MODUL
PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS MANUSIA LANJUTAN
SEMESTER II
Tim Penyusun :
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Hal
COVER ............................................................................................................ i
....
KATA ii
PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR iii
ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi mata 1
ajar.........................................................................................
B. Tujuan mata 1
ajar.............................................................................................
C. Kompetensi mata 1
ajar.....................................................................................
BAB II STRATEGI PENCAPAIAN 2
KOMPETENSI...................................
A. Pencapaian kompetensi 2
kognitif.....................................................................
B. Pencapaian kompetensi 2
afektif.......................................................................
C. Pencapaian kompetensi 3
psikomotor...............................................................
D. Petunjuk 3
praktikum .......................................................................................
E. Tugas 3
mahasiswa ...........................................................................................
F. Tugas 3
fasilitator..............................................................................................
G. Bahan 4
bacaan ................................................................................................
BAB III MATERI PEMBELAJARAN 5
PRAKTIKUM .................................
A. Pengkajian................................................................................................... 5
...
B. Pemeriksaan Tanda – Tanda 7
vital..................................................................
C. Pemeriksaan 15
fisik ..........................................................................................
D. Pemeriksaan 32
kardiovaskuler...........................................................................
E. Pemberian medikasi 41
(obat).............................................................................
a. Pemberian Obat Secara 42
Parenteral...........................................................
b. Pemberian Obat Secara 61
Oral....................................................................
iii
c. Pemberian Obat Secara 64
Inhalasi..............................................................
d. Pemberian Obat Secara 65
Sublingual..........................................................
e. Pemberian Obat Secara 66
Topikal...............................................................
f. Pemberian Obat Secara 71
Rektal................................................................
g. Pemberian Obat Secara 72
Topikal/lokal......................................................
F. Pengendalian 73
infeksi .....................................................................................
1. Pemakaian 73
APD........................................................................................
2. Determinasi 77
alat........................................................................................
3. Cara membuat 79
larutan.............................................................................
4. Sterilisasi .............................................................................................. 81
...
5. Hand 83
hygiene ...........................................................................................
G. Perawatan 90
luka ..............................................................................................
1. Perawatan luka 90
konvensional...................................................................
2. Perawatan luka 93
akut ................................................................................
3. Perawatan luka 95
kronik ............................................................................
4. Menjahit 98
luka ..........................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
STRATEGI PENCAPAIAN KOMPETENSI
D. Petunjuk Praktikum
Pelaksanaan praktikum dilakukan dengan metode Practice Rehearsal Pears (praktek
berpasangan) dimana tahapan pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Fasilitator menentukan topic pembelajaran praktikum yang akan dilakukan.
2. Fasilitator menentukan pasangan dari masing-masing kelompok
3. Setelah fasilitator membentuk pasangan-pasangan, fasilitator meminta kepada
demonstrator untuk mendemostrasikan cara mengerjakan keterampilan yang
telah ditentukan.
4. Fasilitator meminta kepada kedua pasangan untuk bertukar peran yaitu
demonstrator kedua diberi keterampilan yang berbeda.
5. Fasilitator meminta kepada mahasiswa untuk melakukan keterampilan atau
prosedur tersebut dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh mahasiswa.
6. Setiap mahasiswa wajib mengikuti praktikum (100% kehadiran) sesuai dengan
jadwal yang telah disepakati oleh fasilitator.
7. Setiap mahasiswa wajib mengikuti tata tertib praktikum.
E. Tugas Mahasiswa
1. Mahasiswa wajib mempelajari materi praktikum sebelum pelaksanaan praktikum
dilaksanakan bersama dengan pasangannya yang telah ditunjuk oleh fasilitator
sesuai dengan modul praktikum yang telah diberikan
2. Mahasiswa dalam kelompok wajib melakukan praktek secara berpasangan dan
dapat menghubungi fasilitator jika diperlukan dalam penguatan pelaksanaan
prosedur yang dilakukan
3. Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk melakukan keterampilan yang
telah ditetapkan bersama kelompok pasangannya.
F. Tugas Fasilitator
1. Menjelaskan keterampilan yang akan dilatih kepada mahasiswa pada awa
pertemuan
2. Memfasilitasi dan mendampingi mahasiswa dalam kelompok yang ditunjuk setiap
kali melakukan keterampilan yang ditetapkan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan oleh kelompok dan fasilitator (masing-masing kelompok maksimal 5
kali pertemuan sekaligus evaluasi).
3. Membagi pasangan mahasiswa dalam kelompok untuk berperan sebagai
mahasiswa dan demonstrator dari setiap keterampilan yang diajarkan
4. Melakukan evaluasi dari masing-masing pasangan mahasiswa terkait dengan
pencapaian keterampilan yang diharapkan.
G. Bahan Bacaan
3
1. Daniels. 2010. Nursing Fundamental: Caring & Clinical Decision Making. New
York: Delmarcengagel Learning
2. Derrickson B. 2013. Essentials Of Anatomy Physiology. Singapure. John Willey
& S Ons, Inc
3. Halla. 2010. Basic Nursing Seventh Edition. Missouri: Mosby Elsevier
4. Kozier, Barbara. 2008. Fundamentals Of Nursing: Concepts, Processand Practice.
New Jersey. Pearson Education
5. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A. J., & Burke, K. 2008. Fundamentals Of Nursing:
Concepts, Processand Practice. New Jersey: Prentice Hallhealth.
6. Lynn, P. 2011. Taylor’s Handbook Of Clinical Nursing Skills.3rd. Wolter Kluwer,
Lippincott Williams & Wilkins. Philadhelphia
7. Potter, P.A. & Perry, A, G. 2009. Fundamentals Of Nursing 7rd Edition.
Singapure: Elsevierpte. Ltd
8. Perry.A.N. 2010. Basic Nursing Seventh Edition. Missour. Mosby Elsevier
9. Perry. A.G. 2010. Clinical Nursing Skills And Techniques. Missouri. Mosby
elsevier
10. Potter, patricia annetal. 2011. Basic nursing skills and techniques. Missiouri.
Mosby elsever
11. PotterPA . 2010. Clinical nursing skills and techniques. Missouri. Mosby elsevier
12. Potter and perry. 2013. Fundamentals of nursing. Canada: mosby
13. Mosby’s nursing video skills DVD package: basic, intermediate and advanced . 4
th edition.
14. Mosby Stockert P.A. 2010. Basic nursing seventh edition. Missouri. Mosby
elsevier.
4
BAB III
MATERI PEMBEAJARAN PRAKTIKUM
A. Pengkajian
1. Anamnese
Keluhan Utama, merupakan keluhan yang dirasakan pasien, sehingga
menjadi alasan pasien dibawa ke Rumah Sakit. Riwayat Penyakit
Sekarang, kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal
hingga di bawa ke RS secara lengkap meliputi ;
1. P = Provoking atau Paliatif : Apa penyebab gejala ? Apa yang dapat
mengurangi dan memperberat penyakitnya ? Apa yang dilakukan pada
saat gejala mulai dirasakan ? Keluhan psikologis yang dirasakan !
2. Q = Quality and Quantity : Seberapa tingkat keparahan yang dirasakan
pasien
3. R = Regio or Radiation : Pada area mana gejala dirasakan?, Sejauh
mana penyebarannya?
4. S = severity : Tingkat/skala keparahan, hal-hal yang memperberat atau
mengurangi keluhan.
5. T= Time : Kapan gejala mulai muncul? Seberapa sering dirasakan?
Apakah timbul tiba-tiba atau bertahap? Berulang? dan lama dirasakan?
Riwayat Penyakit Yang Lalu : Penyakit yang pernah dialami, baik yang
ada hubungannya dengan penyakit sekarang atau tidak, riwayat operasi,
dan termasuk riwayat alergi (obat/makanan).
5
a. Status Emosi → Bagaimana ekspresi hati, tingkah laku yang
menonjol, suasana yang membahagiakan, stressing yang membuat
perasaan tidak nyaman.
b. Gaya Komunikasi → Apakah tampak hati-hati dalam berbicara,
komunikasinya spontan atau lambat, menolak untuk diajak
komunikasi, komunikasi jelas, apakah pasien menggunakan
bahasa isyarat.
c. Pola Interaksi → Kepada siapa pasien berspon, Siapa orang yang
dekat dan dipercaya pasien, apakah pasien aktif atau pasif dalam
berinteraksi, Apakah tipe kepribadian pasien terbuka atau tertutup.
d. Pola Pertahanan → Bagaimana mekanisme kopping dalam
mengatasi masalahnya
Riwayat
Psikolog
is
6
B. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
1. Nilai kesadaran
a. Kualitatif
1) Compos mentis : kondisi sadar sepenuhnya. Pada kondisi ini,
respon pasien terhadap diri sendiri dan lingkungan sangat baik.
Pasien juga dapat menjawab pertanyaan penanya dengan baik.
2) Apatis adalah kondisi di mana seseorang tidak peduli atau
merasa segan terhadap lingkungan sekitarnya.
3) Delirium adalah kondisi menurunnya tingkat kesadaran yang
disertai dengan kekacauan motorik. Pada kondisi ini pasien
mengalami gangguan siklus tidur, merasa gelisah, mengalami
disorientasi, merasa kacau, hingga meronta-ronta.
4) Somnolen adalah kondisi mengantuk yang cukup dalam namun
masih bisa dibangunkan dengan menggunakan rangsangan.
Ketika rangsangan tersebut berhenti, maka pasien akan
langsung tertidur kembali.
5) Sopor adalah kondisi mengantuk yang lebih dalam dan hanya
dapat dibangunkan melalui rangsangan yang kuat seperti
rangsangan nyeri. Meskipun begitu pasien tidak dapat bangun
dengan sempurna dan tidak mampu memberikan respons verbal
dengan baik.
6) Semi-koma atau koma ringan adalah kondisi penurunan
kesadaran di mana pasien tidak dapat memberikan respons pada
rangsangan verbal dan bahkan tidak dapat dibangunkan sama
sekali. Tetapi jika diperiksa melalui mata maka masih akan
terlihat refleks kornea dan pupil yang baik. Pada kondisi ini
respons terhadap rangsangan nyeri tidak cukup terlihat atau
hanya sedikit.
7) Koma adalah kondisi penurunan tingkat kesadaran yang sangat
dalam. Dalam kondisi ini tidak ditemukan adanya gerakan
spontan dan tidak muncul juga respons terhadap rangsangan
nyeri.
b. Kuantitatif
1) Mata
2) Respons verbal
5 Untuk mampu berbicara normal dan sadar terhadap
lingkungan sekitarnya
4 Untuk cara bicara yang tidak jelas atau diulang-ulang, serta
mengalami disorientasi atau tidak mengenali lingkungannya
3 Untuk mampu berbicara tapi tidak dapat berkomunikasi
2 Untuk bersuara namun tidak berkata-kata atau hanya
mengerang saja
1 Untuk tidak bersuara sama sekali.
3) Gerakan tubuh
e. Langkah kerja
1) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita
2) Siapkan tensimeter dan stetoskop
3) Penderita dalam posisi keadaan duduk atau berbaring
4) Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan
karena pakaian
5) Pasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas
secara rapi dan tidak terlalu ketat, kira-kira 2.5-5 cm di atas siku
6) Tempatkan lengan penderita sedemikian rupa sehingga siku
dalam posisi sedikit fleksi dan lengan bawahsupinasi
7) Cari Arteri Brakhialis yang biasanya terletak di sebelah medial
tendon m.Biceps
8) Dengan tiga jari (II,III,IV) rabalah Arteri Brakhialis dan pompa
manset dengan cepat sampai kira-kira 30 mmHg di atas tekanan
ketika pulsasi Arteri Brachialismenghilang
9) Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan a.
Brakhialis teraba kembali. Tekanan ini disebut tekana
sistolikpalpatoir
10) Sekarang ambilah stetoskop, pasangkan diafragma stetoskop
pada a. Brakhialis.
11) Pompa manset kembali sampai + 30 mmHg diatas tekanan
sistolik paalpatoir, kemudian secara perlahan-lahan turunkan
tekanan manset dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik. Perhatikan
saat dimana denyutan a. Brakhialis terdengar pertama kali. Inilah
tekanan Sistolik. Kemudian lanjutkan penurunan tekanan manset
sampai suara denyutan melemah dan kemudian menghilang.
Tekanan pada saat menghilang adalah tekanan Diastolik. Bunyi
denyutan yang terdengar oleh stetoskop disebut suara Korotkoff
12) Catat hasil tersebut di rekam medik (medical record)
13) Apabila menggunakan tensimeter air raksa usahakan agar posisi
manometer selalu vertikal setinggi jantung dan ketika membaca
nilai manometer, mata harus berada segaris horizontal dengan air
raksa
14) Pengulangan pengukuran dilakukan setelah menunggu beberapa
menit dari pengukuran pertama.
b. Nilai normal
Nilai normal frekuensi nafas pada anak-anak bervariasi tergantung dari
usia anak tersebut sedangkan pada orang dewasa mempunyai nilai
yang tetap. Nilai normal frekuensi nafas orang dewasa adalah 12-20
x/menit. Perhatikan pula adanya penggunaan otot nafas tambahan dan
adanya pergerakan dinding dada yang asimetris.
b. Penilaian
Suhu normal 36 °C – 37,5°C, demam (febris) bila suhu tubuh > 38 -38.5
o
C. Hiperpireksia bila suhu tubuh > 41 oC dan hipotermia bila suhu rektal
< 35oC.
C. Keadaan Umum
Menilai keadaan sakit dari hasil inspeksi umum, misalkan pasien terbaring lemah
di tempat tidur dengan terpasang infuse D5%, pernafasan dyspnoe, dapat makan
sendiri, dan tidak dapat ke kamar mandi.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Alat dan bahan
a. Meja dorong atau baki
b. Alat-alat sesuai kebutuhan pemeriksaan
Tensimeter Termometer
Stetoskop Jam tangan
Pencahayaan cukup Lampu senter
Garpu tala Meteran
Snellen card Spekulum hidung
Bengkok Spatel lidah
Reflek hammer Pinset anatomi
Timbangan Sarung tangan
Alat dan buku catatan perawat Apron
2) Palpasi :
Suhu kulit-dingin/hangat
Tekstur halus/ kasar, torgor/ kelenturan keriput /tegang,
oedema derajat berapa?
Identifikasi lesi pada kulit
Tipe Primer
Makula : Perubahan warna kulit, batas jelas.
Papula : Menonjol, batas jelas, elevasi kulit padat
Nodule : Tonjolan padat berbatas jelas, lebih
dalam dan lebih jelas dari pada papula ukuran
1-2 Cm
Tumor lebih dari 2 Cm
Vesikula : Penonjolan pada kulit, bentuk
bundar, berisi cairan serosa, diameter kurang
dari 1 Cm - Bulla diameter lebih dari 1 Cm
Tipe Sekunder
Pustula : Vesical / Bulla yang berisi nanah
Ulkus : Luka terbuka yang diakibatkan oleh
vesikula/bulla yang pecah
Crusta : Cairan tubuh yang mongering
( serum, darah / nanah )
Exsoriasi : Pengelupasan epidermis
Scar : Pecahnya jaringan kulit sehingga
terbentuk celah retakan
Lichenifikasi : Penebalan kulit karena garukan
atau tertekan terus
Kelainan- kelainan pada kulit :
Naevus Pigmentosus : Hiperpigmentasi pada
kulit dengan batas jelas ( tahi lalat )
Hiperpigmentasi : Daerah kulit yang warnanya
lebih gelap dari yang lain ( Cloasma
Gravidarum )
Vitiligo / Hipopigmentasi : Daerah kulit yang
kurang berpigment
Tatto : Hiperpigmentasi buatan
Haemangioma : Bercak kemerahan pad pembuluh
darah, dapat merupakan tumor jinak atau tahi lalat
Angioma : Pembengkakan yang terbentuk oleh
proliferasi yang berlebihan dari pembuluh darah
Spider Naevi : Pelebaran pembuluh darah arteriola
dengan bentuk aliran yang khas
Strie : Garis putih pada kulit yang terjadi akibat
pelebaran kulit, dapat ditemui pada ibu hamil
b. Pemeriksaan Rambut
1) Inspeksi dan Palpasi :
Penyebaran, bau, rontok ,warna.
Distribusi, merata atau tidak, adakah alopesia, daerah
penyebaran
Quality, Hirsutisme ( pertumbuhan rambut melebihi normal)
pada sindrom chasing, polycistik ovari’i, dan akromrgali,
penurunan jumlah dan pertumbuhan rambut seperti pada
penderita hipotiroitisme ( alopesia ). Warna, putih sebelum
waktunya terjadi pada penderita anemia perniciosa, merah
dan mudah rontok pada malnutrisi.
c. Pemeriksaan Kuku
1) Inspeksi dan palpasi
Warna, bentuk, kebersihan
2) Bagian –bagian kuku :
Matrik/ akar kuku : tempat lempeng kuku tumbuh
Lempeng kuku
Dasar kuku : berdekatan dengan lempeng kuku
Jaringan peringeal : terdiri dari ephonicium, perionycium
7. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri
pada dinding torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1 Cm,
sulit ditemukan pada pasien yang gemuk.
b. Palpasi
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri )
ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )
c. Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara
kasar, batas-batas jantung normal adalah : Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
d. Auskultasi
Dengarkan BJ I pada ICS IV linea sternalis kiri BJ I Tricuspidalis,
dan pada ICS V Mid Clavicula / Apeks BJ I bicuspidalis terdengar
LUB lebih keras akibat penutupan katub mitral da tricuspidalis.
Derajat Murmur :
1 : Hampir tidak terdengar
2 : Terdengar lemah
3 : Agak keras
4 : Keras
5 : Sangat keras
6 : Sampai stetoskop di angkat sedikit suara masih terdengar
b. Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya
dalam satu menit, normalnya 5 – 35 kali per menit, bunyi peristaltic yang
panjang dan keras disebut Borborygmi biasanya terjadi pada pasien
gastroenteritis, dan bila sangat lambat (meteorismus) pada pasien ileus
paralitik.
c. Palpasi
Menanyakan pada pasien bagian mana yang mengalami nyeri.
1) Palpasi Hepar :
a) Atur posisi pasien telentang dan kaki ditekuk
b) Perawat berdiri di sebelah kanan pasien, dan meletakan tangan di
bawah arcus costai 12, pada saat isnpirasi lakukan palpasi dan
diskripsikan :
c) Ada atau tidak nyeri tekan, ada atau tidak pembesaran berapa jari
dari arcus costae, perabaan keras atau lunak, permukaan halus
atau berbenjol-benjol, tepi hepar tumpul atau tajam. Normalnya
hepar tidak teraba.
2) Palpasi Lien :
Posisi pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner ari
midclavikula kiri ke arcus costae- melalui umbilicus – berakhir
pada SIAS kemudian garis dari arcus costae ke SIAS di bagi
delapan. Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri
tekan terletak pada garis Scuffner ke berapa ? ( menunjukan
pembesaran lien )
3) Palpasi Appendik :
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk
menentukan titik Mc. Burney yaitu dengan cara menarik garis
bayangan dari umbilicus ke SIAS dan bagi menjadi 3 bagian. Tekan
pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila ada nyeri tekan ,nyeri
lepas dan nyeri menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada
appendik.
4) Palpasi Ginjal :
Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior
pada area lumbal posterior, tangan kanan diletakan pada
bawah arcus costae, kemudian lakukan palpasi dan
diskripsikan adakah nyeri tekan, bentuk dan ukuran.
Normalnya ginjal tidak teraba
d. Perkusi
Perkusi dari bagian medila ke lateral dari umbilikus
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
b. Genetalia wanita
1) Inspeksi :
Pemeriksa berdiri disebalah kanan pasien
Usap vulva dengan kapas yang telah dibasahi dengan larutan
antiseptik dari arah atas ke bawah (dari arah klitoris ke arah anus).
Lakukan inspeksi genitalia eksterna dan perineum secara seksama
perhatikan setiap secret (nilai warna, kekentalan, bau), eritema,
ulserasi, massa atau prolaps.
Buka kedua labium mayora dan perhatikan muara uretra dan
introitus vagina.
2) Palpasi
Lakukan palpasi labia mayora untuk menemukan massa.
Raba kelenjar bartholine dengan meraba dan menelusuri labium
mayora kiri dan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
A. Sebelum dimulai
1.Perkanalkan diri.
2.Jelaskan pemeriksaan dan minta persetujuan untuk melakukannya.
3.Atur posisi pasien 45 derajat dan minta pasien membuka pakaian.
4.Pastikan pasien nyaman.
B. Pemeriksaan
1. Inspeksi
a. Menentukan Lokasi pada dinding dada
1) Garis Midsternal : garis vertical yang melalui pertengahan sternum.
2) Garis midklavikula : garis vertical yang melalui pertengahan
klavikula.
3) Garis aksilaris anterior : garis vertical yang melalui lipatan aksila
anterior.
4) Garis midaksilaris : garis vertical yang lelalui puncak aksilla.
5) Garis aksilaris posterior : garis aksilaris yang melalui lipatan
aksilaris posterior.
6) Garis skapularis : garis vertical yang melalui angulus inferior
scapula.
7) Garis vertebrae : garis aksilaris yang melalui procecus spinalis
vertebrae
b) Bentuk thorak
2. Palpasi
a. Pemeriksaan Limfonodi.
Pembesaran kelenjar limfe pada daerah supraklavikula, submandibula dan
axilla menandakan suatu proses kelainan didaerah paru.
b. Trakea dan Mediastinum
Posisi mediastinum dapat ditentukan dengan pemeriksaan trakea dan apeks
jantung. Pergeseran mediastinum dapat menyebabkan deviasi trakea.
Lakukan juga palpasi pada apeks jantung.
c. Dinding dada
Lakukan palpasi didaerah dada anterior untuk mengetahui kelainan pada
dinding dada, misalnya tumor, nyeri tekan pada dinding dada, krepitasi
akibat emfisema subkutis, trauma, dan lain-lain.
d. Vocal fremitus
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan kedua telapak tangan pada
dinding dada, kemudian pasien diminta untuk meyebutkan angka 77 dan
99, rasakan dengan teliti getaran yang ditimbulkan apakah sama kiri dan
kanan.
e. Expansi dada
Untuk menilai expansi dinding dada dilakukan pemeriksaan dengan
meletakkan kedua telapak tangan dan ibu jari secara simetris pada masing-
masing tepi iga, sedangkan jari-jari lain menjulur sepanjang sisi lateral
lengkung iga. Pada saat pasien menarik napas maka kedua ibu jari akan
terangkat dengan simetris. Berkurangnya expansi dada akan menyebabkan
gerakan kedua ibu jari tidak simetris dan memberikan petunjuk adanya
kelainan pada daerah tersebut.
3. Perkusi
Perkusi dilakukan dengan meletakkan telapak tangan pada dinding dada
dengan sedikit jari-jari mengembang. Jari tengah tangan kiri yang akan
diperkusi ditekan ke dinding dada sejajar dengan iga pada daerah yang akan
diperkusi. Kemudian diketuk dengan menggunakan jari tengah tangan
kanan.
4. Auskultasi
Auskultasi meliputi suara napas pokok, pemeriksaan suara napas tambahan
dan jika didapatkan kelainan dilakukan pemeriksaan untuk mendengarkan
suara ucapan atau bisikan.
Gambar : Lokasi auskultasi dada posterior
Sesudah Pemeriksaan
1. Tutupi tubuh pasien dengan kain penutup tubuh dan pastikan pasien dalam
keadaan nyaman.
2.Ucapkan terima kasih kepada pasien.
3.Rangkum semua hasil temuan Anda dan sampaikan diagnosis banding.
E. PEMERIKSAAN KARDIOVASKULER
1. Sebelum dimulai
a. Memperkenalkan diri kepada pasien
b. Menjelaskan pemeriksaan dan memintakesepakatan untuk melakukannya
c. Mengatur posisi pasien pada sudut 450 dan meminta pasien untuk
melepaskan bajunya.
d. Memastikan pasien merasa nyaman.
2. Pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik jantung diperlukan patokan berupa garis-garis dan titik-
titik tertentu :
Garis-garis patokan :
Garis mid-sternal
Garis sternal
Garis midclavicular
Garis parasternal
Garis aksilaris anterior
Garis mid aksilaris
Garis aksilaris posterior
Titik-titik patokan :
Angulus Sterno Ludovici : perbatasan antara manubrium sterni dan
corpus sterni yang bila diraba seperti tonjolan
Area Apeks : terletak di RIC V 2 jari medial dari garis
midclavicula.
Area Trikuspidal : terletak diantara RIC IV-V garis sternal kiri dan
sterna RIC IV-V garis sterna kanan.
Area Septal : RIC III garis sternal kiri.
Area Pulmonal :RIC II garis sternal kiri.
Area Aorta : RIC II garis sternal kanan.
Titik Karotis setinggi procesus thyroideus kiri dan kanan untuk
mendengarkan bising yang menjalar dari katup aorta.
Gambar : Garis dan Titik-titik patokan
a) Inspeksi
1) Inspeksi Umum
Lakukan observasi untuk mengamati keadaan umum pasien
(usia, status kesehatan, status gizi dan tanda-tanda yang tampak
nyata lainnya) apakah pasien tampak sesak? Sianosis?
Lakukan inspeksi dada untuk menemukan setiap tanda parut dan
memeriksa perikordium aoakah ada pulsasi yang abnormal.
Jaringan parut bekas operasi sternotomi medial dapat
menunjukkan bahwa pasien pernah mengalami operasi
pencangkokan a. coronaria (CABG), operasi perbaikan katup
atau pergantian katub jantung atau operasi perbaikan defeks
congenital. Keberadaan alat pacu jantung jangan sampai
terlewatkan.
b) Palpasi
Dengan menggunakan ujung-ujung jari, rabalah area-area apeks,
trikuspidal, septal, pulmonal dan aorta. Nilailah :
Pulsasi
Thrill (getaran yang terasa pada tangan pemeriksa)
Heaving (gelombang yang dirasakan pada tangan pemeriksa)
Lift (rasa dorongan terhadap tangan pemeriksa)
Ictus cordis yaitu pulsasi di apeks.
c) Perkusi
Tentukan :
Batas jantung kanan
Mula-mula tentukan titik tengah garis midklavikula kanan.
Perkusilah dari titik tersebut dari arah cranial ke kaudal.
Suara normal yang didapat adalah bunyi sonor yang berasal dari paru,
perkusi diteruskaan sampai timbul suara redup (biasanya pada RIC VI
kanan), bunyi redup berasal dari batas antara paru dan puncak hati.
Setelah didapat titik batas sonor-redup, diukur 2 jari kearah cranial,
pada titik yang baru ini dilakukan lagi perkusi kearah medial
Sampai kemudian ditemukan perubahan dari sonor ke redup yang
merupakan batas relative jantung kanan (dan kira-kira pada garis
parasternal kanan)
Lanjutkan perkusi sampai suara pekak yang merupakan batas absolute
jantung kanan.
Pinggang jantung
Tentukan garis parasternal kiri.
Kemudian dilakukan perkusi kearah caudal mulai dari titik teratas
garis tersebut.
Carilah perubahan bunyi sonor ke redup (normal pada RIC III kiri)
Countour jantung
Dimulai dari RIC I kanan dilakukan dari lateral ke medial dengan
posisi jari sejajar dengan tulang iga sampai terjadi perubahan sonor-
ke redup.
Kemudian dilakukan pada RIC II kanan dengan cara yang sama dan
seterusnya sampai ke kaudal.
Sehingga terdapat garis batas jantung kanan.
Pada jantung yang kiri dilakukan juga dengan cara hal yang sama.
d) Auskultasi
Dengan menggunakan stethoscope dengarlah :
Bunyi jantung normal (terdiri dari Bunyi jantung I dan Bunyi jantung II)
Bunyi jantung Tambahan, bising jantung atau murmur dan bunyi
gesekan pericardium yang disebut ‘pericardial rub’
Selain itu
Mintalah paaien untuk membungkukkan badannya dan
menahan napas pada akhir ekspirasi, dengan menggunakan
kepala stetoskope yang berbentuk membrane lakukan auskultasi
pada tepi sternum sebelah kiri dalam RIC IV untuk mendengar
bising mid-diastolik regurgitasi aorta.
Mintalah pasien untuk berbaringpada sisi kiri tubuhnya dan
menahan napas pada akhir ekspirasi. Dengan menggunakan
kepala stethoscope yang berbentuk corong(bell) lakukan
auskultasi pada area mitral untuk mendengar bising mid-diastolic
stenosis mitral.
Lakukan auskultasi pada daerah arteri karotis untuk
mendengarkan bruit dan penyebaran bising pada stenosis aorta.
Pemeriksaan Dada
Lakukan peerkusi dan auskultasi dada, khususnya bagian basal
paru. Gagal jantung dapat menyebabkan edema paru dan efusi
pleura.
Pemeriksaan Abdomen
1. Lakukan palpasi abdomen untuk menyingkirkan asites dan hepatomegali.
2. Periksa kemungkinan adanya aneurisma aorta
3. Lakukan palpasi untuk menentukan ballotemen ginjal dan
auskultasi untuk mendengarkan bunyi bruit arteri renalis.
3. Sesudah Pemeriksaan
a. Tutupi tubuh pasien dengan kain penutup tubuh dan pastikan pasien
dalam keadaan nyaman.
b. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
c. Rangkum semua hasil temuan Anda dan sampaikan diagnosis
banding.
Pada stasiun ini, lakukan pemeriksaan pada sistem arteri atau vena. Oleh
karena itu Anda harus dapat memisahkan tanda-tanda yang dapatt ditemukan
pada kedua sistem tersebut.
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri Anda kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan minta persetujuan pasien.
c. Mintalah pasien untuk meperlihatkan kedua kaki dan mintalah pasien
untuk berbaring.
2. Pemeriksaan
a. Inspeksi
1) Perubahan pada kulit : pucat, kilauan cahaya (chininess),
kerontokan rambut atau bulu badan, atrophie blanche
(bercak-bercak berwarna putih gading), pigmentasi
hemosiderin, inflamasi, eczema, lipodermatosklerosis)
2) Penebalan kuku yang mengalami distrofi.
3) Parut atau sikatriks.
4) Tanda-tanda ganggren : kulit yang menghitam, infeksi kuku, jari
kaki yang diamputasi.
5) Ulkus vena atau arteri. Jangan lupa untuk memeriksa celah
interdigital.
6) Oedema.
7) Vena varikosa (minta pasien untuk berdiri). Vena varikosa sering
disertai inkompetensi katup pada vena safena longus dan brevis.
9) Test tourniquet
Elevasikan tungkai hingga sudut 900 untuk mengalirkan darah
dari dalam vena.
Pasang tourniquet pada paha bagian atas.
Minta pasien berdiri, jika terjadi pengisian kembali dibawah
tourniquet, maka keadaan ini menunjukkan inkompeten
perforator dibawah tourniquet.
Lepaskan tourniquet :tambahan pengisian-kembali vena yang
mendadak merupakan tanda inkompetensi safeno-femoral.
c. Auskultasi
1) Arteri Femoralis
2) Aorta Abdominalis.
3. Sesudah pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien
b. Pastikan pasien merasa nyaman.
c. Rangkum semua hasil temuan dan sampaikan diagnosis banding.
Sistem Arteri Sistem Venous
a. Pucat a. Atrophie blanche
b. Kulit mengkilat b. Pigmentasi
c. Kuku distrofik c. Inflamasi
d. Kerontokan bulu badan d. Eczema
e. Ulkus arterial e. Lipodermatosklerosis
f. Tanda-tanda ganggren f. Edema (non-pitting)
g. Suhu kulit g. Ulkus vena
h. Capillary refill time h. Vena varikosa
i. Denyut nadi perifer i. Sikatrik akibat operasi vena
j. Test burger varikosa
k. Auskultasi artei femoralis j. Test trendelenburg
dan aorta
l. ABPI
Tabel pemeriksaan pada sistem arterial atau venous saja
F. PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)
1. Tujuan PembelajaranPraktikum
a Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secaralengkap
b Mahasiswa mampu melakukan pemberian terapi obat secara sistematis dan setiap
langkah dilakukan secaratepat.
2. Dasar Teori
Ada beberapa jenis obat yang diberikan dengan cara yang berbeda, berikut adalah
beberapa macam tehnik pemberian obat diantaranya yaitu :
a. Pemberian Obat Secara Oral.
b.Pemberian Obat Secara Sublingual.
c. Pemberian Obat Secara Inhalasi.
d.Pemberian Obat Secara Rektal
e. Pemberian Obat Secara Pervaginam.
f. Pemberian Obat Secara Perenteral.
g.Pemberian Obat Secara Topikal/lokal.
f. Benar dokumentasi
Setelah obat diberikan harus didokumentasikan dosis, rute, waktu, oleh siapa obat
diberikan. Pemberian obat harus sesuai dengan standar operasional prosedur yang
telah ditetapkan. Selain itu respon pasien mengenai obat yang diberikan juga perlu
untuk didokumentasikan.
4. Petunjuk Umum
a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
c. Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul
d. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau kurang
dimengerti
5. Keselamatan Kerja
a Pusatkan pertanyaan pada pekerjaan yangdilakukan
b Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada temapat yang mudah dijangkau
c Pakailah alat dan bahan sesuaifungsinya
d Perhatikan setiap langkah
6. Langkah Kerja
a Pemberian obat parenteral
1). Pemberian Obat melalui Intravena
a) Persiapan Alat dan Obat
(1) Daftar buku obat atau catatan jadwal pemberian obat
(2) Obat dalam tempatnya
(3) Kapas alkohol dalam tempatnya
(4) Spuit sesuai dengan jenis ukuran
(5) Cairan pelarut
(6) Bak instrument
(7) Bengkok
(8) Perlak dan alasnya
(9) Karet pembendung(torniket)
(10) Safety boks
b) Pelaksanaan
Langkah Pengerjaan dan key point Ilustrasi gambar
1 Menyiapkan alat dan bahan
Key point :
Pastikan obat tidak kadaluarsa dan terapkan
prinsip 6 benar dalam pemberian obat-obatan
8 Gunakan handscoon
18 Berpamitan
b. Pelaksanaan
Langkah Pengerjaan dan key poin Ilustrasi gambar
1 Menyiapkan alat dan bahan
Key point :
Pastikan obat tidak kadaluarsa dan
prinsip 6 benar pemberian obat
8 Gunakan handscoon
20 Berpamitan
b) Pelaksanaan
No
Langkah Pengerjaan dan key point Ilustrasi gambar
8 Gunakan Handscoon
9 Ambil obat dalam tempatnya sesuai
dengan dosis yang akan diberikan.
Kemudian, tempatkan pada bak injeksi
16 Membereskan alat-alat
19 Berpamitan
11 Lakukan penyuntikan :
Pada daerah paha (vastus
lateralis) dengan cara meminta
pasien untuk berbaring terlentang
dengan lutut sedikitfleksi
Pada ventrogluteal dengan cara
meminta pasien miring (posisi
sim), atau setengah telungkup,
atau telentang dengan lutut dan
panggul pada sisi yang akan
disuntik dalam keadaan fleksi
Pada dorsogluteal dengan
meminta pasien untuk telungkup
dengan lutut diputar kearah
dalam atau miring dengan lutut
bagaian atas dan panggul fleksi
dan diletakkan di depan
tungkaibawah
Pada deltoid (lengan atas) dengan
meminta pasien untuk duduk
atauberbaring mendatar dengan
lengan atas fleksi
18 Berpamitan
10 Berpamitan
3. Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam tehnik pemberian obat secara
Inhalasi adalah :
1) Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut atau
disemprotkan
2) Penyerapan obat yang diberikan dengan inhalasi ini dapat terjadi pada
selaput mulut, tenggorokan dan pernafasan
3) Bentuk sediaan obat inhalasi adalah dalam bentuk gas dan zat padat,
tetapi bisa juga mempunyai efek sistemik. Bentuk inhalasi ini bisa
dalam wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat pemancur
(aerosol, contohnya yaitu : Alupent Metered Aerosol ).
4. Pelaksanaan
Cara menggunakan inhalasi dengan memakai Nebulizer
1) Menyiapkan obat dengan prinsip 6 benar pemberian obat
2) Menyapa pasien atau keluarga dan memperkenalkan diri
3) Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
4) Menjaga privasi dengan menutup sampiran
5) Cuci tangan 6 langkah, mengguankan sabun / cairan antiseptik,
dibawah air mengalir dan dikeringkan
6) Buka tutup tabung obat nebulizer dan masukkan cairan obat ke
dalamnya.
7) Letakkan “mouth piece” di antara gigi & bibir (atau dapat juga
digunakan masker uap untuk anak-anak).
8) Tekan tombol “On”
9) Bernapas dgn normal dan hirup uap obat yang keluar sampai obat
habis
10) Matikan nebulizer
11) Bersihkan wadah obat pada nebulizer menggunakan air hangat,
biarkan mengering.
12) Bereskan alat
13) Merapikan pasien dan memberikan posisi senyaman mungkin
14) Mengevaluasi hasil tindakan : menanyakan respon pasien
15) Berpamitan
16) Mencuci tangan dengan teknik 6 langkah
17) Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan
d Pemberian Obat Sublingual
1. Alat dan bahan sublingual
a) Catatan/jadwal pemberian obat
b) Obat dan tempatnya
c) Air minum dalam tempatnya
3. Pelaksanaan
Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara
meletakkan obat dibawah lidah. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih
cepat yaitu setelah hancur dibawah lidah maka obat akan segera
mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Pasien diberitahu untuk
tidak menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh
adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat
tidak ditelan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap
dibawah lidah sampai obat hancur dan terserap.
Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu
obat vasodilator yang maempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah.
Obat ini banyak diberikan pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat
angina pektoris. Dengan cara ini, obat bereaksi dalam satu menit dan
pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit.
TINDAKAN :
1) Alat dan Bahan :
a) Obat dalam tempatnya (seperti lotion, krim, aerosal, salep)
b) Pinset anatomis
c) Kain kasa
d) Balutan
e) Pengalas
f) Air sabun, air hangat
g) Sarung tangan / handscoon
2) Prosedur Kerja :
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan
d) Gunakan sarung tangan
e) Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila
terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis
f) Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti
mengoleskan atau mengompres
g) Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah
diobati
h) Cuci tangan
2) Prosedur Kerja :
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c) Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi
perawat di samping kanan
d) Gunakan sarung tangan
e) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab
dari sudut mata kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh
dengan air hangat
f) Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah
dengan ibu jari, jari telunjuk di ataas tulang orbita
g) Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan
selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup
mata secara perlahan
h) Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas
pinggir kelopak mata kemudian pijat tube sehingga obat keluar
dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai
anjurkan pesian untuk melihat kebawah, secara bergantian dan
berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien
untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata
i) Tutup mata dengan kasa bila perlu
j) Cuci tangan
k) Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian
TINDAKAN
1) Alat & Bahan :
a) Obat dalam tempatnya
b) Penetes
c) Spekulum telinga
d) Pinset anatomi dalam tempatnya
e) Korentang dalam tempatnya
f) Plester
g) Kain kasa
h) Kertas tisu
i) Balutan
2) Prosedur Kerja :
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c) Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri
sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang
telinga pasien diatas
d) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas
atau ke belakang (pada orang dewasa), kebawah pada anak-
anak
e) Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding
saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara
dengan jumlah tetesan sesuai dosis
f) Apabila obat berupa salep maka ambil kapas lidih dan oleskan
salep kemudian masukan atau oleskan pada liang telinga
g) Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit
h) Tutup telingan dengan pembalut dan plester jika diperlukan
i) Cuci tangan
j) Catat jumlah, tanggal dan dosis pemberian
Bentuk-bentuk Obatnya :
1) Tetes hidung (nasal drops). ditujukan untuk bayi, anak-anak dan
dewasa. contohnya Breathy, Alfrin, Iliadin, Otrivin.
2) Semprot hidung (nasal spray). ditujukan untuk orang dewasa.
contohnya Afrin, Iliadin, Otrivin.
3) Semprot hidung dengan dosis terukur (metered-dose nasal spray),
ditujukan untuk anak-anak usia tidak kurang dari 4 tahun dan
dewasa. contohnya Beconase, Flixonase, Nasacort AQ, Nasonex,
Rhinocort Aqua.
TINDAKAN :
1) Alat dan Bahan
a) Obat dalam tempatnya
b) Pipet
c) Spekulum hidung
d) Pinset anatomi dalam tempatnya
e) Korentang dalam tempatnya
f) Plester
g) Kain kasa
h) Kertas tisu
i) Balutan
2) Prosedur Kerja :
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c) Atur posisi pasien dengan cara :
- Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang
- Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
- Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala
tengadah ke belakang
d) Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan
dosis)
e) Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang
selama 5 menit
f) Cuci tangan
g) Catat, cara, tanggal dan dosis pemberian obat.
2. TINDAKAN :
a) Alat dan Bahan :
1). Obat Supositoria dalam tempatnya
2). Sarung tangan / handscoon
3). Kain kasa
4). Vaseline/pelican/pelumas
5). Kertas tisu
6). Bengkok
b) Prosedur Kerja
1). Cuci tangan
2). Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3). Gunakan satung tangan.
4). Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5). Oleskan pelicin pada ujung obat Supositoria.
6). Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan
Supositoria secara perlahan melalui anus, Sphincher ana interna,
serta mengenai dinding rectal ± 10 cm pada orang dewasa, 5 cm
pada bayi atau anak.
7). Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal
dengan tisu.
8). Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring
selama ± 45 menit
9). Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengkok
10). Cuci tangan
11). Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
TINDAKAN :
1) Alat dan Bahan
a) Obat dalam tempatnya
b) sarung tangan / handscoon
c) Kain kasa
d) Kertas tisu
e) Kapas sublimat dalam tempatnya
f) Pengalas
g) Korentang dalam tempatnya
2) Prosedur Kerja
a) Cuci tangan
b) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c) Gunakan sarung tangan
d) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
e) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
f) Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert
g) Apabila jenis obat Supositoria, maka buka pembungkus dan
berikan pelumas pada obat
h) Renggangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan
obat sepanjang dinding kanal Vaginal posterior 7,5-10 cm
i) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orivisium dan
labia dengan tisu
j) Anjurkan untuk tetap dalam posisi selama ± 10 menit agar obat
bereaksi
k) Cuci tangan
l) Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian
Evaluasi Praktikum
a. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secaralengkap
b. Mahasiswa mampu melakukan pemberian terapi obat secara sistematis dan
setiap langkah dilakukan secara tepat.
c. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyamanan pasien dan privasinya
selama prosedur
d. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum
pada jam praktikum mandiri
G. PENCEGAHAN INFEKSI
1. Alat pelindung diri (APD)
a) Tujuan Pembelajaran Praktikum
1) Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2) Mahasiswa mampu melakukan pencegahan terhadap infeksi secara
sistematis dan setiap langkah dilakukan secara tepat.
b) Dasar Teori
1) Pengertian
Alat pelindung diri (APD) merupakan peralatan yang digunakan tenaga
kesehatan untuk melindungi diri dan mencegah infeksi nosokomial.
2) Tujuan
Tujuan penggunaan APD untuk melindungi kulit dan selaput lendir
tenaga kesehatan dari pajanan semua cairan tubuh dari kontak langsung
dengan pasien (Depkes, 2017).
3) Macam – macam APD
Alat pelindung diri pada tenaga kesehatan terdiri dari sarung tangan, alat
pelindung wajah (masker), penutup kepala (topi), gaun pelindung atau
apron, dan alas kaki atau sepatu.
4) Prosedur APD
(a). Prosedur Pemasangan masker
(1) Pengertian
Pemakaian masker adalah suatu kegiatan untuk melindungi diri
dari saat kontak langsung dengan pasien dengan menggunakan
masker penutup mulut dan hidung.
(2) Tujuan
Tujuan untuk mengurangi transmisi mikroorganisme melalui udara
dan droplet pada saat melakukan tindakan dan kontak dengan
pasien, serta melaksanakan tindakan steril dilingkungan steril.
(3) Alat dan bahan
Masker
(4) Prosedur
a) Mencuci tangan
b) Memberi tahu pasien tujuan penata memakai masker
c) Memasang masker menutupi hidung dan mulut, kemudian
mengikat tali- talinya. Tali bagian atas diikat kebelakang
kepala melewati bagian atas telinga sedangkan tali bagian
bawah diikat dibelakang leher.
d) Melepaskan masker dengan membuka ikatan tali-talinya
kemudian masker dapat dilipat dengan bagian luar kedalam.
e) Masker disposible dapat langsung dibuang hanya sekali
penggunaan.
f) Hal- hal yang harus diperhatikan yaitu :
Memasang masker sebelum memasang sarung tangan atau
sebelum mencuci tangan.
Tidak dianjurkan menyentuh masker ketika
menggunakannya.
Mengganti masker ketika kotor dan lembab.
Melepaskan masker dilakukan setelah melepaskan sarung
tangan dan cuci tangan.
Tidak membiarkan masker menggantung di leher
Segera melepaskan masker jika tidak digunakan.
Tidak dianjurkan menggunakan kembali masker sekali
pakai.
d) Prosedur
(1) Mencuci tangan dan keringkan .
(2) Membuka kemasan handskun steril dengan teknik
aseptic.
(3) Ambil bagian dalam handskun dengan tangan.
(4) Masukkan jari-jari tangan sesuai dengan jari-jari
sarung tangan.
(5) Lakukan juga tangan yang lain sama seperti diatas.
(6) Membuka sarung tangan kemudian dimasukkan ke
nierbeken atau kantong kuning (kantong infeksius).
(7) Membereskan peralatan.
(8) Mencuci tangan.
5) Syarat-syaratAPD :
a) Enak dipakai.
b) Tidak mengganggu kerja.
c) Memberikan perlindungan efektif sesuai dengan jenis bahaya di tempat
kerja.
6) Kelemahan APD :
a) Kemampuan perlindungan yang kurangsempurna:
b) Tidak tepat
c) Salah cara penggunaan
d) KualitasAPD
e) Sering APD tidak dipakai karena kurang nyaman.
f) Mengganggu penampilan
Masker
Topi
Barack Short
Sepatu
2. Tujuan
Menyediakan larutan desinfektan yang dapat digunakan secara cepat,aman dan
dalam keadaan siap pakai.
Contoh:
Membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5,25%
Hitung :
Jadi ambil 1 bagian larutan klorin sediaan 5.25% dan tambahkan dengan 9
bagian air
Bila digunakan air matang, larutan klorin 0.1% cukup baik. Bila dilarutkan
dalam air bersih tetapi belum matang atau difiltrasi dibutuhkan konsentrasi 0.5
%. Hal ini disebabkan sebagian klorin yang ada diinaktivasi oleh
mikroorganisme yang terdapat di dalam air mentah.
Contoh :
Membuat larutan yang mengandung klorin 0.5 % dari bubuk kaporit dengan
konsentrat 35%
Hitung :
Bubuk (g/l) = 0.5% x 1000
35%
Tambahkan 14.2 g (dibulatkan 14 gram) dalam 1 liter air
2) Lisol
Jenis jenis lisol
1) Lisol 0.5% : untuk mencuci tangan
2) Lisol 1% : desinfeksi peralatan perawatan/kedokteran
3) Lisol 2-3% : untuk merendam peralatan yang digunakan pada pasien
penyakit menular selama 24 jam
3) Larutan savlon
Jenis jenis savlon
1) Savlon 0.5 % : untuk mencuci tangan
2) Savlon 1% : untuk merendam peralatan perawatan/kedokteran
Prosedur pelaksanaan
1) Membuat larutan savlon 0.5%
Campurkan 5cc savlon kedalam 1 liter air
2) Membuat larutan savlon 1 %
Campurkan 10cc savlon kedalam 1 liter air
(b).Pelaksanaan
1) Mencuci tangan
2) Membuat larutan sesuai petunjuk
3) Menggunakan sarung tangan (sarung tangan tebal dari karet) untuk
mengumpulkan dan memasukan instrument ke dalam larutan.
4) Siapkan wadah dengan ukuran yang memadai bagi sejumlah peralatan
instrument.
5) Jumlah cairan harus cukup untuk merendam seluruh instrument
6) Rendam selama 10 menit
7) Setelah semua instrument direndam, bersihkan sarung tangan didalam
larutan tersebut, lepaskan secara terbalik kemudian rendam dalam larytan
yang sama
8) Mencuci tangan
(c). Hal yang perlu diperhatikan
1) Jumlah cairan harus cukup untuk merendam seluruh instrument.
2) Gunakan larutan baru
3) Ganti larutan bila sudah digunakan berulang kali atau menjadi keruh,
kondisi larutan yang baik menjamin daya kerja yang efektif.
4. STERILISASI
1. Prosedur Sterilisasi
a. Pengertian
suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media dan lain-lain)
dari mikroorganisme yang tidak diharapkan.
b. Tujuan
Mencegah infeksi nosokomial yang berasal dari alat-alat medis
c. Alat
1). Larutan desinfektan (lisol, savlon, klorin).
2). Tempat untuk merendam alat.
3). Jenis sterilisator yang sesuai ( autoclave, oven).
d. Prosedur
1). Peralatan yang sudah dipakai, direndam dalam larutan desinfektan
selam 2 jam.
2). Kemudian dicuci bersih dan dikeringkan.
3). Sterilisasi dengan autoclave/ oven.
4). Peralatan yang bisa disterilisasi dengan autoclave, yaitu berbagai
peralatan dari lateks, sarung tangan, kain (laken, kassa).
5). Peralatan dipisahkan sesuai dengan jenisnya, dan dibungkus dengan
kain. Untuk sarung tangan bagian dalam ditaruh kassa atau kertas
tahan air, kemudian dibungkus dengan kertas tahan air (kertas
minyak).
6). Buka autoclave, isi bagian luar panci dengan air ± 1500 ml.
7). Masukkan peralatan dalam panci, atur agar panas dapat merata.
8). Tutup pipa uap, kemudian panaskan dalam tungku pemanas.
9). Tunggu sampai panas pada termometer mencapai 20°F, kemudian
buka pipa uap dan angkat dari sumber panas.
10). Tunggu sampai termometer menunjukkan angka 0, peralatan bisa
diangkat.
11). Sterilisasi dengan oven.
12). Peralatan yang bisa disterilisasi dengan sterilisasi, yaitu berbagai
peralatan dari logam (pinset, klem, dan lain-lain), kain (taken, kassa).
Untuk gunting bedah akan mudah tumpul dengan sterilisasi ini, dan
sarung tangan akan mudah rusak dengan sterilisasi ini. Untuk jenis
peralatan dari kain akan mudah rusak juga dengan papas yang kurang
merata pada oven.
13). Peralatan disusun berdasarkan dengan susunan rak dalam oven.
14). Kemudian atur tombol untuk pengaturan kerja otomatis atau manual.
15). Putar pengatur panas dan lamanya waktu pemanasan. Untuk
pemanasan 160°C selama 60 menit, 170°C selama 40 menit dan 180°C
selama 20 menit.
16). Kemudian tunggu oven bekerja sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Bila menggunakan kerja otomatis, oven akan langsung mati bila sudah
sesuai dengan pengaturan waktu dan panas. Bila menggunakan
pengaturan manual waktu dihitung mulai suhu oven mencapai suhu
yang diinginkan, matika oven bila sudah selesai..
17). Setelah dingin peralatan diangkat dan bisa digunakan atau disimpan
dalam tempat yang steril. Perhatikan tanggal pensterilan alat
2) Petunjuk Umum
a) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
b) Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang
diberikan
c) Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul
d) Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami
atau kurang dimengerti
3) Langkah Kerja
a) Gulung lengan baju sampai siku, lepaskan cincin, jam tangan
dan perhiasan tangan lain.
b) Basahi tangan sampai pergelangan tangan dibawah air mengalir
c) Ambil sabun dengan menggunakan bagian pinggir telapak
tangan kira-kira 5 ml, ratakan pada tangan yang telah dibasahi
d) Ratakan sabun pada kedua telapak tangan sebanyak 4 kali
putaran dengan arah berlawanan jarum jam, dengan posisi
tangan datar.
e) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan
tangan kanan sebanyak 4 kali dan sebaliknya
f) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari selama 4 kali
hitungan
g) Bersihkan punggung jari dengan gerakan mengunci selama
4 kali hitungan
h) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan
kanan selama 4 kali hitungan, lakukan sebaliknya dan
dimulai dari ujung jari telunjuk
i) Bersihkan ujung jari tangan kanan dengan gerakan
memutar pada telapak tangan kiri sebanyak 4 kali hitungan
dan lakukan sebaliknya
j) Bilas kedua tangan dengan air mengalir
k) Keringkan tangan dengan tisu sekali pakai sampai benar-
benar kering
l) Gunakan tisu tersebut / atau siku untuk menutup kran
4) Catatan
a) Waktu untuk handwash 40-60 detik
b) Waktu untuk handscrub lebih dar 60 detik
7. Evaluasi Praktikum
a. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
b. Mahasiswa mampu melakukan pencegahan terhadap infeksi secara
sistematis dan setiap langkah dilakukan secara tepat.
c. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul
praktikum pada jam praktikum mandiri
H. PERAWATAN LUKA
1. PERAWAT LUKA KONVENSIONAL
a. Tujuan Pembelajaran Praktikum
1) Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap.
2) Mahasiswa mampu melakukan tindakan perawatan luka konvensional secara
sistematis dan setiap langkah dilakukan secara tepat.
b. Dasar Teori
1) Pengertian
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan
balutan untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau
jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang
dapat merusak permukaan kulit.
2) Tujuan
a) Untuk menghentikan perdarahan
b) Mencegah infeksi
c) Menilai kerusakan yang terjadi pada struktur yang terkena
d) Untuk menyembuhkan luka.
4) Prosedur
a) Tahap Pra-Interaksi
(1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien.
(2) Cuci tangan sesuai prosedur.
(3) Siapkan alat.
b) Tahap Orientasi
(1) Beri salam, Indentifikasi pasien : minta klien menyebutkan nama,
tanggal lahir dan nomor Rekam Medik (MR).
(2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
(3) Beri kesempatan klien untuk bertanya.
(4) Jaga privasi dan berikan kenyamanan pada pasien.
c) Tahap Kerja
(1) Mencuci tangan.
(2) Pasang APD sesuai kebutuhan.
(3) Menjaga keamanan, kenyamanan dan privacy pasien.
(4) Mendekatkan trolly yang berisikan alat – alat kedekat pasien.
(5) Memasang pengalas dibawah lokasi luka.
(6) Meletakkan nierbekken didekat luka pasien
(7) Memasang handscoon steril.
(8) Membuka balutan luka dengan pinset anatomi, jika balutan kering
basahi dengan larutan fisiologis steril (aquadest/nacl 0,9%)
(9) Kaji kondisi luka
(a). Measure: kaji lama luka, lebar, kedalaman.
(b). Exudate: kaji kuantitas dan kualitas (serous, purulen,
hemoserous, blood)
(c). Appearance: kaji dasar luka, jenis jaringan dan jumlah.
(d). Suffering : kaji jenis dan tingkat nyeri.
(e). Undermining : kaji apakah luka ada goa atau tidak.
(f). Re-evaluate: lakukan pengkajian secara teratur.
(g). Edge : kaji kondisi tepi luka sekitar kulit.
(10) Memasukkan bekas balutan luka kedalam nierbekken
(11) Memasukkan pinset yang telah digunakan ke dalam nierbekken
(12) Melepaskan handscoon kotor dan memasukkan ke tempat sampah
infeksius
(13) Mencuci tangan dengan menggunakan Hanscrub
(14) Membuka set perawatan luka, kassa steril dalam kemasan dan
memasukkannya ke dalam bak instrumen
(15) Menuangkan cairan antiseptic dan nacl0,9% kedalam masing-
masing kom kecil.
(16) Masukan kassa steril secukupnya ke dalam bak instrumen
(17) Memasang handscoon steril.
(18) Masukan kassa ke dalam cairan Nacl 0,9% , kemudian peras kassa
dengan menggunakan dua pinset
(19) Membersihkan luka dengan kassa yang di basahi Nacl 0,9% dengan
prinsip dari bersih ke kotor
(20) Membersihkan area sekitar luka
(21) Menutup luka dengan kassa kering sesuai ukuran luka dan beri plester.
(22) Mengkomunikasikan dengan klien bahwa perawatan luka telah selesai
dilakukan dan jelaskan kondisi luka.
(23) Menganjurkan pada pasien untuk menjaga kebersihan sekitar luka
(24) Membereskan alat-alat, melepaskan APD dan mencuci tangan.
(25) Mendokumentasikan kegiatan
d) Tahap Terminasi
a) Mendokumentasikan hasil perawatan luka: respon pasien, keadaan
luka, balutan dan drainase.
b) Menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan.
c) Merencanakan tindakan dan kunjungan berikutnya
d) Mengucapkan Salam dan terima kasih atas kerjasamanya.
b. Dasar Teori
1. Pengertian
Luka akut adalah luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan luka.
