com
ISBN: 602-8995-09-6
ISBN 13: 978-602-8995-09-2
Editor: Sohifullah
Penyelaras Akhir: Mahbub Djamaludin
Pemeriksa Aksara: Irawan Fuadi & Shoffan Hanafi
Rancang Sampul: Mas Narto
Setting/Layout: Bung Santo
Cetakan I, 2011
Dicetak oleh:
PT LKiS Printing Cemerlang
Telp.: (0274) 417762
e-mail: elkisprinting@yahoo.co.id
Daftar isi
Mukadimah 7
Mukadimah
Mengenal
Abu Nawas
Saudaraku,
Bersiaplah
Menuju Tuhanmu
Mulai Sekarang,
Mari Hindari
“si Puncak
Kemalangan”
1
Aktsaru ahlil jannati al-buhlu. HR. Bazzar dari sahabat Anas
bin Malik.
2
HR. Tirmidzi dari Abu Sa’id.
Siapkah Kita
Menghadapi
Hari Perhitungan?
Mari Siapkan
Dua Sayap Sakti
Menuju Ilahi
Harapkanlah
Ampunan-Nya,
Saudaraku
Tetapi Jangan Kau
Tertipu
“Tidak ada.”
2
Alat pelempar, semacam ketapel raksasa, yang digunakan untuk
perang pada masa klasik (—ed.)
Para Ulama
yang Menangis
Menjelang Ajalnya
1
Satu dirham kira-kira seribu rupiah uang kertas.
“Siapa Anda?”
Bayangkanlah,
Bagaimana Jika
Kiamatmu Tiba …
Di Hadapan Maut,
Kita Mesti
Menangis atau
Tertawa?
Amma ba’du.
Saudaraku,
Dengarkanlah
Percakapan Lirih
Tanah Pekuburan
Mengintip
Mahsyar, Sudahkah
Kita Bersiap?
Mabukkan Dirimu
dalam Keelokan
Tuhan
Celupkan Kalbumu
ke Samudera
Rindu-Nya
Semoga bermanfaat.[]
Basuh Hatimu
dengan Deburan
Cinta-Nya
Saat Kiamat,
Apa yang Mesti
Diharap Kecuali
Rahmat-Nya?
Kata Akhir
Daftar Pustaka
Biodata Penulis
¬¬
yang dititipkan-Nya ke dalam hati setiap manusia. Silakan buka
hati Anda, dan simak suara paling merdu dari dalamnya.
¬
Berapa oksigen yang kita butuhkan setiap hari? Berapa pula
uang sewa atas fungsi mata jika saja kita tidak punya
penglihatan? Berapa kubik volume air yang telah dipersiapkan
Allah untuk kehidupan kita? Belum lagi nikmat kaki, tangan,
telinga, dan berbagai kenikmatan yang lain. Namun, adakah
kita sudah bersyukur kepada-Nya?
¬¬
putus asa dalam mengharap panggilan haji dari Tuhan Yang
Maha Menghajikan Siapa Saja…
¬
Dengan gaya tulisannya yang prosais, buku ini mencoba
menggambarkan setan dari sudut pandang setan itu sendiri.
Dapat dikatakan, buku ini merupakan PLEDOI SETAN, kelak,
pada saat semua orang diminta
bertanggung jawab atas segala
tindakan yang dilakukannya. Setan,
dengan segala pembelaannya,
berusaha MELEPASKAN diri dari
CITRA yang dibangun dan
dikembangkan oleh manusia.
“Aku, sebagaimana dirimu, adalah
makhluk Tuhan juga, yang barangkali
pernah pada suatu masa berbuat
salah. Dan, karena kesalahanku itu,
Tuhan mengutukku. Akan tetapi,
bukan berarti kutukan itu
membuatmu sah untuk menjadikan
diriku sebagai tempat segala
kesalahan yang kau buat sendiri!”