkesda
keluarga agar tidak permasalahan saat hamil menyusui langsung bila terjadi kegawatan difasilitasi oleh
lagi terjadi  penyusunan materi IMD pengawas edukasi setiap kontrol pemerintah desa
kelaparan tidak diperlukan   Optimalisasi buku KIA ANC
PENGGUNAAN dan untuk teknik menyusui  Advokasi kepada kepada
SOSIALISASI BUKU  PIN bagi ibu dan kader kepala desa / camat / raja
KIA (Buku Pink) kepada sebagai Konselor ASI / toma/ toga untuk
ibu hamil pengadaan Ambulance
 Video TV untuk
 Lomba cerdas cermat menyusui
swadaya guna
buku pink kepada ibu mempercepat proses
kader dengan hadiah uang rujukan oleh masyarakat
 Toga melakukan  Advokasi kepada toma /
penyuluhan pasca kutbah toga untuk suami siaga
hari minggu dan jumat
Petugas  Pelatihan pada bidan  Skill Assesment
untuk penanganan pada Petugas
kasus kehamilan yang  Pelatihan bagi petugas
tidak diinginkan rumah sakit untuk
 Petugas menempelkan penanganan
sticker didepan pintu BBLR agar lebih
berbasis desa siaga, pakai terampil.
bendera
 Buffering stok obat di
rumah sakit
Manager Faskes  Evaluasi kepatuhan  Bidan koordinator
petugas terhadap SOP mengirimkan data
rujukan ke gereja saat usia
kehamilan 9
bulan, agar
didoakan bersama

Manager  Advokasi kepada


Program kepala desa / poktan
dengan Menanam
sayur atau
memelihara 
protein 
memanfaatkan
pekarangan
 Desa percontohan,
satu desa dipilih,
kita buat intervensi
untuk meningkatkan
sumber pangan
Pasca kegiatan pendampingan pertama, tim AMP Kabupaten TTS melakukan
kegiatan AMP ulang untuk seluruh kematian maternal (25 kasus) dan 25 kasus kematian
perinatal, selain dari kasus-kasus yang dituliskan diatas, data rekapitulasi rekomendasi
terdapat pada kolom dibawah ini

Tabel 4. Analisa Hasil Rekomendasi

DAFTAR REKOMENDASI MATERNAL


Sasaran
Mudah Dampak Total Prioritas
Remkomen Uraian
(1-5) (1-5) Skor (P1-5)
dasi
Masyarakat Melakukan rujukan terencana kasus resti 3 5 8 II
Rujukan terencana ibu hamil kelompok A 3 5 8 I
Petugas Pembagian Wilayah binaan bagi Tim desa
4 4 8 II
(RT,RW,Dusun,Toma,Toga,Kader, aparat desa
Deteksi dini tanda bahaya dan komplikasi pada
4 4 8 II
kehamilan, persalinan dan nifas
Diskusi Reflexi kasus 4 4 8 III
Deteksi resti oleh bidan dan lakukan pemantauan ibu
5 5 10 I
hamil resti
Koordinasi dengan puskesmas terdekat mengenai
3 3 6 III
pelayanan dan sasaran pelayanan
Deteksi dini tanda bahaya dan pemantauan pada ibu
4 4 8 II
hamil
Pemantauan ibu hamil resti 7 H sebelum tafsiran 5 5 10 I
Pembagian wilayah binaan oleh petugas 4 4 8 II
Memperbaiki sistem pencatatatan dalam kohort 5 5 10 I
Meperbaiki dan aktifkan sistem informasi ke masyarakat 4 4 8 II

Bimbingan pengisisn Format OVM/RMM/RMMP 5 5 10 I

Kemitraan Bidan, dukun dan kader 4 4 8 III


Pemantauan Bumil sasaran 5 5 10 I
Update data sasaran secara rutin 5 5 10 I
Pemantauan secara rutin kantong persalinan perdesa 5 5 10 I
Kunjungan rumah ibu hamil resti 5 5 10 III
Tepat waktu dalam pelayanan ke desa/kunjungan desa 4 4 8 III
Kunjungan Rumah Bumil 4 4 8 III
kerja sama Toga,Toma, kader, dukun, aparat desa dalam
5 5 10 I
pelayanan
pemantauan ibu hamil 7 H sebelum tyafsiran persalinan 5 5 10 I
Koordinasi dengan unsur lokal di masyarakat untuk
3 4 7 III
pemantauan ibu hamil dengan sistem 7H7 center
Penerapan SOP Penanganan perdarahan Post Partum 4 5 9 I
penerapaan SOP penanganan PEB 3 5 8 II
Penerapan SOP Penanganan Retensio placenta dengan
5 5 10 I
tindakan manual placenta
memperbaiki pemberian cairan/rehydrasi pada kasus
5 5 10 I
perdarahan
Bides aktifkan kunjungan ke desa 5 5 10 I
Meperbaiki dan aktifkan sistem informasi ke masyarakat 4 4 8 II
Melakukan ANC terintegrasi denganl lab untuk screning
5 5 10 I
pada trimester 1 dan 3
Intervensi pembelajaran dengan memperbaiki sistem
informasi baik teknik, metode maupun penyampaian 4 4 8 II
materi
magang di RS Ponek 3 3 6 4
Simulasi penanganan perdarahan 4 4 8 III
Simulasi kasus penanganan ibu hamil dengan malaria 4 4 8 II
Simulasi penanganan kasus letak lintang 4 4 8 III
Simulasi penanganan perdarahan karena Atonia Uteri 4 5 9 II
Simulasi penanganan PEB
Sosialisasi P4K dan tanda bahaya bagi ibu hamil, bersalin
dan nifas dan KB 4 4 8 II
Sosialisasi tanda bahaya dan komplikasi pada kehamilan,
persalinan dan nifas 3 3 6 4

Sosialisasi 7 H 7 Center ( bila dimungkinkan 14 hari


4 4 8 II
sebelum tafsiran)
Sosiallisasi penanganan kasus resiko tinggi 3 3 6 III
Sosialisasi perda KIBBLA, Perdes 3 3 6 III
Sosialisasi Kasus gawat darurat pada kehamilan,
3 4 7 III
persalinan dan Nifas
Manager 5 5 10 II
Faskes Diskusi Reflexi kasus (DRK) jika ada kasus kematian
Update data sasaran secara rutin perdesa 5 5 10 I
Kelengkapan Format RMM dari faskes 4 4 8 II
Pemantauan kantong persalinan perdesa 5 5 10 I
melakukan koordinasi dengan puskesmas terdekat terkait
sasaran wilayah 3 3 6 III

Mengisi format OVM/RMM/RMMP dengan lengkap 5 5 10 I


pemantauan ibu hamil 7 hari sebelum tafsiran 5 5 10 I
Koordinasi dengan Toga, toma, aparat desa untuk
pemantauan ibu hamil 7 H sebelum tafsirannya 4 4 8 II

SOP Penyuluhan sesuai kebutuhan 4 4 8 II


Koordinasi dengan Toga untuk mencantumkan nama toga
dlm kartu tafsirannya dalam pemantauan ibu hamil 4 4 8 III

SOP penanganan ibu hamil dengan letak lintang 5 5 10 I


SOP Pengelolaan Intra Partum 5 5 10 I
SOP persediaan darah 5 5 10 I
Penerapan SIOP ANC berkualitas 5 5 10 I
Kunjungan rumah ibu hamil resti 4 4 8 III
Penerapan SOP penanganan perdarahan Post Partum 4 5 9 I
memperbaiki pemberian cairan/rehydrasi pada kasus
5 5 10 I
perdarahan
Penerapan SOP Penanganan Retensio placenta dengan
5 5 10 I
tindakan manual placenta
Bides aktifkan kunjungan ke desa 5 5 10 I
Koordinasi Tim Obgyn dan Anastesi 4 5 9 II
SOP Lab Pemeriksaan HB 4 4 8 II
SOP Pemeriksaan Protein Urin 4 4 8 II
SOP pemeriksaan Glukosa 4 4 8 II
SOP Pengambilan dan pemeriksaan DDR 4 4 8 II
Melakukan ANC terintegrasi denganl lab untuk screning
5 5 10 I
pada trimester 1 dan 3
SOP Penanganan Kasus kehamilan dengan malaria 4 4 8 III
Perencanaan permintaan sarana dan prasarana (lab,BHP
4 4 8 II
dll)
Diskusi
Diskusi Reflexi kasus kematian 4 4 8 III
Refresing tenaga laboratorium 4 4 8 III
Refresing Kemitraan bidan,dukun dan kader 3 4 7 III
Simulasi penanganan perdarahan karena Atonia Uteri 4 5 9 II
Refresing penanganan perdarahan post partum 4 4 8 II
Simulasi Penaganan PEB 4 5 9 II
Simulasi penanganan kasus retensio Placenta 5 5 10 I
magang RSU PONEK 3 4 7 III
Melakukan Rujukan terencana ibu hamil kelompok A 5 5 10 I
Sosialisasi Perda KIBBLA 3 3 6 III
Sosialisasi P4K dan tanda bahaya pada kehamilan,
4 4 8 III
persalinan dan nifas
Alokasi anggaran untuk insentif kader 3 3 6 III
Sosialisasi rumah tunggu 5 5 10 II
Sosialisasi tanda bahaya saat hamil 3 3 6 III
Manager Alokasi anggaran untuk penyediaan USG Portable 4 4 8 III
Program kadinkes evaluasi berkala kebutuhan dan pemakaian
bahan habis pakai, peralatan 4 4 8 III