2. Tujuan
1). Untuk menghentikan perdarahan.
2). Mencegah infeksi.
3). Menilai kerusakan yang terjadi pada struktur yang terkena.
4). Untuk menyembuhkan luka.
3. Alat dan bahan
1). Set perawatan luka steril, berisi: kom kecil 1 buah, pinset anatomis. 3 buah
dan chirurgis 1 buah, gunting jaringan 1 buah.
2). Handscoen steril 2 pasang dalam kemasan.
3). Hanscrub
4). Kassa steril sesuai kebutuhan dalam kemasan.
5). Verban sesuai kebutuhan.
6). Plester sesuai kebutuhan.
7). Gunting verban 1 buah.
8). Cairan NaCl 0,9 %.
9). Pengalas/underpad.
10). Salep luka.
11). Penggaris luka.
12). Nierbekken/ bengkok 2 buah.
13). Kantong sampah infeksius.
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Tahap Pra-Interaksi
1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien.
2) Cuci tangan sesuai prosedur.
3) Siapkan alat.
b. Tahap Orientasi
1) Beri salam, Indentifikasi pasien : minta klien menyebutkan nama, tanggal
lahir dan nomor Rekam Medik (MR).
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
3) Beri kesempatan klien untuk bertanya.
4) Jaga privasi dan berikan kenyamanan pada pasien.
c. Tahap Kerja
1). Mencuci tangan.
2). Pasang APD sesuai kebutuhan.
3). Dekatkan alat dengan tempat kerja.
4). Buka set perawatan luka steril dan tuangkan cairan NaCl 0,9 % ke dalam
kom kecil.
5). Masukan kassa secukupnya ke dalam set perawatan luka steril.
6). Pasang handscoon steril.
7). Pasang perlak atau underpad.
8). Buka balutan.
9). Balutan yang telah dibuka dimasukan kedalam bengkok/ Nierbekken.
10). Pinset yang telah digunakan dimasukan kedalam bengkok/ Nierbekken.
11). Masukan kassa ke dalam cairan NaCL 0.9 % , kemudian peras kassa
dengan menggunakan dua pinset/ Bilas luka dengan NaCL 0.9 %.
12). Bersihkan luka secara lembut dengan menggunakan kassa.
13). Keringkan luka dengan kassa steril.
14). Melepaskan handscoon dan masukan ke dalam sampah infeksius
15). Dokumentasikan kondisi luka.
16). Ukur luka dengan menggunakan penggaris luka dan foto luka.
17). Mencuci tangan dengan menggunakan Hanscrub.
18). Pakai handscoon steril
19). Angkat jaringan mati jika ada (slough dan nekrosis)
20). Oleskan salep pada seluruh permukaan luka
21). Tempelkan island dressing diatas luka.
22). Tempelkan kassa sesuai kebutuhan .
23). Beri plester atau balut luka dengan verban sesuai dengan kebutuhan
24). Komunikasikan kepada pasien bahwa perawatan luka telah selesai
dilakukan dan apabila ada keluhan laporkan kepada perawat.
25). Buat kontrak untuk perwatan luka selanjutnya.
26). Rapikan alat
27). Cuci tangan.
d. Tahap Terminasi
1) Mendokumentasikan hasil perawatan luka: respon pasien, keadaan luka,
balutan dan drainase.
2) Menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan.
3) Merencanakan tindakan dan kunjungan berikutnya
4) Mengucapkan Salam dan terima kasih atas kerjasamanya.
b. Dasar Teori
1). Pengertian
Luka kronik adalah luka dengan masa penyembuhan tidak sesuai dengan
konsep penyembuhan luka.
2). Tujuan
a) Untuk menghentikan perdarahan.
b) Mencegah infeksi.
c) Menilai kerusakan yang terjadi pada struktur yang terkena.
d) Untuk menyembuhkan luka.
b) Tahap Orientasi
(1) Beri salam, Indentifikasi pasien : minta klien menyebutkan nama,
tanggal lahir dan nomor Rekam Medik (MR).
(2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
(3) Beri kesempatan klien untuk bertanya.
(4) Jaga privasi dan berikan kenyamanan pada pasien.
c) Tahap Kerja
(1) Mencuci tangan.
(2) Pasang APD sesuai kebutuhan.
(3) Dekatkan alat dengan tempat kerja.
(4) Pasang Handscoen
(5) Pasang perlak atau underpad.
(6) Buka balutan.
(7) Balutan yang telah dibuka dimasukan kedalam bengkok/
Nierbekken.
(8) Cuci luka dengan sabun gentle antiseptik dan bilas dengan NaCL 0.9
%.
(9) Bersihkan luka secara lembut dengan menggunakan kassa.
(10) Keringkan luka dengan kassa steril.
(11) Melepaskan handscoon dan masukan kedalam tempat sampah
infeksius.
(12) Dokumentasikan kondisi luka .
(13) Kaji kondisi luka, ukur luka dengan menggunakan penggaris luka
dan foto luka.
(14) Mencuci tangan dengan menggunakan Hanscrub.
(15) Pakai handscoon steril .
(16) Angkat jaringan mati jika ada (slough dan nekrosis).
(17) Oleskan salep pada seluruh permukaan luka.
(18) Tempelkan island dressing diatas luka.
(19) Tempelkan kassa sesuai kebutuhan .
(20) Balut luka dengan verban sesuai dengan kebutuhan
(21) Komunikasikan kepada pasien bahwa perawatan luka telah selesai
dilakukan dan apabila ada keluhan laporkan kepada perawat.
(22) Buat kontrak untuk perwatan luka selanjutnya.
(23) Rapikan alat
(24) Cuci tangan
d) Tahap Terminasi
(1) Mendokumentasikan hasil perawatan luka: respon pasien, keadaan
luka, balutan dan drainase.
(2) Menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan.
(3) Merencanakan tindakan dan kunjungan berikutnya
(4) Mengucapkan Salam dan terima kasih atas kerjasamanya.
5). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan luka kronik adalah
a) Prinsip perawatan luka bersih.
b) Bahan dan salep yang digunakan disesuaikan dengan kondisi luka klien.
4. Menjahit Luka (Hecting)
a) Definisi
b) Tujuan
1) Menghentikan perdarahan
2) Mencegah infeksi
3) Mencegah cacat
c) Prosedur Menjahit Luka
1) Cek program perawatan
2) Ucapkan salam terapeutik
3) Lakukan evaluasi keadaan klien
4) Lakukan kontrak (waktu, tempat, tindakan yang akan dilakukan).
5) Jelaskan tujuan tindakan
6) Persiapan alat dan bahan :
(a). Sarung tangan steril
(b).Duk lobang
(c). Arteri klem 1
(d).Pinset 1
(e). Benang jahit
(f). Jarum jahit
(g).Kassa steril
(h).Cairan Nacl 0,9%
(i). Cairan antiseptik
(j). Korentang steril
(k).Perlak dan pengalas
(l). Obat anestesi
(m).Plester
(n).Gunting benang
(o).Gunting plester
(p).Kom steril
(q).Bengkok
(r). puit 1 cc
7) Dekatkan alat ke pasien
8) Cuci tangan
9) Pakai sarung tangan steril
10) Pasang duk lobang
11) Ambil spuit 1cc, isi dengan procain/lidocain,
12) Bersihkan luka dengan Nacl sambil menilai area untuk anestesi
13) Injeksikan procain/lidocain ke sekeliling luka (tusukan jarum, dorong obat
sambil menarik serring spuit
14) Gunakan jarum untuk menjahit kulit, masukkan benang ke lubang jarum, pada
penggunaan jarum melengkung dari arah dalam keluar
15) Pegang jarum dengan menggunakan klem, kemudian mulai menjahit luka
16) Lakukan heacting dengan jarak ± 0,5 cm
17) Ikat benang dengan membentuk simpul
18) Potong benang, sisakan sepanjang 1mm (untuk jahitan dalam), 0,65 cm untuk
jahitan luar
19) Siap satu heacting, bersihkan dan lanjut ke heacting selanjutnya sampai luka
tertutup
20) Oleskan salep sesuai anjuran dokter
21) Tutup dengan kassa steril
22) Pasang plester/hipafix
23) Bereskan alat
24) Cuci tangan