Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

ETIKOLEGAL

“KASUS KEBIDANAN DAN JENIS


PENGAMBILAN KEPUTUSANNYA”

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

Mayang Wulan, SST, M.Kes

DISUSUN OLEH :

FETRY HUSNAYATY

NIM : 1901032092

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2019
KASUS KEBIDANAN DAN JENIS PENGAMBILAN
KEPUTUSANNYA

KASUS 1
Ny. Indah usia 23 tahun, hamil pertama yang akan melahirkan di bidan Lina.
Ny. Indah tinggal di Medan bersama seorang suami. Ny. Indah pendarahan hebat
dan letak janinnya sungsang. Namun, saat Ny. Indah akan dirujuk ke Rumah
Sakit, ternyata terjadi Angin topan di luar sehingga bidan Lina tidak dapat
melakukan apa-apa. Ny. Indah pun meninggal dan bayi yang masih di dalam
kandungannya tersebut saat diperiksa masih berdetak denyut jantungnya. Lalu
bidan Lina membicarakan hal ini pada suami Ny. Indah, dan suaminya pun
memaksa bidan Lina untuk melakukan sesuatu, yaitu seksio caesaria karena ia
tidak ingin anaknya meninggal juga. Awalnya bidan Lina tidak ingin melakukan
pelanggaran ini, namun jika bidan Lina tidak cepat mengambil keputusan, maka
bayi yang ada di dalam kandungan Ny. Indah akan ikut meninggal. Sehingga
dengan terpaksa bidan Indah melakukan seksio caesaria di rumahnya dengan
menggunakan pisau dapur dalam keadaan Ny. Indah telah meninggal. Jadi, bayi
tersebut dapat diselamatkan dan Ny. Indah telah meninggal dunia dari sebelum
bidan Lina melakukan seksio caesaria pada Ny. Indah.                
JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSANNYA :
Pengambilan keputusan yang terpaksa karena harus segera dilaksanakan.
KASUS 2
Ny. Meli usia 37 tahun, akan melakukan persalinan multipara dibidan Lina.
Namun plasenta pada kandungan Ny. Dini menutupi jalan lahir normal sehingga
kandungan Ny. Meli harus dilahirkan secara seksio caesaria. Tetapi bidan Lina
tidak dapat melakukan tindakan tersebut karena tindakan seperti itu sudah
melanggar batasan kerja bidan. Jadi, bidan Lina langsung melakukan tindakan
untuk merujuk Ny. Meli ke Rumah Sakit dan memindahkan tanggung jawab bidan
Lina kepada tenaga kesehatan di Rumah Sakit tersebut.
JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSANNYA :
Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang
bertanggung jawab.

KASUS 3
Di sebuah desa terdapat seorang bidan yang bernama bidan Lina, bidan
tersebut baru lulusan sekolah kebidanan 1 tahun yang lalu, tetapi bidan Lina sudah
membuka klinik praktik mandiri. Pada suatu ketika, ada ibu hamil yang
mendatangi bidan Lina tersebut dalam keadaan pendarahan hebat. Karena
pengalaman yang belum cukup banyak, bidan Lina bingung dan ragu-ragu harus
melakukan apa karena bidan Lina baru pertama kali melayani pasien pendarahan
di klinik praktik mandiri miliknya sehingga bidan Lina bingung untuk
menentukan pilihan apakah harus merujuknya ke Rumah Sakit atau menolong
persalinan ibu hamil tersebut di klinik miliknya. Karena terlalu lama ia
memikirkan tindakan, maka ibu hamil tersebut sudah kehabisan darah dan sudah
tidak bisa untuk ditolong lagi.
JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSANNYA :
Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena ketidaksanggupan
atau merasa tidak sanggup.
KASUS 4
Seorang ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi yang
menahun atau mempunyai penyakit jantung yang parah yang dapat
membahayakan baik bagi calon ibu maupun bagi janin yang sedang
dikandungnya. Bidan Lina mempertimbangkan berbagai pilihan untuk
mengaborsi, tetap melakukan persalinan normal atau melakukan seksio caesaria.
Namun, bidan Lina memilih aborsi terapeutik atau pengguguran kandungan
buatan yang dilakukan atas indikasi medis agar ibu hamil tersebut dapat
diselamatkan. Namun semua ini dilakukan atas dasar pertimbangan medis yang
akurat. 
JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSANNYA :
Pengambilan keputusan secara berhati-hati, berpikir baik-baik,
mempertimbangkan berbagai pilihan.

KASUS 5
            Seorang remaja putri dengan usia kandungan baru 8 minggu, ia hamil di
luar nikah dan pasangannya pun tidak ingin mempertanggung jawabkan apa yang
telah mereka perbuat. Remaja putri tersebut datang ke bidan Lina berniat untuk
menggugurkan kandungannya tersebut. Dengan keadaan emosional yang
meningkat, remaja putri tersebut tidak dapat berpikir panjang sehingga menyuruh
bidan untuk melakukan aborsi pada kandungannya. Awalnya bidan Lina tidak
ingin melakukannya, namun remaja putri tersebut memaksa dan menjanjikan
bayaran dengan harga tinggi sehingga bidan Lina berubah pikiran dan bersedia
melakukan aborsi. Namun tindakan yang dipilih bidan Lina dan remaja putri
tersebut berakibat fatal dan terjadi pendarahan hebat pada remaja putri tersebut
sehingga remaja putri tersebut meninggal dunia.
JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSANNYA :
Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilaksanakan dalam situasi
marah-marah atau tergesa-gesa.
KASUS 6
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan postpartum
setelah melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk
diberikan suntikkan uterotonika. Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang
menyangkut dirinya maka bidan bisa saja tidak memberikan suntikkan karena
kemauan pasien. Tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah yang lebih rumit
bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk
pasien, dan yang lebih fatal lagi bila akhirnya pasien meninggal karena
pendarahan. Dalam hal ini bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan
baik. Walaupun bidan memaksa pasiennya untuk disuntik, mungkin itulah
keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan.
JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSANNYA :
Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera langsung diputuskan karena
keputusan tersebut dirasa paling tepat.

Anda mungkin juga menyukai