Alokasi anggaran untuk penyediaan dipstik 4 4 8 III


Penyediaan kebutuhan sesuai perencanaan baik sarana
4 5 9 I
maupun prasarana (obat, lab,BHP, alat dll)

Bintek secara berkala 3 3 6 4


Umpan balik laporan 3 3 6 III
Perencanaan untuk permintaan dipstik 4 4 8 II
Distribusi kebutuhan sarana dan prasarana sesuai
4 4 8 II
kebutuhan
Sosialisasi, sistem desa siaga dan fungsi jejaring 3 3 6 IV
Simulasi pengisian format AMP 4 4 8 II
sektor Sosialisasi Perda KIBBLA, Perdes 3 3 6 III
terkait Kerjasama unsur masyarakat untuk membangun sistem
3 3 6 III
informasi yang lebih baik
AMP hasil kematian dan pembuatan rekomendasi 3 3 6 III
Sektor Sosialisasi Perda KIBBLA, Perdes 3 3 6 III
Terkait
Koordinasi dengan unsur masyarakat 4 4 8 II
Peran toga untuk pendampingan ibu hamil dan
Tokoh 4 4 8 II
pemantauan ibu hamil termasuk ibu hamil beresiko
Agama
Motivator dan penggerak sasaran serta informasikan 7H7
4 4 8 II
center,
Informasikan Perda KIBBLA, Perdes 4 4 8 II
Aktifkan sistem siaga desa 4 4 8 II
Peran Toma untuk pendampingan ibu hamil dan
Tokoh 4 4 8 II
pemantauan ibu hamil
Masyarakat
Motivator dan penggerak sasaran serta informasikan 7H7
4 4 8 II
center,
Informasikan Perda KIBBLA, Perdes 4 4 8 II
Aktifkan sistem siaga desa 4 4 8 II
Sosialisasi Tanda bahaya dan komplikasi pada kehamilan,
3 3 6 III
Selain persalinan dan nifas
diatas Aktifkan sistem siaga desa 4 4 8 II
(Sebutkan) Peran Tim Siaga desa 4 4 8 III
Sosisalisasi desa siga 4 4 8 V
Peran Tim Siaga desa dalam pemantauan bumil, bulin,
4 4 8 III
nifas maupun bayi
pemantauan Tim siaga desa terhadap ibu hamil 7 H
sebelum tafsisran persalinannya 3 3 6 III

