Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEPERAWATAN PEDIATRIK PASIEN AN.

S DENGAN DIAGNOSA

MEDIS HEPATITIS A DI RUANG MERAK RSD IDAMAN BANJARBARU

TAHUN 2020

OLEH :

DEVI ANGGRAENIE MAMBAT, S.KEP 113063J119007


ELFRAM HERLIANUS S, S.KEP 113063J119008
GREGORIUS GERRY, S.KEP 113063J119013
JEFRI ANGGARA, S.KEP 113063J119021
INDRA WIJAYA, S.KEP 113063J119017
MARIA YUNITA, S.KEP 113063J119028
PASKA FERONIKA MAGRETINA, S.KEP 113063J119033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


BANJARMASIN

2020

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan pediatrik pasien An. S dengan diagnosa medis Hepatitis A di


Ruang Merak RSD Idaman Banjarbaru Tahun 2020.

Menyetujui
Preceptor Akademik Preceptop Klinik

Dania Relina S, S. Kep., Ners, M. Kep Veny Christiani, S. Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
Rahmat dan Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus yang
berjudul Asuhan Keperawatan Pada Ny. N dengan diagnosa medis G1P0A0 inpartu 39 minggu
indikasi PEB di ruang VK bersalin RSUD Dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2020.

Laporan studi kasus ini penulis susun untuk pemenuhan tugas dalam Stase Maternitas
Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin. Dalam penyusunan,
penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1.  Dr. Hj. Endah Labati Silapurna, MH. Kes Selaku Direktur RSD Idaman Banjarbaru
2. Warjiman. MSN, Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin
3. Dania Relina Sitompul, S.Kep, Ners, M.kep selaku pembimbing akademik di Stikes Suaka
Insan Banjarmasin
4. Veny Christiani, S.Kep, Ners Selaku Kepala Ruangan dan Pembimbing Klinik di Ruang
Merak RSD Idaman Banjarbaru
5. Seluruh CI Lahan dan CI Akademik yang turut berpartisipasi dalam pembuatan tugas ini
6. Keluarga An. A atas kerja samanya selama perawatan
7. Rekan-rekan Mahasiswa
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan ini dengan
sebaik-baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak
untuk menyempurnakannya.

Banjarbaru, Januari 2020


Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan
pada hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan
hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun
kelainan sistem antibodi. Infeksi yang disebabkan virus merupakan penyebab paling banyak
dari Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus Hepatitis
A, B, C, D, dan E. Penyakit Hepatitis yang disebabkan oleh virus, Hepatitis B menduduki
tempat pertama dalam hal jumlah dan penyebarannya yang di akibatkan oleh virus (Arief,
2012).
World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk dunia terinfeksi virus
Hepatitis A, B, C, D dan E. Hasil data untuk Hepatitis A secara global didapatkan sekitar 1,4
juta kasus pertahun. Hepatitis B berjumlah lebih dari 2 miliar penduduk dunia terinfeksi virus
Hepatitis B dan 400 juta orang diantaranya menjadi pengidap kronik pada tahun 2000 (IDAI,
2012). Hepatitis C berjumlah sekitar 3% atau 170 juta orang (Depkes RI, 2006). Hepatitis E
dengan jumlah kasus 146 orang (Kemenkes RI, 2014). Dari semua data tersebut dapat
disimpulkan bahwa jumlah terbanyak adalah penderita Hepatitis B.
Sedangkan prevalensi infeksi Hepatitis B di Asia Pasifik cukup tinggi yaitu melebihi
8% dan penularannya pada umumnya terjadi secara vertikal (pada periode perinatal) dan
horizontal (pada masa anak-anak). Diperkirakan lebih dari 350 juta diantaranya menjadi
kronik dan sekitar 75% karier Hepatitis B kronik berada di Asia Pasifik. Pada daerah tertentu
seperti Amerika bagian utara, Eropa bagian utara dan barat, Amerika Selatan, Australia dan
Selandia Baru, memiliki prevalensi HBsAg yang relatif rendah (< 2%). Indonesia adalah
salah satu negara dengan tingkat endemisitas tinggi (WHO, 2014). Data Kemenkes RI tahun
2014 menunjukkan bahwa prevalensi Hepatitis pada seluruh provinsi di Indonesia adalah
Bengkulu terdapat 19 kasus, Sumatera Barat terdapat 159 kasus, Kalimantan Timur terdapat
282 kasus. Selain pasien ternyata perawat adalah kedua yang paling sering terinfeksi yaitu
sekitar 41%, diikuti oleh dokter sekitar 31% (Askarian, et al., 2011).

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari hepatitis ?
2. Apa saja etiologi hepatitis ?
3. Apa tanda dan gejala hepatitis ?
4. Bagaimana patofisiologi hepatitis ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik hepatitis ?
6. Bagaimana penatalaksanaan hepatitis ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien hepatitis ?

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi klien dan keluarga
Agar klien mampu meningkatkan kualitas kesehatan dan juga tahu proses
terjadinya penyakit, faktor yang harus dihindari dan juga pengobatannya.
2. Bagi Mahasiswa Ners
Agar mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang penyakit dan dapat
mengaplikasikannya di lahan praktek, baik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
maupun medis secara teori. Hal ini dapat mempermudah mahasiswa dalam menerapkan
teori ini dalam lahan praktek sesuai keadaan yang terjadi di lapangan. Teori ini akan
terus melekat dan akan terus berkembang bagi tingkat pengetahuan mahasiswa.
3. Bagi perawat profesional yang bertugas di pelayanan kesehatan
Dapat meningkatkan mutu, kualitas dan kerja dan kinerja serta membantu
meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam pelayanan dan perawatan
yang profesional.
4. Bagi profesi-profesi terkait:
a. Dokter
Dapat melakukan hubungan kerjasama dengan baik agar terciptanya kerjasama
yang efisien sehingga mempercepat kesembuhan klien.
b. Laboratory tecnician
Agar bekerja sama atau berkolaborasi dalam mengidentifikasi masalah patologis
klien sehinnga dapat menentukan tindakan keperawatan ataupun medis apa yang
akan dilakukan sehingga mempercepat penyembuhan klien.

c. Pharmacist
Berguna dalam menyediakan obat yang diperlukan sesuai terapi dari dokter pada
klien sesuai dengan terapi yang diberikan dokter.

D. Batasan Masalah
Laporan asuhan keperawatan hanya pada lingkup asuhan keperawatan pasien An. S
dengan diagnosa medis Hepatitis A di Ruang Merak RSD Idaman Banjarbaru Tahun 2020.

E. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan asuhan keperawatan ini adalah untuk menerapkan
asuhan keperawatan kepada pasien An. S dengan diagnosa medis Hepatitis A di Ruang
Merak RSD Idaman Banjarbaru Tahun 2020
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan hepatitis
b. Menganalisa data yang sudah di peroleh dari masalah kesehatan pasien.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan hepatitis.
d. Memprioritaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan hepatitis.
e. Merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah pasien.
f. Mengevaluasi asuhan keperawatan.
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
F. Metode
1. Wawancara
Metode yang sifatnya mengidentifikasi masalah kesehatan klien secara langsung
yang melalui tanya jawab tentang tanda dan gejala maupun keluhan yang di rasa klien
dengan alloanamnesa dan autoanamnesa.
2. Observasi
Pengumpulan data adalah dengan melihat langsung keadaan klien secara umum
tingkat kesadaran pasien baik fisik, sikap dan tingkah laku klien atau respon klien
terhadap penyakit.

3. Pemeriksaan fisik
Teknik yang digunakan yaitu:
a. Inspeksi
Observasi menggunakan mata, yang di inspeksi adalah keadaan umum,tingkat
kesadaran (respon sensorik, motorik, dan verbal).
b. Palpasi
Metode yang dilakukan dengan sentuhan atau rabaan untuk mendeterminasi ciri-
ciri organ atau jaringan untuk klien.
c. Perkusi
Metode dengan cara mengetuk area yang biasanya diperiksa adalah area dada
dan abdomen.
d. Auskultasi
Metode dengan cara mendengarkan dengan stetoskop. Auskultasi di area dada
untuk mengidentifikasi abnormalitas bunyi jantung dan bunyi paru sedangkan
auskultasai di area abdomen untuk mendengarkan peristaltik usus/bising usus.
4. Diagnostic test review
Pengumpulan data yang diperoleh dari status klien yang berisi program terapi,
pemeriksaan dignostik (tes laboratorium), CT scan, dan MRI (Magnetic Imaging
Resonance) maupun perkembangan terhadap kesehatan.
5. Studi kepustakaan
Mengumpulkan bahan melalui beberapa literatur yang ada diperpustakaan dan bahan
dari internet mengenai materi-materi yang berhubungan dengan StrokeNon Hemoragik
sebagai bahan referensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


a. Anatomi

Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi hati.
Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak dibagian
teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah diafragma dan hati
secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500 gr 2,5% dari
berat tubuh pada orang deawa normal, hati dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus
kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya 1/10 ditempati oleh ke 2 lobus
caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat
yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi
unit-unit yang kecil dan unit-unit kecil itu disebut lobulus (Pearce,2016).

Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena
porta. Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah
ini mempunyai kejenuhan 95–100% masuk ke hati akan akhirnya keluar sebagai
vena hepatica. Sedangkan vena porta terbentuk dari lienalis dan vena
mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati darah ini mempunyai
kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan kehati yang telah diabsorbsi
oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena porta arteri hepatica dan saluran
membentuk saluran porta (Syaifuddin,2016).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan
jaringan elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam
parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris.
Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam
lempengan-lempengan atau plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem
pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan
jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang mengandung cabang-cabang vena
porta, arteri hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena porta dan arteri hepatika
akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak
percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis,
dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran empedu
menuju kandung empedu (FKUI,2016).

b. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena porta
yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam
fisiologis hati, mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus
gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat arteri
hepatika dan banyak mengandung oksigen. Vena porta yang terbentuk dari vena
linealis dan vena mesenterika superior, mengantarkan 4/5 darahnya kehati darah
ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa oksigen telah
diambil oleh limpa dan usus. Darah ini membawa kepada hati zat makanan
yangtelah di absorbsi oleh mukosa usus halus. Vena hepatika mengembalikan
darah dari hati ke vena kava inferior. Terdapat empat pembuluh darah utama
yang menjelajahi keseluruh hati,dua yang masuk yaitu arteri hepatika dan vena
porta, dan dua yang keluar yaitu vena hepatika dan saluran empedu. Sinusoia
mengosongkan isinya ke dalam venulel yang berada pada bagian tengah masing-
masing lobulus hepatik dan dinamakan vena sentralis, vena sentralis bersatu
membentuk vena hepatika yang merupakan drainase vena dari hati dan akan
mengalirkan isinya kedalam vena kava inferior didekat diafragma jadi terdapat
dua sumber yang mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu
lintasan keluar (FKUI, 2016). Selain merupakan organ parenkim yang berukuran
terbesar, hati juga sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan
pada setiap metabolik tubuh. Adapun fungsi hati menurut (Pearce, 2016)
sebagaiberikut:
1) Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah. Aliran darah melalui
hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena porta kesinosoid hati tiap
menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi mengalir kesinosoid dari arteri
hepatica, dengan total rata-rata 1450 ml/menit.
2) Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem
metabolisme tubuh. Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme
karbohidat, mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
glukoneogenesis membentuk banyak senyawa kimia penting dan hasil
perantara metabolisme karbohidrat serta menyimpan glikogen.
3) Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang
mengalir melalui saluran empedu kesaluran pencernaan.
4) Tempat metabolis mekarbohidrat, lemak dan protein.
5) Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.
6) Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitaminA,D,E,K), mineral
(termasukzatbesi).
7) Mengontrol produk siserta ekskresi kolesterol.
8) Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan
menyerap zat gizi penting.
9) Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun (detoksikasi) serta
memetabolisme alkohol.
10) Membantu menghambat infeksi.
B. DEFINISI
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. Virus
hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis A (HAV),
hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), delta hepatitis (HDV), hepatitis E (HEV),
hepatitis F dan hepatitis G.
Hepatitis dibagi dua tahapan:
1. Hepatitis akut : infeksi virus sistemik yang berlangsung selama <6 bulan
2. Hepatitis kronis: gangguan-gangguan yang terjadi >6 bulan dan kelanjutan dari
hepatitis akut
3. Hepatitis fulminant adalah perkembangan mulai dari timbulnya hepatitis hingga
kegagalan hati dlam waktu kurang dari 4 minggu oleh karena itu hanya terjadi
pada bentuk akut (Amir, 2016).

Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi,
biokimia, obat atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati
(Corwn, 2018).

C. ETIOLOGI
Menurut Price dan Wilson (2015) secara umum hepatitis disebabkan oleh virus.
Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut :
1. Hepatitis A
Virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal dan
disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anak-
anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air,
parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi
15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan
pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna obat, hubungan
seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi
dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM
anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat
adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi
dominan dan bertahan seterusnya hingga menunjukkan bahwa penderita pernah
mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan
karier tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala.
Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia
yang terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel
hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala
dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan
flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.
2. Hepatitis B
Virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda yang
dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama
melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal. Masa
inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada aktivitas
homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan IV,
hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan
ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam.
Dapat juga mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-
pegal menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan
tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan
dan membesar hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar
limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg,
HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap
berada dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan
penularan virus tersebut.
3. Hepatitis C
Virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai
tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah
hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50
hari. Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja
layanan keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien
faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).
4. Hepatitis D
Virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA untai
tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi sebagian
melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari
rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat
IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan
antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B
yang beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada
pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D serupa
hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis fulminan
dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
5. Hepatitis E
Virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen virus
RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa
terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-
rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan
pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih
32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B,
pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang
dikodekan khusus.
6. Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau preparat
lain yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia, mual dan
muntah. Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan secara dini
atau kontak dengan penyebabnya terbatas. Terapi ditujukan pada tindakan untuk
memulihkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, penggantian
darah, memberikan rasa nyaman dan tindakan pendukung.
7. Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling berkaitan
denagn cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang
dipakai untuk mengobati penakit rematik seta muskuloskletal, obat anti depresan,,
psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.

D. Tanda dan Gejala


1. Masa tunas
a. Virus A :15-45 hari (rata-rata 25 hari)
b. Virus B :40-180 hari (rata-rata 75 hari)
c. Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal
terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan
o
meningkat sekitar 39 C berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian.
Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang
disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-
2 minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.

E. EPIDEMIOLOGI
1. Hepatitis A
Hepatitis A adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV)
virus genom RNA beruntai tunggal dan linear dengan ukuran 7.8 kb. Virus hepatitis
A merupakan anggota famili pikornaviradae berukuran 27-32 nm dengan bentuk
partikel yang membulat. HAV mempunyai simetri kubik, tidak memiliki selubung,
serta tahan terhadap panas dan kondisi asam. HAV mula-mula diidentifikasi dari
tinja dan sediaan hati. Penambahan antiserum hepatitis A spesifik dari penderita
yang hampir sembuh (konvalesen) pada tinja penderita diawasl masa inkubasi
penyakitnya, sebelum timbul ikterus, memungkinkan pemekatan dan terlihatnya
partikel virus melalui pembentukan agregat antigenantibodi. Asai serologic yang
lebih peka, seperti asai mikrotiter imunoradiometri fase padat dan pelekatan imun,
telah memungkinkan deteksi HAV di dalam tinja, homogenate hati, dan empedu,
serta pengukuran antibodi spesifik (IgG untuk kasus infeksi lalu dan IgM untuk
kasus infeksi akut) di dalam serum.
HVA menyerang manusia, baik dewasa maupun anak-anak. Siapapun yang
belum pernah terinfeksi atau divaksinasi dapat terkena hepatitis A. Di daerah di
mana virus tersebar luas, sebagian besar yang terinfeksi HAV adalah anak usia dini.
Faktor risiko lain untuk virus hepatitis A antara lain obat-obatan suntik, tinggal
serumah dengan orang yang terinfeksi, atau mitra seksual dari seseorang dengan
infeksi HAV akut. Selain sanitasi yang tidak baik dan kepadatan penduduk, penyakit
ini juga erat terkait dengan kebersihan pribadi (personal hygiene) yang buruk.
Umumnya masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk sebagai tujuan dari
urbanisasi akan membentuk perkampungan kumuh (slum area) dikarenakan keadaan
ekonomi yang belum memadai. Hal ini tentu akan memberikan dampak prilaku
negatif terhadap kebersihan pribadi masyarakat tersebut, yang akan cenderung tidak
terlalu memperhatikan status kesehatan.

2. Hepatitis B
Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus
hepatitis B atau partikel Dane merupakan partikel bulat berukuran 42nm dengan
selubung fosfolipid (HbsAg) (2,5). Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen
yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik protein pada
HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan
perbedaan geografi dalam penyebarannya. Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika
dan Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr
terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang
dan China.
Semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbul serta perjalanan penyakit hepatitis B.
Faktor penjamu meliputi: ·
a. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi dan
anak (25 -45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya
umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia
sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10%.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B
Dibanding pria.
c. Mekanisme Pertahanan
Tubuh Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering
terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B,
terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena
sistem imun belum berkembang sempurna.
d. Kebiasaan Hidup Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena
aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika
suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.
e. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter,
dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas
laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan
penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).
3. Hepatitis C
Hepatitis C di sebabkan oleh virus Hepatitis C atau sering dikatakan virus
Hepatiis non-A non-B atau juga HVC. HCV merupakan genus tersendiri dalam
famili Flavi-viridae, diameternya 60 nm dan ber-envelop, bentuk capsidnya
icosahedral, mempunyai sebuah RNA yang linear, single-stranded dan positive-
sense, dengan 9500 nukleotida. Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan
mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian
menginfeksi banyak sel lainnya.
HCV menyerang hati manusia dan merusak hati manusia. Orang-orang yang
rentan memiliki resiko tinggitertular selain penerima transfuse darah (karena 48%
Negara melaporkan jika mereka tidak menguji 100% darah yang mereka kelola.
Berarti masih ada kemungkinan penyebaran lewat transfuse darah), adalah:
a. Pasien dan staff yang menangani cuci darah
b. Penderita Hemofilia
c. Mereka yang berhubungan dengan peralatan medis yang tidak steril
d. Para pasien akupuntur
e. Mereka yang bertato
f. Pasangan Seks Penderita
g. Anak/Bayi dari ibu pengidap Hepatitis C

F. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis
dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak
dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan
fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam
darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. (Corwm, Elizabeth J . 2018)
SKEMA PATOFISIOLOGI

Pengaruh alcohol, Inflamasi pada hepar


virus hepatitis, toksin

Gangguan suplai Hipertermi Peregangan kapsula hati


darah normal pada
sel-sel
Perasaan tidak hepatomegali
nyaman dikuadran
Kerusakan sel kanan atas
parenkin, sel hati dan
duktull empedu
intrahepatik

Nyeri Akut Anoreksia

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

Gangguan metabolisme obtruksi Kerusakan konjugasi


karbohidrat lemak dan
protein
Gangguan akskresi Bilirubin tidak
empedu sempurna
dikeluarkan melalui
Glikogenesis menurun duktus
Retensi bilirubin

Glikoneogenesis Bilirubin direk


menurun meningkat
Regurgitasi pada
duktulli empedu
intra hepatik
Glikogen dalam hepar ikterus
berkurang Bilirubin direk
Glikogenolisis menurun meningkat
G. KOMPLIKASI
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

H. COLLABORATIVE CARE MANAGEMENT


I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
1) Urobilirubin direk
2) Bilirubun Serum Total
3) Bilirubin Urine
4) Urobilinogen Urine
5) Urobilinogen Feses
b. Pemeriksaan protein
1) Protein Total Serum
2) Albumin Serum
3) Globulin Serum
4) Hbsag
c. Waktu protombin
1) respon waktu protombin terhadap vitamin k
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
1) AST atau SGOT
2) ALT atau SGPT
3) LDH
4) Amonia Serum
2. Radiologi
a. Foto rontgen abdomen
b. Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
c. Kolestogram dan kalangiogram
d. Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
a. Laparoskopi
b. Biopsi hati

II. Penatalaksanaan
1. Non medis
a. Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran
hati kenaikan bilirubin kembali normal.
b. Nutrisi yang adekuat
c. Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga
sehingga diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam
persepsi sensori.
d. Pengendalian dan pencegahan

2. Medis
a. Pencegahan
1) Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak
menjadi donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
2) Pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi
pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
b. Obat-obatan terpilih
1) Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi
imun yang berlebihan.
2) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4) Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
5) Roboransia.
6) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intravena (jika ada hipokalsemia)
7) Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
c. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
d. jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah - muntah sebaiknya di
berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang
cukup
e. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang
mengubah susunan feora usus,misalnya neomisin atau kanamycin sampai dosis
total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus
sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1.  Anamnesa
a. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nam, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
b. Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu
makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA), rasa pegal linu dan
sakit kepala pada HVB, serta hilangnya daya rasa lokal untuk perokok.
2. Riwayat penyakit/Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan yang mencangkup tentang nyeri abdomen pada
kuadran kanan atas, demam, malaise, mual, muntah (anoreksia), feses
berwarna tanah liat dan urine pekat
b. Riwayat penyakit lalu
Riwayat apakah pasien pernah mengalami bradikardi  atau pernah
menderita masa medis lainnya yang menyebabkan hepatitis (yang
meliputi penyakit gagal hati dan penyakit autoimun). Dan, kaji pula
apakah pasien pernah mengindap infeksi virus dan buat catatan obat-
obatan yang pernah digunakan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengonsumsi alkohol, mengindap hepatitis,
dan penyakit biliaris.
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan
hati
a. Aktivitas
1)  Kelemahan
2)  Kelelahan
3)  Malaise

b. Sirkulasi
1)  Bradikardi (Hiperbilirubin berat)
2)  Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
1)  Urine gelap
2)  Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
1)  Anoreksia
2)  Berat badan menurun
3)  Mual dan muntah
4)  Peningkatan oedema
5)  Asites
e. Neurosensori
1)   Peka terhadap rangsang
2)   Cenderung tidur
3)   Letargi
4)  Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
1)  Kram abdomen
2)  Nyeri tekan pada kuadran kanan
3)  Mialgia
4)  Atralgia
5)  Sakit kepala
6)  Gatal ( pruritus )
g. Keamanan
1)  Demam
2)  Urtikaria
3)  Lesi makulopopuler
4)  Eritema
5)  Splenomegali
6)  Pembesaran nodus servikal posterior

b. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b . d pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan
bendungan vena porta.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d gangguan absorpsi dan metabolisme
pencernaan makanan; penurunan peristaltic, empedu tertahan.
3. Hipetermi berhubungan dengan proses inflamasi

c. Intervensi dan Rasional


1. Nyeri b . d pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan
bendungan vena porta.
Tujuan dan Kriteria hasil : Dalam jangka waktu 1x24 jam perawatan: klien
tidak mengeluh nyeri, klien tidak mengalami nyeri tekan pada kuadran kanan
atas ,tidak mialgia, tidak mengalami sakit kepala lagi, tidak gelisah dan
wajah berseri-seri.
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan
kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif untuk mengurangi nyeri.
b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
-Akui adanya nyeri
-Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
c. Berikan informasi akurat dan
-Jelaskan penyebab nyeri
-Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui .
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri
yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding
klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk
mengurangi nyeri.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d gangguan absorpsi dan metabolisme


pencernaan makanan; penurunan peristaltic, empedu tertahan.
Tujuan dan Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi terpenuhi, menunjukkan
peningkatan berat badan, bebas tanda malnutrisi
a) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam
frekuensi sering
R/ Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia
b) Berikan perawatan mulut sebelum makan
R/ Menghilangkan rasa tidak enak. Dapat meningkatkan nafsu makan
c) Anjurkan makan pada posisi tegak
R/ Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan
d) Dorong pemasukan sari jeruk. Minuman karbonat dan permen berat
sepanjang hari
R/ Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah
dicerna/toleran bila makanan lain tidak
e) Konsul pada ahli gizi. Dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet
sesuai kebutuhan pasien. Dengan masukan lemak dan protein sesuai
toleransi
R/ Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan
individu.
f) Berikan obat sesuai indikasi, mis: antiemetik (metalopramide/raglan),
antasid, vitamin (B kompleks dan C)
R/ Diberikan ½ jam sebelum makan, dapat menurunkan mual dan
meningkatkan toleransi pada makanan, Kerja pada asam gaster, dapat
menurunkan iritasi/resiko perdarahan, Memperbaiki kekurangan dan
membantu proses penyembuhan

3. Hipetermi berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan dan Kriteria hasil : Suhu tubuh tidak panas lagi dan dalam rentang
normal
a) Pantau tanda-tanda vital terutama suhu
R/Tanda-tanda vital merupakan aluan untuk mengetahui keadaan umum
pasien terutama suhu tubuhnya
b) Beri pasien banyak minum air (1500-2000 cc/hari)
R/ Dengan minum banyak air diharapkan cairan yang hilang dapat diganti
c) Beri pasien kompres air hangat atau air dingin
R/ Dengan kompres akan terjadi perpindahan panas secara konduksi dan
kompres hangat akan mendilatasi pembuluh darah
d) Pantau suhu lingkungan
R/ Suhu ruangan harus dirubah agar dapat membantu mempertahankan
suhu pasien
e) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik
R/ Pemberian obat antibiotik unuk mencegah infeksi pemberian obat
antipiretik untuk penurunan panas

d. Evaluasi
1. Klien tidak mengeluh nyeri, klien tidak mengalami nyeri tekan pada kuadran
kanan atas ,tidak mialgia, tidak mengalami sakit kepala lagi , tidak gelisah
dan wajah berseri-seri
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi, menunjukkan peningkatan berat badan, bebas
tanda malnutrisi
3. Suhu tubuh tidak panas lagi dan dalam rentang normal

BAB III

STUDY KASUS

A. ASSESSMENT

I. Biodata

A. IdentitasKlien

1. Nama : An. S. D

2. Tempat tgl lahir/usia : B, 19 Maret 2003

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : SMA

6. Alamat : JL. A. Y KM. 3xx

7. Tgl masuk : Senin, 10 Februari 2020 (jam : 08.00 wita)

8. Tgl pengkajian : Selasa, 11 Februari 2020

9. Diagnos amedik : HEPATITIS

10. Rencana terapi : Manajemen nyeri dan kompres air hangan

B. Identitas Orangtua
1. Ayah

a. Nama : Tn. S

b. Usia : 48 Tahun

c. Pendidikan : S1 Pertanian

d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Wiraswasta

e. Agama : Islam

f. Alamat : JL. A. Y. Km. 3xx

2. Ibu

a.Nama : Ny. T

b. Usia : 42 Tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan/Sumber penghasilan : IRT

e. Agama : Islam

f. Alamat : JL. A. Y. Km 3xx

C. Identitas Saudara Kandung

No NAMA USIA HUBUNGAN STATUSKESEHATAN

No. Nama Usia Hubungan Status kesehatan


1. An. I 14 Tahun Adik Sehat
2. An. F 12 Tahun Adik Sehat
3. An. R 4 Tahun Adik Sehat

II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang:


KeluhanUtama :
Klien Mengatakan nyeri di daerah perut bagian atas\

Riwayat KeluhanUtama:

Klien Mengatakan “ pada sedang menyapu rumah tantenya tiba-tiba melihat


badannya kuning, lalu tantenya langsung membawa Ke RSD. Idaman
Banjarbaru. Kemudian, ada 1 minggu sebelumnya marasa nyeri, dan ada muntah
1 kali serta badan panas naik turun.

Keluhan Pada Saat Pengkajian:

Klien mengatakan nyeri di daerah perut bagian atas serta badan terasa panas.

Pengkajian nyeri : P = Nyeri saat bergerak, Q = seperti ditusuk-tusuk, R =


Abdomen bagian atas, S = Skala nyeri 3 (0 – 10), T = kurang lebih 3 manit,
hilang timbul.

B. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Ibu Pasien Mengatakan dari ibunya ada riwayat darah tinggi dan saat ini, ibunya
sedang menderita Sroke.

Genogram :
III. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

No. Jenis imunisasi Waktu pemberian Frekuensi Reaksi setelah Frekuensi


pemberian
1. BCG 0 bulan 1 kali Demam 1 kali
2. DPT(I,II,III) 2-4 bulan 3 kali 1 kali
3. Polio(I,II,III,IV) 2,3,4 bulan 4 kali Tidak ada -
4. Campak 9 bulan 1 kali Tidak ada -
5. Hepatitis Belum ada - - -

IV. Riwayat TumbuhKembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 51 kg
2. Tinggi badan : 157 cm
3. Waktu tumbuh gigi :

B. Perkembangan Tiaptahap Usia ana ksaat


1. Berguling : bulan
2. Duduk : 6 bulan
3. Merangkak : 8 bulan
4. Berdiri : 10 bulan
5. Berjalan : 1,2 tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali: 1 tahun
7. Bicara pertama kali : 1 tahun dengan menyebutkan: mama
8. Berpakaian tanpa bantuan: 6 Tahun

V. RiwayatNutrisi
A. PemberianASI
Sejak lahir sampai Usia 6 Bulan.
B. Pemberian susu formula : Marinaga
1. Alasan pemberian : karena di tinggal bekerja oleh ibunya dan tinggal sama neneknya
2. Jumlah pemberian : 2 kali pemberian
3. Cara pemberian : Oral

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis nutrisi Lama pemberian


0 – 6 Bulan ASI 6 Bulan

5 – 6 Bulan Susu Marinaga 5,6 bulan

1 Tahun Makanan seperti Sampai sekarang


nasi/makanan yang tidak
terlalu keras

VI. Riwayat Psikososial


Anak tinggal bersama: Orang tua di : Rumah

Lingkungan berada di : Pinggir Jalan Raya

Rumah dekat dengan: Puskesmas

Kamar klien : Sendiri


Rumah ada tangga : Ada

Hubungan antar anggota keluarga: Baik

Pengasuh anak : Tidak ada

VII.Riwayat Spiritual

Support system dalam keluarga: Baik

Kegiatan keagamaan: Sholat

VII.Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap


1) Ibu membawa anaknya ke RS karena : Demam
2) Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Iya, Dokter menceritakan
tentang penyakit.
3) Perasaan orang tua saat ini :Cemas
4) Orangtua selalu berkunjung ke RS : Iya dan menjaga anaknya
5) Yang akan tinggal dengan anak: Ibu
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Klien mengatakan dirinya sakit oleh dokter dan harus di rawat di RS

VIII. Aktivitassehari-hari
A. Nutrisi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


Klien mengatakan Klien mengatakan saat sakit
Selera makan sebelum sakit nafsu nafsu makan berkurang, yang
makan baik 3x sehari. dihabiskan paling hanya
setengah porsi saja.

B. Cairan

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Jenis minuman Air mineral dan susu Air mineral

2. Frekuensi minum 1-4 gelas sehari air putih 1-2 botol aqua besar
dan susu 1 gelas sehari
3. Kebutuhan cairan 2500 ml 2500ml

4. Cara pemenuhan Oral Oral

C. Eliminasi (BAB&BAK)

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Tempat WC WC
pembuangan

2. Frekuensi(wa 1 kali sehari BAB, dan 1 kali BAB, BAK sering


ktu) BAK 3-4 kali
Lembek Sedikit cair dan berwarna
pucat
3. Konsistensi

Tidak ada Tidak ada

4. Kesulitan
Tidak ada Tidak ada

5. Obat pencahar
D. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Jam tidur Tidur siang paling hanya 2-3


a. Siang Kadang-kadang saja tidur
jam. malam jam 21.00-05.00
siang, malamnya jam
b. Malam wita.
22.00 – 50.30 wita.

2. Pola tidur Lebih teratur dari

Tidak terlalu teratur sebelumnya

Tidak ada
3. Kebiasaan
sebelum tidur
Tidak ada
Tidak ada
4. Kesulitan tidur

Tidak ada
E. Olahraga

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Program olahraga Lari dan skipping Tidak ada

2. Jenis dan 2 hari sekali Tidak ada


frekuensi

Klien menatakan merasa Tidak ada


3. Kondisi setelah
olah raga segar

F. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Mandi Klien mengatakan Klien mengatakan selama di


sebelum sakit mandi RS hanya di seka badan oleh
 Cara
biasanya 2 kali sehari ibunya, tidak ada keramas,

 Frekuensi menggunakan sabun tidak ada gunting kuku, dan


cair, dan biasa cuci hanya kumur-kumur mulut
 Alat mandi rambut 1 kali sehari saat dengan laserine.
pagi hari, menggunting
kuku tidak menentu,
serta menggosok gigi 3
2. Cuci rambut
kali sehari

 Frekuensi

 Cara

3. Gunting kuku

 Frekuensi

 Cara

4. Gosok gigi

 Frekuensi

 Cara
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Kegiatan sehari- Sekolah Tidak bisa sekolah karena


hari sakit

2. Pengaturan Hanya dirumah saja Tidak ada jadwal harian


jadwal harian paling hanya belajar

3. Penggunaan alat Tidak ada Tidak ada


Bantu aktifitas

4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada


pergerakan tubuh

H. Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Perasaan saat Bahagia karena bisa Tidak bisa bersekolah dan


sekolah berkumpul dengan ketinggalan pelajaran
teman-teman

Tidak ada
2. Waktu luang Hanya diam dirumah

Tidak ada
3. Perasaan setelah Bahagian, namun jarang
rekreasi rekreasi Hanya beristirahat di tempat
tidur
4. Waktu senggang
Waktu senggang
klg
digunakan untuk beres- Istirahat di RS
beres rumah

5. Kegiatan hari
Diam dirumah dan bantu
libur
beres-beres
XI. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Baik


2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda–tanda vital:
a. Tekanan darah : 100/70 mmHg
b. Denyut nadi : 82 x/menit
c. Suhu : 38 o C
d. Pernapasan : 20 x/menit
4. Berat Badan : 51 Kg
5. Tinggi Badan : 157 Cm

6. Kepala Inspeksi Keadaan rambut & Hygiene kepala :


Baik, tidak ada ketombe

a. Warna rambut : Hitam


b. Penyebaran : Merata keseluruh kepala
c. Mudah rontok : Tidak
d. Kebersihan rambut: Bersih
Palpasi Benjolan: Tidak ada Benjolan
Nyeri tekan:
Tidak Nyeri tekan
Tekstur rambut:
Lembut

7. Muka
Inspeksi
a. Simetris/tidak : Simetris
b. Bentuk wajah : Bulat
c. Gerakan abnormal: Tidak ada
d. Ekspresi wajah : Baik
Palpasi Nyeri tekan/tidak :
Tidak ada
Data lain : Tampak pucat

8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : Tidak ada edema
b. Sclera : Ikterik
c. Conjungtiva : Pink / Tidak anemis
d. Pupil : Isokor, diameter 3 mm kiri dan kanan
Refleks pupil terhadap cahaya : Baik kiri dan kanan
e. Posisi mata: Baik
f. Gerakan bola mata: Baik tidak ada hambatan
g. Penutupan kelopak mata : Baik
h. Keadaan bulu mata : Lebat panjang
i. Keadaan visus : Baik
j. Penglihatan : Baik
- Kabur/tidak : Tidak Kabur
- Diplopia/tidak : Tidak Diplopia
Palpasi Tekanan bola mata
Tidak ada benjolan
Data lain : Tidak ada masalah daerah mata
9. Hidung & Sinus Inspeksi
a. Posisi hidung : Sama sejajar kiri dan kanan
b. Bentuk hidung : Simetris
c. Keadaan septum : Di tengah
d. Secret/cairan : Tidak ada secret
Data lain : Tidak ada masalah

10. Telinga Inspeksi


a. Posisi telinga : Sejajar kiri dan kanan
b. Ukuran/bentuk telinga : Simetris
c. Aurikel :
d. Lubang telinga : Ada dan Bersih
e. Pemakaian alat bantu : Tidak ada
Palpasi Nyeri tekan/tidak Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinne : Tidak Terkaji
b. Weber : Tidak Terkaji
c. Swabach : Tidak Terkaji
Pemeriksaan vestibuler :
Tidak Terkaji
Data lain : Tidak ada Masalah

11. Mulut Inspeksi


a. Gigi
- Keadaan gigi : Lengkap
- Karanggigi/karies : Tidak ada
- Pemakaian gigi palsu : Tidak ada
b. Gusi Merah/radang/tidak : Tidak
c. Lidah : Bersih dan pucat
d. Bibir
- Cianosis/pucat/tidak : Pucat
- Basah/kering/pecah : Kering dan pecah
- Mulut berbau/tidak : Tidak berbau
- Kemampuan bicara : Baik
Data lain : Tidak ada masalah

12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : Merah
b. Nyeri tekan : Tidak ada
c. Nyeri menelan : Tidak ada

13. Leher Inspeksi Kelenjar thyroid :


Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
b. Kaku kuduk/tidak : Tidak ada
c. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar Limfe
Data lain : Tidak ada maslah

14. Thorax dan pernapasan


a. Bentuk dada : Simetris
b. Irama pernafasan : Teratur
c. Pengembangan diwaktu bernapas : Kiri dan kanan mengembang sama
d. Tipe pernapasan : dada
Data lain :
Palpasi
a. Vokal fremitus : Sama bergetar kiri dan kanan
b. Massa/nyeri : Tidak ada masa dan nyeri tekan
Auskultasi
a. Suara nafas : Vesikuler
b. Suara tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan
Data lain :
15. Jantung

Palpasi Ictuscordis : Tidak teraba

Perkusi Pembesaran jantung : Pekak

Auskultasi

a. BJI : Normal, Lup

b. BJII : Normal, Dup

c. BJIII : Normalnya tidak ada

d. Bunyi jantung tambahan : Tidak ada

Data lain :

16. Abdomen Inspeksi

a. Membuncit : Supel

b. Adaluka/tidak : Tidak ada

Palpasi

a. Hepar : Teraba

b. Lien : Ada

c. Nyeri tekan : Di perut bagian atas

Auskultasi Peristaltik : 10 x/ menit

Perkusi

a. Tympani : Ada

b. Redup : Tidak ada

Data lain :
17. Genitalia dan Anus : Tidak Terkaji

18. Ekstremitas Ekstremitas atas


a. Motorik

- Pergerakan kanan/kiri : Baik

- Pergerakan abnormal : Tidak ada

- Kekuatan otot kanan/kiri : Baik

- Tonus otot kanan/kiri: Baik

- Koordinasi gerak : Baik

b. Refleks

- Bicepskanan/kiri : +/+

- Tricepskanan/kiri : +/+

c. Sensori

- Nyeri : Tidak ada

- Rangsang suhu : Baik

- Rasa raba : Ada

Ekstremitas bawah

a. Motorik

- Gaya berjalan : Baik, Tidak ada masalah

- Kekuatan kanan/kiri : Sedikit Lemah

- Tonus otot kanan/kiri: Lemah

b. Refleks
- KPR kanan/kiri : Baik

- APR kanan/kiri : Baik

- Babinsky kanan/kiri : Baik

c. Sensori

- Nyeri : Tidak ada nyeri

- Rangsang suhu : Baik

- Rasa raba : Ada

Data lain : Tidak ada


DATA LABORATORIUM

Tanggal dan Jenis Hasil dan nilai Normal Interprestasi


pemeriksaan

9 Februari 2020 Tingginya SGOT Dapat


Laboratorium : Memicu Beberapa Penyakit
Serius, Seperti Dibawah Ini :
Selain hepatitis, kenaikan
- HB 13,3 (12 – 18 gr/dl)
enzim SGOT dapat
mengakibatkan penderitanya
- Leukosit 4,920 ( 4000 – 10.000 mengalami ; Gagal ginjal
/mm3) akut, Sirosis (jaringan parut
hati), mendapatkan serangan
- Trombosit jantung. Hemochromatosis
340.000 ( 100.000 – 400.000
atau gangguan genetik yg
/ mm3)
- Hematokrit mengakibatkan tubuh
43,5 (36 -55 %) kelebihan dlm menyerap zat
besi. Mengalami anemia,
- S.G.O.T mendapatkan aliran darah
*2,600 u/l yang kurang, menjadi
ketergantungan terhadap
- S.G.P.T
alkohol dan kerusakan otot
*2481 mg
kronis.
PENGOBATAN

Tanggal Jenis Terapi Rute Terapi Dosis Indikasi Terapi


11 Februari Santagesik Injeksi 2 ml Untuk terapi nyeri akut atau kronik berat seperti sakit kepala,
2020 sakit gigi, tumor, nyeri pasca operasi dan nyeri pasca cedera,
nyeri berat yang berhubungan dengan spasme otot polos
(akut atau kronik) misalnya spasme otot atau kolik yang
mempengaruni GIT, pasase bilier, ginjal, atau saluran kemih
bagian bawah

Ondansentron Injeksi 2 ml/4 mg Digunakan untuk mencegah muntah dan mual yang
disebabkan oleh terapi obat dan operasi.

Paracetamol Oral 500 mg Obat untuk penurun demam dan pereda nyeri, seperti
nyeri haid dan sakit gigi

Curcuma Oral 20 mg Membantu memelihara kesehatan fungsi hati dan


memperbaiki nafsu makan.

Luminal Oral 400 mg obat dengan fungsi untuk mengendalikan kejang-kejang.


B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : Hipertermi b/d Penyakit
TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KRITERIA HASIL
Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. Untuk mengetahui 1. Memonitor suhu tubuh S= Klien mengatakan badan
tindakan keperawatan tubuh sesering adanya penurun sesering mungkin. nya masih terasa panas.
kurang lebih 30 menit mungkin. atau peningkatan
diharapkan hipertermi suhu tubuh. O=
teratasi dengan kriteria 1) Klien tampak berbaring
hasil : 2. Monitor warna dan 2. Memantau adanya 2. Memonitor warna dan suhu di tempat tidur
1) Suhu tubuh dalam suhu kulit. perubahan warna kulit. 2) Klien tampak pucat
rentang normal kulit seperti 3) Akral teraba hangat
2) Tidak ada kemerahan. 4) Sklera Ikterik
perubahan warna 5) Konjungtiva anemis
kulit dan pusing 6) TTV: T= 38oC, P= 80x/
3) Nadi dan RR 3. Monitor tingkat 3. Mengetahui 3. Memonitor tingkat kesadaran menit, R= 21x/menit,
dalam rentang penurunan tingkat kesadaran klien. BP= 100/70 mmHg,
normal kesadaran. klien SPO2= 97%

4. Tingkatkan intake 4. Agar kebutuhan 4. Menganjurkan klien untuk A= Hipertermi


cairan dan nutrisi. nutrisi klien banyak makan dan minum
terpenuhi dan air putih. P= Lanjutkan Intervensi
tidak terjadi
dehidrasi. (selasa, 11-02-2020)
5. Kompres pasien 5. Menganjurkan orang tua 18.30 WITA
5. Mempercepat
pada lipat paha dan untuk mengompres klien
dalam penurunan
aksila. dengan air hangat.
produksi panas.

6. Berikan cairan 6. Memberikan cairan melalui


6. Menghindari
intravena. intravena RL 20 tpm.
dehidrasi.

7. Kolaborasi dengan 7. Mengkolaborasikan dengan


7. Membantu
dokter pemberian dokter pemberian
mempercepat
obat paracetamol dan santalgesik.
penurunan panas

(Selasa, 11-02-2020) 18.00 WITA

Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut b/d Agen Cidera Biologis


TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KRITERIA HASIL
Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Untuk menentukan 1. Melakukan pengkajian nyeri S= Klien mengatakan nyeri
tindakan keperawatan pengkajian nyeri tindakan yang akan secara komprehensif sangat terasa bila miring kiri
kurang lebih 30 menit secara dilakukan. termasuk lokasi, atau kanan.
nyeri akut berkurang komprehensif karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : termasuk lokasi, frekuensi, kualitas dan faktor O=
1. Mampu karakteristik, presipitasi. P: Nyeri ketika bergerak miring
mengontrol nyeri durasi, frekuensi, kiri/kanan dan ditekan
2. Melaporkan kualitas dan faktor Q: Seperti ditusuk-tusuk
bahwa nyeri presipitasi. R: Abdomen kuadran atas
berkurang. S: Skala nyeri 3 (0-10)
3. Skala nyeri 2. Kurangi faktor 2. Agar nyeri 2. Mengurangurangi faktor T: durasi kurang lebih 2-3
menjadi 0 (0-10) presipitasi nyeri. berkurang. presipitasi nyeri. menit hilang timbul

A= Nyeri Akut
3. Kaji tipe dan
3. Menentukan 3. Mengajarkan tehnik relaksasi
sumber nyeri.
intrevensi (tarik nafas dalam). P= Lanjutkan Intervensi 1-4
selanjutnya.

4. Ajarkan tehnik
4. Mengurangi rasa 4. Menganjurkan klien untuk
nonfarmakologi.
nyeri atau beristirahat jangan terlalu
ketidaknyaman banyak beraktivitas.
yang dirasakan
klien.
5. Agar klien tidak
5. Tingkatkan mudah kelelahan.
istirahat.

6. Membantu
mengurangi nyeri.
6. Kolaborasi
pemberian
analgetik dengan
dokter.
C. CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/TANGGAL/
DX. KEP. CATATAN PERKEMBANGAN (S.O.A.P) PARAF
JAM
Rabu, 12-02-2020 HIPERTERMI S= Klien mengatakan badan masih panas dan
23.00 WITA perut masih terasa nyeri jika bergerak atau
ditekan.

