PELAYANAN KEBIDANAN
DISUSUN OLEH :
FETRY HUSNAYATY
NIM : 1901032092
2019
Laporan Kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP) Kabupaten Timor
Tengah Selatan
I. Pendahuluan
Kegiatan AMP bernaung dibawah Permenkes no 604 tahun 2008 tentang pedoman
pelayanan maternal perinatal pada rumah sakit umum kelas B, C dan D pada bab 6 tentang
kegiatan pencatatan dan pelaporan. Sehingga Kabupaten diwajibkan untuk melakukan
kegiatan AMP guna memantau kualitas pelayanan KIA dalam wilayahnya masing-masing.
Untuk itu pemantauan kegiatan AMP secara intensif perlu dilakukan pada daerah-daerah
dengan angka kematian ibu dan bayi yang tinggi.
Program sister hospital sudah berjalan hampir 5 tahun dan berjalan dengan dinamis.
Angka kematian maternal dan neonatal sebagai salah satu indikator program yang dicapai di
beberapa Kabupaten berhasil ditekan, namun ada beberapa Kabupaten yang masih berjalan
fluktuatif, diantaranya di Timor Tengah Selatan dan Sumba Timur. Bila melihat dari
penyebab kematian ibu dan bayi, maka tercatat bahwa penyebab utama kematian seperti
perdarahan, hipertensi, infeksi, abortus pada kematian ibu dan pada anak seperti BBLR,
asfiksia, infeksi dan lain-lain, sebuah kondisi medis yang sebenarnya dapat dicegah dan
diatasi namun audit maternal perinal (AMP) yang dilakukan kurang bermutu baik
rekomendasi maupun tindak lanjutnya, sehingga terjadi kematian berulang.
Grafik 1. Kematian Maternal di seluruh kabupaten di NTT tahun 2014 (Oktober) sumber:
Laporan F1 – F8 dan Laporan Indikator Antara Revolusi KIA NTT Kabupaten/Kota Tahun
2008- 2014 melalui Bidang Kesmas
Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)
menjadi penyumbang kematian maternal tertinggi di NTT, diketahui bahwa terjadi 18
kematian hingga bulan Oktober 2014 di Kabupaten TTS. Walaupun angka kematian di TTS
tertinggi namun bila dilihat secara mendalam seperti pada grafik 2, telah terjadi akselerasi
penurunan sebesar 50% dari tahun 2010 ke 2011, hal ini karena adanya program sister
hospital di NTT. Program sister hospital saja ternyata tidak cukup, karena pada tahun-tahun
berikutnya kematian maternal menjadi stagnan di level tersebut. Perlu adanya inovasi cara-
cara baru untuk mengatasi masalah lama di Kabupaten ini.
Grafik 2. Trend Kematian Maternal di 3 Kabupaten Sumber Data: Laporan F1 – F8 dan Laporan Indikator Antara
Revolusi KIA NTT Kabupaten/Kota Tahun 2008- 2014 melalui Bidang Kesmas Dinkes NTT
1
Menurut WHO terdapat 5 pendekatan yang penting dilakukan untuk menilai kualitas
pelayanan KIA pada setiap kasus kematian
1. Audit kematian pada lokasi fasilitas kesehatan (faskes) tempat terjadinya kematian
a. Investigasi mendalam mengenai bottleneck pelayanan KIA pada faskes
tersebut
b. Interview pada staff yang terlibat didalam kematian
c. Menyediakan rekomendasi terkait perbaikan pelayanan yang perlu dilakukan
2. Otopsi verbal
a. Investigasi mendalam tentang penyebab yang mungkin terjadi diluar faskes
b. Interview pada keluarga yang melihat terjadinya proses kematian
c. Interviewer haruslah sensitif kepada keluarga, dan dilakukan saat masa
berkabung selesai.
