DOSEN PENGAMPU :
NAFI’ INAYATI ZAHRO, SE, M.Si
DISUSUN OLEH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS AKUNTANSI NON REGULER
KELOMPOK 4 :
1
Kata Pengantar
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
Kami sangat mengharapkan berbagai masukan-masukan yang berupa
kritikan maupun saran demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Masalah 1
Bab II Pembahasan 3
2.1 Pembubaran Persekutuan 3
2.2 Sekutu Baru Membeli Hak Sekutu Lama 5
2.3 Perbandingan Metode Goodwill dengan Metode Bonus 20
2.4 Sekutu Baru Menyetor Modal 21
Bab III Penutup 25
A. Kesimpulan 25
B. Saran 25
Daftar Pustaka 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan masuknya seorang sekutu kerja yang baru atau keluarnya sekutu
kerja atau meninggalnya seorang sekutu maka akan membubarkan
persetujuan bersama persekutuan. Suatu persekutuan dikatakan bubar apabila
persetujuan awal para sekutu untuk menjalankan usaha bersama-sama
dilanggar dan tidak berlaku lagi.Dengan bubarnya persekutuan, maka
wewenang para sekutu untuk menjalankan perusahaannya juga berakhir.
Untuk memperdalam masalah pembubaran persekutuan tersebut, penulis akan
menulis makalah yang berjudul “Perubahan KepemilikanPersekutuan”.
1
persekutuan.
3) Mampu menjelaskan perubahan persekutuan menjadi perseroan terbatas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
perusahaan disebut likuidasi.
Penyebab bubarnya persekutuan :
1. Bubar karena sesuai dengan perjanjian persekutuan
1) Bubar karena tujuan persekutuan telahtercapai
2) Bubar karena jangka waktu persekutuan telah habis
3) Bubar karena masuknya sekutu baru
4) Bubar karena pengunduran sekutu
5) Bubar karena persekutuan diubah menjadi PT ( Perseroan
Terbatas )
4
seluruh aktiva akan diuangkan dan hasilnya dipakai untuk melunasi utang,
setelah dilunasi terdapat sisa kas yang akan dibagi kepada sekutu.
Contoh
Persekutuan Abc dengan para sekutu A,B, C, pada awal tahun 1991 tn D diterima
sebagai sekutu baru. Masuknya D berrati persekutuan lama dengan sekutu A,B,C
bubar dan berdiri persekutuan baru yaitu A,B,C,D.
2. Menyetor modal
5
Contoh 1
Modal A Rp 80.000.000,00
Modal B Rp
120.000.0
00,00
Modal C Rp
120.000.0
00,00
Modal D Rp
80.000.00
0,00
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli
50% hak B baik hak atas modal maupun hak atas rugi-laba sebesar RP
75.000.000,00.
6
Dengan masuknya E rasio pembagian rugi-laba mengalami perubahan (dalam
%) yaitu
Contoh 2
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20;30;30;20, saldo
modal persekutuan pada akhir tahun 1990:
Modal A Rp 80.000.000,00
Modal B Rp
120.000.0
00,00
Modal C Rp
120.000.0
00,00
Modal D Rp
80.000.00
0,00
7
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli
seluruh hak B baik hak atas modal maupun hak atas rugi-laba sebesar RP
125.000.000,00.
Modal,B Rp 120.000.000,00.
Modal,E Rp 120.000.000,00.
8
transaksi dicatat sebesar nilai buku modal yang dijualbelikan. Jadi Sama
saja dengan transaksi 1 dan 2.
Contoh 3 :
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo modal
persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah:
Modal A Rp 80.000.000
Modal B Rp 120.000.000
Modal C Rp 120.000.000
Modal D Rp 80.000.000
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli 25% hak A, B
dan C seluruhnya seharga Rp 100.000.000. Dalam hal ini harga jual beli diatas nilai buku
karena nilai buku yang dibeli adalah:
Dari A = 25% x Rp 80.000.000 = Rp 20.000.000
Dari B= 25% x Rp 120.000.000 = Rp 30.000.000
Dari C= 25% x Rp 120.000.000 = Rp 30.000.000
9
Dengan masuknya E rasio pembagian rugi-laba mengalami
perubahan (dalam %) yaitu:
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo
modal persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah :
Modal, A Rp
80.00
0.000
,00
Modal,B Rp
120.0
00.00
0,00
Modal,C Rp
120.0
10
00.00
0,00
Modal,D Rp
80.00
0.000,
00
Jumlah modal Rp400.000.000,00
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli seluruh hak A
dan D baik hak atas modal maupun hak atas rugi-laba seluruhnya seharga
Rp200.000.000,00.
