Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH AKUNTANSI LANJUTAN 1

“PERUBAHAN PEMILIKAN PERSEKUTUAN”

DOSEN PENGAMPU :
NAFI’ INAYATI ZAHRO, SE, M.Si

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Lanjutan 1


Prodi Akuntansi

DISUSUN OLEH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS AKUNTANSI NON REGULER
KELOMPOK 4 :

1. UMI KHALIMATUS SA’ADAH ( 201712056 )


2. ARIYANTO ( 201712058 )
3. KASROFI ( 201712077 )

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


Kampus Gondangmanis PO.BOX 53 BAE KUDUS
Telepon : (0291) 438229, Fax. (0291) 437198
E-mail : muria@umk.ac.id, http://www.umk.ac.id

1
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadiran


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-NYA
sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Perubahan
Pemilikan Persekutuan” tanpa menemui hambatan yang berarti.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah ilmu tentang


“Perubahan Pemilikan Persekutuan” dalam akuntansi keuangan lanjutan 1.
Makalah ini kami sajikan bersumber dari pembacaan buku akuntansi
keuangan lanjutan 1.

Dalam penyusunan makalah ini kami menemui banyak hambatan.


Baik yang datang dari penyusun maupun hambatan dari luar. Namun dengan
usaha dan kesabaran serta pertolongan Allah swt kami dapat menyusun
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
Kami sangat mengharapkan berbagai masukan-masukan yang berupa
kritikan maupun saran demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

Kudus, 14 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Masalah 1
Bab II Pembahasan 3
2.1 Pembubaran Persekutuan 3
2.2 Sekutu Baru Membeli Hak Sekutu Lama 5
2.3 Perbandingan Metode Goodwill dengan Metode Bonus  20
2.4 Sekutu Baru Menyetor Modal 21
Bab III Penutup 25
A. Kesimpulan 25
B. Saran 25
Daftar Pustaka 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Perubahan kepemilikan mengakibatkan suatu persekutuan dianggap bubar


secara hukum (dissolution). Perubahan kepemilikan dapat terjadi dengan
berkurang atau bertambahnya sekutu. Sekutu berkurang bila ada anggota
persekutuan meninggal dunia atau mengundurkan diri. Sekutu bertambah bila
ada anggota baru yang masuk kedalam persekutuan, baik melalui investasi
langsung atau membeli saldo modal (kepentingan) sekutu yang telah ada.

Dengan masuknya seorang sekutu kerja yang baru atau keluarnya sekutu
kerja atau meninggalnya seorang sekutu maka akan membubarkan
persetujuan bersama persekutuan. Suatu persekutuan dikatakan bubar apabila
persetujuan awal para sekutu untuk menjalankan usaha bersama-sama
dilanggar dan tidak berlaku lagi.Dengan bubarnya persekutuan, maka
wewenang para sekutu untuk menjalankan perusahaannya juga berakhir.
Untuk memperdalam masalah pembubaran persekutuan tersebut, penulis akan
menulis makalah yang berjudul “Perubahan KepemilikanPersekutuan”.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.2.1. Apa saja penyebab pembubaran persekutuan ?
1.2.2. Bagaimana sekutu baru yang membeli hak sekutu lama ?
1.2.3. Bagaimana perbandingan metode goodwill dengan metode bonus ?
1.2.4. Bagaimana sekutu baru menyetor modal ?

1.3. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :


1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 1.
2) Mampu menjelaskan tentang kondisi yang menimbulkan pembubaran

1
persekutuan.
3) Mampu menjelaskan perubahan persekutuan menjadi perseroan terbatas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PEMBUBARAN PERSEKUTUAN


Salah satu karakter utama persekutuan adalah umur yang terbatas
(limited life) yang berarti sewaktu-waktu umur persekutuan dapat
berakhir, dan persekutuan akan bubar. Dengan masuknya seorang
sekutu kerja yang baru atau keluarnya sekutu kerja atau meninggalnya
seorang sekutu maka akan membubarkan persetujuan bersama
persekutuan. Suatu persekutuan dikatakan bubar apabila persetujuan
awal para sekutu untuk menjalankan usaha bersama-sama dilanggar
dan tidak berlaku lagi. Misalnya, persekutuan secara otomatis bubar
jika salah seorang sekutu meninggal dunia. Apabila timbul
perselisihan di antara para sekutu, maka atas permintaan seorang
sekutu atau lebih pengadilan dapat memutuskan pembubaran
persekutuan. Pengunduran diri salah seorang sekutu atau lebih lewat
penjualan kepentingannya juga membubarkan persekutuan. Dengan
bubarnya persekutuan, maka wewenang para sekutu untuk
menjalankan perusahaannya juga berakhir. Walaupun pembubaran ini
mengakhiri asosiasi perorangan-perorangan untuk tujuan awal
mereka, namun hal ini tidak berarti pembubaran perusahaan atau
bahkan hambatan dalam kelangsungan hidupnya. Kalau seorang
sekutu meninggal atau mengundurkan diri, maka perusahaan dapat
dilanjutkan sebagai persekutuan baru, yang terdiri dari sekutu-sekutu
yang ada ataupun sekutu-sekutu yang ada ditambah dengan masuknya
seorang sekutu baru.

Kondisi yang menimbulkan pembubaran persekutuan. Masuknya


sekutu baru dan keluarnya sekutu lama pada persekutuan akan
mengakibatkan pembubaran. Pembubaran ada dua jenis:
1. Pembubaran persekutuan dari segi hukum (perubahan surat
perjanjian/akte pendirian), tetapi kegiatan perusahaan tetap dilanjutkan,
ini disebut disolution.
2. Pembubaran persekutuan dengan menghentikan kegiatandan penutupan

3
perusahaan disebut likuidasi.
Penyebab bubarnya persekutuan :
1. Bubar karena sesuai dengan perjanjian persekutuan
1) Bubar karena tujuan persekutuan telahtercapai
2) Bubar karena jangka waktu persekutuan telah habis
3) Bubar karena masuknya sekutu baru
4) Bubar karena pengunduran sekutu
5) Bubar karena persekutuan diubah menjadi PT ( Perseroan
Terbatas )

6) Bubar karena persekutuan dilikuidasi sesuai kesepakatan


para sekutu
2. Bubar karena undang-undang yang berlaku
1) Sekutu meninggaldunia
2) persekutuan dilikuidisi sesuai dengan undang-undang (misal
KUHD pasal47)
3) Seorang sekutu atau persekutuanitu sendiri
mengalami kebangkrutan.
4) Setiap kejadian yang menyebabkan perusahaan tidak layak
untuk menjalankan kegiatan usahanya lagi atau bagi individu-
individu untuk menjalankan perusahaan sebagai persekutuan
firma.
5) Perang.
3. Bubar karena putusan pengadilan
Pengadilan dapat memutuskan pembubaran karena terbukti
timbul:
1) Seorang sekutu tidak waras atau tidak mampu untuk
menyelesaikan setiap masalah atau untuk memenuhi bagiannya
dalam perjanjian persekutuan firma.
2) Sikap seorang sekutu yang merugikan perusahaan.
3) Perselisihan intern di antara para sekutu.
4) Kelanjutan perusahaan tidak mungkin lagimenguntungkan

Apabila bubarnya persekutuan diikuti bubarnya perusahaan maka

4
seluruh aktiva akan diuangkan dan hasilnya dipakai untuk melunasi utang,
setelah dilunasi terdapat sisa kas yang akan dibagi kepada sekutu.

Bubarnya persekutuan tidak diikuti dengan bubarnya perusahaan


adalah bubarnya persekutuan yang diikuti berdirinya persekutuan baru
apabila ada sekutu yang masuk atau mengundurkan diri, masuknya sekutu
baru berarti persekutuan lama bubar dan berdiri persekutuan baru.

Contoh

Persekutuan Abc dengan para sekutu A,B, C, pada awal tahun 1991 tn D diterima
sebagai sekutu baru. Masuknya D berrati persekutuan lama dengan sekutu A,B,C
bubar dan berdiri persekutuan baru yaitu A,B,C,D.

Masuknya sekutu baru dapat dilakukan dengan 2 cara :

1. Membeli hak sekutu lama

2. Menyetor modal

2.2 SEKUTU BARU MEMBELI HAK SEKUTU LAMA

Seorang dapat menjadi sekutu pada persekutuan dengan cara


membeli hak sekutu lama. Umumnya hak sekutu lamaa oleh sekutu
baru diatur dalam perjanjian persekutuan, jual beli hak harus disetujui
oleh sekutu. Berdasarkan jumlah hak yang dibeli dari beberapa orang
hak, pembelian hak sekutu lama oleh sekutu baru dapat
dikelompokkan menjadi 5, yaitu :
1) Membeli Sebagian Hak Seorang Sekutu
Apabila sekutu baru membeli sebagian hak seorang sekutu masalah
harga adalah urusan antara penjual dan pembeli, berapapun harganya
transaksi dicatat sesuai nilai buku dari modal yang dijualbelikan,
transaksi ini tidak mempengaruhi jumlah, komposisi aktiva dan utang
perusahaan dan jumlah modal persekutuan tetapi komposisinya akan
berubah.

5
Contoh 1

Persekutuan ABCD membagi laab tau rugi denga rasio


20;30;30;20, saldo modal persekutuan pada akhir tahun 1990:

Modal A Rp 80.000.000,00
Modal B Rp
120.000.0
00,00
Modal C Rp
120.000.0
00,00
Modal D Rp
80.000.00
0,00

Jumlah modal Rp 400.000.000,00

Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli
50% hak B baik hak atas modal maupun hak atas rugi-laba sebesar RP
75.000.000,00.

Walaupun harga jual-beli Rp 75.000.000,00 akan tetapi transaksi akan dicatat


berdasar nilai buku modal yang diperjualbelikan yaitu 50% x Rp
120.000.000,00 = Rp 60.000.000,00

Transaksi akan dicatat:


Modal B Rp 60.000.000
Modal E Rp 60.000.000

Dengan masuknya E komposisi modal persekutuan mengalami perubahan


(dalam jutaan) yaitu:

6
Dengan masuknya E rasio pembagian rugi-laba mengalami perubahan (dalam
%) yaitu

2) Membeli Seluruh Hak Seorang Sekutu


Pembelian seluruh hak seorang sekutu harus disetujui oleh seluruh
sekutu dan akan dicatat berdasar nilai buku modal yang
diperjualbelikan.Jumlah dan komposisi aktiva tidak akan mengalami
perubahan.

Contoh 2

Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20;30;30;20, saldo
modal persekutuan pada akhir tahun 1990:

Modal A Rp 80.000.000,00
Modal B Rp
120.000.0
00,00
Modal C Rp
120.000.0
00,00
Modal D Rp
80.000.00
0,00

Jumlah modal Rp400.000.000,00

7
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli
seluruh hak B baik hak atas modal maupun hak atas rugi-laba sebesar RP
125.000.000,00.

Walaupun harga jual-beli Rp 125.000.000,00 akan tetapi transaksi akan dicatat


berdasar nilai buku modal yang dijual belikan yaitu Rp 120.000.000,00.
Transaksi akan dicatat:

Modal,B Rp 120.000.000,00.

Modal,E Rp 120.000.000,00.

Dengan masuknya E komposisi modal persekutuan mengalami perubahan


(dalam jutaan) yaitu:

Dengan masuknya E rasio pembagian rugi-laba mengalami perubahan (dalam %) yaitu:

3) Membeli Sebagian Hak Beberapa Orang Sekutu

Masuknya sekutu baru dengan membeli sebagian hak beberapa orang


sekutu harus mendapat persetujuan seluruh sekutu. Masalah harga jual beli
urusan sekutu penjual dan pembeli, harga jual beli tersebut dapat sebesar
nilai buku,diatas nilai buku atau dibawah nilai buku. Berapapun harganya

8
transaksi dicatat sebesar nilai buku modal yang dijualbelikan. Jadi Sama
saja dengan transaksi 1 dan 2.

Contoh 3 :
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo modal
persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah:
Modal A Rp 80.000.000
Modal B Rp 120.000.000
Modal C Rp 120.000.000
Modal D Rp 80.000.000
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli 25% hak A, B
dan C seluruhnya seharga Rp 100.000.000. Dalam hal ini harga jual beli diatas nilai buku
karena nilai buku yang dibeli adalah:
Dari A = 25% x Rp 80.000.000 = Rp 20.000.000
Dari B= 25% x Rp 120.000.000 = Rp 30.000.000
Dari C= 25% x Rp 120.000.000 = Rp 30.000.000

Apabila transaksi tersebut dirundingkan (dinegosiasikan) secara kolektif maka kas


sebesar Rp 100.000.000 tersebut akan dibagikan ke masing-masing sekutu sesuai dengan
rasio nilai buku modal yang dijual. Dalam tranaksi tersebut kas yang diterima oleh
masing-masing sekutu serta laba yang diakui adalah:

Dengan masuknya E komposisi modal persekutuan mengalami perubahan


(dalam jutaan) yaitu:

9
Dengan masuknya E rasio pembagian rugi-laba mengalami
perubahan (dalam %) yaitu:

4) Membeli Seluruh Hak Beberapa Orang Sekutu


Seperti halnya dalam transaksi pembelian 1,2 dan 3 masuknya sekutu melalui
transaksi ini juga harus disetujui oleh seluruh sekutu dan transaksi akan dicatat oleh
persekutuan berdasarkan nilai buku modal yang diperjual belikan.
Contoh 4

Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo
modal persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah :

Modal, A Rp
80.00
0.000
,00
Modal,B Rp
120.0
00.00
0,00
Modal,C Rp
120.0

10
00.00
0,00
Modal,D Rp
80.00
0.000,
00
Jumlah modal Rp400.000.000,00

Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli seluruh hak A
dan D baik hak atas modal maupun hak atas rugi-laba seluruhnya seharga
Rp200.000.000,00.

Kas sebesar Rp 200.000.000,00 tersebut akan dibagikan kepada A dan D sesuai dengan
nilai buku yang dijual. Oleh karena modal A dan modal D yang dijual adalah sama,
yaitu masing-masing Rp 80.000.000,00 maka hasil penjualan tersebut juga dibagi sama,
yaitu:

A= Rp100.000.000,00
B= Rp100.000.000,00

Transaksi tersebut akan dicatat:

Modal,A Rp 80.000.000,00
Modal,D 80.000.000,00

Modal,E Rp 160.000.000,00

Dengan masuknya E tersebut komposisi modal persekutuan mengalami perubahan (dalam


jutaan):

11
Dengan masuknya E tersebut rasio pembagian rugi-laba juga mengalami perubahan (dalam
%) yaitu:

5) Membeli Sebagian Hak Seluruh Anggota Sekutu


Masuknya sekutu baru dengan cara membeli sebagian hak dari seluruh sekutu
sudah pasti harus dengan persetujuan seluruh sekutu. Harga jual-beli dalam transaksi ini
tidak selalu sama dengan nilai buku. Jadi ada 3 kemungkinan, yaitu:
a) Harga jual-beli = nilai buku.
b) Harga jual-beli > nilai buku.
c) Harga jual-beli < nilai buku.

a. Harga jual-beli = nilai buku


Apabila harga jual-beli sama dengan nilai buku tidak timbul masalah di
dalam pencatatannya. Transaksi akan dicatat berdasarkan harga jual atau nilai
buku sama saja.
Contoh 5
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo modal
persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah:

Modal,A Rp 80.000.000,00

Modal, B 120.000.000,00
Modal, C 120.000.000,00
Modal, D 80.000.000,00

12
Jumlah modal Rp 400.000.000,00

Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli 25% hak atas
modal dan hak atas laba dari seluruh sekutu, seharga nilai buku yaitu Rp 100.000.000.
Hak atas modal dan laba yang dibeli tersebut berasal dari:
Dari A = 25% x Rp 80.000.000 = Rp 20.000.000
Dari B= 25% x Rp 120.000.000 = Rp 30.000.000
Dari C= 25% x Rp 120.000.000 = Rp 30.000.000
Dari D = 25% x Rp 80.000.000 = Rp 20.000.000

Dengan masuknya E tersebut komposisi modal persekutuan mengalami


perubahan (dalam jutaan) :

Dengan masuknya E tersebut rasio pembagian rugi-laba juga menghasilkan perubahan


(dalam %) yaitu:

b Harga Jual-Beli > Nilai Buku


Apabila harga jual lebih besar daripada nilai buku maka akan menimbulkan masalah
di dalam pencatatannya, yaitu masalah dasar pencatatan. Dalam hal ini terdapat 2
pendekatan atau metode, yaitu :
1 Metode goodwill
2 Metode bonus

1 Metode Goodwill

13
Menurut metode ini transaksi masuknya sekutu baru tersebut akan dicatat
berdasarkan harga jual. Metode ini berdasarkan pemikiran bahwa neraca awal
persekutuan harus nilai pasar yang wajar, baik aktiva berwujud maupun aktiva tidak
berwujud. Dengan adanya harga jual-beli di atas nilai buku aktiva bersih tersebut
menunjukkan bahwa sebenarnya persekutuan telah mempunyai goodwill yang belum
diakui. Goodwill tersebut harus diakui. Oleh karena goodwill tersebut merupakan hasil
kerja sekutu lama maka goodwill tersebut juga merupakan hak sekutu lama dan akan
dibagi sesuai dengan rasio pembagian laba.
Besarnya goodwill adalah selisih antara nilai pasar modal (aktiva bersih) dengan nilai
bukunya. Dengan metode ini maka modal persekutuan akan bertambah sebesar setoran
goodwill diakui.

Contoh 6
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo modal
persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah :
Modal, A Rp
80.00
0.000
,00
Modal, B 120.000.000,00
Modal, C 120.000.000,00
Modal, D 80.000
.000,0
0
Jumlah modal Rp 400.000.000,00

Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli
25% hak atas modal dan hak atas laba dari seluruh sekutu, seharga Rp
125.000.000,00.
Nilai pasar 25% = Rp 125.000.000
100 %
Nilai pasar seluruh modal = x Rp 125.000.000
25 %
= Rp 500.000.000
Nilai buku modal = Rp 500.000.000 – Rp 400.000.000
Goodwill = Rp 100.000.000
14
Goodwill tersebut dibagi:
A : 20% = Rp 20.000.000
B : 30% = Rp 30.000.000
C : 30% = Rp 30.000.000
D : 20% = Rp 20.000.000
Dengan masuknya E tersebut komposisi modal persekutuan mengalami perubahan (dalam
jutaan) :

Dengan masuknya E tersebut rasio pembagian rugi-laba juga menghasilkan perubahan


(dalam %) yaitu:

2. Metode Bonus

Menurut metode ini kelebihan harga jual di atas nilai buku belum
merupakan alasan yang kuat untuk mengakui adanya goodwill.Sesuai
dengan prinsip akuntansi goodwill hanya boleh diakui apabila betul- betul
terjadi pengorbanan untuk memperolehnya.Selisih tersebut dianggap
sebagai bonus dari sekutu baru (pembeli) untuk sekutu lama (penjual).
Dengan metode ini, maka transaksi jual-beli hak tersebut akan dicatat
berdasarkan nilai buku, sehingga jumlah modal persekutuan tidak
mengalami perubahan.

Contoh 7

Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio

15
20:30:30:20. Saldo modal persekutuantersebut pada akhir tahun1990
adalah:
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo modal
persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah:
Modal A Rp 80.000.000
Modal B Rp 120.000.000
Modal C Rp 120.000.000
Modal D Rp 80.000.000

Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli 25% hak atas
modal dan hak atas laba dari seluruh sekutu, seharga Rp 125.000.000.
Apabila dipakai metode bonus transaksi tsb akan dicatat berdasarkan nilai buku, yaitu 25%
dari Rp 400.000.000 atau Rp 100.000.000. Hak atas modal sebesar Rp 100.000.000
berasal dari :
A : 20% = Rp 20.000.000
B : 30% = Rp 30.000.000
C : 30% = Rp 30.000.000
D : 20% = Rp 20.000.000

Dengan masuknya E tersebut komposisi modal persekutuan mengalami


perubahan (dalam jutaan):

Dengan masuknya E tersebut rasio pembagian rugi-laba juga


mengalami perubahan (dalam %), yaitu:

16
c. Harga Jual-Beli < Nilai Buku
Dalam hal ini juga dapat dipakai 2 metode atau pendekatan, yaitu:
1) Metode Goodwill Negatif
Menurut metode ini transaksi masuknya sekutu baru tersebut akan
dicatat berdasarkan harga jual. Metode ini berdasarkan pemikiran
bahwa neraca awal persekutuan harus didasarkan atas nilai pasar yang
wajar, baik aktiva berwujud maupun aktiva tidak berwujud. Dengan
adanya harga jual-beli dibawah nilai buku aktiva bersih tersebut
menunjukkan bahwa sebenarnya ada goodwill yang sudah tidak
bermanfaat lagi tetapi masih tetap dicatat persekutuan. Oleh karena
itu sudah tidak mempunyai manfaat ekonomi maka goodwill tersebut
harus segera dihapus. Penghapusan goodwill harus ditanggung oleh
para sekutu lama sebagai kerugian.
Metode ini hanya cocok dipakai apabila harga jual-beli dibawah
nilai buku tersebut terjadi dalam keadaan:
- Persekutuan sudah mengakui goodwill dan
- Seluruh aktiva berwujud sudah dinilai secara wajar.
Contoh 8 :
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo
modal persekutuan tersebut pada akhir 1990 adalah:
Modal A Rp 80.000.000
Modal B Rp 120.000.000
Modal C Rp 120.000.000
Modal D Rp 80.000.000

17
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli
25% hak atas modal dan hak atas laba dari seluruh sekutu, seharga Rp
85.000.000,00. Transaksi ini menunjukkan adanya goodwill yang masih
diakui persekutuan ABCD akan tetapi sudah tidak mempunyai manfaat lagi,
yaitu:
Nilai pasar 25% = Rp 85.000.000
100 %
Nilai pasar seluruh modal = x Rp 85.000.000
25 %
= Rp 340.000.000
Nilai buku modal = Rp 340.000.000 – Rp 400.000.000
Goodwill yang hrs dihapus = Rp 60.000.000

Penghapusan goodwill tersebut dibebankan kepada:


A : 20% = Rp 12.000.000
B : 30% = Rp 18.000.000
C : 30% = Rp 18.000.000
D : 20% = Rp 12.000.000

Dengan masuknya E tersebut komposisi modal persekutuan mengalami


perubahan (dalam jutaan):

Dengan masuknya E tersebut rasio pembagian rugi-laba juga


mengalami perubahan (dalam %), yaitu:

18
2) Metode Bonus
Menurut metode ini walaupun harga jual-beli dibawah nilai buku
akan tetapi transaksi tetap dicatat berdasarkan nilai buku. Metode ini
dipakai apabila seluruh aktiva persekutuan, termasuk goodwill sudah
disajikan secara wajar. Adanya harga jual-beli dibawah nilai buku
tersebut merupakan harga atas aktiva tidak berwujud yang dibawa oleh
sekutu baru.

Contoh 9:

Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo
modal persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah:

Modal A Rp 80.000.000

Modal B Rp 120.000.000

Modal C Rp 120.000.000

Modal D Rp 80.000.000

Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli 25% hak atas
modal dan hak atas laba dari seluruh sekutu, seharga Rp 85.000.000.

Apabila dipakai metode bonus transaksi tsb akan dicatat berdasarkan nilai buku, yaitu
25% dari Rp 400.000.000 atau Rp 100.000.000. Hak atas modal sebesar Rp 100.000.000
berasal dari :

A : 20% = Rp 20.000.000

B : 30% = Rp 30.000.000

C : 30% = Rp 30.000.000

D : 20% = Rp 20.000.000

Dengan masuknya E tersebut komposisi modal persekutuan mengalami perubahan


(dalam jutaan):

19
Dengan masuknya E tersebut rasio pembagian rugi-laba juga mengalami perubahan
(dalam %), yaitu:

20
2.3. PERBANDINGAN METODE GOODWILL DENGAN METODE
BONUS
Besarnya modal dan rasio pembagian laba adalah:

a) Modal Masing – masing Sekutu.


Secara absolut jumlh modal sekutu di dalam metode goodwill dan
metode bonus berbeda,akan tetapi relatif sama.Pengaruh dari
pembagian laba dan pembagian kas yang dilikuidasi adalah:

 Pembagian laba.
Apabila pembagian laba memperhatikan modal sekutu dan sejak
masuknya sekutu baru tersebut terjadi perubahan modal maka
metode goodwill dan metode bonus akan menghasilkan
pembagian rugi – laba yang berbeda.Sebaliknya apabila rugi laba
dibagi tanpa memperhatikan modal sekutu (misalnya dengan rasio
tertentu) maka metode goodwill dan metode bonus akan
menghasilkan pembagian rugi laba yang sama.

 Pembagian aktiva di dalam likuidasi.


Besarnya kas masing – masing sekutu tergantung pada modal
masing–masing.Saldo modal sekutu akan tergantung pada:

a) Saldo modal sesaat setelah masuknya


sekutubaru.
b) Transaksi modal setelah
masuknya sekutu baru.
c) Rasio pembagian rugi-laba.

21
b) Rasio Pembagian Rugi –Laba.
Apabila laba atau rugi dibagi dengan rasio tertentu maka metode

bonus dan goodwill menghasilkan rasio yang sama.

2.4. SEKUTU BARU MENYETOR MODAL


Dengan adanya setoran modal maka aktiva persekutuan akan
bertambah sebesar setoran modal sekutu baru. Yang perlu diperhatikan
adalah besarnya setoran modal sekutu baru tidak selalu sama dan
tambahan modal persekutuan juga tidak selalu sama dengan setoran
modal sekutu baru. Hal ini tergantung pada :
1) Keadaan persekutuan sebelum masuknya sekutu baru.
Persekutuan yang berhasilakan meningkatkan harga keseluruhan
dari persekutuan yang bersangkutan.Sesuai dengan prinsip
akuntansi yang lazim goodwill yang dikembangkan sendiri oleh
perusahaan tidak akan dicatat oleh perusahaan.

2) Setoran modal sekutu baru.


Setoran modal sekutu baru dapat berupa kas,aktiva non-kas dan
aktiva tidak berwujud. Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut
masuknya sekutu baru dengan cara menyetor modal dapat
dikelompokkan menjadi 6, yaitu:
a) Tanpa membentuk bonus maupun goodwill.
b) Bonus untuk sekutu lama.
c) Bonus untuk sekutu baru.
d) Goodwill untuk sekutu lama.
e) Goodwill untuk sekutu baru.
f) Goodwill untuk sekutu lama dan sekutu baru.

3) Menentukan Ada-Tidaknya Bonus atau Goodwill


Dalam hal ini ada 2 kemungkinan yaitu:
a. Tanpa Membentuk Goodwil
Hal ini terjadi apabila kenaikan modal persekutuan = setoran modal sekutu
baru.

22
b. Membentuk Goodwill
Hal ini terjadi apabila tambahan modal persekutuan tidak sama dengan
jumlah setoran modal sekutu baru.

4) Menentukan Ada-Tidaknya Bonus


Untuk menentukan ada-tidaknya bonus dapat dilakukan dengan 2 cara yang
akan memberikan hasil yang sama :
a) Membandingkan jumlah setoran sekutu baru dengan modal sekutu
baru.
b) Membandingkan modal sekutu lama sebelum masuknya sekutu baru
dengan modal sekutu lama sesudah masuknya sekutu baru.

5) Menentukan Sekutu yang Memberi dan Menerima Bonus


Dalam hal ini terdapat 2 kemungkinan yaitu:
a) Bonus untuk sekutu lama
Hal ini terjadi apabila modal sekutu lama bertambah dan modal sekutu baru
lebih kecil daripada setorannya.
b) Bonus untuk sekutu baru
Hal ini terjadi apabila modal sekutu lama berkurang dan modal sekutu baru
lebih besar daripada setorannya.

6) Menentukan Sekutu yang Mendapatkan Goodwill


Dalam hal ini terjadi 3 kemungkinan yaitu:
a. Goodwill untuk sekutu lama
b. Goodwill untuk sekutu baru
c. Goodwill untuk sekutu lama dan baru

Dari Prosedur tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik atau tanda-tanda untuk
masing-masing kelompok adalah:

23
1. Tanpa Membentuk Bonus Maupun Goodwill

Contoh 1 :
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 2:3:3:2. Saldo modal
persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah:
Modal A Rp 60.000.000
Modal B Rp 90.000.000
Modal C Rp 90.000.000
Modal D Rp 60.000.000
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan menyetor kas sebesar Rp
100.000.000.
Modal E diakui sebesar Rp 100.000.000 yang merupakan 25% dari modal
persekutuan.
Besarnya goodwill dan bonus dapat dihitung :

Modal sekutu baru (dalam Rp) Rp 100.000.000


Modal sekutu baru (dalam %) 25%
Modal persekutuan setelah masuknya E = Rp 100.000.000 : 25%
= Rp 400.000.000
Modal persekutuan sebelum E masuk = Rp 300.000.000
Kenaikan modal persekutuan = Rp 100.000.000
Jumlah setoran modal sekutu baru = Rp 100.000.000
Goodwill =0

24
Jurnal :
Kas Rp 100.000.000
Modal E Rp 100.000.000

25
Dengan masuknya E tersebut komposisi modal persekutuan mengalami perubahan
(dalam jutaan):

26
BAB
III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Salah satu karakter utama persekutuan adalah umur yang terbatas


(limited life) yang berarti sewaktu-waktu umur persekutuan dapat berakhir,
dan persekutuan akan bubar. Kondisi yang menimbulkan pembubaran
persekutuan, pembubaran ada dua jenis dissolution dan likuidasi.Penyebab
bubarnya persekutuan :bubar karena sesuai dengan perjanjian persekutuan,
bubar karena undang-undang yang berlaku, bubar karena putusan
pengadilan.Masuknya sekutu ada dua yaitu sekutu baru membeli hak sekutu
lama dan sekutu baru menyetor modal.

Pegunduran sekutu dapat terjadi secara sukarela maupun karena


terpaksa. Pengunduran sekutu dapat dilakukan dengan cara menjual haknya
kepada sekutu lain atau sekutu baru dan menerima pengambalian modal.
Berdasar besar pengembalian modal sekutu yang mundur dan perubahahan
modal sekutu bertahan dalam menerima pengembalian modal dapat
dikelompokkan sebagai berikut tanpa membentuk bonus atau goodwill,
bonus untuk sekutu bertahan, bonus untuk sekutu ynang mundur, mengakui
goodwill untuk sekutu yang mundur, mengakui goodwill untuk seluruh
sekutu, dan menghapus goodwill

Persekutuan diubah menjadi perseroan terbatas berarti persekutuan bubar


dan berdiri persekutuan baru (perseroan terbatas).Metode yang digunakan
perseroan terbatas yaitu perseroan terbatas meneruskanbuku- buku

27
persekutuan dan perseroan erbatas menggunakan buku-buku baru.

3.2. Saran
Pembaca memahami tentang pembubaran persekutuan pembaca dapat mengetahui
lebih jelas penyebab bubarnya suatu persekutuan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Drs. L. Suparwoto, M.Sc., Akt. 2002. Akuntansi Keuangan


Lanjutan 1, Penerbit BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
https://docplayer.info/62846768-Makalah-akuntansi-keuangan-lanjutan-
1-perubahan-pemilikan-persekutuan.html

29

Anda mungkin juga menyukai