Anda di halaman 1dari 5

SARI CHAERUNISAH

04091401070

BALANCE CAIRAN

Balance cairan atau keseimbangan cairan adalah keseimbangan antara pemasukan cairan (intake) dan pengeluaran cairan
(output). Masukan cairan orang dewasa normalnya adalah 1500 ml sampai 3500 ml.
Pengeluaran cairan orang dewasa normalnya adalah 1500 ml.

Rumus Balance Cairan

Intake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)

Intake / Cairan Masuk :  mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan pasien, volume obat-obatan,
termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll. 

Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di urobag, jka tidak
terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter,
kemudian feses.

IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap
hawa nafa.

Cara Menghitung Balance Cairan:

Input Cairan : Air (makan+minum) = ................................. cc

Cairan infus = ................................. cc

Terapi injeksi = ................................. cc

Air Metabolisme = ................................. cc (hitung AM = 5 cc/kgBB/hari)

Output Cairan : Urin = .......................... cc

Feses = .......................... cc

Muntah/perdarahan/cairan drainage luka/cairan NGT terbuka = ....................... cc

Insensible Water Loss (IWL) = ....................... cc (hitung IWL = 15 cc/kgBB/hari)

Jika ada kenaikan suhu, maka untuk menghitung output dari IWL menggunakan rumus:

IWL peningkatan suhu = IWL normal + 200 (suhu tinggi-36,8oC) = ............... cc

BALANCE CAIRAN = INTAKE CAIRAN – OUTPUT CAIRAN

1
Jika hasil perhitungan balance cairan adalah positif maka menunjukkan adanya penambahan cairan dalam tubuh
yaitu cairan yang masuk lebih banyak daripada cairan yang keluar (I > O)

Jika hasil perhitungan balance cairan adalah negatif maka menunjukkan adanya pengurangan cairan dalam tubuh
yaitu jumlah cairan yang keluar lebih banyak dibanding cairan yang masuk ke tubuh (O > I)

Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

 
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh,
metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia
dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan
membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat
meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube
dan lain-lain.

g.Pengobatgan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

Gangguan Keseimbangan Cairan dan eletrolit tubuh

1. Dehidrasi

2
2. Syok hipovolemik

Gangguan Keseimbangan Elektrolit

1. Hiponatremia

Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal

Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison

Tanda dan Gejala :

 Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.
 Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan
koma.

 Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).

 Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan
takikardi.

2. Hipernatremia

Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)

Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus
akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.

Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.

3. Hipokalemia

Definisi : kadar K+ serum di bawah normal

Etiologi

 Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom
malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
 Diuretik

 Asupan K+ yang tidak cukup dari diet

 Ekskresi berlebihan melalui ginjal

 Maldistribusi K+

 Hiperaldosteron

Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas
saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut
ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang
U, dan depresi segmen ST.

4. Hiperkalemia
3
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)

Etiologi :

 Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat
ACE.
 beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka
bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi
suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.

 Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan
cepat dari osmolalitas darah.

 Insufisiensi adrenal

 Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama

 Hipoaldosteron

Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan
sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini
disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8
mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung
terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.

4
DAFTAR PUSTAKA

Horne, Mima M. dan P.L. Swearingen. 2001. Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Muirhead, Norman dan G.R.D. Catto. 2002. Buku Saku Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai