Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi
(ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik.
Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam
dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot
polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium
size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi.
Bronkitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama
pada seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering
menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakan
cronik obstructive pulmonary disease (COPD).
Bronkitis kronis ditemukan dalam angka-angka yang lebih tinggi
daripada normal diantara pekerja-pekerja tambang, pedagang-pedagang
biji padi-padian, pembuat-pembuat cetakan metal, dan orang-orang lain
yang terus menerus terpapar pada debu. Namun penyebab utama adalah
merokok sigaret yang berat dan berjangka panjang, yang mengiritasi
tabung-tabung bronchial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir
yang berlebihan. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-
klinik dan diderita oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita
mulai dari anak bahkan dapat merupakan kelainan congenital.
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis (mahasiswa)
mencoba untuk mengangkat kasus pada pasien Tn. “AS” dengan gangguan
sistem Pernapasan Bronkitis kronis.

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien
dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis secara langsung
dan cepat.
b. Tujuan Khusus
Penulis mampu :

1
- Mengkaji klien dengan Gangguan system Pernafasan; Bronkitis
kronis.
- Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan
system Pernafasan; Bronkitis kronis.
- Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
- Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk
pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan
sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
- Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
pada klien dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.
- Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan
kasus dalam bentuk Asuhan Keperawatan dengan pedoman yang
telah ditetapkan.

C. Metode Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan dalam menyusun Asuhan
Keperawatan ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang bersifat
menggambarkan suatu keadaan dengan objektif selama mengamati klien,
mulai dari pengumpulan data sampai melakukan evaluasi yang disajikan
dalam bentuk teori dan format-format Asuhan Keperawatan.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam Asuhan Keperawatan
ini Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan secara allo anamnese dengan anak klien untuk
memperoleh data yang diharapkan.
2. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung pada klien sehingga
Penulis dapat menyimpulkan data dengan tepat.
3. Pemeriksaan fisik
Sumber data berikut dilakukan pada klien dengan cara : inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk melengkapi data.
4. Studi Keperawatan
Untuk melengkapi data, Penulis menggunakan catatan status klien,
catatan keperawatan klien, data-data medik dan pemeriksaan diagnosa.
5. Studi Dokumentasi
Penulis dalam menyusun asuhan keperawatan serta konsep dasar
tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan sistem
Pernapasan; Bronkitis kronis adalah dari beberapa buku sumber.

2
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari:
BAB I :PENDAHULUAN
Di dalam pendahuluan ini Penulis menjelaskan tentang latar belakang
masalah, tujuan Penulisan, metode Penulisan dan sistematika Penulisan.
BAB II : LAPORAN PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang : konsep dasar medis yaitu Definisi,
Etiologi, Anatomi Fisiologi, Patofisiologi dan Patoflow, Manifestasi
Klinis, Diagnosis, Terapi, Komplikasi, Prognosis dan Pencegahan
BAB III : ASKEP PADA KLIEN
Bab ini merupakan penerapan asuhan keperawatan secara langsung
pada klien dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
Pengkajian, Analisa dan Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan
Evaluasi
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh materi dan saran dari
penulis.
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Bronchitis merupakan suatu peradangan bronchioli ,bronchus, dan
trachea oleh berbagai sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan
oleh virus seperti rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), virus
influenza,virus para influenza, dan coxsackie virus (muttaqin,2008).
Bronchitis merupakan inflamasi brokus pada saluran napas bawah.
Penyakit ini dapat disebakan oleh bakteri, virus,atau pejanan iritan yang
terhirup (chang 2010).
Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis
dapat bersifat akut maupun kronis. Bronchitis akut adalah peradangan
bronki dan kadang-kadang mengenai trakea yang timbul secara mendadak.
Hal ini dapat disebabkan oleh perluasan infeksi saluran nafas seperti :
common cold atau dapat juga disebabkan oleh agen fisik atau kimia
seperti: asap, debu, atau kabut yang menguap. Sedangkan bronchitis kronis
adalah gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan sputum selama
sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun
berturut-turut (Manurung, 2013).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan,
bronchitis adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya peradangan
pada bronkus, gejala yang terjadi karena adanya peradangan pada bronkus,
gejala yang biasanya timbul batuk yang utama dan dominan, dan biasanya
penyakit ini disebabkan oleh bakteri, virus maupun menghirup zat iritan,
bronchitis dapat bersifat akut dan kronis.

B. Etiologi
Bronchitis oleh virus seperti rinivirus, RSV, virus influenza, virus
parainflueza, adenovirus, virus rubeola, dan paramyxoviru, virus
merupakan penyebaba tersering bronchitis (90%), sedangkan sisanya
(10%) oleh bakteri. Menurut laporan penyebab lainnya dapat terjadi
melalui zat iritan asam lambung, seperti asam lambung, atau polusi udara

4
lingkungan dan dapat di temukan dan setelah pejananadalah jumlah dasar
yang disesaskan zat kimia dan menjadikan bronchitis kronis.
Bronkitis karena bakteri biasanya di kaitkan dengan mycoplasma
pneumonia yang dapat menyebabkan bronchitis akut dan biasanya terjaadi
pada anak usia 5 tahun atay remaja, brodetella dan corynebacterium
diphtheria bisa terjadi pada anak yang di imunisasi dan di hubungkan
dengan kejadian trekeobronkitis, yang selama kataral pertussis, gejala-
gejala injeksi respiratori lebih dominan. Gejala khas berupa batuk kuat
berturut-turut dalam satu insprirasi, sehingga menimbulkan whoop. Batuk
biasanya menghasilkan mucus yang kental dan lengket (Rehajoe, 2012)
Menurut Marni (2014), penyakit ini bisa disebabkan oleh virus dan
bakteri. Virus yang sering menyebabkan penyakit Respiratori syncytial
virus. Penyebab lain yang sering terjadi bronchitis ini adalah asap rokok,
baik perokok aktif maupun pasif, atau sering menghurup udara yang
mengnadung zat iritan.
Menurut Davey, patarick (2002) dan soeria & anna (2003), berikut
merupakan beberapa etiologi dari bronchitis akut dan kronis yang
menyebabkan penyakit paru absruksi kronis (PPOK):
1. Faktor usia dan angka kejadian akan terus meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Usia juga dapat sebagai factor resiko timbulnya PPOK.
Adanya peningkatan usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun
1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an dapat menjadi penyebab
peningkatan pasien bronchitis akut.
2. Factor rokok: anak yang terlalu sering menghirup asap rokok dari orang
dewsa atau anak tersebuat menjadi perokok pasif juga mempunyai resiko
besar timulnya gangguan pada sistem pernafasan berupa bronchitis.
Menurut buku repor of the WHO expert commite on smoking control.
Rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis kronis dan imfisema.
Terdapat hubungan yang erat antara emrokok dan penurunan VEP
(volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan
dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan metaplasia epitel scuamus
saluran pernafasan. Juga dapat menyebabkan bronkokontruksi akut.

5
Menurut crofton dan Douglas merokok menimbulkan pula inhibisi
aktivitas sel rambut getar makrofag alvcolar dan surfaktan.
3. Factor lingkngan: Resiko tambahan akibat polutan udara di tempat kerja
atau di dalam kota merupakan salah satu factor penyebab bronchitis
kronis. Bronchitis kronik lebih sering terjadi pada pekerja yang terpanjan
zat inorgenik, debu organic, atau gas yang berbahaya. Pekerja yang
terpajan zat tersebut mempunyai kemungkinan bronchitis kronik 2-4 kali
dari pada pekerja yang tidak terpajan.
4. Faktor Genetik: Faktor genetic mempunyai peranan pada penyakit paru
kronik, terbukti pada survey terakhir di dapatkan bahwa anak-anak dari
orang tua merokok memepunyai kecenderungn menglami penyakit paru
kronik lebih sering an berat, serta insidensi penyakit paru kronik pada grup
tersebut lebih tinggi. Factor genetic tersebut diantaranya adalah atopi yang
ditandai adanya eosinifilia tau peningkatan kadar imunoglibulin E (lgE)
serum, adanya hiperresponsif bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru
pada keluarga, dan defesiensi protein a-1 anti trypsin.

C. Anatomi dan Fisiologi

1. Organ-organ Pernapasan
a. Organ Saluran Pernapasan Atas
 Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh sekat hidung (septum
oli) di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yagn masuk
ke dalam lubang hidung.

6
 Faring
Merupakan tempat persimpangan antara janaln
nafas dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar teng
korak, di belakang ronga hidung dan mulut sebelah depan
rusa tulang leher.
a) Faring dibagi tiga bagian :
Bagian atas yang sama tingginya dengan koana
yang disebut nesofaring
b) Bagian tengah yang sama tingginya denan istmus
fausium disebut orofaring.
c) Bagian bawah sekat, dinamakan langiofaring.
 Laring. Merupakan saluran pendek yang menghubugnkan
faring dan trakea, dan bertindak sebagai pembentukan
suara.
b. Organ Saluran Pernapasan Bawah
 Trakhea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh
16 s/d 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda.Panjang trakhea 9-11 cm dan
di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos.
 Bronkhial dan alveoli
Ujung distal trachea membagi menjadi bronki
primer kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga
dada.Fungsi percabangan bronkial untuk memberikan
saluran bagi udara antara trakea dan alveoli.
Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru,
fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran
gas antara lingkungan eksternal dan aliran darah.
 Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang
sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung
(gelembung hawa-alveoli).Gelembung-gelembung alveolir
ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru kiri dan kanan).
Kapasitas paru-paru :
a) Kapasitas total

7
Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada
inspiasi sedalam dalamnya.
b) Kapasitas vital
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah
ekspirasi maksimal.
 Toraks
Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan
kiri dan bagian tengah yang disebut mediastinum.Toraks
mempunyai peranan penting dalam pernafasan, karena
bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut perlekatannya
tulang belakang. Perubahan dalam ukuran toraks inilah
yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan
ekspirasi.
Bagian paru-paru :
a) Pleura adalah bagian terluar dari paru-paru dikelilingi
oleh membran halus, licin atau pleura.
b) Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi
rongga toraks menjadi 2 bagian
c) Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri
terdiri atas lobus bawah dan atas tengah dan bawah
d) Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus
di dalam setiap lobus paru. Brokiolus adalah percabangan
dari bronkus
e) Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang
tersusun dalam kloster antara 15-20 alveoli
2. Fisiologi Pernapasan
Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara
yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar
dari tubuh.Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi.
Pernafasan paru-paru Merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui
paru-paru atau pernafasan eksterna oksigen diambil melalui mulut
dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui
trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah , O2 menembus

8
membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari
jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
Fungsi pernafasan :
a. Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh
tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
b. Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang
(karena tidak berguna lagi oleh tubuh).
c. Menghangatkan dan melembabkan udara.
Pernafasan dalam keadaan normal
Orang dewasa : 16 – 18 x/mnt
Anak-Anak kira-kira : 24 x/ mnt
Bayi kira-kira : 30 x/ mnt
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan.Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan
menurunkan kapasitas dada.Inspirasi adalah ketika kapasitas dalam dada
meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi adalah ketika dinding
dada dan diafragma kembali ke ukurannya semula.

D. Patofisiologi
Menurut Kowalak (2011), Bronkitis terjadi karena Respiratory
Syncytial Virus (RSV), virus influensa, asap rokok, polusi udara yang
terhirup selama masa inkubasi virus kurang lebih 5-8 hari. Unsur-unsur ini
menimbulkan inflamasi pada percabangan trakeabronkial, yang
menyebabkan peningkatan produksi sekret dan penyempitan atau
penyumbatan jalan nafas. Seiring berlanjutnya proses inflamasi perubahan
pada sel - sel yang membentuk dinding traktus respiratorius akan
mengakibatkan resistensi jalan nafas yang kecil dan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusiyang berat sehingga menimbulkan penurunan oksigenasi
darah arteri. Efek tambahan lainnya meliputi inflamasi yang menyebar
luas, penyempitan jalan nafas dan penumpukan mucus di dalam jalan
nafas. Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat edema,
serta penumpukan sel-sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme otot
polos akan mempersempit lumen bronkus. Pada awalnya hanya bronkus
besar yang terlibat inflamasi ini, tetapi kemudian semua saluran nafas turut
terkena. Jalan nafas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan, khususnya
pada saat ekspirasi. Dengan demikian, udara nafas akan tertangkap

9
dibagian distal jantung. Pada keadaan ini akan terjadi hipoventilasi yang
menyebabkan ketidak cocokan dan akibatnya.
Timbul hipoksemia. Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi sekunder
karena hipoventilasi. Ressistensi vaskuler paru meningkatketika
vasokontriksi yang terjadi karena inflamasi dan konpensasi pada daerah-
daerah yangmengalami hipoventilasi membuat arteri pulmonalis
menyempit. Inflamasi alveolus menyebabkan sesak nafas.