O=
1) Klien tampak berbaring ditempat tidur
2) Klien tampak lemas
3) Wajah klien tampak pucat
4) Sklera tampak ikterik
5) Akral teraba hangat
6) TTV : T = 38,4oC, P= 78x/menit, R=
21x/menit, BP= 100/70 mmHg,
SPO2= 97%

A= Hipertermi belum teratasi

P= Lanjutkan Intervensi
Kamis, 13-02-2020 S= Ibu klien mengatakan anaknya sempat
05.30 WITA pingsan sebentar di dalam kamar mandi dan
dibantu diangkat oleh keluarga pasien

O=
1) Klien tampak terbaring lemas di
tempat tidur
2) Klien tampak pucat
3) Akral teraba hangat
4) TTV : T= 38,1oC, P=82x/menit, R=
23x/menit, BP= 90/70 mmHg, SPO2=
96%

A= Hipertermi belum teratasi


HARI/TANGGAL/
DX. KEP. CATATAN PERKEMBANGAN (S.O.A.P) PARAF
JAM

P= Lanjutkan Intervensi 1-6

I=
1) Memonitor suhu tubuh sesering
mungkin.
2) Memonitor warna dan suhu kulit.
3) Memonitor tingkat kesadaran klien.
4) Menganjurkan klien untuk banyak
makan dan minum air putih.
5) Menganjurkan orang tua untuk
mengompres klien dengan air hangat.
6) Memberikan cairan melalui intravena
RL 20 tpm.
7) Mengkolaborasikan dengan dokter
pemberian paracetamol dan
santalgesik.

E=
1) Klien tampak berbaring ditempat tidur
2) Klien tampak pucat
3) Akral teraba hangat
4) Terpasang RL 20tpm
5) TTV= T : 37,7oC, P= 80x/menit,
SPO2= 97%

Jumat, 14-02-2020 S= Klien mengatakan panas nya turun naik


11.00
O=
1) Klien berbaring ditempat tidur
2) Wajah tampak pucat
HARI/TANGGAL/
DX. KEP. CATATAN PERKEMBANGAN (S.O.A.P) PARAF
JAM
3) Bibir tampak kering
4) Sklera mata ikterik
5) TTV: T= 37,8oC, P= 80x/menit, R=
21x/menit, BP= 100/70 mmHg, SPO2=
97%

A= Hipertermi teratasi sebagian

P= Lanjutkan Intervensi

I=
1) Memonitor suhu tubuh sesering
mungkin.
2) Memonitor warna dan suhu kulit.
3) Memonitor tingkat kesadaran klien.
4) Menganjurkan klien untuk banyak
makan dan minum air putih.
5) Menganjurkan orang tua untuk
mengompres klien dengan air
hangat.
6) Memberikan cairan melalui
intravena RL 20 tpm.
7) Mengkolaborasikan dengan dokter
pemberian paracetamol dan
santalgesik.

E= klien mengatakan panas nya berkurang


1) Klien tampak pucat
2) Kesadaran komposmentis
3) Akral teraba hangat
4) Terpasang RL 20 tpm
5) TTV= T: 38,1oC, P: 79x/menit, SPO2:
HARI/TANGGAL/
DX. KEP. CATATAN PERKEMBANGAN (S.O.A.P) PARAF
JAM
99%

Sabtu, 15-02-2020 S= Klien mengatakan badan nya panas dan


16.30 WITA perut terasa nyeri

O=
1) Klien tampak pucat
2) Sklera mata ikterik
3) Akral teraba hangat
4) TTV: T= 38oC, P= 90x/menit, R=
21x/menit, BP= 100/80 mmHg, SPO2=
98%

A= Hipertermi belum teratasi

P= Lanjutkan Intervensi

I=
1) Memonitor suhu tubuh sesering
mungkin.
2) Memonitor warna dan suhu kulit.
3) Memonitor tingkat kesadaran klien.
4) Menganjurkan klien untuk banyak
makan dan minum air putih.
5) Menganjurkan orang tua untuk
mengompres klien dengan air hangat.
6) Memberikan cairan melalui intravena
RL 20 tpm.
7) Mengkolaborasikan dengan dokter
pemberian paracetamol dan
santalgesik.
HARI/TANGGAL/
DX. KEP. CATATAN PERKEMBANGAN (S.O.A.P) PARAF
JAM

E= klien mengatakan panas nya berkurang


1) Klien tampak pucat
2) Akral teraba hangat
3) TTV= T: 37oC, P: 87x/menit, SPO2:
97%

Jumat, 14-02-2020 S= Klien mengatakan nyeri pada daerah ulu


11.00 WITA hati

O=
P : Nyeri saat bergerak dan ditekan
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Abdomen bagian atas
S: Skala 2 (0-10)
T: durasi kurang lebih 2-3 menit, hilang
timbul
1) Klien tampak berbaring ditempat tidur
2) Wajah klien tampak pucat

A= Nyeri Akut teratasi sebagian

P= Lanjutkan Intervensi

I=
1) Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
2) Mengurangurangi faktor presipitasi
nyeri.
HARI/TANGGAL/
DX. KEP. CATATAN PERKEMBANGAN (S.O.A.P) PARAF
JAM
3) Mengajarkan tehnik relaksasi (tarik
nafas dalam).
4) Menganjurkan klien untuk beristirahat
jangan terlalu banyak beraktivitas.

E= klien mengatakan nyeri sangat terasa bila


miring kiri/kanan
P: Nyeri bila bergerak miring kiri/kanan
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Abdomen kuadran atas
S: Skala nyeri 1 (0-10)
T: Durasi kurang lebih 1 menit, hilang timbul
- Klien paham tehnik relaksasi untuk
mengurangi ketika nyeri timbul
- Klien tampak berbaring ditempat tidur

Sabtu, 15-02-2020 S= Klien mengatakan perut terasa kencang


16.00 dan masih nyeri jika miring kiri atau kanan

O=
P: Nyeri ketika bergerak miring kiri/kanan
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Abdomen bagian atas
S: Skala nyeri 2 (0-10)
T: durasi 1 menit, hilang timbul
1) Klien tampak pucat
2) Sklera mata ikterik

A= Nyeri Aku teratasi sebagian

P= Lanjutkan Intervensi
HARI/TANGGAL/
DX. KEP. CATATAN PERKEMBANGAN (S.O.A.P) PARAF
JAM

I=
1) Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
2) Mengurangurangi faktor presipitasi
nyeri.
3) Mengajarkan tehnik relaksasi (tarik
nafas dalam).
4) Menganjurkan klien untuk beristirahat
jangan terlalu banyak beraktivitas.

E= klien mengatakan nyeri di ulu hati


P: nyeri ketika bergerak
Q:seperti ditusuk-tusuk
R: abdomen atas
S: Skala nyeri 2 (0-10)
T: kurang lebih 1-2 menit

BAB IV
PEMBAHASAN

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai