Criticalthinking PDF
Criticalthinking PDF
Criticalthinking PDF
Berpikir Kritis
(Critical Thinking)
Dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD – Institute for Health Economic and Policy Studies (IHEPS)/ 1
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Kedokteran Seri Kuliah Blok Budaya Ilmiah
Universitas Sebelas Maret
sirkan data, menilai bukti-bukti dan argumentasi, hubungan antara semua asumsi, implikasi,
mengenali ada-tidaknya hubungan yang logis akibat-akibat praktis
antara dugaaan satu dengan dugaan lainnya. 6. Mampu mengatasi kebingungan, mampu
Demikian juga berpikir kritis meliputi membedakan antara fakta, teori, opini, dan
kemampuan untuk menarik kesimpulan dan keyakinan
generalisasi yang bisa dipertanggungjawabkan, 7. Mengkomunikasikan dengan efektif kepada
menguji kesimpulan dan generalisasi yang dibuat, orang lain dalam upaya menemukan solusi
merekonstruksi pola keyakinan yang dimiliki atas masalah-masalah kompleks, tanpa
berdasarkan pengalaman yang lebih luas, dan terpengaruh oleh pemikiran orang lain tentang
melakukan pertimbangan yang akurat tentang hal- topik yang bersangkutan
hal spesifik dalam kehidupan sehari-hari. 8. Jujur terhadap diri sendiri, menolak
manipulasi, memegang kredibilitas dan
Karakteristik pemikir kritis integritas ilmiah, dan secara intelektual
independen, imparsial, netral
Berpikir kritis dapat terjadi ketika seorang
membuat keputusan atau memecahkan suatu Mengapa dokter perlu berpikir kritis?
masalah. Ketika seorang mempertimbangkan apa-
kah akan mempercayai atau tidak mempercayai, Berpikir kritis tidak hanya persoalan berpikir seca-
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, ra analitis, tetapi juga berpikir secara berbeda
atau mempertimbangkan untuk bertindak dengan (thinking differently). Berpikir kritis mencakup
alasan dan kajian yang kuat, maka ia sedang analisis secara kritis untuk memecahkan masalah.
menggunakan cara berpikir kritis. Analisis kritis berguna tidak hanya untuk mengi-
Seorang yang berpikir kritis akan ris/ menganalisis masalah, tetapi juga membantu
mengkaji ulang apakah keyakinan dan pengetahu- menemukan cara untuk menemukan akar masalah.
an yang dimiliki atau dikemukakan orang lain Memahami masalah dengan baik penting untuk
logis atau tidak. Demikian juga seorang yang dapat memecahkannya.
berpikir kritis tidak akan menelan begitu saja Dengan menggunakan kerangka skeptisis-
kesimpulan-kesimpulan atau hipotesis yang dike- me ilmiah, berpikir kritis diperlukan di semua
mukakan dirinya sendiri atau orang lain. bidang profesi dan disiplin akademik, termasuk
Seorang pemikir kritis memiliki sejumlah bidang profesi kedokteran. Sebagai contoh, dalam
karakteristik sebagai berikut: memilih terapi untuk pasien, seorang dokter perlu
berpikir kritis apakah keputusan untuk memilih
1. Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan terapi sudah tepat, apakah didukung oleh bukti-
masalah penting, merumuskannya dengan bukti ilmiah yang kuat yang membenarkan bahwa
jelas dan teliti terapi itu memang efektif untuk memecahkan
2. Memunculkan ide-ide baru yang berguna dan masalah yang dihadapi pasien.
relevan untuk melakukan tugas. Pemikiran Dalam skeptisisme ilmiah, proses berpikir
kritis memiliki peran penting untuk menilai kritis meliputi akuisisi dan interpretasi informasi,
manfaat ide-ide baru, memilih ide-ide yang penggunaan informasi itu untuk menarik kesim-
terbaik, atau memodifikasi ide-ide jika perlu pulan yang bisa dipertanggungjawabkan. Konsep
3. Mengumpulkan dan menilai informasi- dan prinsip berpikir ilmiah bersifat universal.
informasi yang relevan, dengan menggunakan Berpikir kritis membentuk sebuah sistem pemikir-
gagasan abstrak untuk menafsirkannya dengan an yang saling terkait dan overlapping, misalnya
efektif pemikiran filosofis, pemikiran sosiologis, pemi-
4. Menarik kesimpulan dan solusi dengan alasan kiran antropologis, pemikiran historis, pemikiran
yang kuat, bukti yang kuat, dan mengujinya politis, pemikiran psikologis, pemikiran
dengan menggunakan kriteria dan standar matematis, pemikiran biologis, pemikiran ekolo-
yang relevan gis, pemikiran medis, pemikiran legal, pemikiran
5. Berpikir terbuka dengan menggunakan etis, pemikiran estetis/ artistik, dan sebagainya.
berbagai alternatif sistem pemikiran, sembari Berpikir kritis dapat diterapkan kepada kasus di
mengenali, menilai, dan mencari hubungan- bidang profesi apa saja. Hanya saja penerapannya
Dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD – Institute for Health Economic and Policy Studies (IHEPS)/ Bagian 2
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Kedokteran Seri Kuliah Blok Budaya Ilmiah
Universitas Sebelas Maret
perlu merefleksikan konteks bidang profesi dan suatu argumen terdapat kecenderungan untuk
disiplin yang bersangkutan. mengira semua orang tahu, padahal tidak
Berpikir kritis penting, karena memung- setiap orang tahu. Demikian juga mengira
kinkan seorang untuk menganalisis, menilai, semua orang tidak tahu, padahal ada orang
menjelaskan, dan merestrukturisasi pemikirannya, yang tahu. Pemikir kritis berhati-hati dalam
sehingga dapat memperkecil risiko untuk menga- menggunakan kata “semua”, atau “setiap”.
dopsi keyakinan yang salah, maupun berpikir dan Lebih aman menggunakan kata “sebagian
bertindak dengan menggunakan keyakinan yang besar”, atau “beberapa”.
salah tersebut. Berpikir kritis penting dilakukan 2. Menyangka bahwa setiap orang memiliki bias
dalam profesi kedokteran. Berpikir kritis mengu- (keberpihakan) di bawah sadar, lalu
rangi risiko pembuatan diagnosis yang keliru dan mempertanyakan pemikiran refleksif yang
pemilihan terapi yang tidak tepat yang dapat dilakukan orang lain. Pemikir kritis harus
merugikan atau berakibat fatal bagi pasien. bersedia untuk menerima kebenaran argumen
Berpikir kritis juga diperlukan untuk mela- orang lain. Perdebatan tentang argumen bisa
kukan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan saja menarik, tetapi tidak selalu berarti bahwa
kreativitas seperti menulis buku. Jika seorang argumen sendiri benar.
tidak berpikir kritis, maka ia tidak bisa berpikir 3. Mengadopsi pendapat yang ego-sensitif. Nilai-
kreatif. nilai, emosi, keinginan, dan pengalaman
seorang mempengaruhi keyakinan dan
Mengembangkan sifat berpikir kritis kemampuan orang untuk memiliki pemikiran
yang terbuka. Pemikir kritis harus menying-
Sifat intelektual seorang perlu dikembangkan dan kirkan kesalahan ini dan mempertimbangkan
diasah agar menjadi pemikir yang kritis. Tidak ada untuk menerima informasi dari luar
resep yang instan untuk mengembangkan sifat- 4. Mengingat kembali keyakinan lama yang
sifat intelektualitas dari seorang pemikir kritis. dipercaya dengan kuat tetapi sekarang dittolak
Sebab berpikir kritis dikembangkan berdasarkan 5. Kecenderungan untuk berpikir kelompok,
konsep-konsep dan prinsip, ketimbang prosedur suatu keadaan di mana keyakinan seorang
yang kaku, atau resep tertentu. Berpikir kritis dibentuk oleh pemikiran orang-orang diseki-
menggunakan tidak hanya logika (baik logika tarnya ketimbang apa yang ia sendiri alami
formal maupun informal), tetapi juga kriteria atau saksikan
intelektual yang lebih luas, meliputi kejelasan,
kepercayaan (credibility), akurasi, presisi Mengajarkan ketrampilan berpikir kritis
(ketelitian), relevansi, kedalaman, keluasan, dan
signifikansi (kemaknaan). Ketrampilan berpikir kritis merupakan kemampu-
Salah satu cara yang penting untuk an untuk menimbang faktor-faktor yang penting
mengembangkan sifat-sifat berpikir kritis adalah dan tidak penting, konkrit dan abstrak yang
mempelajari seni untuk menunda penarikan mempengaruhi suatu situasi, agar dapat dibuat
kesimpulan definitif. Caranya adalah menerapkan solusi yang terbaik dari suatu masalah.
orientasi persepsi ketimbang menarik kesimpulan Berdasarkan hasil riset psikologi kognitif,
final terlalu dini. Sebagai contoh, ketika membaca para pendidik yakin, institusi pendidikan perlu
sebuah novel, menonton film, mengikuti diskusi memusatkan perhatian untuk mengajarkan ketram-
atau dialog, hindari kecenderungan untuk mengha- pilan berpikir kritis kepada para mahasiswa, dan
kimi atau menarik kesimpulan tetap. memupuk sifat-sifat intelektual mereka.
Untuk melatih berpikir kritis, seorang Seperti halnya cara memahami subjek
perlu menyadari dan menghindari adanya kecen- lainnya, mempelajari cara berpikir kritis meliputi
derungan untuk melakukan kesalahan-kesalahan dua fase: (1) internalisasi; dan (2) penerapan. Fase
yang menyebabkan orang tidak berpikir kritis, internalisasi mencakup konstruksi ide-ide dasar,
antara lain sebagai berikut: prinsip, dan teori-teori berpikir kritis di dalam
pikiran pebelajar. Fase penerapan mencakup
1. Dalam suatu argumen terlalu mengeneralisasi penggunaan ide-ide, prinsip, dan teori itu oleh
posisi atau keadaan. Sebagai contoh, dalam pebelajar di dalam kehidupan sehari-hari.
Dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD – Institute for Health Economic and Policy Studies (IHEPS)/ Bagian 3
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Kedokteran Seri Kuliah Blok Budaya Ilmiah
Universitas Sebelas Maret
Dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD – Institute for Health Economic and Policy Studies (IHEPS)/ Bagian 4
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Kedokteran Seri Kuliah Blok Budaya Ilmiah
Universitas Sebelas Maret
12. Membaca dengan kritis: mengklarifikasi atau Opini (pendapat) bisa dikemukakan
mengkritisi teks berdasarkan atau tidak berdasarkan alasan
13. Mendengarkan dengan kritis: seni melakukan yang kuat. Keyakinan (misalnya, keesaan
“dialog sunyi” Tuhan) tidak untuk dibuktikan
14. Membuat hubungan interdisipliner 4. Sebutkan 6 buah kata penting yang
15. Mempraktikkan diskusi Socrates: dikemukakan penulis. Apakah penulis
mengklarifikasi dan mempertanyakan menggunakan kata-kata yang netral atau
keyakinan, teori, atau perpsektif emosional? Pembaca yang kritis mencermati
16. Memberikan alasan secara dialogis: bahasa yang digunakan penulis, untuk menilai
membandingkan perspektif, penafsiran, atau apakah argumen atau alasan dikemukakan
teori dengan jelas, netral, dan tidak emosional
17. Memberikan alasan dialektis: menilai 5. Berikan alasan mengapa menerima atau
perspektif, penafsiran, atau teori menolak argumen yang dikemukakan penulis
Dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD – Institute for Health Economic and Policy Studies (IHEPS)/ Bagian 5
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret