Anda di halaman 1dari 19

Pendahuluan

Filsafat Teori Ilmu


Pengetahuan
ANGGOTA KELOMPOK II

Dwi Prihatiningsih 201512083

Umi khalimatus Sa’adah 201712056

Lintang Sasmitaning Utami 201712182

2
Pembahasan Materi
 Pergeseran Arah Penelitian
 Klasifikasi Metodologi Penelitian
 Pendekatan Mainstream atau Positivis
 Teori Sebagai Struktur
 Filsafat Ilmu dan Perkembangan Akuntansi

3
1.
Pergeseran Arah Penelitian
FILSAFAT SEBAGAI DASAR METODOLOGI
PENELITIAN AKUNTANSI
Pergeseran Arah Akuntansi
Dalam tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam penelitian
akuntansi. Alasan yang mendasari pergeseran ini adalah bahwa pendekatan
normatif yang telah dipakai selama 1 dekade tidak dapat menghasilkan teori
akuntansi yang benar-benar siap untuk dipakai dalam praktik sehari-hari. Alasan
kedua yang mendasari usaha pemahaman akuntansi secara empiris dan mendalam
adalah adanya “move” dari komuniti peneliti akuntansi yang menitikberatkan pada
pendekatan ekonomi dan perilaku (Behavior).

5
2.
Klasifikasi Metodologi Penelitian
Klasifikasi Metodologi Penelitian

Kerangka pengelompokan yang dikembangkan oleh Burrel dan


Morgan (1979) yang mereview dan mengelompokkan penelitian dalam
bidang ilmu organisasi menurut teori yang melandasi dan anggapan-
anggapan filosofisnya dan dipakai untuk mengelompokkan dan mereview
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan aspek-aspek sosial dan
organisasi manajemen dan akuntansi. Kerangka yang disusun dari dua
dimensi independen berdasar atas anggapan-anggapan dari sifat ilmu
sosial (ontology, epistemology, aksiologi, sifat manusia dan
metofologi) dan sifat masyarakat.
Klasifikasi Metodologi Penelitian

A. Interpretive
Pendekatan interpretive berasal dari filsafat Jerman yang menitikberatkan
pada peranan bahasa, interpretasi dan pemahaman didalam ilmu sosial. Pendekatan
ini memfokuskan pada sifat subjektif dari social world dan berusaha memahaminya
dari kerangka berpikir objek yang sedang dipelajarinya. Jadi fokusnya pada arti
individu dan persepsi manusia pada realitas bukan pada realitas independen yang
berada diluar mereka. Manusia secara terus-menerus menciptakan realitas sosial
mereka dalam rangka berinteraksi dengan yang lain. Tujuan pendekatan
interpretive tidak lain adalah menganalisis realitas sosial semacam ini dan
bagaimana realitas sosial tersebut terbentuk.

8
Klasifikasi Metodologi Penelitian

B. Radical Humanis dan Strukturalis

Dibandingkan dengan pendekatan fungsional dan interpretive, pendekatan


radical memandang masyarakat terdiri dari elemen-elemen yang saling bertentangan
satu sama lain dan diatur oleh system kekuasaan yang pada gilirannya menimbulkan
ketidakadilan dan keterasingan (alienation) dalam segala aspek kehidupan.
Pendekatan

9
3.
Pendekatan Mainstream atau
Positivis
Pendekatan Mainstream atau Positivis
A. Induktivisme
Menurut Chalmers (1991) selama tahun 1920an positivisme telah berkembang
menjadi filsafat ilmu dalam bentuk positivisme logis (logical positivism)Teori ini
dikembangkan oleh Lingkaran Vieanna (Vieanna circle) yang merupakan kelompok
ilmuwan dan filosof yang dipimpin oleh Morizt Schlick. Logical positivism menerima doktrin
utama “verification theory of meaning” yang dikembangkan oleh Wittgenstein.
Teori verifikasi menyatakan bahwa pernyataan atau proposisi memiliki arti
hanya jika mereka dapat diverifikasi secara empiris. Kriteria ini digunakan untuk
membedakan antara pernyataan scientific (meaningful) dan pernyataan metafisis
(meaningless).
Proses pengambilan kesimpulan umum (universal) yang didasarkan pada
hasil observasi dinamakan induksi. Pemakaian induksi untuk membuat suatu kesimpulan
umum dapat diterima kebenarannya jika kondisi tertentu dipenuhi, yakni :
 Jumlah observasi banyak
 Observasi harus diulang pada kondisi yang luas (berbeda-beda)
 Hasil observasi tidak ada yang bertentangan dengan teori universal yang dihasilkan
B. Falsifikasionisme (Falsificationism)

Pendekatan falsifikasi dikembangkan oleh Karl Popper, yang


tidak puas dengan pendekatan induktif. Menurut Popper, tujuan
penelitian ilmiah adalah untuk membuktikan kesalahan (falsify)
hipotesis, bukannya membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Oleh
karena itulah pendekatan ini dinamakan falsifikasionisme. Untuk
mengatasi masalah yang dihadapi Empirisme Logis, Karl Popper
menawarkan metode alternative untuk menjustifikasi suatu teori.

Proses ilmu berawal dari observasi yang berbenturan denga


teori yang ada atau prakonsepsi (preconception). Jika hal itu terjadi,
maka kita dihadapkan pada maslaah ilmu pengetahuan. Teori
kemudian diajukan untuk memecahkan masalah ini dan hipotesis diuji
secara empiris yang tujuannya untuk menolak hipotesis. Jika
peramalan teori itu disalahkan (falsify), maka teori tersebut ditolak.
Dengan kata lain, teori menurut pendekatan ini adalah
hipotesis yang belum dibuktikan kesalahannya. Teori bukanlah sesuatu
yang benar atau factual, tetapi sesuatu yang belum terbukti salah. Jika
suatu teori diterima, maka teori tersebu harus menyajikan hipotesis
yang mungkin dapat dibuktikan kesalahannya.

Menurut Falsifikasionisme ilmu berkembang secara


pendugaan (conjecture) dan penolakan (refutation) atau secara trial
and error. Tujuan ilmu adalah memecahkan masalah. Pemecahan
masalah tadi diwujudkan dalam teori yang mungkin akan disalahkan
secara empiris. Teori yang bertahan dan tidak dapat disalahkan akan
diterima secara tentative untuk memecahkan masalah.
4.
Teori Sebagai Struktur

14
Teori Sebagai Struktur
1. Riset Program Imre Lokatos
Teori dipandang sebagai sebuah struktur yang terdiri dari asumsi-asumsi dasar,
dan seperangkat hipotesis tambahan yang khusus di desain untuk melindungi inti teori dari
falsifikasi ( penolakan). Teori riset program menurut Lakatos akan terdiri dari :
1. Hard Core dan Negative Heuristic
2. Protective Belt of Auxiliary Hypotheses
3. Positive Heuristic
4. Perkembangan dan kemunduran riset program.

2. Paradigma dan Revolusi Thomas Kuhn


Kuhn mengatakan bahwa kemajuan pengetahuan bukan merupakan hasil evolusi
(seperti yang ada pada induktivisme dan falsifikasionisme). Melainkan kemajuan
pengetahuan merupakan hasil revolusi. Suatu teori dapat diganti dengan teori lain apabila
tidak cocok.
5.
Filsafat Ilmu dan
Perkembangan Akuntansi

16
Filsafat Ilmu dan Perkembangan
Akuntansi
Walaupun filsafat ilmu awalnya digunakan didalam ilmu alam, tetapi saat ini telah
dipinjam untuk menjelaskan disiplin ilmu lain. Akuntansi misalnya telah menggunakan
metode scientific didalam proyek risetnya. Juga ada usaha menggunakan filsafat ilmu untuk
menggambarkan akuntansi.

Riset akuntansi yang selama ini di lakukan cenderung menggunakan model yang
berbeda-beda dan model tersebut dapat saling menggantikan. Akuntansi sumber daya manusia
merupakan salah satu research programmes yang muncul berdasarkan sudut pandang ekonomi
berkaitan dengan aktiva. Research programmes ini dikembangkan atas dasar keyakinan bahwa:
1.karyawan adalah salah satu sumber ekonomi yang paling penting bagi entitas
2.kegagalan akuntansi dalam mengungkapkan aktiva ini merupakan suatu kelemahan.

Dalam berbagai pandangan diatas jelas bahwa perkembangannya akuntansi dapat di


tinjau dari berbagai pendekatan dan melibatkan filsafat ilmu yang selama ini sering digunakan
dalam ilmu alam.

17
Filsafat Ilmu dan Perkembangan
Akuntansi

Alasan filsafat digunakan dalam metodologi akuntansi adalah karena akuntansi


dapat ditinjau dari berbagfai pendekatan dan melibatkan filsafat ilmu yang selama ini hanya
digunakan dalam ilmu ekonomi/ keuangan saja Tetapi filsafat ilmu juga dapat digunakan
dalam penelitian . Berbagai variasi yang berdekatan satu sama lainnya yang terjadi pergeseran
dengan mengacu pada ilmu sosial lainnya
Contoh : 1. Karyawan adalah suber ekonomi yang paling penting bagi entitas
2. Kegagalan akuntansi dalam mengungkapkan

18
Thanks!
Any questions?

19

Anda mungkin juga menyukai