Kas sebesar Rp 200.000.000,00 tersebut akan dibagikan kepada A dan D sesuai dengan
nilai buku yang dijual. Oleh karena modal A dan modal D yang dijual adalah sama,
yaitu masing-masing Rp 80.000.000,00 maka hasil penjualan tersebut juga dibagi sama,
yaitu:
A= Rp100.000.000,00
B= Rp100.000.000,00
Modal,A Rp 80.000.000,00
Modal,D 80.000.000,00
Modal,E Rp 160.000.000,00
11
Dengan masuknya E tersebut rasio pembagian rugi-laba juga mengalami perubahan (dalam
%) yaitu:
Modal,A Rp 80.000.000,00
Modal, B 120.000.000,00
Modal, C 120.000.000,00
Modal, D 80.000.000,00
12
Jumlah modal Rp 400.000.000,00
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli 25% hak atas
modal dan hak atas laba dari seluruh sekutu, seharga nilai buku yaitu Rp 100.000.000.
Hak atas modal dan laba yang dibeli tersebut berasal dari:
Dari A = 25% x Rp 80.000.000 = Rp 20.000.000
Dari B= 25% x Rp 120.000.000 = Rp 30.000.000
Dari C= 25% x Rp 120.000.000 = Rp 30.000.000
Dari D = 25% x Rp 80.000.000 = Rp 20.000.000
1 Metode Goodwill
13
Menurut metode ini transaksi masuknya sekutu baru tersebut akan dicatat
berdasarkan harga jual. Metode ini berdasarkan pemikiran bahwa neraca awal
persekutuan harus nilai pasar yang wajar, baik aktiva berwujud maupun aktiva tidak
berwujud. Dengan adanya harga jual-beli di atas nilai buku aktiva bersih tersebut
menunjukkan bahwa sebenarnya persekutuan telah mempunyai goodwill yang belum
diakui. Goodwill tersebut harus diakui. Oleh karena goodwill tersebut merupakan hasil
kerja sekutu lama maka goodwill tersebut juga merupakan hak sekutu lama dan akan
dibagi sesuai dengan rasio pembagian laba.
Besarnya goodwill adalah selisih antara nilai pasar modal (aktiva bersih) dengan nilai
bukunya. Dengan metode ini maka modal persekutuan akan bertambah sebesar setoran
goodwill diakui.
Contoh 6
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo modal
persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah :
Modal, A Rp
80.00
0.000
,00
Modal, B 120.000.000,00
Modal, C 120.000.000,00
Modal, D 80.000
.000,0
0
Jumlah modal Rp 400.000.000,00
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli
25% hak atas modal dan hak atas laba dari seluruh sekutu, seharga Rp
125.000.000,00.
Nilai pasar 25% = Rp 125.000.000
100 %
Nilai pasar seluruh modal = x Rp 125.000.000
25 %
= Rp 500.000.000
Nilai buku modal = Rp 500.000.000 – Rp 400.000.000
Goodwill = Rp 100.000.000
14
Goodwill tersebut dibagi:
A : 20% = Rp 20.000.000
B : 30% = Rp 30.000.000
C : 30% = Rp 30.000.000
D : 20% = Rp 20.000.000
Dengan masuknya E tersebut komposisi modal persekutuan mengalami perubahan (dalam
jutaan) :
2. Metode Bonus
Menurut metode ini kelebihan harga jual di atas nilai buku belum
merupakan alasan yang kuat untuk mengakui adanya goodwill.Sesuai
dengan prinsip akuntansi goodwill hanya boleh diakui apabila betul- betul
terjadi pengorbanan untuk memperolehnya.Selisih tersebut dianggap
sebagai bonus dari sekutu baru (pembeli) untuk sekutu lama (penjual).
Dengan metode ini, maka transaksi jual-beli hak tersebut akan dicatat
berdasarkan nilai buku, sehingga jumlah modal persekutuan tidak
mengalami perubahan.
Contoh 7
15
20:30:30:20. Saldo modal persekutuantersebut pada akhir tahun1990
adalah:
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo modal
persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah:
Modal A Rp 80.000.000
Modal B Rp 120.000.000
Modal C Rp 120.000.000
Modal D Rp 80.000.000
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli 25% hak atas
modal dan hak atas laba dari seluruh sekutu, seharga Rp 125.000.000.
Apabila dipakai metode bonus transaksi tsb akan dicatat berdasarkan nilai buku, yaitu 25%
dari Rp 400.000.000 atau Rp 100.000.000. Hak atas modal sebesar Rp 100.000.000
berasal dari :
A : 20% = Rp 20.000.000
B : 30% = Rp 30.000.000
C : 30% = Rp 30.000.000
D : 20% = Rp 20.000.000
16
c. Harga Jual-Beli < Nilai Buku
Dalam hal ini juga dapat dipakai 2 metode atau pendekatan, yaitu:
1) Metode Goodwill Negatif
Menurut metode ini transaksi masuknya sekutu baru tersebut akan
dicatat berdasarkan harga jual. Metode ini berdasarkan pemikiran
bahwa neraca awal persekutuan harus didasarkan atas nilai pasar yang
wajar, baik aktiva berwujud maupun aktiva tidak berwujud. Dengan
adanya harga jual-beli dibawah nilai buku aktiva bersih tersebut
menunjukkan bahwa sebenarnya ada goodwill yang sudah tidak
bermanfaat lagi tetapi masih tetap dicatat persekutuan. Oleh karena
itu sudah tidak mempunyai manfaat ekonomi maka goodwill tersebut
harus segera dihapus. Penghapusan goodwill harus ditanggung oleh
para sekutu lama sebagai kerugian.
Metode ini hanya cocok dipakai apabila harga jual-beli dibawah
nilai buku tersebut terjadi dalam keadaan:
- Persekutuan sudah mengakui goodwill dan
- Seluruh aktiva berwujud sudah dinilai secara wajar.
Contoh 8 :
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo
modal persekutuan tersebut pada akhir 1990 adalah:
Modal A Rp 80.000.000
Modal B Rp 120.000.000
Modal C Rp 120.000.000
Modal D Rp 80.000.000
17
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli
25% hak atas modal dan hak atas laba dari seluruh sekutu, seharga Rp
85.000.000,00. Transaksi ini menunjukkan adanya goodwill yang masih
diakui persekutuan ABCD akan tetapi sudah tidak mempunyai manfaat lagi,
yaitu:
Nilai pasar 25% = Rp 85.000.000
100 %
Nilai pasar seluruh modal = x Rp 85.000.000
25 %
= Rp 340.000.000
Nilai buku modal = Rp 340.000.000 – Rp 400.000.000
Goodwill yang hrs dihapus = Rp 60.000.000
18
2) Metode Bonus
Menurut metode ini walaupun harga jual-beli dibawah nilai buku
akan tetapi transaksi tetap dicatat berdasarkan nilai buku. Metode ini
dipakai apabila seluruh aktiva persekutuan, termasuk goodwill sudah
disajikan secara wajar. Adanya harga jual-beli dibawah nilai buku
tersebut merupakan harga atas aktiva tidak berwujud yang dibawa oleh
sekutu baru.
Contoh 9:
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 20:30:30:20. Saldo
modal persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah:
Modal A Rp 80.000.000
Modal B Rp 120.000.000
Modal C Rp 120.000.000
Modal D Rp 80.000.000
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan cara membeli 25% hak atas
modal dan hak atas laba dari seluruh sekutu, seharga Rp 85.000.000.
Apabila dipakai metode bonus transaksi tsb akan dicatat berdasarkan nilai buku, yaitu
25% dari Rp 400.000.000 atau Rp 100.000.000. Hak atas modal sebesar Rp 100.000.000
berasal dari :
A : 20% = Rp 20.000.000
B : 30% = Rp 30.000.000
C : 30% = Rp 30.000.000
D : 20% = Rp 20.000.000
19
Dengan masuknya E tersebut rasio pembagian rugi-laba juga mengalami perubahan
(dalam %), yaitu:
20
2.3. PERBANDINGAN METODE GOODWILL DENGAN METODE
BONUS
Besarnya modal dan rasio pembagian laba adalah:
Pembagian laba.
Apabila pembagian laba memperhatikan modal sekutu dan sejak
masuknya sekutu baru tersebut terjadi perubahan modal maka
metode goodwill dan metode bonus akan menghasilkan
pembagian rugi – laba yang berbeda.Sebaliknya apabila rugi laba
dibagi tanpa memperhatikan modal sekutu (misalnya dengan rasio
tertentu) maka metode goodwill dan metode bonus akan
menghasilkan pembagian rugi laba yang sama.
21
b) Rasio Pembagian Rugi –Laba.
Apabila laba atau rugi dibagi dengan rasio tertentu maka metode
22
b. Membentuk Goodwill
Hal ini terjadi apabila tambahan modal persekutuan tidak sama dengan
jumlah setoran modal sekutu baru.
Dari Prosedur tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik atau tanda-tanda untuk
masing-masing kelompok adalah:
23
1. Tanpa Membentuk Bonus Maupun Goodwill
Contoh 1 :
Persekutuan ABCD membagi laba atau rugi dengan rasio 2:3:3:2. Saldo modal
persekutuan tersebut pada akhir tahun 1990 adalah:
Modal A Rp 60.000.000
Modal B Rp 90.000.000
Modal C Rp 90.000.000
Modal D Rp 60.000.000
Pada awal tahun 1991 E diterima sebagai sekutu baru dengan menyetor kas sebesar Rp
100.000.000.
Modal E diakui sebesar Rp 100.000.000 yang merupakan 25% dari modal
persekutuan.
Besarnya goodwill dan bonus dapat dihitung :
24
Jurnal :
Kas Rp 100.000.000
Modal E Rp 100.000.000
25
Dengan masuknya E tersebut komposisi modal persekutuan mengalami perubahan
(dalam jutaan):
26
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
27
persekutuan dan perseroan erbatas menggunakan buku-buku baru.
3.2. Saran
Pembaca memahami tentang pembubaran persekutuan pembaca dapat mengetahui
lebih jelas penyebab bubarnya suatu persekutuan.
28
DAFTAR PUSTAKA
29