Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ika Lingga Febriyanti

NIM : 20171221048
Prodi : S1-Manajemen
Kelas : A (Reg. Pagi)

1. Eka Herwanda Orsi, Vol. 19 No. 01 Maret 2019, Implementasi Cloud Storage (Studi
Kasus SMK Mojosongo), Universitas Muhammadiyah Surakarta

Penggunaan media fisik lain seperti flashdisk dinilai kurang efisien didalam kegiatan
berbagi (sharing) file, maka dari itu diperlukan sebuah media penyimpanan data
tambahan yang terpusat dan dapat diakses dari mana dan kapan saja. Cloud storage
merupakan alternatif media penyimpanan data tambahan yang berjalan pada jaringan
internet. Perangkat keras yang digunakan untuk server layanan cloud storage di SMK
Mojosongo sendiri yaitu menggunakan laptop hp-n216tu core i3, RAM 4 GB, hardisk 80
GB. Perangkat lunak yang digunakan antara lain: Linux Ubuntu 16.04, Apache2, web
browser, serta Seafile sebagai platform teknologi cloud storage.

Jawaban kasus :

Setiap data yang tersimpan dalam layanan cloud storage dinilai lebih aman dan efisien
dalam perihal mengakses setiap data. Flashdisk sendiri dinilai masih kurang efisien,
penggunaan cloud storage sendiri meminimalisir penggunaan flashdisk dan terjadinya
kerusakan yang diakibatkan oleh virus.

Mengembangkan aplikasi yang menyediakan layanan cloud storage seperti Drop Box,
Google Drive, I-Cloud, Sky Drive, Microsoft, dan lain sebagainya dalam penggunaan
layanan cloud storage tersebut dapat menambah arsitektur penyimpanan data pada
sistem. Tetapi untuk terus menggunakan layanan penyimpanan tersebut juga
membutuhkan biaya tambahan untuk mengoptimalkan kinerja aplikasi yang ada. Karena
disetiap layanan penyimpanan memiliki jumlah kapasitas yang berbeda-beda dan
terbatas, jika mau menambah kapasitas dapat menambah biaya tambahan.
2. Sumber: https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20150323165715-185-41243/mencari-
solusi-dari-rumitnya-komputasi-awan

Saat ini banyak perusahaan mengadopsi teknologi cloud untuk mengotomatisasi


berbagai fungsi teknologi informasi, baik itu public, swasta atau hybrid. Sistem
komputasi awan memang menawarkan peningkatan dalam beberapa hal terutama dalam
pengelolaan infrastruktur, tetapi memiliki potensi untuk menambah kerumitan disisi
lain, seperti pengelolaan data, sumber daya dan aplikasi yang tersebar dibeberapa
cloud. Banyak organisasi tidak bergantung hanya pada satu penyedia atau metode
penggelaran cloud. Kurangnya standarisasi dengan berbagai platform dan metode
penggelaran cloud membuatnya lebih kompleks untuk mengelola aplikasi bisnis yang
dirilis untuk mengubah perpaduan dari pusat data internal, cloud public, cloud swasta
dan cloud hybrid. Karena cloud memainkan peran sentral dalam infrastruktur teknologi
informasi organisasi.

Menurut saya, Dengan menggunakan konsep Service Lifecycle Management dapat


membantu mengatasi tantangan kerumitan ini. Salah satu layanan baru yang muncul
dari rumitnya sistem komputasi awan. Dan juga membutuhkan alat yang dapat
menyederhanakan kompleksitas yang ada di berbagai penggelaran cloud, dengan tetap
memberikan pengalaman pengguna akhir tanpa hambatan. Adanya SLM (Service
Lifecycle Management) atau adalah pilihan yang memungkinkan organisasi untuk
menyederhanakan penggelaran dan pengelolaan berbagai solusi teknologi informasi,
termasuk aplikasi desktop dan virtualisasi. Agar TI mempunyai kendali dan manajemen
yang lebih besar, namun lebih mudah dengan mengintegrasikan solusi titik (point
solutions) untuk menyatukan semua aplikasi, data dan layanan, terlepas dari jumlah
solusi vendor.

Anda mungkin juga menyukai