Anda di halaman 1dari 17

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Modul Praktek Klinik/Lapangan/Laboratorium

1. Tema Modul : Monitoring balance cairan


2. Mata Kuliah / Kode : KEP 4.02
3. Jumlah SKS : 2 SKS
4. Alokasi Waktu : 240 menit
5. Semester / Tahun Akademik : II/2014-2015
6. Tujuan :
Menerapkan prosedur keperawatan monitoring balance cairan.
7. Gambaran Umum Modul
Modul ini menggambarkan Proses belajar mengajar dengan mengajarkan melalui
berbagai metode termasuk ceramah, diskusi, demonstrasi redemonstrasi tentang
monitoring balance cairan.
8. Karakteristik Mahasiswa :
Mahasiswa semester II yang sudah mendapatkan materi cairan dan elektrolit
9. Target Kompetensi :
Melaksanakan perasat monitoring balance cairan.
10. Indikator Ketercapaian :
Setelah selesai pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat melakukan prosedur
monitoring balance cairan.
11. Materi Pembelajaran

KESEIMBANGAN CAIRAN

Intake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan
pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll.

Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung
dalam ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri,
biasanya ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.

IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit dihitung,
yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas.

RUMUS IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam

Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)

IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam


24 jam

*kalo dlm 24 jam —-> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam

*Rumus IWL Kenaikan Suhu


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal


24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc
IWL = [(10%x200)x(39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc
24 jam
= (20×2) + 37,5cc
24
= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam
*CM : Cairan Masuk

PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA


Input cairan: Air (makan+Minum) = ……cc
Cairan Infus = ……cc
Therapi injeksi = ……cc
Air Metabolisme = ……cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)

Output cairan:
Urine = ……cc
Feses = …..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = …..cc
IWL = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)

Contoh Kasus:
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat appendix
perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD: 110/70
mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT
terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi
terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip
Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700
cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan
dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!

Input Cairan: Infus = 2000 cc


Tranfusi WB = 300 cc
Obat injeksi = 100 cc
AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +
———————————————
2700 cc
Output cairan: Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
———————————————-
2900 cc
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan


2700 cc – 2900 cc
– 200 cc.

Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan
rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 °C – 36,8 .°C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
————————–
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc – 3240 cc = -
540 cc

Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air
Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari
PT. Otsuka Indonesia yaitu:
Usia Balita (1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x
cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari

An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut
ibunya: “rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi
malam berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah,
kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki,
Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc,
mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000.
Hitunglah balance cairan anak ini!

Input cairan: Minum : 1000 cc


Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
————————-
2112 cc
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Out put cairan:


Urin : 1000 cc
IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg

—————————–
1378 cc
Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam
2112 cc – 1378 cc
+ 734 cc

Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !


yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:
IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.
IWL An X = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C)
378 + 200 (3)
378 + 600
978 cc
Maka output cairan An X =
Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
————————-
1978 cc
Jadi Balance cairannya = 2112 cc – 1978 cc
+ 134 cc.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain :
a. Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.
b. Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
c. Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

tubuh Misalnya :
– Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
– Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
– Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g. Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

Gangguan Keseimbangan Cairan dan eletrolit tubuh


1. Dehidrasi
2. Syok hipovolemik

Gangguan Keseimbangan Elektrolit


1. Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (<>
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit
kepala dan keram otot.
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi,
kejang, disorientasi dan koma.
Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit
Addison).
Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok
seperti hipotensi dan takikardi.

2. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik,
diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik;
atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder
terhadap hipernatremia.

3. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (<>
Etiologi
Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik,
diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Diuretik
Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
Ekskresi berlebihan melalui ginjal
Maldistribusi K+
Hiperaldosteron
Hipokalemia:
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi
ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi
myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry
phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar,
gelombang U, dan depresi segmen ST.

4. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat
kalium, penghambat ACE.
beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries),
pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau
rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam,
transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin
atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
Insufisiensi adrenal
Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket
terlalu lama

5. Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG
memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum.
Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval
PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8
mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi
ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi
parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.

12. Prosedur : Monitoring balance cairan


PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK
KETERAMPILAN PENILAIAN BALANCE CAIRAN
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI BBT
Ya Tdk
A Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan pengecekan program terapi 2
2 Mencuci tangan 1

B Tahap Orientasi
1 Memberikan salam dan menyapa nama pasien 1
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 2
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

C Tahap Kerja
1 Menghitung intake oral ( minum ) 3
2 Menghitng intake oral (makan ) 3
3 Menghitung intake parenteral 4
4 Menghentikan cairan metabolisme 4
5 Menghitung output urine 4
6 Menghitung ouput fases. 4
7 Menghitung ouput abnormal (muntah, drain perdarahan dll) 4
8 Menghitung output IWL 5
9 Menghitung balance cairan 9

D Tahap Terminasi
1 Berpamitan dengan klien 1
2 Membereskan alat - alat 1
3 Mencuci tangan 1
4 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 1
Total 50
Nama Mahasiswa
Keterangan:
Ya : 1 (dilakukan dengan benar)
Tidak: 0 (tidak dilakukan dengan benar/kurang benar)

13. Metode Evaluasi :


Metode Osca ( Objective structure clininical assessment)
14. Metode Penilaian :
Ujian Praktik Laboratorium
15. Daftar Pustaka :
a. Departemen kesehatan RI, dirjenyanmed, 1991prosedur perawatan dasar, direktorat
rumah sakit dan pendidikan
b. Potter , P.A, perry , AG, 1996, fundamental of nursing, st.Louis, Mosby Company
c. Rider, J., et. Al, 1995, modules for basic nursing skills, Philadelpia, Lippincott
d. Smeltzer, S.C. Bare BG., 2002, keperawatan medical bedah, Brunner dan Suddart,
alih bahasa Monica Ester, EGC, Jakarta

Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disahkan Oleh


Dosen Pengampu Ketua Program Studi Ketua Perwakilan Jurusan

Erna Erawati, SKep, Ners, MKep Wiwin Renny R, SPd, SST, MKes Hermani T.S.KepNs.M.Kes
NIP. 197901132002121001 NIP. 197111061998032004 NIP. 196902221988032001
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Modul Praktek Klinik/Lapangan/Laboratorium

1. Tema Modul : Pemberian cairan melalui infus


2. Mata Kuliah / Kode : KEP 4.02
3. Jumlah SKS : 2 SKS
4. Alokasi Waktu : 240 menit
5. Semester / Tahun Akademik : II/2014-2015
6. Tujuan :
Menerapkan prosedur keperawatan member cairan melalui infus dan .
7. Gambaran Umum Modul
8. Modul ini menggambarkan Proses belajar mengajar dengan mengajarkan melalui
berbagai metode termasuk ceramah, diskusi, demonstrasi redemonstrasi tentang cara
/prosedur member cairan melalui infus.
9. Karakteristik Mahasiswa :
Mahasiswa semester II yang sudah mendapatkan materi cairan dan elektrolit
10. Target Kompetensi :
Melaksanakan perasat memberi cairan melalui infus.
11. Indikator Ketercapaian :
12. Setelah selesai pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat melakukan prosedur
pemberian cairan melalui infus.
13. Materi Pembelajaran
Pengertian memberi cairan infus:
Suatu proses memberi cairan infus melalui intra vena.
Tujuan:
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Indikasi :
Mengganti cairan infus efektif pada pasien yang masih membutuhkan cairan IV
kontraindikasi;
overload cairan
sudah terpenuhi status nutrisi dan cairannya
meninggal
pengkajian keperawatannya:
catatan kolaborasi dokter
informasi dari catatan referensi obat
efek samping
pengetahuan pasien tentang kebutuhan cairan infus
pengertian lepas infus:
proses melepas set infus ( abocath,botol infus,selang infus) dari pembuluh darah vena
tujuan:
pasien lebih nyaman
mudah beraktifitas
mengganti set infud dengan yang baru
indikasi;
pasien tidak butuh terapi infus lagi
flebitis
inflamasi
troboplebitis
pengkajian keperawatan;
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

daerah lokasi penusukan infus


tanda-tanda infeksi
infiltrasi (remnesan cairan infus)
rembesan darah
kebersihan kelebaban
kaji jika terdapat kekurangan nutrisi dan cairan
Tahap prosedur:

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK


KETERAMPILAN PEMASANGAN INFUS
No ASPEK YANG DINILAI BBT NILAI
Ya Tdk
A Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan vaerifikasi program pengobatan klien 1
2 Mencuci tangan 1
3 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar 1
4 Menyiapkan obat sesuai prinsip 1
B Tahap Orientasi
1 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 1
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien 1
3 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan dimulai 1
D Tahap Kerja
1 Melakukan desinfektan tutup botol cairan 1
2 Menutup saluran infus ( klem ) 1
3 Menusukkan saluran infus dengan benar 1
4 Menggantung botol cairan pada standar infus 1
5 Mengisi tabung reservoir infus sesuai tanda 2
6 Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam slang 2
7 Mengatur posisi pasien dan pilih vena 1
8 Memasang perlak dan alasnya 1
9 Membebaskan daerah yang akan diinsersi 1
10 Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk 1
11 Memakai handschoon 1
12 Membersihkan kulit dgn kapas alcohol ( melingkar dlm keluar ) 1
13 Mempertahankan vena pada posisi stabil 1
14 Memegang IV cateter dengan sudut 30 derajat 2
15 Menusuk vena dengan lubang jarum menghadap keatas 3
Memastikan IV cateter masuk intravena kemudian menarik mandarin
16 3
kurang lebih 0,5
17 Memasukkan IV cateter secara pertlahan 3
18 Menarik madrin dan menyambungkan dengan slang infus 3
19 Melepaskan tourniquet 2
20 Mengalirkan cairan infus 2
21 Melakukan fiksasi IV cateter 2
22 Memberi desinfeksi daerah tusukan dan menutup dengan kassa 2
23 Mengatur tetesan, sesuai program 1
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

E Tahap Terminasi
1 Melakukan evaluasi tindakan 1
2 Berpamitan dengan klien 1
3 Membereskan alat - alat 1
4 Mencuci tangan 1
5 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 1
Total 50
Nama Mahasiswa
Keterangan;
Ya : 1 ( dilakukan dengan benar0
Tidak : 0 (tidak dilakukan/dilakukan kurang benar)

14. Metode Evaluasi :


Metode Osca ( Objective structure clininical assessment)
15. Metode Penilaian :
Ujian Praktik Laboratorium
16. Daftar Pustaka :
 Departemen kesehatan RI, dirjenyanmed, 1991. Prosedur perawatan dasar, direktorat
rumah sakit dan pendidikan
 Potter , P.A, perry , AG, 1996, fundamental of nursing, st.Louis, Mosby Company
 Rider, J., et. Al, 1995, modules for basic nursing skills, Philadelpia, Lippincott
 Smeltzer, S.C. Bare BG., 2002, keperawatan medical bedah, Brunner dan Suddart,
alih bahasa Monica Ester, EGC, Jakarta
 Pusdiklatnakes, Badan PPSDM, kesehatan kemenkes RI, 2013

Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disahkan Oleh


Dosen Pengampu Ketua Program Studi Ketua Perwakilan Jurusan

Erna Erawati, SKep, Ns, MKep Wiwin Renny R, SPd, SST, MKes Hermani T.S.KepNs.M.Kes
NIP. 197901132002122001 NIP. 197111061998032004 NIP. 196902221988032001
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Modul Praktek Klinik/Lapangan/Laboratorium

1. Tema Modul : Pemberian transfuse darah


2. Mata Kuliah / Kode : KEP 4.02
3. Jumlah SKS : 2 SKS
4. Alokasi Waktu : 240 menit
5. Semester / Tahun Akademik : II/2014-2015
6. Tujuan :
Menerapkan prosedur keperawatan pemberian transfuse darah.
7. Gambaran Umum Modul
8. Modul ini menggambarkan Proses belajar mengajar dengan mengajarkan melalui
berbagai metode termasuk ceramah, diskusi, demonstrasi redemonstrasi tentang cara
/prosedur pemberian transfuse darah.
9. Karakteristik Mahasiswa :
Mahasiswa semester II yang sudah mendapatkan materi cairan dan elektrolit
10. Target Kompetensi :
Melaksanakan perasat pemberian trnasfusi darah.
11. Indikator Ketercapaian :
12. Setelah selesai pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat melakukan prosedur
pemberian transfuse darah.
13. Materi Pembelajaran
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darahatau produk berbasis darah dari satu
orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan
kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma,
operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.( A. Harryanto
Reksodiputro,1994). Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang
yang sehat (donor) ke orang sakit (respien).
1. Tujuan transfuse darah :
- Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
- Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap
bermanfaat.
- Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran
darah (stabilitas peredaran darah).
- Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
- Meningkatkan oksigenasi jaringan.
- Memperbaiki fungsi Hemostatis.
- Tindakan terapi kasus tertentu.

2. Manfaat transfusi darah


- Dapat mengetahui golongan darah
- Dapat menambah cairan darah yang hilang di dalam tubuh
- Dapat menyelamatkan jiwa pasien

3. Jenis Transfusi darah


a. Transfusi PRC
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan
volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan
dengan darah jenuh adalah:
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

- Kenaikan Hb dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.


- Mengurangi kemungkinan penularan penyakit.
- Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
- Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload
berkurang
- Komponen darah lainnya dapatdiberikan pada pasien lain.

b. Transfusi suspensi trombosit


Tujuan transfusi suspensi trombosit adalah menaikkan kadar trombosit darah.
Dosis suspensi trombosit yang diperlukan dapat dihitung kira-kira sebagai
berikut : 50 ml suspensi trombosit menaikkan kadar trombosit 7500-
10.000/mm pada resipien yang beratnya 50 kg.Suspensi trombosit diberikan
pada penderita trombositopeni bila :1) didapat perdarahan 2)untuk mencegah
perdarahan pada keadaan dimana ada erosi yang dapat berdarah bila kadar <
35.000/mm. 3) untuk mencegah perdarahan spontan bila kadar trombosit <
15.000/mm

c. Transfusi dengan suspensi plasma beku (Fresh Frozen Plasma)


Plasma segar yang dibekukan mengandung sebagian besar faktor pembekuan
di samping berbagai protein yang terdapat didalamnya; karena itu selain untuk
mengganti plasma yang hilang dengan perdarahan dapat dipakai sebagai
pengobatan simptomatis kekurangan faktor pembekuan darah. Fresh Frozen
Plasma (PIT) tidak digunakan untuk mengobati kebutuhan faktor VIII dan
faktor IX (Hemofilia); untuk ini digunakan plasma Cryoprecipitate.Pada
transfusi dengan FFP biasanya diberikan 48 kantong (175225 ml) tiap 68 jam
bergantung kebutuhan.

d. Transfusi dengan darah penuh (Whole Blood)


Transfusi dengan darah penuh diperlukan untuk mengembalikan dan
mempertahankan volume darah dalam sirkulasi atau mengatasi renjatan.

4. Reaksi transfuse
Reaksi transfuse adalah reaksi yang terjadi selama tranfusi darah yang tidak
diinginkan berkaitan dengan tranfusi itu. sejak dilakukannya tes komatibilitas
untuk menentukan adanya antibody terhadap antigen sel darah merah, efek
samping transfusi umumnya disebabkan oleh leokosit , trombosit dan protein
plasma. Gejala bervariasi mungkin tidak terdapat gejala atau gejalanya tidak jelas,
ringan samapi berat.hal ini disebabkan oleh hemolisis intravaskuler atau
ekstravaskuler yang disebabkan oleh reaksi antibody terhadap anti gen :
- rasa panas atau rasa terbakar sepanjang vena
- warna kemerahan pada wajah
- nyeri dada
- nyeri pinggang bawah
- mual dan muntah
- demam dan sakit kepala
- mengigil
- gejala syok hipotensi,takikardia,gelisah,dispnea
- ruam kulit,urtikaria,edma wajah atau lidah
- asma ( pada keadaan alergi )
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

1. Ukuran 16
Guna : Dewasa, Bedah Mayor, Trauma, Apabila sejumlah besar cairan perlu
diinfuskan
Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar
2. Ukuran 18
Guna : Anak dan dewasa, Untuk darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar
3. Ukuran 20
Guna : Anak dan dewasa, Sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah,
komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat : Umum dipakai
4. Ukuran 22
Guna : Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut), Cocok untuk sebagian besar
cairan infus
Pertimbangan Perawat : Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan
rapuh, Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat, Sulit insersi melalui kulit
yang keras
5.Ukuran 24, 26
Guna : Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut), Sesuai untuk
sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat
Pertimbangan Perawat : Untuk vena yang sangat kecil, Sulit insersi melalui kulit
keras

EFEK TRANFUSI
1. Alergi
Penyebab:
Alergen di dalam darah yang didonorkan
Darah hipersensitif terhadap obat tertentu. Gejala: Anaphilaksis (dingin,
bengkak pada wajah, edema laring, pruritus, urtikaria, wheezing), demam,
nausea dan vomit, dyspnea, nyeri dada, cardiac arrest, kolaps sirkulasi.
Intervensi:
Lambatkan atau hentikan tranfusi
Berikkan normal saline
Monitor vital sign dan lakukan RJP jika diperlukan
Berikan oksigenasi jika diperlukan
Monitor reaksi anafilaksis dan jika diindikasikan berikan epineprin dan
kortikosteroid
Apabila diresepkan, sebelum pemberian tranfusi berikan diphenhidramin

2. Anafilaksis
Penyebab:
Pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi IgA yang telah
membentuk antibodi IgA
Gejala:
Tidak ada demam, syok, distress pernafasan (mengi, sianosis), mual,
hipotensi, kram abdomen, terjadi dengan cepat setelah pemberian hanya
beberapa milliliter darah atau plasma.
Intervensi:
Hentikan tranfusi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Lanjutkan pemberian infus normal saline


Beritahu dokter dan bank darah
Ukur tanda vital tiap 15 menit
Berikan ephineprine jika diprogramkan
Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) jika diperlukan
Pencegahan:
Tranfusikan sel darah merah (SDM) yang sudah diproses dengan memisahkan
plasma dari SDM tersebut, gunakan darah dari donor yang menderita
defesiensi IgA.

3. Sepsis
Penyebab: Komponen darah yang terkontaminasi oleh bakteri atau
endotoksin.
Gejala: Menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan darah yang
mencolok, syok
Intervensi:
Hentikan tranfusi
Ambil kultur darah pasien
Pantau tanda vital setiap 15 menit
Berikan antibiotik, cairan IV, vasoreseptor dan steroid sesuai program
Pencegahan:
Jaga darah sejak dari donasi sampai pemberian

4. Urtikaria
Penyebab:
Alergi terhadap produk yang dapat larut dalam plasma donor
Gejala:
Eritema lokal, gatal dan berbintik-bintik, biasanya tanpa demam
Intervensi:
Hentikan tranfusi
Ukur vital sign tiap 15 menit
Berikan antihistamin sesuai program
Tranfusi bisa dimulai lagi jika demam dan gejala pulmonal tidak ada lagi
Pencegahan:
Berikan antihistamin sebelum dan selama pemberian tranfusi

5. Kelebihan sirkulasi
Penyebab:
Volume darah atau komponen darah yang berlebihan atau diberikan terlalu
cepat
Gejala: Dyspnea, dada seperti tertekan, batuk kering, gelisah, sakit kepala
hebat, nadi, tekanan darah dan pernafasan meningkat, tekanan vena sentral dan
vena jugularis meningkat
Intervensi:
Tinggikan kepala klien
Monitor vital sign
Perlambat atau hentikan aliran tranfusi sesuai program
Berikan morfin, diuretik, dan oksigen sesuai program
Pencegahan:
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Kecepatan pemberian darah atau komponen darah disesuaikan dengan kondisi


klien, berikan komponen SDM bukan darah lengkap, apabila diprogramkan
minimalkan pemberian normal saline yang dipergunakan untuk menjaga
kepatenan IV

6. Hemolitik
Penyebab:
Antibody dalam plasma resipien bereaksi dengan antigen dalam SDM donor,
resipien menjadi tersensitisasi terhadap antigen SDM asing yang bukan dalam
system ABO
Gejala:
Cemas, nadi, pernafasan dan suhu meningkat, tekanan darah menurun,
dyspnea, mual dan muntah, menggigil, hemoglobinemia, hemoglobinuria,
perdarahan abnormal, oliguria, nyeri punggung, syok, ikterus ringan.
Hemolitik akut terjadi bila sedikitnya 10-15 ml darah yang tidak kompatibel
telah diinfuskan, sedangkan reaksi hemolitik lambat dapat terjadi 2 hari
ataulebih setelah tranfusi.
Intervensi:
Monitor tekanan darah dan pantau adanya syok
Hentikan tranfusi
Lanjutkan infus normal saline
Pantau keluaran urine untuk melihat adanya oliguria
Ambil sample darah dan urine
Untuk hemolitik lambat, karena terjadi setelah tranfusi, pantau pemeriksaan
darah untuk anemia yang berlanjut
Pencegahan:
Identifikasi klien dengan teliti saat sample darah diambil untuk ditetapkan
golongannya dan saat darah diberikan untuk tranfusi (penyebab paling sering
karena salah mengidentifikasi).

7. Demam Non-Hemolitik
Penyebab:
Antibody anti-HLA resipien bereaksi dengan antigen leukosit dan trombosit
yang ditranfusikan.
Gejala:
Demam, flushing, menggigil, tidak ada hemolisis SDM, nyeri lumbal, malaise,
sakit kepala
Intervensi:
Hentikan tranfusi
Lanjutkan pemberian normal saline
Berikan antipiretik sesuai program
Pantau suhu tiap 4 jam
Pencegahan:
Gunakan darah yang mengandung sedikit leukosit (sudah difiltrasi)

8. Hiperkalemia
Penyebab:
Penyimpanan darah yang lama melepaskan kalium ke dalam plasma sel
Gejala:
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Serangan dalam beberapa menit, EKG berubah, gelombang T meninggi dan


QRS melebar, kelemahan ekstremitas, nyeri abdominal

9. Hipokalemia
Penyebab:
Berhubungan dengan alkalosis metabolik yang diindikasi oleh sitrat tetapi
dapat dipengaruhi oleh alkalosis respiratorik
Gejala:
Serangan bertahap, EKG berubah, gelombang T mendatar, segmen ST depresi,
poliuria, kelemahan otot, bising usus menurun

10. Hipotermia
Penyebab:
Pemberian komponen darah yang dingin dengan cepat atau bila darah dingin
diberikan melalui kateter vena sentral.
Gejala:
Menggigil, hipotensi, aritmia jantung, henti jantung/cardiac arrest
Intervensi:
Hentikan tranfusi
Hangatkan pasien dengan selimut
Ciptakan lingkungan yang hangat untuk pasien
Hangatkan darah sebelum ditranfusikan
Periksa EKG

Tahap prosedur:
PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK
KETERAMPILAN PEMASANGAN TRANSFUSI DARAH
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI BBT
Ya Tdk
A Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan vaerifikasi program pengobatan klien 2
2 Mencuci tangan 1
3 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar 1
4 Menyiapkan darah (cek slang label darah,suhu sesuai tubuh) 10

B Tahap Orientasi
1 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 1
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan 4
3 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan dimulai 2
D Tahap Kerja
Melepaskan slang infus dari flabotle dan memindahkan ke kantong
1 8
darah
2 Menghitung jumlah tetesan sesuai program 7
3 Memperhatikan reaksi pasien 7

E Tahap Terminasi
1 Melakukan evaluasi tindakan 3
2 Berpamitan dengan klien 1
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

3 Membereskan alat - alat 1


4 Mencuci tangan 1
5 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 1
Total 50
Nama Mahasiswa

Keterangan;
Ya : 1 (dilakukan dengan benar)
Tidak: 0 (tidak dilakukan/dilakukan kurang benar)

Keterangan;
Ya : 1 ( dilakukan dengan benar0
Tidak : 0 (tidak dilakukan/dilakukan kurang benar)

14. Metode Evaluasi :


Metode Osca ( Objective structure clininical assessment)
15. Metode Penilaian :
Ujian Praktik Laboratorium
16. Daftar Pustaka :
 Departemen kesehatan RI, dirjenyanmed, 1991. Prosedur perawatan dasar, direktorat
rumah sakit dan pendidikan
 Potter , P.A, perry , AG, 1996, fundamental of nursing, st.Louis, Mosby Company
 Rider, J., et. Al, 1995, modules for basic nursing skills, Philadelpia, Lippincott
 Smeltzer, S.C. Bare BG., 2002, keperawatan medical bedah, Brunner dan Suddart,
alih bahasa Monica Ester, EGC, Jakarta
 Pusdiklatnakes, Badan PPSDM, kesehatan kemenkes RI, 2013

Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disahkan Oleh


Dosen Pengampu Ketua Program Studi Ketua Perwakilan Jurusan

Erna Erawati, SKep, Ns, MKep Wiwin Renny R, SPd, SST, MKes Hermani T.S.KepNs.M.Kes
NIP. 197901132002122001 NIP. 197111061998032004 NIP. 196902221988032001

Anda mungkin juga menyukai