Kebijakan daerah tentang persalinan di faskes 4 4 8 I


Koordinasi dengan unsur masyarakat 4 4 8 II
Keluarga/Ib Sosialisasi tanda bahaya dan komplikasi pada kehamilan,
4 4 8 III
u persalinan dan nifas
DAFTAR REKOMENDASI PERINATAL
Sasaran
Mudah Dampak Total Prioritas
Remkomen Uraian
dasi (1-5) (1-5) Skor (P1-5)
Pengisian format OVP/RMP/RMP Peranta dengan
5 5 10 I
lengkap
Deteksi dini tanda bahaya dan konseling rujukan 4 4 8 III
Deteksi resiko lebih dini untuk penanganan secara tepat
5 5 10 I
dan cepat
Rujukan terencana 5 5 10 I
Kunjungan Rumah Bumil Resti 4 4 8 III
Kolaborasi TIM (dokter, bidan,perawat) 4 5 9 II
Manajemen pengisian 02 5 5 10 I
Memperbaiki Metode penyampaian informasi pada
5 5 10 I
masyarakat
Pemantauan kantong persalinan 5 5 10 I
Kualitas ANC sesuai standart 4 5 9 II
Penerapan SOP penanganan asfiksia pada BBLR 5 5 10 I
Penerapan SOP manual rujukan di Puskesmas 4 5 9 II
Kunjungan Neonatal 5 4 9 II
Pemantauan ketat neonatus < 6 jam dilanjutkan > 6 jam
4 5 9 II
Petugas selanjutnya.
Kemitraan bidan ,dukun dan kader 5 5 10 I
Pendataan sasaran rutin 5 5 10 I
Bimbingan obsevasi pasien dan pengisian Partograft 5 5 10 I
Simulasi penanganan Asfiksia 5 5 10 I
Magang RSU PONEK 3 4 7 IV
Simulasi cara pemberian minum yang benar 5 5 10 I
Refresing petugas kesehatan tentang cara pemberian
3 4 7 IV
Minum dan penanganan Bayi dengan aspirasi
Simulasi tentang asuhan persalinan kala 1 3 4 7 IV
Sosialisasi Perda KIBBLA 5 4 10 II
Sosialisasi pengisian format OVP/RMP/RMP Perantara 5 5 10 I
Sosialisasi tentang penanganan kasus gawat darurat
3 3 6 V
neonatus
Sosialisasi tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir 3 3 6 V
Sosialisasi tanda bahaya dan komplikasi pada Neonatus 4 4 8 III
Sosialisasi cara pemberian minum dan perawatan BBLR 4 4 8 III
Aktifkan petugas Konselor 5 5 10 I
Manajemen Pengisian 02 5 5 10 I
Bimbingan pengisian Format OVP/RMP/RMPP 5 5 10 I
Stabilisasi listrik 3 5 8 III
Evaluasi perawatan Inkubator 4 4 8 III
SOP Perawatan Inkubator 4 4 8 III
SOP Manajemen laktasi 5 5 10 I
SOP penatalaksanaan rawat gabung 5 5 10 I
SOP penanganan bayi dengan gangguan paru 5 5 10 I
SOP cara pemberian minump ada bayi dan cara
5 5 10 I
perawatan BBLR
SOP Penanganan Bayi dengan kelainan jantung 5 5 10 I
SOP penanganan Bayi dengan kelaianan jantung bawaaan 5 5 10 I
DRK kasus kematian 5 5 10 I
Aktifkan manajemen laktasi 5 5 10 I
Bimbingan dan evaluasi bagi ibu dan keluarga yang rawat
4 4 8 III
gabung
Manager
Penerapan SOP penanganan bayi dengan gangguan Napas 5 5 10 II
Faskes
Penerapan SOP penanganan asfiksia 5 5 10 I
Rujukan lebih awal 5 5 10 I
Penyediaan fentilator 3 5 8 III
Manajemen pengisian 02 5 5 10 I
Sosialisasi tanda bahaya pada neonatus dan bayi serta
5 5 10 I
penanganannya
Sosialisasi Perda KIBBLA 4 4 8 II
Simulasi kasus bayi dengan gangguan napas 4 4 8 III
Simulasi kasus 4 4 8 III
Simulasi penanganan kasus letsu dan penanganan BBLR
4 4 8 III
dengan asfiksia
Simulasi pemberian minum dan cara perawatan BBLR 4 4 8 III
Simulasi Penanganan bayi baru lahir dengan gangguan
4 4 8 III
napas
Sosialisasi pengisian format OVP/RMP/RMP perantara 5 5 10 I
Perubahan setting ruangan perinatologi 3 3 6 V
mendeteksi resiko secara tepat untuk memperbaiki sistem
4 5 9 II
informasi rujukan
Manager
Bimbingan Pengisian format AMP Tingkat Puskesmas 5 5 10 I
Program
Pemerintah Meningkatkan kerja sama dengan unsur masyarakat 5 5 10 I
daerah
Dukungan dari Tim siaga desa jika ada ibu hamil, ibu
3 4 7 IV
Tokoh bersalin maupun neonatuis bermasalah
Masyarakat Menjalin kerjasama dengan Toma dalam pemantauan ibu
5 5 10 1
hamil dan bayi bermasalah
Tokoh Menjalin kerjasama dengan Toga dalamn pemantauan ib
5 5 10 1
Agama u hamil dan bayi bermasalah
Peningkatan kerjasama dengan unsur masyarakat 3 4 7 IV
Dukungan kerjasama toga toma, kader, dukun maupun
5 5 9 I
Tokoh adat dalam meningkatkan pelayanan
Masyarakat
Dukungan Tim siaga desa bila ada ibu hamil baru, ibu
5 5 10 I
bersalin maupun neonatus/bayi bermasalah
Sosialisasi desa Siaga 3 3 6 V
Bimbingan dan evaluasi bagi ibu dan keluarga yang rawat
4 5 9 II
Keluarga/Ib gabung
u Sosialisasi tanda bahaya pada neonatus dan bayi serta
4 5 9 II
cara penanganannya

Data rekomendasi diatas merupakan hasil dari kajian pembahasan kasus kematian
selama 4 hari di Kabupaten TTS, perlu adanya apresiasi khusus karena seluruh komponen
bahu membahu dalam memberikan masukan rekomendasi pada saat kajian berlangsung.
Setelah menentukan skala prioritas rekomendasi maka langkah berikutnya adalah penajaman
aspek rekomendasi yang dipilih tersebut, sehingga dapat menghasilkan rekomendasi yang
operasional serta tepat sasaran. Dalam kegiatan pertemuan pertama diketahui bahwa banyak
anggota tim AMP Kabupaten yang merasa lelah karena banyak rekomendasi yang
dikeluarkan setiap kali melaksanakan audit namun tindak lanjutnya sering tidak dilaksanakan,
hal ini sudah terjadi berulang-ulang setiap tahun. Maka dari itu dalam pertemuan kedua hanya
akan dipilih beberapa rekomendasi operasional dan yang dapat dilaksanakan oleh segenap
komponen didalam kabupaten, baik yang berupa segera atau membutuhkan perencanaan
sebelumnya.
2. Kegiatan Pendampingan Audit Maternal Perinatal Kedua
Kegiatan pendampingan audit maternal perinatal yang kedua lebih difokuskan kepada
penajaman aspek rekomendasi. Seluruh rekomendasi yang masuk dalam kegiatan
pendampingan pertama dikaji ulang berdasarkan skala prioritas dan disusun lebih
operasional. Proses AMP yang baik akan menghasilkan rekomendasi yang tajam serta
operasional, sehingga kematian dengan sebab sama tidak akan terulang lagi di masa
mendatang.
Sebuah rekomendasi yang baik akan memenuhi seluruh unsur dalam SMART
(Spesifik, Measureable, Assignable, Realistic and Time Measure), dimana rekomendasi
tersebut harus dibuat secara spesifik dan operasional untuk mengatasi akar masalah,
kualitasnya dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif, memiliki seorang penanggung
jawab kegiatan, rekomendasi tersebut bukanlah hal yang mustahil dilakukan dan tentu harus
memiliki target waktu untuk dilaksanakan. Sehingga pola pikir dalam kegiatan ini adalah
sebagai berikut
Kasus Kematian Kasus Kematian Kasus Kematian
Maternal - Perinatal Maternal - Perinatal Maternal - Perinatal

Kasus Kematian Kasus Kematian


Maternal - Perinatal Maternal - Perinatal

Pelaksanaan Audit
Maternal Perinatal
yang baik

Penyusunan Akar
Masalah dan Daftar
Rekomendasi
Kegiatan Pertama Pemantauan Jarak
Jauh dan Penyusunan
POA
Analisa Rekapitulasi
Rekomendasi dan
Data Kematian

Review Kasus dan


Operasionalisasi
Rekomendasi
Kegiatan Kedua Pemantauan Respon
Segera

Sosialisasi dan Advokasi


Rekomendasi kepada
pengambil kebijakan
Kegiatan Ketiga Pemantauan Respon
Terencana
Mengawali kegiatan pendampingan kedua dilakukan review beberapa kasus yang
telah dibahas dalam pertemuan pertama, hal ini dilakukan sebagai penyegaran kepada seluruh
peserta yang hadir agar dapat mengingat kembali masalah-masalah apa saja yang terjadi
didaerahnya. Tim dari Dinas Kesehatan memaparkan total 2 kasus yang terdiri dari 1 kasus
kematian maternal dan 1 kasus kematian neonatal. Dilanjutkan dengan tim konsultan
melakukan paparan mengenai rekapitulasi data kematian. Kedua hal ini lalu dikombinasikan
untuk menentukan konsep operasionalisasi dari masing-masing rekomendasi yang telah
dipilih dalam pertemuan yang pertama. Selain menggunakan pembahasan kasus pada
pertemuan pertama, data-data dibawah ini juga dijadikan acuan dalam pemilihan
rekomendasi karena dinas kesehatan akan kesulitan untuk menjalankan 50-an rekomendasi
sekaligus.

Tabel 5. Rekapitulasi Kematian Maternal di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2014


Data yang berwarna kuning mengindikasikan terjadi permasalahan didalam
managemen persalinan, sementara berwarna biru berarti terdapat perbaikan yang difokuskan
kepada perawatan pasca salin, sedangkan untuk warna hijau memerlukan perbaikan dalam hal
rencana pemulangan pasien serta perawatan masa nifas, untuk warna hitam berarti
memerlukan perbaikan infrastruktur yang menunjang keamanan ibu hamil.
Mayoritas kematian terjadi pada kolom yang berwarna kuning, yakni pada kematian
dengan sebab obstetri langsung pada saat proses persalinan hal ini mengindikasikan
managemen pelayanan persalinan masih belum baik di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Terdapat beberapa pasien yang meninggal pada saat masa nifas (kolom hijau) tetapi
jumlahnya tidak sebanyak pada kematian karena sebab langsung.
Grafik 3. Usia Ibu dan Umur Kehamilan dibandingkan dengan Jumlah Kematian Maternal di
Kabupaten Timor Tengah Selatan
35

30 Jumlah Kematian

25

20

15
> 35
10 20 - 35
< 20
5

0
≤ 20 Minggu 21 - 28 Minggu 29 - 36 Minggu 36 - 40 Minggu > 40 Minggu
Umur Kehamilan

Dalam grafik diatas diketahui ternyata banyak kematian yang terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan dan pada rentang usia produktif serta aman untuk melahirkan yakni
pada usia 20 – 35 tahun. Hal ini berarti memang terjadi permasalahan pada aspek managemen
persalinan, terutama penanganan komplikasi pada saat masa persalinan. Sehingga perlu
adanya penyegaran-penyegaran kepada petugas untuk menangani kegawatan persalinan.
Grafik 4 Grafik ANC dibandingkan dengan Jumlah Kematian Ibu

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 >4
Jumlah ANC

Perdarahan Eklampsi Infeksi/sepsis Lain-lain

Dalam data rekapitulasi kematian maternal Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)
tahun 2013-2014, diketahui bahwa banyak kematian terjadi karena ibu pada ibu yang tidak
pernah melakukan pemeriksaan ANC pada saat kehamilan. Sehingga tidak diketahui apakah
kehamilan ibu tersebut berpotensi bermasalah atau tidak, serta tidak tercatat dalam data
kantong persalinan sehingga sulit untuk dilakukan pemantauan secara rutin. Menarik untuk
dicermati, bahwa ternyata banyak pula ibu yang meninggal meskipun melakukan ANC > 4 x,
hal ini mengindikasikan adanya layanan ANC yang belum berkualitas.
Terkait hal ini, pada saat diskusi pendampingan kedua muncul tanggapan bahwa
kurangnya jumlah tenaga kesehatan mengakibatkan bidan kesulitan untuk melakukan 10 T
langkah ANC yang baik, beberapa bidan hanya melakukan 2T yakni “Tengok-Tengok”, tanpa
melakukan pemeriksaan Hb, Tekanan Darah, dan pengukuran-pengukuran lainnya.
Grafik 5 Usia Kehamilan dibandingkan dengan Sebab Kematian di Kabupaten TTS

35
Jumlah Kematian

30

25

20
Lain-lain
15
Infeksi/sepsis
10 Eklampsi
5 Perdarahan
0
<= 20 Minggu 21 - 28 29 - 36 36 - 40 > 40 Minggu
Minggu Minggu Minggu
Umur Kehamilan

Grafik nomor 5 menunjukkan bahwa penyebab utama kematian di Kabupaten


Manggarai Barat adalah perdarahan yang terjadi pada saat persalinan. Berdasarkan hal ini
penyusunan rekomendasi dapat difokuskan dalam beberapa aspek terutaman untuk
peningkatan penanganan kasus perdarahan oleh tenaga kesehatan.
Grafik 6 Lokasi Kematian Ibu dibandingkan Penyebab Kematian

30

25

20

15

10

0
RS Puskesmas Jalan Rumah

Perdarahan Eklampsi Infeksi/sepsis Lain-lain

Grafik 6 menunjukkan kematian terjadi pada saat ibu bersalin di rumah, persalinan di
rumah sangat berbahaya bagi ibu dan bayi, karena pada saat terjadi komplikasi tidak ada
tenaga kesehatan yang siap melakukan pertolongan, sehingga perlu adanya peran serta
dengan masyarakat untuk meyakinkan bahwa seluruh ibu hamil harus melahirkan di fasilitas
kesehatan yang layak
Grafik 7 Jumlah Kehamilan Ibu dengan Penyebab Kematian

16

14

12

10

0
0 1 2 3 4 >5

Perdarahan Eklampsi Infeksi/sepsis Lain-lain

Grafik diatas menunjukkan banyaknya kematian yang terjadi apabila ibu hamil lebih
dari 2 kali, meskipun ternyata pada ibu yang hamil dua kali juga terjadi banyak kematian
meskipun tidak sebesar apabila ibu hamil lebih dari dua kali. Demikian pula dengan kasus
kematian neonatal masih banyak kematian yang terjadi pada berat badan lahir bayi cukup,
sehingga hal ini mengindikasikan perlu adanya peningkatan kemampuan petugas kesehatan
untuk
Grafik 8 Berat badan lahir dibandingkan dengan dengan sebab dan jumlah kematian

12

10

0
< 1500 1500 - 2499 2500 - 3499 >= 3500

BBLR Asfiksia Sepsis Kongenital Lain-Lain

Di Kabupaten TTS, jika dicermati maka penyebab kematian neonatal masih sama seperti
tahun-tahun sebelumnya yaitu BBLR, Asfiksia dan Infeksi. Belum ada trend baru penyebab
kematian. Ada kecenderungan peningkatan kasus bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Bahkan di trimester I di tahun 2015 bila tidak dilakukan pengendalian dengan
baik, maka jumlah kasus kematian neonatal cenderung akan mengalami peningkatan.
Grafik 9. Usia Neonatus Pada Saat Meninggal di Kabupaten Timor Tengah Selatan

100

Jumlah Kematian 90

80

70 Lain - Lain

60 Kongenital
Sepsis
50
Asfiksia
40
BBLR
30

20

10

0
0 - 48 Jam 2 - 7 Hari 7 - 14 Hari 14 - 28 Hari > 28 Hari
Usia Neonatus

Berdasarkan grafik diatas maka diketahui bahwa kematian banyak terjadi pada usia 0
– 48 jam, hal ini mengindikasikan bahwa terjadi kelemahan dalam pelayanan oleh petugas,
maupun kelalaian saat proses rujukan, serta peran status kesehatan ibu yang kurang sehingga
melahirkan bayi-bayi kecil yang bermasalah. Tabel dibawah adalah rangkuman akar masalah
berdasarkan data serta kasus-kasus yang telah dibahas
Masyarakat Manager Fasilitas Kesehatan
 masih ada kepercayaan untuk tidak  Masih kurangnya kemampuan untuk
meninggalkan rumah ketika bersalin dan menjaring bumil melalui posyandu, para
masih ada masyarakat yang belum tenaga kesehatan masih bersifat
sepenuhnya mempercayai petugas “menunggu” dan belum berinisiatif
kesehatan terutama bidan baru yang untuk menjemput bola. Posyandu lebih
mummnya masih muda bersifat pelayanan sekedarnya, belum
 Masih ada kasus kehamilan yang dioptimalkan dengan baik
disembunyikan apalagi bila belum ada  Belum ada keseragaman SOP dalam
status pernikahan yang sah penanganan bayi di puskesmas dan
 Masih banyak ibu hamil yang secara rumah sakit
rutin melakukan ANC tetapi ketika  Sudah dilakukan Bimbingan Teknis ke
melahirkan lebih memilih dukun dalam puskesmas PONED tetapi belum
pertolongan persalinan dirasakan perbaikan yang maksimal
 Kemitraan Bidan dan dukun sudah ada dalam penanganan kasus-kasus
tetapi belum dilakukan secara maksimal. emergency
 Belum semua bumil terdeteksi oleh  Kurangnya data pengisian formulir AMP
nakes karena ratio bidan desa yang sehingga pengkajian AMP dalam
masih sangat kurang bila dibandingkan pencarian akar masalah kurang tajam
dengan jumlah desa dan mengakibatkan rekomendasi yang
 Belum ada sistem dan jejaringan dengan dihasilkan tidak kuat
TOMA/TOGA/kader/PKK/PMD/BKPK
M
Petugas Kesehatan Manager Program
 Masih kurangnya kompetensi para bidan • Belum ada perencanaan obat dan bahan
dalam penanganan kasus-kasus habis pakai secara baik sehingga saat
kegawatdaruratan dibutuhkan sering menjadi kendala
 Kualitas ANC yang masih rendah, • Masih belum cairnya dana kapitasi 2014
belum bisa mendeteksi ibu hamil dengan menyebabkan menurunnya semangat
bayi yang berisiko BBLR dan Asfiksia juang nakes di puskesmas
 Sudah banyak dilakukan pelatihan tetapi • Belum adanya kerjasama lintas sektor
ketika kasus kurang ditemukan, yang optimal dari Dinas Kesehaatn.
umumnya ketrampilan yang didapatkan Banyak program bagus yang dibuat
sudah tidak diingat lagi dengan baik tetapi tidak dimaintenance dengan baik.
 Belum tercapainya kualitas kunjungan • Belum ada pembuatan SOP tindakan-
rumah dan Belum tercapainya kualitas tindakan emergensi
data dan informasi yang bisa menjadi • Belum terlihat adanya validasi data di
dinkes
monitoring dalam pemantauan ibu hamil
• Kurangnya proporsional nakes
dibanding jumlah desa yang ada
• 7H7 yang belum optimal
Berikut ini adalah rencana kerja yang disepakati oleh dinas kesehatan untuk dilakukan tindak lanjut, yang dibagi kedalam rencana bagi
aspek masyarakat dan aspek tenaga medis
Sumber Penanggung
No Kegiatan Indikator Pelaksana Waktu Sasaran
Dana Jawab
Masyarakat
1 Membentuk jejaring dengan Peningkatan penggunaan
TOGA/TOMA dan Kader rumah tunggu
PKK untuk:
 Aktif menemukan ibu hamil Persalinan di fasilitas
baru di masyarakat dan kesehatan meningkat
mendampingi selama proses
kehamilan dan persalinan Peningkatan Ibu hamil
 Meletakkan kantong yang melakukan K1
persalinan di di tempat
ibadah baik itu gereja,
masjid maupun pura
 Sosialisasi Rumah Tunggu
oleh Gereja, Masjid, Pura
kepada semua jemaat,
terutama penggunaan rumah
tunggu pada H-7.
 Meningkatkan kesadaran
masyarakat agar mau ke
fasilitas kesehatan
Tenaga Kesehatan
2 Standarisasi ANC dengan K1 Dilakukan pemeriksaan
yang berkualitas termasuk Hb pada seluruh ibu hamil
penanganan konseling yang yang melakukan
menyeluruh, melakukan pemeriksaan K1
pemeriksaan Hb pada seluruh
ibu hamil
3 Peningkatan kompetensi
nakes dalam deteksi dini dan
kasus emergensi
• Semua Nakes baru yang
diterima harus melakukan
magang di RS selama 4
minggu
• Setelah dilakukan magang
maka harus ada penilaian
dengan menggunakan check
list (sebagai panduan)
terutama penanganan kasus-
kasus emergensi
• Bagi nakes yang sudah ada
maka harus dilakukan
simulasi-simulasi secara rutin
dan dapat dilakukan di dinas
kesehatan atau puskesmas
PONED
 Meningkatkan transfer
knowledge oleh tenaga-
tenaga yang baru selesai
kepada petugas yang ada
Manager Program
4 Penguatan dan Peningkatan
Koordinasi Lintas Sektor
Pertemuan koordinasi tingkat
kabupaten setiap triwulan dan
semester dengan BPMPD,
BKKBN, Bappeda, PKK dan
Rumah Sakit untuk
berkoordinasi tentang
Pelayanan KIA
5 Advokasi kepada Pimpinan
daerah tentang penguatan
program KB, tentang kuantitas
dan distribusi tenaga kesehatan
yang belum cukup,
Manager Faskes
6 Penyusunan Uraian Tugas
bagi Seluruh tenaga kesehatan
di Puskesmas agar mereka
mengetahui posisi kerjanya dan
tidak bekerja seenaknya
7 Penyediaan reagen untuk Dana Kapitasi puskesmas
pemeriksaan Hb Sahli yang belum diturunkan
dari januari 2014 dapat
segera dikeluarkan,
sehingga sehingga
puskesmas dapat
menyediakan reagen
secara mandiri

Tersedia reagen untuk


melakukan pemeriksaan
Dalam rencana tindak lanjut yang telah disepakati, berikut ini adalah rangkuman
rekomendasi yang disusun berdasarkan sasaran serta waktu pelaksanaan kegiatan, antara
rekomendasi segera dan yang membutuhkan perencanaan.
Respon Segera Respon Terencana
Masyarakat
Membentuk jejaring dengan TOGA/TOMA dan Kader
PKK untuk:
 Aktif menemukan ibu hamil baru di masyarakat dan
mendampingi selama proses kehamilan dan persalinan
 Meletakkan kantong persalinan di di tempat ibadah baik
itu gereja, masjid maupun pura
 Sosialisasi Rumah Tunggu oleh Gereja, Masjid, Pura
kepada semua jemaat, terutama penggunaan rumah
tunggu pada H-7.
 Meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau ke
fasilitas kesehatan
 Gereja membuat panduan bagi diaken untuk pendataan
ibu hamil
 Gereja membuat pengumuman setiap minggu agar ibu
hamil didampingi suami untuk memeriksaan kehamilan
secara teratur
 Gereja memberi ibadah khusus ibu hamil
Manager Faskes
Penyusunan Uraian Tugas bagi Seluruh tenaga kesehatan di Penyediaan reagen untuk pemeriksaan Hb Sahli
Puskesmas agar mereka mengetahui posisi kerjanya dan
tidak bekerja seenaknya
Manager Program
Penguatan dan Peningkatan Koordinasi Lintas Sektor Advokasi kepada Pimpinan daerah tentang
Pertemuan koordinasi tingkat kabupaten setiap triwulan dan penguatan program KB, tentang kuantitas dan
semester dengan BPMPD, BKKBN, Bappeda, PKK dan distribusi tenaga kesehatan yang belum cukup,
Rumah Sakit untuk berkoordinasi tentang Pelayanan KIA

Tenaga Kesehatan
 Standarisasi ANC dengan K1 yang berkualitas termasuk
penanganan konseling yang menyeluruh, melakukan
pemeriksaan Hb pada seluruh ibu hamil
 Peningkatan kompetensi nakes dalam deteksi dini dan
kasus emergensi
 Semua Nakes baru yang diterima harus melakukan
magang di RS selama 4 minggu
 Setelah dilakukan magang maka harus ada penilaian
dengan menggunakan check list (sebagai panduan)
terutama penanganan kasus-kasus emergensi
 Bagi nakes yang sudah ada maka harus dilakukan
simulasi-simulasi secara rutin dan dapat dilakukan di
dinas kesehatan atau puskesmas PONED
 Meningkatkan transfer knowledge oleh tenaga-tenaga
yang baru selesai kepada petugas yang ada

Anda mungkin juga menyukai