3. Pertemuan antar bidang yang terlibat didalam kematian
a. Haruslah terdapat komite didaerah yang bertanggung jawab didalam setiap
kematian, untuk melakukan audit dan mengadakan pembahasan
b. Setiap investigasi harus berdasarkan asas audit (tidak menyalahkan, tidak
mempermalukan dan bukan digunakan sebagai bukti hukum)
1
Mills, S. (2011). Maternal Death Audit as a Tool Reducing Maternal Mortality. HNPNotes of the World Health
Organization.
4. Investigasi kasus-kasus near miss
a. Kasus-kasus near miss haruslah dilakukan investigasi mendalam agar
didapatkan pelajaran serta rekomendasi didalam penanganan kasus kegawatan
b. Kemungkinan adanya tuntutan hukum pada staff yang terlibat sangatlah tinggi
karena ibu atau bayi tersebut hidup dan kemungkinan cacat, sehingga harus
dilakukan secara hati-hati.
5. Audit klinik
a. Review secara sistematis pada rekam medis pasien dan juga review pada
guideline penganganan kegawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di
masa mendatang
b. Jika terlaksana dengan baik, kualitas pelayanan faskes tersebut tentu akan
meningkat.
INPUT:
Tersedia SK Tim AMP yang ditandatangani oleh Bupati / Walikota
Tersedia Formulir Pengumpulan data yang lengkap di setiap fasilitas kesehatan
Prosentase tim Pengkaji internal yang telah mengikuti pelatihan hadir mengikuti
kegiatan AMP
Prosentase bidan yang telah dilatih AMP hadir dalam kegiatan AMP
Tersedia anggaran untuk mengadakan kegiatan AMP di Kabupaten
Terdapat laporan hasil kegiatan AMP tahun sebelumnya
PROSES:
Prosentase kelengkapan pengisian masing-masing formulir
o Form Pemberitahuan Kematian Maternal/Neonatal
o Form Daftar Kematian Maternal/Neonatal
o Form Rekapitulasi Kematian Maternal/Neonatal
o Form Otopsi Verbal Kematian Maternal/Neonatal
o Form Rekam Medis Kematian Maternal/Neonatal
o Form Rekam Medis Perantara Maternal/Neonatal
o Form Pengkaji Maternal/Neonatal
Prosentase kasus kematian yang dikaji dari seluruh kasus kematian maternal/neonatal
Jumlah pertemuan kajian kasus yang terlaksana dalam satu tahun
Prosentase kehadiran anggota yang diundang dibandingkan dengan anggota yang
datang
OUTPUT
Prosentase kesesuaian antara rekomendasi dengan akar masalah KIA di kabupaten
tersebut
Indeks responsiveness (prosentase antara rekomendasi yang disepakati dengan tindak
lanjut, baik respon segera maupun respon terencana)
Hasil Kegiatan
1. Pertemuan Pendampingan Pertama
Pendampingan pertama dilakukan di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, dihadiri oleh 24
orang termasuk tim pendamping. Pendampingan ini tidak dihadiri oleh kepala dinas
kesehatan karena terdapat acara lain.
Dalam pertemuan pendampingan ini diketahui bahwa bahwa pelaksanaan AMP tahun
2014 hanya 1 kali (Februari 2014) dengan dukungan dana dari AIPMNH. Menurut kabid
yankes, pada tahun 2014 terdapat 23 Kematian ibu dengan 115 kematian bay. Dari data
tersebut, analisis AMP belum dilakukan dengan alasan kesulitan merealisasikan keuangan
pada akhir tahun oleh karena itu dana untuk kegiatan ini dialihkan untuk kegiatan lain yaitu
dana perjalanan. Komunikasi verbal terhadap bendahara (Bpk. NB), Dinkes Kab. TTS
menyatakan bahwa dana AMP selalu ada tiap tahunnya dalam DPA, namun karena tidak
pernah dilaksanakan maka proses pencairan dana tidak dapat dilakukan. Adapun syarat untuk
pencairan dana menggunakan sistim LS/GU (kepanjangannya apa? )
Pada saat awal kegiatan simulasi pengkajian kasus, tampak bahwa peserta belum
memahami proses AMP pengkajian secara eksternal pun yang belum pernah dilakukan. Oleh
sebab itu tim pendamping memberikan penjelasan mengenai seluruh proses kegiatan AMP
hingga form apa saja yang perlu diisikan. Setelah diberikan penjelasan yang lengkap, tim
AMP Kabupaten TTS yang dipimpin oleh dr. Edward SpOG, mulai menampakkan
antusiasme, dengan membahas 5 kasus kematian maternal dan 5 kasus kematian perinatal.
Tabel dibawah merupakan rekapitulasi pembahasan kasus di masing-masing kabupaten
beserta hasil rekomendasi yang dihasilkan oleh tim AMP Kabupaten.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pembahasan Kasus pada Pendampingan Pertama AMP
Data rekomendasi diatas merupakan hasil dari kajian pembahasan kasus kematian
selama 4 hari di Kabupaten TTS, perlu adanya apresiasi khusus karena seluruh komponen
bahu membahu dalam memberikan masukan rekomendasi pada saat kajian berlangsung.
Setelah menentukan skala prioritas rekomendasi maka langkah berikutnya adalah penajaman
aspek rekomendasi yang dipilih tersebut, sehingga dapat menghasilkan rekomendasi yang
operasional serta tepat sasaran. Dalam kegiatan pertemuan pertama diketahui bahwa banyak
anggota tim AMP Kabupaten yang merasa lelah karena banyak rekomendasi yang
dikeluarkan setiap kali melaksanakan audit namun tindak lanjutnya sering tidak dilaksanakan,
hal ini sudah terjadi berulang-ulang setiap tahun. Maka dari itu dalam pertemuan kedua hanya
akan dipilih beberapa rekomendasi operasional dan yang dapat dilaksanakan oleh segenap
komponen didalam kabupaten, baik yang berupa segera atau membutuhkan perencanaan
sebelumnya.
2. Kegiatan Pendampingan Audit Maternal Perinatal Kedua
Kegiatan pendampingan audit maternal perinatal yang kedua lebih difokuskan kepada
penajaman aspek rekomendasi. Seluruh rekomendasi yang masuk dalam kegiatan
pendampingan pertama dikaji ulang berdasarkan skala prioritas dan disusun lebih
operasional. Proses AMP yang baik akan menghasilkan rekomendasi yang tajam serta
operasional, sehingga kematian dengan sebab sama tidak akan terulang lagi di masa
mendatang.
Sebuah rekomendasi yang baik akan memenuhi seluruh unsur dalam SMART
(Spesifik, Measureable, Assignable, Realistic and Time Measure), dimana rekomendasi
tersebut harus dibuat secara spesifik dan operasional untuk mengatasi akar masalah,
kualitasnya dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif, memiliki seorang penanggung
jawab kegiatan, rekomendasi tersebut bukanlah hal yang mustahil dilakukan dan tentu harus
memiliki target waktu untuk dilaksanakan. Sehingga pola pikir dalam kegiatan ini adalah
sebagai berikut
Kasus Kematian Kasus Kematian Kasus Kematian
Maternal - Perinatal Maternal - Perinatal Maternal - Perinatal
Pelaksanaan Audit
Maternal Perinatal
yang baik
Penyusunan Akar
Masalah dan Daftar
Rekomendasi
Kegiatan Pertama Pemantauan Jarak
Jauh dan Penyusunan
POA
Analisa Rekapitulasi
Rekomendasi dan
Data Kematian
30 Jumlah Kematian
25
20
15
> 35
10 20 - 35
< 20
5
0
≤ 20 Minggu 21 - 28 Minggu 29 - 36 Minggu 36 - 40 Minggu > 40 Minggu
Umur Kehamilan
Dalam grafik diatas diketahui ternyata banyak kematian yang terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan dan pada rentang usia produktif serta aman untuk melahirkan yakni
pada usia 20 – 35 tahun. Hal ini berarti memang terjadi permasalahan pada aspek managemen
persalinan, terutama penanganan komplikasi pada saat masa persalinan. Sehingga perlu
adanya penyegaran-penyegaran kepada petugas untuk menangani kegawatan persalinan.
Grafik 4 Grafik ANC dibandingkan dengan Jumlah Kematian Ibu
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 >4
Jumlah ANC
Dalam data rekapitulasi kematian maternal Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)
tahun 2013-2014, diketahui bahwa banyak kematian terjadi karena ibu pada ibu yang tidak
pernah melakukan pemeriksaan ANC pada saat kehamilan. Sehingga tidak diketahui apakah
kehamilan ibu tersebut berpotensi bermasalah atau tidak, serta tidak tercatat dalam data
kantong persalinan sehingga sulit untuk dilakukan pemantauan secara rutin. Menarik untuk
dicermati, bahwa ternyata banyak pula ibu yang meninggal meskipun melakukan ANC > 4 x,
hal ini mengindikasikan adanya layanan ANC yang belum berkualitas.
Terkait hal ini, pada saat diskusi pendampingan kedua muncul tanggapan bahwa
kurangnya jumlah tenaga kesehatan mengakibatkan bidan kesulitan untuk melakukan 10 T
langkah ANC yang baik, beberapa bidan hanya melakukan 2T yakni “Tengok-Tengok”, tanpa
melakukan pemeriksaan Hb, Tekanan Darah, dan pengukuran-pengukuran lainnya.
Grafik 5 Usia Kehamilan dibandingkan dengan Sebab Kematian di Kabupaten TTS
35
Jumlah Kematian
30
25
20
Lain-lain
15
Infeksi/sepsis
10 Eklampsi
5 Perdarahan
0
<= 20 Minggu 21 - 28 29 - 36 36 - 40 > 40 Minggu
Minggu Minggu Minggu
Umur Kehamilan
30
25
20
15
10
0
RS Puskesmas Jalan Rumah
Grafik 6 menunjukkan kematian terjadi pada saat ibu bersalin di rumah, persalinan di
rumah sangat berbahaya bagi ibu dan bayi, karena pada saat terjadi komplikasi tidak ada
tenaga kesehatan yang siap melakukan pertolongan, sehingga perlu adanya peran serta
dengan masyarakat untuk meyakinkan bahwa seluruh ibu hamil harus melahirkan di fasilitas
kesehatan yang layak
Grafik 7 Jumlah Kehamilan Ibu dengan Penyebab Kematian
16
14
12
10
0
0 1 2 3 4 >5
Grafik diatas menunjukkan banyaknya kematian yang terjadi apabila ibu hamil lebih
dari 2 kali, meskipun ternyata pada ibu yang hamil dua kali juga terjadi banyak kematian
meskipun tidak sebesar apabila ibu hamil lebih dari dua kali. Demikian pula dengan kasus
kematian neonatal masih banyak kematian yang terjadi pada berat badan lahir bayi cukup,
sehingga hal ini mengindikasikan perlu adanya peningkatan kemampuan petugas kesehatan
untuk
Grafik 8 Berat badan lahir dibandingkan dengan dengan sebab dan jumlah kematian
12
10
0
< 1500 1500 - 2499 2500 - 3499 >= 3500
Di Kabupaten TTS, jika dicermati maka penyebab kematian neonatal masih sama seperti
tahun-tahun sebelumnya yaitu BBLR, Asfiksia dan Infeksi. Belum ada trend baru penyebab
kematian. Ada kecenderungan peningkatan kasus bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Bahkan di trimester I di tahun 2015 bila tidak dilakukan pengendalian dengan
baik, maka jumlah kasus kematian neonatal cenderung akan mengalami peningkatan.
Grafik 9. Usia Neonatus Pada Saat Meninggal di Kabupaten Timor Tengah Selatan
100
Jumlah Kematian 90
80
70 Lain - Lain
60 Kongenital
Sepsis
50
Asfiksia
40
BBLR
30
20
10
0
0 - 48 Jam 2 - 7 Hari 7 - 14 Hari 14 - 28 Hari > 28 Hari
Usia Neonatus
Berdasarkan grafik diatas maka diketahui bahwa kematian banyak terjadi pada usia 0
– 48 jam, hal ini mengindikasikan bahwa terjadi kelemahan dalam pelayanan oleh petugas,
maupun kelalaian saat proses rujukan, serta peran status kesehatan ibu yang kurang sehingga
melahirkan bayi-bayi kecil yang bermasalah. Tabel dibawah adalah rangkuman akar masalah
berdasarkan data serta kasus-kasus yang telah dibahas
Masyarakat Manager Fasilitas Kesehatan
masih ada kepercayaan untuk tidak Masih kurangnya kemampuan untuk
meninggalkan rumah ketika bersalin dan menjaring bumil melalui posyandu, para
masih ada masyarakat yang belum tenaga kesehatan masih bersifat
sepenuhnya mempercayai petugas “menunggu” dan belum berinisiatif
kesehatan terutama bidan baru yang untuk menjemput bola. Posyandu lebih
mummnya masih muda bersifat pelayanan sekedarnya, belum
Masih ada kasus kehamilan yang dioptimalkan dengan baik
disembunyikan apalagi bila belum ada Belum ada keseragaman SOP dalam
status pernikahan yang sah penanganan bayi di puskesmas dan
Masih banyak ibu hamil yang secara rumah sakit
rutin melakukan ANC tetapi ketika Sudah dilakukan Bimbingan Teknis ke
melahirkan lebih memilih dukun dalam puskesmas PONED tetapi belum
pertolongan persalinan dirasakan perbaikan yang maksimal
Kemitraan Bidan dan dukun sudah ada dalam penanganan kasus-kasus
tetapi belum dilakukan secara maksimal. emergency
Belum semua bumil terdeteksi oleh Kurangnya data pengisian formulir AMP
nakes karena ratio bidan desa yang sehingga pengkajian AMP dalam
masih sangat kurang bila dibandingkan pencarian akar masalah kurang tajam
dengan jumlah desa dan mengakibatkan rekomendasi yang
Belum ada sistem dan jejaringan dengan dihasilkan tidak kuat
TOMA/TOGA/kader/PKK/PMD/BKPK
M
Petugas Kesehatan Manager Program
Masih kurangnya kompetensi para bidan • Belum ada perencanaan obat dan bahan
dalam penanganan kasus-kasus habis pakai secara baik sehingga saat
kegawatdaruratan dibutuhkan sering menjadi kendala
Kualitas ANC yang masih rendah, • Masih belum cairnya dana kapitasi 2014
belum bisa mendeteksi ibu hamil dengan menyebabkan menurunnya semangat
bayi yang berisiko BBLR dan Asfiksia juang nakes di puskesmas
Sudah banyak dilakukan pelatihan tetapi • Belum adanya kerjasama lintas sektor
ketika kasus kurang ditemukan, yang optimal dari Dinas Kesehaatn.
umumnya ketrampilan yang didapatkan Banyak program bagus yang dibuat
sudah tidak diingat lagi dengan baik tetapi tidak dimaintenance dengan baik.
Belum tercapainya kualitas kunjungan • Belum ada pembuatan SOP tindakan-
rumah dan Belum tercapainya kualitas tindakan emergensi
data dan informasi yang bisa menjadi • Belum terlihat adanya validasi data di
dinkes
monitoring dalam pemantauan ibu hamil
• Kurangnya proporsional nakes
dibanding jumlah desa yang ada
• 7H7 yang belum optimal
Berikut ini adalah rencana kerja yang disepakati oleh dinas kesehatan untuk dilakukan tindak lanjut, yang dibagi kedalam rencana bagi
aspek masyarakat dan aspek tenaga medis
Sumber Penanggung
No Kegiatan Indikator Pelaksana Waktu Sasaran
Dana Jawab
Masyarakat
1 Membentuk jejaring dengan Peningkatan penggunaan
TOGA/TOMA dan Kader rumah tunggu
PKK untuk:
Aktif menemukan ibu hamil Persalinan di fasilitas
baru di masyarakat dan kesehatan meningkat
mendampingi selama proses
kehamilan dan persalinan Peningkatan Ibu hamil
Meletakkan kantong yang melakukan K1
persalinan di di tempat
ibadah baik itu gereja,
masjid maupun pura
Sosialisasi Rumah Tunggu
oleh Gereja, Masjid, Pura
kepada semua jemaat,
terutama penggunaan rumah
tunggu pada H-7.
Meningkatkan kesadaran
masyarakat agar mau ke
fasilitas kesehatan
Tenaga Kesehatan
2 Standarisasi ANC dengan K1 Dilakukan pemeriksaan
yang berkualitas termasuk Hb pada seluruh ibu hamil
penanganan konseling yang yang melakukan
menyeluruh, melakukan pemeriksaan K1
pemeriksaan Hb pada seluruh
ibu hamil
3 Peningkatan kompetensi
nakes dalam deteksi dini dan
kasus emergensi
• Semua Nakes baru yang
diterima harus melakukan
magang di RS selama 4
minggu
• Setelah dilakukan magang
maka harus ada penilaian
dengan menggunakan check
list (sebagai panduan)
terutama penanganan kasus-
kasus emergensi
• Bagi nakes yang sudah ada
maka harus dilakukan
simulasi-simulasi secara rutin
dan dapat dilakukan di dinas
kesehatan atau puskesmas
PONED
Meningkatkan transfer
knowledge oleh tenaga-
tenaga yang baru selesai
kepada petugas yang ada
Manager Program
4 Penguatan dan Peningkatan
Koordinasi Lintas Sektor
Pertemuan koordinasi tingkat
kabupaten setiap triwulan dan
semester dengan BPMPD,
BKKBN, Bappeda, PKK dan
Rumah Sakit untuk
berkoordinasi tentang
Pelayanan KIA
5 Advokasi kepada Pimpinan
daerah tentang penguatan
program KB, tentang kuantitas
dan distribusi tenaga kesehatan
yang belum cukup,
Manager Faskes
6 Penyusunan Uraian Tugas
bagi Seluruh tenaga kesehatan
di Puskesmas agar mereka
mengetahui posisi kerjanya dan
tidak bekerja seenaknya
7 Penyediaan reagen untuk Dana Kapitasi puskesmas
pemeriksaan Hb Sahli yang belum diturunkan
dari januari 2014 dapat
segera dikeluarkan,
sehingga sehingga
puskesmas dapat
menyediakan reagen
secara mandiri
Tenaga Kesehatan
Standarisasi ANC dengan K1 yang berkualitas termasuk
penanganan konseling yang menyeluruh, melakukan
pemeriksaan Hb pada seluruh ibu hamil
Peningkatan kompetensi nakes dalam deteksi dini dan
kasus emergensi
Semua Nakes baru yang diterima harus melakukan
magang di RS selama 4 minggu
Setelah dilakukan magang maka harus ada penilaian
dengan menggunakan check list (sebagai panduan)
terutama penanganan kasus-kasus emergensi
Bagi nakes yang sudah ada maka harus dilakukan
simulasi-simulasi secara rutin dan dapat dilakukan di
dinas kesehatan atau puskesmas PONED
Meningkatkan transfer knowledge oleh tenaga-tenaga
yang baru selesai kepada petugas yang ada