Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang mengangkat
pembahasan mengenai “Pancasila dan Tantangan Ideologi Radikal Dalam Konteks
Keindonesiaan dan Global”. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber
dan referensi serta pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-
sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membaca. Aamiin.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
7. Untuk mengetahui peran pancasila sebagai ideologi negara dalam mengatasi gerakan
radikalisme di Indonesia
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor pendorong integrasi :
Tingginya tingkat kesadaran akan integrasi dan partisipasi
Adanya simbol persatuan
2. Faktor pendorong disintegrasi :
Berkembangnya paham kedaerahan (etnosentrisme).
Berkembangnya paham stratifikasi sosial atau kelompok.
Berkembangnya anggapan bahwa agama dan kepercayaan tertentu yang paling
benar.
Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi
oleh lautan luas.
Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun
kontak tidak langsung.
6
Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur pariwisata, sedangkan kontak
tidak langsung, antara lain melalui media cetak (majalah, tabloid), atau media
elektronik (televisi, radio, film, internet, telepon seluler yang mempunyai fitur
atau fasilitas lengkap).
4. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek
kehidupan dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak,
semua wilayah.
6. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa
persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.
9. Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.
10. Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam
memerangi separatis.
11. Pancasila dan UUD1945 harus digemakan lagi sampai ke rakyat yang paling bawah,
dalam rangka pemahaman dan penghayatan.
12. GBHN yang pernah ada yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam membangun
bangsa dan negara perlu dihidupkan kembali.
7
13. Para tokoh dan elit bangsa harus dapat memberi contoh dan menjadi contoh rakyat,
jangan selalu berkelahi dan saling caci maki hanya untuk kepentingan kelompok atau
partai politiknya.
Jika dilihat dari letak Indonesia yang strategis dan merupakan kumpulan dari pulau-
pulau, Indonesia sering dilewati oleh negara lain. Baik sebagai tempat transit atau berhenti
dengan berbagai tujuan. Selain itu, Indonesia terdiri dari beraneka ragam budaya sehingga
radikalisme dapat dengan mudah masuk ke Indonesia. Baik melalui jalur darat maupun laut
bahkan karena luasnya Indonesia, banyak wilayah yang belum terjangkau oleh aparatur
negara.
Selain agama, radikalisme juga sudah “menjangkiti” aliran-aliran sosial, politik, budaya,
dan ekonomi.Ada anggapan di kalangan masyarakat awam bahwa radikalisme hanya
dilakukan oleh agama tertentu saja. Padahal sebenarnya bukan karena agamanya namun lebih
kepada perilaku manusia itu sendiri. Di Indonesia, aksi kekerasan (teror) yang terjadi selama
ini kebanyakan dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan/mendompleng
agama tertentu. Agama dijadikan tameng oleh mereka untuk melakukan aksinya.Selain itu
mereka juga memelintir sejumlah pengertian dari kitab suci. Teks agama dijadikan dalih oleh
mereka untuk melakukan tindak kekerasan atas nama jihad.
8
Beberapa contoh radikalisme keagamaan yang terjadi di Indonesia adalah
munculnya berbagai kelompok agama yang berhaluan keras, seperti Jama’ah Salafi,
Front Pembela Islam (FPI), Front Pemuda Islam Surakarta (FPIS), Majelis Mujahidin
Indonesia (MMI), dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Dosen Fisip Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, M Zaki Mubarak dalam
diskusi yang mengupas tentang dilema penanganan terorisme di Indonesia di Wisma Intra
Asia, Jalan dr Soepomo, Tebet, Jaksel, Rabu (3/7/2013) menuturkan alasan utama kenapa
kelompok-kelompok ini melakukan aksi radikal adalah karena ketidakpuasan kepada
pemerintahan yang ada. Menurut mereka, tidak adanya pemimpin yang baik, menyebabkan
negara diambang kehancuran. Selain itu, mereka percaya negara ini terlalu mudah disetir oleh
kepemimpinan dunia barat. Ideologi yang mereka peroleh dari pendahulu mereka, bagi para
kelompok radikal masa kini dianggap sebagai acuan dan alasan kuat untuk melakukan teror
agar tujuan mereka dapat tercapai.
2.6. Tantangan Radikalime Dalam Konteks Ke Indonesia an dan Global
Dasar berdirinya FPI sendiri menurut Habieb Rizieq lebih dilatari oleh keprihatinan
terhadap semakin maraknya tindak kemaksiatan dan pornografi.Sementara aparat keamanan
yang semestinya memberantas berbagai macam kemaksiatan tersebut seperti tidak berdaya
dan bahkan membiarkan begitu saja.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Integrasi mempunyai pengertian sebagai suatu proses penyaluran dua unsur atau lebih
yang mengakibatkan tercapainya suatu keinginan yang berjalan secara baik dan lancer,
sedangkan disintegrasi adalah suatu keadaan tidak bersatu padu atau keadaan terpecah belah;
hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan. Jadi, integarsi dan disintegrasi memiliki
makna yang saling bertolak belakang satu sama lain. Begitupula mengenai faktor pendorong
integrasi dan disintegrasi. Faktor-faktor yang menjadi pendorong terjadinya integrasi disebut
sebagai faktor penghambat terjadinya disintegrasi, begitupula sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahmad Norma Permata, 2005, Agama dan Terorisme, Yogyakarta : Muhammadiyah
University Press.
A.S Hornby, 2000, Oxford Advanced : Dictionary of Current English, Oxford
University Press, UK.
Endang Turmudzi dkk, 2004, Islam dan Radikalisme di Indonesia, Jakarta : LIPI Press.
Muhammad A.S. Hikam, 20016, Deradikalisasi : Peran Masyarakat Sipil Indonesia
Membendung Radikalisme, Jakarta : Kompas.
Syam, M.Si., Prof. Dr. Nur, 2009, Tantangan Multikulturalisme Indonesia Dari Radikalisme
Menuju Kebangsaan, Yogyakarta : Percetakan Kanisius.
Tolkhah, M.A., M Let, Dr. Imam, 2001, Anatomi Konflik Politik Di Indonesia, Jakarta :
Divisi Buku Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Perkasa.
Amirul Isnaini, Mayor Jenderal TNI, 2001, Mencegah Keinginan beberapa Daerah Untuk
Memisahkan Diri dari Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta : Lemhannas.
ARTIKEL
Muhammad Shobahus Sadad, Ahmad Muzaqqi, dan Erlina, Menelisik Kembali Arti
Radikalisme Dan Integrasinya Dengan Praktek Kekerasan Dalam Perspektif Agama.
http://2beahumanbeing.Blogspot.Co.Id/2012/06/MakalahRadikalismePengertianKonsep.html
16
Diakses Minggu, 17 November 2019. Pukul 13.45 wib.
M. Arib Herzi S. Radikalisme. (online).
http://aribherzi020696.blogspot.co.id/2015/04/makalah-radikalisme.html
Diakses Minggu, 17 November 2019. Pukul 14.09 wib.
Anonimus. 2006. Disintegrasi dan Integrasi Masyarakat. (online).
http://akarsejarah.wordpress.com/2010/09/30/disintegrasi-integrasi-dan-tipologi-masyarakat/
Diakses Minggu, 17 November 2019. Pukul 14.22 wib.
Adhi. 2009. Mencegah Disintegrasi. (online).
http://mradhi.com/sosial-politik/mencegah-disintegrasi.html
Diakses Minggu, 17 November 2019. Pukul 15.06 wib.
Somantri,Gumilar Rusliwa. 2008. Disintegrasi Bangsa. (online).
http://staff.ui.ac.id/internal/131881133/publikasi/Artikel-DisintegrasiBangsa.pdf
Diakses Minggu, 17 November 2019. Pukul 15.20 wib.
17