Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH PERMINATAN

“MANUSIA PURBA DI INDONESIA DAN DUNIA ”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
DINDA SILFITRI
SUCI RAMADHANI
RAHMAD HIDAYAT
KELAS:X.IPS1
GURU PEMBIMBING:
PUTRI UTAMI.S,PD

SMA-N 3 PARIAMAN TAHUN AJARAN 2019/2020


1. MANUSIA PURBA DI INDONESIA
A.TEORI PEMBENTUKAN BUMI
Teori Kabut Nebula

Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah
satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere
De Laplace(1796).Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini
dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut
(nebula).

Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar
semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian
khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar
inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula ini terdiri dari
beberapa tahap, yaitu:

 Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan
besar.
 Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat
lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi
lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai
planet, bergerak mengelilingi matahari.
 Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara
teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan
Keluarga Matahari.

Teori Planetesimal

Pada awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi Amerika bersama
rekannya Thomas C.Chamberlain, seorang ahli geologi, mengemukakan teori Planetisimal
Hypothesis, yang mengatakan matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, Pada
suatu saat melintas bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, bintang
tersebut melintas begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan.

Karena dekatnya lintasan pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut mengakibatkan
tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi.Karena pengaruh gaya gravitasi tersebut
sebagian materi terlempar meninggalkan permukaan matahari dan permukaan bintang.
Materi-materi yang terlempar mulai menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang
disebut planetisimal. Planetisimal- Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat yang pada
akhirnya membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.

Teori Pasang Surut Gas

Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918, yakni bahwa
sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan
terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan
gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil.
Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius
orbit Bumi).
tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat,
maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari,
yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi
yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa
matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.Dalam lidah yang panas ini terjadi
perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-
benda tersendiri, yaitu planet-planet.

Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi,
melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya
terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari
dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada
planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti
Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.

Teori Bintang Kembar

Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi
berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material
yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih
kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak
meledak itu. Bintang yang tidak meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan
pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.

Teori big bang

Teori big bang menjelaskan bahwa bumi berasal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Dimana
ada gumpalan kabut yang sangat besar berputar pada porosnya. Putaran itu memungkinkan
bagian-bagian kecil terlempar sedangkan bagian besar menjadi satu dan menjadi pusat
pembentukan cakram raksasa.

Gumpalan raksasa itu meledak dan mebentuk galaksi dan nebula-nebula. Sekitar 4,6 miliyar
tahun Pembekuan yang terjadi membuat nebula-nebula membentuk galaksi bernama galaksi
bima sakti dan kemudian terbentuk sistem tata surya. Bagian ringan yang terlempar
membentuk gumpalan-gumpalan yang  memadat. Dan gumpalan itu membentuk planet-
planet.

B.JENIS MANUSIA PURBA DI INDONESIA


*Megantropus

Meganthropus adalah sekumpulan koleksi fosil mirip manusia purba yang


ditemukan di Indonesia. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald pada
tahun 1936 dan berakhir 1941 di Situs Sangiran, yaitu rahang bawah dan rahang atas. Ketika
pertama ditemukan, von Koenigswald menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus,artinya
manusia raksasa dari jawa. Memiliki ciri-ciri yang berbeda dari Pithecanthropus erectus
(Homo erectus) yang lebih dulu ditemukan di Sangiran.

Selanjutnya fosil serupa juga ditemukan oleh Marks tahun 1952 berupa rahang bawah.

Berikut ini adalah ciri-ciri manusia purba meganthropus:

 Memiliki tinggi sekitar 165 – 180 cm


 Berbadan tegap
 Volume otak 900cc
 Tonjolan pada kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
 Tidak memiliki dagu dan mempunyai hidung yang lebar
 Memiliki otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat
 Makanannya jenis tumbuh-tumbuhan

*Phitecantropus

1.Phitecantropus Mojokertensis

Pada tahun 1939 seorang ilmuwan yang bernama Von Koenigswald menemukan
sebuah fosil tengkorak anak-anak di sekitar Mojokerto. Menurutnya, fosil tersebut merupakan
tengkorak dari manusia yang berumur masih 5-6 tahun. Keputusan tersebut tidak sembarang
mengambil keputusan, melainkan sudah diteliti terlebih dahulu.
Pada tahun-tahun selanjutnya, ilmuwan tersebut menemukan fosil kembali di wilayah lembah
sungai Bengawan Solo. Penemuan fosil dari tahun ke tahun semakin banyak, akhirnya
ilmuwan tersebut membaginya menjadi 3, pembagiannya berdasarkan dengan lapisan
dilluvium lembah sungai Bengawan Solo. Lapisan tersebut yaitu lapisan jetis/Pleistosen
Bawah, Lapisan Trinil/Pleistosen Tengah, dan Lapisan Ngandong/Pleistosen Atas.
Berdasarkan lapisan tersebut, Pithecanthropus termasuk ke dalam Lapisan Trinil. Pada
lapisan tersebut memiliki ciri-ciri tubuh kuat dan besar.

Karena memiliki tubuh yang kuat dan besar maka ilmuwan tersebut menamainya
Pithcanthropus Robustus. Di lapisan Jetis, Homo Mojokertensis tinggal, oleh karena itu
makhluk tersebut dinamakan Pithcanthropus Mojokertensis.

Ciri-ciri phitecantropus mojokertensis:

Memiliki badan yang tegap


·        Memiliki tinggi badan sekitar 165 sampai 180 cm
·        Memiliki tulang raham dan gigi graham yang kuat
·        Memiliki bagian kening yang menonjol
·        Tidak memiliki dagu, sama halnya dengan meganthropus
·        Volume otak masih belum sempurna seperti halnya pada jenis homo, yaitu sekitar 750
sampai 1. 300 cc volume otak
·        Memiliki tulang atap tengkorak yang tebal dan berbentuk melonjong
·        Memiliki alat pengunyah dan telah memakan segalanya
·        Otot tengkuk sudah kecil

2.Phitecantropus soloensis

Manusia purba Phitecantropus Soleonsis merupakan salah satu jenis fosil yang dapat
ditemui di Indonesia. Selain Phitecantropus Soleonsis, ada beberapa jenis Phitecantropus lain
yang masuk ke dalam jenis manusia purba ini seperti Phitecantropus Erectus dan
Phitecantropus Mojokertensis. Diantara jenis fosil Phitecantropus, manusia purba
Phitecantropus Mojokertensis merupakan jenis Phitecantropus yang paling tua diantara
Phitecantropus lainnya. Pada tahun 1936, Weidenreich dan G.H. R von Koenigswald
menemukan fosil Phitecantropus Mojokertensis di wilayah Perning, Mojokerto propinsi Jawa
Timur. Namun demikian, fosil ini juga pernah ditemukan di Cina dan dikenal dengan sebutan
Phitecantropus Pekinensis. Untuk mengetahui ciri-ciri Phitecantropus Soleonsis dan
Phitecantropus Mojokertensis, simak penjelasan berikut ini.

Fosil Phitecantropus Soleonsis dan Phitecantropus Mojokertensis dapat dengan mudah


ditemukan di daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jika Anda ingin
mengetahui hal-hal yang bersangkutan dengan Phitecantropus Soleonsis, terlebih dahulu
Anda mengenal dengan baik akan fosil Phitecantropus. Fosil Phitecantropus hidup di jaman
Pleistosen di mana jaman dipenuhi dengan padang rumput dan pepohonan yang memiliki
pertumbuhan yang lambat. Ada beberapa ciri untuk mengenal fosil manusia purba
Phitecantropus seperti memiliki bentuk badan tegap dan tinggi, memiliki rahang yang kuat
dan alat pengunyah makanan yang kuat pula, belum terdapat tulang dagu dan memiliki tulang
pada kening dengan ukuran yang lebar.

Selain mengetahui mengenai Phitecantropus Mojokertensis, jenis manusia purba lainnya yang
harus Anda ketahui adalah Phitecantropus Soleonsis. Dapat dilihat dengan jelas dari
namanya, Phitecantropus Soleonsis merupakan fosil manusia purba yang ditemukan di Solo
propinsi Jawa Tengah. Phitecantropus Soleonsis sendiri ditemukan oleh tiga orang penemu
seperti G.H.R Koenigswald, Ter Harr dan Oppenoort di Ngandong, Jawa Tengah. Anda dapat
melihat ciri-ciri Phitecantropus Soleonsis yang dapat dilihat dari tekstur tenggoraknya.
Phitecantropus Soleonsis memiliki bentuk tenggorak yang memanjang atau lonjong dan tebal,
pada rongga mata pun memiliki bentuk yang lebar dan memanjang serta memiliki struktur
tulang yang padat. Karena ciri-ciri tubuh yang hampir sama, Phitecantropus Soleonsis sering
disamakan dengan Homo Sapiens.

Ciri-ciri phitecantropus soloensis:

 Tinggi tubuh mencapai 165 sampai 180 cm


 Memekan tumbuhan dan berburu
 Memiliki gigi geraham yang besar dan rahang yang kuat
 Kapasitas otaknya berkisar antara 750 sampai 1350 cm³
 Hidung yang lebar
 Tidak memiliki dagu
 Tonjolan dibagian kening tebal dan melintang
 Dibagian tengkuk memiliki otot yang masih cukup lebar
 Menonjol dibagian tulang pipi
 Bagian tempurung tengkorak berbentuk lonjong
 Pada bagian dahi bentuknya lebih tinggi dan terisi, dibandingkan dengan
pithecanthropus mojokertensis dan pithecanthropus erectus

Maka dengan ciri-ciri manusia purba Solo diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri tersebut
menyamai ciri fisik dari penemuan fosil pitecanthropus soloensis di daerah tempat berbeda
yakni di Sangiran dan Sambung Macan.

Hasil dari penemuan fosil di Ngandong ini berupa tulang tengkorak yang dahulunya pernah
tinggal di lokasi tersebut. Sehingga dapat diketahui dari hasil penemuan ini dikaitkan dengan
corak dan cara hidup dari jenis pitecanthropus soloensis ini. Yang mana  pada jenis ini
hidupnya berkelompok dan berisi beberapa individu.

Terdapat beberapa bukti hasil penemuan rangkaian tulang yang cukup banyak dalam satu
area sama, temuan tersebut berupa tulang dahi, tulang atap tengkorak dan tulang kering.

3.Phitecantropus erectus
Manusia Purba Pithecanthropus yang satu ini juga tak kalah menarik dan banyakmenjadi
perbincangan banyak peneliti, karena bentuk dan hidupnya yang juga lama. Manusia purba
yang satu ini, masuk dalam fosil di Indonesia berupa manusia dan hewan purba yang juga
memiliki banyak jenisnya. Manusia purba ini, hidup sekitar dua juta tahun yang lalu.
Penemuanya adalah Eugene Dubois pada tahun 1890 dan di perkirakan hidup pada masa
Pleistosen tengah. Ini adalah penemuan pertamanya yang di lakukan di begawan Solo. Ketika
melakukan penelitian, yang pertama kali di temukan adalah bagian dari geraham dari
manusia purba ini.

Ini termasuk dalam pembagian prasejarah Indonesia berdasarkan arkeologinya yang mulai di
temukan kembali setelah itu, banyak bentuk lain dari manusia purba ini. Penemuan
selanjutnya membuktikan, di temukan kembali tulang rahang, kaki, dan bagian tengkorak
atas. Kehidupan dari manusia purba ini, juga tidak menetap. Mereka hidup berpindah-pindah
atau nomaden, bergantung pada banyaknya persediaan bahan pangan yang ada di daerah yang
mereka tinggali. Cara hidup mereka, juga mirip dengan cara hidup manusia purba
Australopithecus Africanus yang juga berpindah-pindah dan bergantung pada kesediaan
bahan pangannya.

Dan ini juga menjadi alasan yang kuat, mengapa fosil dari manusia purba ini, di temukan di
sungai. Sebab, kita tahu di sungai ada banyak bahan makanan yang tersedia, seperti mata air,
hutan, dan ikan bisa membuat mereka bertahan hidup yang cukup lama. Selain makan
tumbuhan, mereka juga makan hewan tangkapan atau hasil dari berburu. Pithecanthropus
Erectus sendiri memiliki arti, manusia yang berjalan tegak. Jika berdasarkan pengukuran
terhadap umur lapisan tanah di tempat Pithecanthropus Erectus di temukan, kira-kira manusia
purba ini memiliki umur antara 30.000 hingga 1 juta tahun yang lalu. Ciri-ciri
Pithecanthropus Erectus :

 Memiliki tengkuk dan pengunyah yang sangat kuat


 Volume otak sekitar 750 cc sampai 1350 cc
 Mempunyai tubuh yang tegap tapi belum tegap sempurna
 Hidung lebih tebal dan lebar
 Kening dan kepala belakang lebih menonjol serta melintang di bagian dahi
 Memiliki tinggi sekitar 165 cm sampai 180 cm
 Gigi geraham lebih besar dan kuat
 Tulang pipi yang kuat dan menonjol
 Pemakan segalanya, daging ataupun tumbuhan
 Bertulang belakang tajam dan menonjol
 Bertubuh gelap dan mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat

4.Pithecantropus Robostus

 
PITHECANTHROPUS ROBUSTUS
Pithecanthropus Robustus secara bahasa bermakna Manusia Kera Besar & Perkasa.
Pithecanthropus Robustus merupakan jenis manusia purba Indonesia yang  juga ditemukan
oleh GH Von Koeningswald. Manusia purba ini juga merupakan jenis Pithecanthropus
namun ukuran tubuhnya besar dan kuat. Ciri-ciri pithecanthropus robustus atau
pithecanthropus mojokertensis ini merupakan fosil manusia purba yang ditemukan pada
tahun 1936. Penemu fosil ini adalah seorang pekerja yang bekerja dibawah pinpinan para ahli
purbakala Duyfjes yang bernama Tjokrohandoyo, ia menemukan fosil tengkorak anak

 anak di daerah kepuh klagen tepatnya didaerah mojokerto yang ditemukan pada lapisan
bawah atau lapisan pucangan yang kemudian di beri nama fosil Pithecanthropus mojoketensis
atau di sebut juga pithecanthropus robustus. Fosil pithecan tropus mojokertensis ini
disebutkan sebagai fosil manusia purba tertua diantara jenis fosil pithecanthropus lainnya.
Jenis pithecanthorups ini memiliki ciri

 ciri diantaranya :
Memiliki badan yang tegap, tapi tidak seperti perawakan meganthropus
Memiliki tinggi badan sekitar 165
 180 cm
Memiliki tulang rahang dan gigi graham yang kuat
Bagian kening menonjol  
Seperti jenis manusia purba meganthropus, pithecanthropus jenis ini juga tidak memiliki dagu

*HOMO
1.Homo Wajakensis
Homo Wajakensis atau Manusia Wajak merupakan manusia purba yang tinggal di
negara Indonesia. Fosil Homo wajakensis yakni telah ditemukan dalam tahun 1889 oleh van
Riestchoten di sebuah ceruk di tempat lereng gunung karst di bagian barat laut Campurdarat
yakni dekat dengan Tulungagung, Jawa Timur.

Dan pembajakan oleh manusia yang kedua ialah telah ditemukan dengan Eugene Dubois di
sebuah tempat yang sama dalam tahun 1890. Manusia wajak yakni sementara dapat
dibandingkan dengan perkembangan pada periode modern awal dari akhir Plestocene.
Hasil Wajak yakni dapat menunjukkan bahwa adanya manusia jenis Homo Sapiens yang
telah hidup di wilayah Indonesia dengan sekitar 40.000 tahun yang lampau, yang rasnya tidak
dapat dibandingkan terhadap ras utama yang ada saat ini.

Manusia purba yang tinggal di Indonesia. Fosil Homo wajakensis yakni telah ditemukan
tahun 1889 oleh van Riestchoten di ceruk di tempat lereng pegunungan karst di bagian barat
laut.

Manusia purba dari genus Homo yakni termasuk di antara manusia purba dengan usia
termuda. Diperkirakan bahwa fosil orang kuno telah ada selama sekitar 15.000 hingga 40.000
tahun sebelum Kristus.

Ciri – Ciri Homo Wajakensis

 Mempunyai suatu tinggi sekitar 1,30 m hingga 2,10 m.


 Ada tulang dahi yang panjang.
 Terdapat bentuk pipi yang menonjol ke samping.
 Memiliki kapasitas volume otak sekitar 1350 cm³ hingga 1450 cm³ dan otak sekitar
+1.300 cm³.
 Mempunyai bentuk tulang yang besar dan otot yang kuat.
 Mempunyai bentuk wajah yang horizontal dan lebar.
 Mempunyai bentuk dahi yang menonjol ke bagian dalam.
 Mempunyai berat sekitar 30 kg hingga 150 kg.
 Makan makanan yang telah dimasak.
 Dalam hidung tersebut yakni di antara mulut adalah jarak yang begitu cukup jauh.

Sejarah Penemuan Homo Wajakensis

Fosil dalam manusia jenis Homo Wajakensis yakni telah ditemukan dalam tahun 1889
dengan E. Debois di daerah Wajak, tepatnya di Jawa Timur. Sebuah pencarian untuk sisa-sisa
wajak manusia dapat menyimpulkan dengan adanya struktur tengkorak berbeda dari struktur
tengkorak masyarakat negara Indonesia.

Homo Wajakensis yakni mrip dengan orang Australia tua dari Australia. Karena itu, Eugene
Dubois yakni telah curiga bahwa Homo Wajakensis adalah ras Australoide. Atau leluhur
yang mempunyai suatu silsilah dalam keluarga langsung dengan penduduk asli Australia.

Manusia Wajakensis mulai menyebar ke wilayah barat dan timur benua Australia. Rahang
bawah dan rahang atas manusia purba ini sangat mirip terhadap manusia purba ras Australia.
Fosil ini yakni dapat ditemukan di Talgai dan Keilor, yang telah lama hidup di wilayah
Australia serta Irlandia.

Menurut para ahli, Homo Wajakensis yakni sebenarnya sama dengan Homo Soloensis, dalam
jenis kedua spesies ini, yakni berasal dari sebuah Plestocene yang telah dikelompokkan.
Karena adanya sebuah sifat fisik yang dekat dengan manusia saat ini.
Dalam jenis manusia purba ini, yang tinggal di Indonesia. Fosil Homo wajakensis yakni telah
ditemukan tahun 1889 oleh van Riestchoten, termasuk di antara manusia purba dengan usia
termuda.

2.Homo Soloensis
Sejarah mengenai manusia Homo Soloensis, yang bermula di tahun antara 1931-1934,
seorang ahli purbakala bernama G.H.R. Von Koeningswald, Oppenoorth, serta Ter Haar
menemukan beberapa fosil manusia purba di sebuah Lembah yang berada di Sungai
Bengawan Solo di dekat Desa Ngadong dan di sebuah daerah Blora juga Sragen, Jawa
Tengah. Manusia purba jenis ini yang berasal dari Lembah Bengawan Solo yang dinamakan
dengan manusia homo soloensis atau manusia purba dari Solo. Fosil yang ditemukan yaitu
berupa peninggalan dalam bentuk tengkorak , tulang rahang, dan gigi.

Berdasarkan ari penelitian yang sudah dilakukan, manusia purba ini juga memiliki tingkatan
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis Pithecanthropus Erectus. Dan menurut
perkiraannya, homo soloensis juga merupakan evolusi dari Pithecanthropus Mojokertensis.

Bahkan beberapa ahli menjelaskan jika manusia purba ini termasuk dalam kategori Homo
Neanderthalensis yang merupakan manusia purba dari jenis Homo Sapiens yang berasal dari
Asia, Eropa, dan Afrika. Fosil homo soloensis juga ditemukan pada lapisan Pleistosen
tepatnya di bagian Atas. Manusia homo soloensis diprediksi hidup sekitar abad ke 900 .000
hingga 300.000 tahun silam.

Ciri – ciri Manusia Homo Soloensis

Ciri – ciri Manusia Homo Soloensis

Berikut ciri dari manusia homo soloensis berdasarkan hasil penelitian terhadap fosil yang
ditemukan:

  Memiliki volume otak antara 1000 sampai 1200 cc


 Otak kecil dari homo soloensis berukuran lebih besar dibanding otak kecil pada
manusia Pithecanthropus Erectus
 Tengkorak kepala berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan Pithecanthropus
Erectus
 Memiliki Tinggi badan sekitar 130 – 210 cm
 Otot pada tengkuk yang mengalami penyusutan
 Bentuk muka tidak menonjol ke depan
 Tonjolan pada kening agak terputus di tengah tepatnya di atas hidung
 Sudah bisa berdiri tegak serta berjalan lebih sempurna
 Bentuk fisiknya hampir seperti manusia saat ini
 Berat badannya sekitar 30 – 150 kg
 Hidup sekitar antara 40.000 – 25.000 tahun yang lalu

Berikut ini beberapa contoh dari hasil budaya yang ditemukan dari manusia Homo Soloensis:
Contoh dari hasil budaya Soloensis

1. Kapak genggam

Memiliki fungsi sebagai alat untuk memotong, menetak bahan kebutuhan sehari – hari,
menggali umbi,memotong, dan menguliti binatang. Cara menggunakannya dengan cara
digenggam. Banyak ditemukan di daerah Pacitan. Biasanya dikenal dengan istilah “ chopper

2. Kapak Perimbas

Yang berfungsi untuk merimbas kayu,memahat tulang dan sebagai senjata berburu. 
Ditemukan di Gombong JawaTengah, Sukabumi Jawa Barat, lahat Sumatra selatan, dan
GoaChoukoutieen  di Beijing. Paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah

3.  Alat serpih

Alat perkakas yang terbuat dari pecahan batu kecil. Yang memiliki fungsi sebagai alat
penusuk, pemotong daging dan pisau. Alat ini banyak ditemukan di daerah Sangiran, Sragen,
Jawa tengah, dan masih tergolong ke dalam kebudayaan Ngandong.

4. Peralatan yang terbuat dari tulang

Alat ini ditemukan di daerah Ngandong dekat dengan Ngawi, Jawa Timur. Alat yang
digunakan sebagai alat penusuk, pengorek, dan dijadikan sebagai mata tombak. Kebanyakan
alat yang terbuat dari tulang, tanduk ini digunakan oleh manusia purba sebagai perlengkapan
sehari – hari.

Karena kegunaan alat tersebut yang digunakan untuk berburu, berkebun dan juga
mengumpulkan makanan. Dari hasil budaya tersebut para ahli berpendapat jika manusia
homo soloensis hidup dengan cara berpindah pindah tempat atau nomaden.

Alat yang terbuat dari batu juga digunakan pada zaman batu tua yang masih sangat kasar.
Sebab teknik pembuatannya masih sederhana. Alat batu ini dibuat dengan cara
membenturkan antara batu satu dengan batu yang lainnya. Pecahan batu yang menyerupai
bentuk kapak yang digunakan sebagai alat untuk memotong dan membelah. Berdasarkan dari
nama tempat penemuannya, hasil kebudayaan zaman batu tua ini di Indonesia sendiri dibagi
menjadi 2 bagian yaitu, kebudayaan Pacitan dan juga kebudayaan Ngandong.

Dari ciri dan penjelasan mengenai homo soloensis diatas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik morfologinya mirip dengan manusia modern saat ini. Dilihat dari bentuk
struktur muka manusia purba dari jaman ke jaman sampai sekarang yaitu penyusutan dan
juga pelebaran. Banyak terdapat penyusutan di bagian rona mata dan hidung yang menyusut
dan mengalami penurunan ke arah bawah. Sehingga dibagian dahi mengalami sedikit
pelebaran. Untuk bagian samping alis atau bagian pelipis juga mengalami pengurangan
tonjolan.

Diperkirakan kehidupan manusia homo soloensis hidup di pada zaman pleistocen atas.
Pleistocen atas yang merujuk pada lapisan tanah yang menyimpan banyak bukti kebudayaan
di zaman palaeolithikum akhir yang berlangsung antara 126 ribu – 11 ribu tahun yang lalu.
Pada saat itu es kutub utara meluas dan menutupi daratan – daratan di belahan bumi sebelah
utara. Hal tersebut berdampak pada turunnya permukaan air laut China Selatan sampai
kedalaman 70 meter. Kondisi itu terus bertahan hingga berakhirnya zaman ini yang
mengakibatkan garis pantai Sunda yang tidak banyak berubah dan membuat lalu lintas
dengan benua Asia tetap ramai dan padat.

Jika dari hasil peninggalan kebudayaannya  seperti flakes/ perkakas serpih, dan tanduk rusa
yang ditemukan di Blora, makhluk ini masih mengandalkan alam sebagai tempat untuk
melangsungkan kehidupannya dengan cara berburu dan meramu makanan. Jadi kehidupan
untuk tempat tinggal mereka dibilang tidak menetap.

3.Homo Sapiens
Tengkorak yang ditemukan di Gua Apidima, Yunani, diperkirakan berusia 210.000
tahun, dan mereka hidup ketika benua Eropa dikuasai Neanderthal.

Temuan sensasional ini menguatkan bukti adanya migrasi lebih awal orang-orang dari Afrika,
yang tidak meninggalkan jejak dalam DNA manusia saat ini.

Penelitian ini telah dimuat di Jurnal Nature pada 10 Juli 2019. Tim peneliti sebelumnya
menemukan dua fosil tengkorak penting di Gua Apidima di Yunani pada 1970-an.

Satu fosil digambarkan sangat terdistorsi dan lainnya tidak lengkap, sehingga membutuhkan
pemindaian tomografi terkomputasi dan penanggalan seri uranium untuk mengungkap latar
belakang fosil tengkorak itu.

Fosil tengkorak yang lebih lengkap tampaknya adalah Neanderthal. Namun fosil lainnya
menunjukkan karakteristik jelas, seperti mengindikasikan dia adalah manusia modern.

Kesimpulan lainnya, fosil tengkorak Neanderthal diyakini usianya lebih muda.

"Sekarang skenario kami adalah ada kelompok manusia modern awal di Yunani sekitar
210.000 tahun yang lalu, mungkin terkait dengan populasi yang sebanding di Levant (Suriah
saat ini dan sekitarnya), tetapi kemudian digantikan oleh populasi Neanderthal (diwakili oleh
fosil tengkorak Apidima 2) sekitar 170.000 tahun yang lalu," kata salah-seorang peneliti,
Profesor Chris Stringer, dari London's Natural History Museum.

Orang-orang yang tinggal di luar benua Afrika saat ini berusaha melacak nenek moyangnya
hingga ketika mereka melakukan migrasi dengan meninggalkan benua itu 60.000 tahun
silam.

Ketika manusia modern ini berkembang di Eurasia, sebagian besar mereka menggantikan
spesies lain yang mereka temui, seperti Neanderthal dan Denisova.

Tetapi ini bukanlah migrasi pertama manusia modern (Homo sapiens) dari Afrika.

Fosil homo sapiens dari Skhul dan Qafzeh di Israel yang ditemukan pada 1990-an diyakin
berusia antara 90.000 dan 125.000 tahun.
Dalam beberapa tahun terakhir, muncul pemahaman bahwa spesies manusia modern yang
berada di luar Afrika datang jauh lebih awal daripada yang yakini sebelumnya.

Paleontolog telah menemukan fosil manusia modern di Daoxian dan Zhirendong di China
yang diyakini berasal dari 80.000 hingga 120.000 tahun yang lalu.

Studi DNA menunjukkan adanya indikasi awal terjadinya kawin silang antara manusia Afrika
dan Neanderthal.

Bukti-bukti dari Neanderthal yang ditemukan di Jerman menunjukkan bahwa pencampuran


terjadi antara 219.000 dan 460.000 tahun lalu, meskipun tidak jelas apakah Homo sapiens
terlibat di dalamnya, atau kelompok Afrika awal lainnya.

Ciri - ciri manusia purba Homo Sapiens yaitu:

 Berjalan dan berdiri homo sapiens dengan tegak


 Memiliki volume otak 1650cc
 Memiliki muka datar dan lebar
 Akar hidung yang lebar
 Memiliki busur kening yang menonjol dan terlihat nyata
 Sedikit menonjol dibagian mulut
 Memiliki ciri ciri mirip seperti ras mongoloid dan ras austramelanosoid
 Memiliki tinggi tubuh 1,30 m sampai 2,10 m
 Memiliki otak lebih berkembang daripada Meganthropus dan pithecanthropus
 Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut
 Memiliki dagu
 Otot dibagian tengkuk mengalami penyusutan

Dari ciri ciri diatas disimpulkan bahwa homo sapiens mirip dengan manusia modern
atau nenek moyang kita (manusia modern). Kehidupan homo sapien pada jaman
lampau makan dengan berburu dan bercocok tanam dan hidup mulai menetap atau
tidak berpindah pindah tempat. Dalam berburu homo sapien menggunakan peralatan
yang diruncingkan. Penemuan benda kuno yang ditinggalkan manusia purba ini
bermacam macam.

Temuan hasil budaya manusia purba homo sapiens ditemukan disamping fosil dari
manusia purba homo sapiens ini. Penemuan benda kuno disamping fosil mampu
mengindentifikasi peneliti untuk mengetahui tanggal dan tahun umur fosil homo
sapiens tersebut.
Hasil budaya peninggalan homo sapiens yaitu;

1. Kapak persegi
2. Kapak batu
3. Kapak genggam
4. Alat serpih
5. Alat tulang/tanduk runcing
6. Kapak genggam Sumatra ( Pabble )
7. Kapak Pendek ( Bache Courte )
8. Flakes
9. Kapak corong ( Kapak sepatu )
10. Nekara
11. Bejana Perunggu
12. Perhiasan dan manik-manik dari perunggu.
Homo sapiens dapat diklasifikasikan ilmiah menjadi:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
SubOrdo : Haplorhini
Famili : Hominidae
SubFamili : Homininae
Bangsa : Hominini
Genus : Homo
Spesies : Homo Sapiens

Itulah mengenai ciri ciri dan pengertian manusia purba homo sapiens yang telah saya
rangkum dan kumpulkan dari berbagai sumber. Semoga menambah semangat belajar anda
mengenai; makalah tentang homo sapiens, klasifikasi ilmiah homo sapiens, pengertian homo
sapiens, ciri ciri fisik homo sapiens, hasil budaya homo sapiens dan artikel informasi homo
sapiens.

Anda mungkin juga menyukai