E. Manifestasi Klinik
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk  produktif (berdahak)
yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam
keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira
beberapa  sendok  teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan utama
paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus dalam
jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk. Selain itu karena
terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan shortness of breath.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada
yaitu :
1. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
2. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
3. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
4. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk
yang lama, yaitu :
1. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan
seseorang kurang istirahat.
2. Daya tahan tubuh yang menurun.
3. Anoreksia sehingga berat badan sukar naik.
4. Kesenangan anak untuk bermain terganggu dan Konsentrasi belajar
anak menurun.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia

10
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah
bayangan bronchus yang menebal.
Corak paru bertambah.
1. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Tes fungsi paru-paru
b. Gas darah arteri
Analisa gas darah
Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
Eritropoesis bertambah.
Rontgen dada.

G. Terapi
Tujuan pengobatan bronkitis adalah untuk mengurangi gejala batuk,
melegakan pernapasan serta menyembuhkan bronkitis. Terapi bronkitis
meliputi :
1. Istirahat yang cukup.
2. Minum cairan yang banyak.
3. Bernapas dalam udara hangat serta menghindari udara dingin dan AC.
4. Penekan batuk, pengencer dahak dan antibiotik.
Rehabilitasi paru : rehabilitasi paru adalah program latihan pernapasan di
mana Anda bekerja dengan seorang terapis pernafasan untuk membantu
Anda belajar untuk bernapas dengan lebih mudah dan meningkatkan
kemampuan Anda untuk berolahraga.
Jenis obat yang dipakai untuk bronkitis:
Beberapa jenis obat bronkitis yang sering digunakan oleh dokter adalah :
1. Antibiotik. Bronkitis biasanya terjadi akibat infeksi virus , sehingga
antibiotik tidak efektif. Namun dokter mungkin meresepkan antibiotik
jika bronkitis disebabkan oleh infeksi bakteri.

11
2. Obat batuk. Jika batuknya kering maka diberikan obat penekan batuk
seperti DMP atau kodein, jika batuknya berdahak maka diberikan obat
pengencer dahak seperti Gliseril Guikolat (GG) dan epexol.
3. Obat lain. Jika Anda memiliki asma atau penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK), dokter mungkin merekomendasikan inhaler dan obat-
obatan lain untuk mengurangi peradangan dan membuka bagian dalam
paru-paru yang menyempit .
4. Obat tradisional – herbal bronchitis
Obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati bronkitis
adalah propolis. Propolis adalah antibiotik alami yang dapat digunakan
untuk mengobati bronkitis akut dan bronkitis kronik. Propolis akan
semakin berkhasiat jika di campur dengan madu hutan. Selain propolis
dapat digunakan teripang. Teripang adalah hewan yang hidup di dasar
laut. Teripang sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan merangsang regenerasi sel–sel baru. Daun meniran
merupakan tanaman obat atau herbal yang bermanfaat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Daun meniran telah tersedia dalam
bentuk kapsul.
H. Komplikasi
Menurut Marni (2014) komplikasi bronchitis dengan kondisi kesehatan
yang jelek, antara lain :
1. Sinusitis
2. Otitis media
3. Bronkhiektasis
4. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
5. Gagal Napas

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien :
Nama : Ny M
Umur : 78 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah anak : 3 anak
Agama/suku : Islam
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu runah tangga
Alamat : Jl. Bau Massepe no 43 Makassar
b. Penanggung jawab
Nama : Surdi
Umur : 37 tahun
Alamat : Jl Bau Massepe no 43 Makassar
Hubungan dengan pasien: Cucu pasien
2. Riwayat
a. Riwayat sekarang : Pasien mengatakan ia di bawah ke rumah sakit
karena 1 hari yang lalu pasien sesak disertai batuk berlendir.
Keluarga bingung harus berbuat apa maka keluarga pasien
memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit untuk diberikan
perawatan. saat pengkajian pasien masih tampak sesak dengan
posisi semi fowler dan pasien merasa nyaman dengan posisi yang
diberikan dengan frekuensi pernafasan 32 x/menitan dan terpasang
O2 sebanyak 3 liter/menit.
b. Riwayat dulu : pasien mengatakan pernah menderita penyakit
Bronchitis sebelumnya dan ini yang ketiga kalinya pasien dirawat
di Rumah Sakit dengan diagnose yang sama
c. Riwayat Keluarga: Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit menular, tetapi pasien mengatakan
mempunyai penyakit keturunan yaitu penyakit asma.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan rambut : tampak bersih, lurus dan putih
b. Hidrasi kulit : tidak dehidrasi, kembali kurang 3 detik
c. Palpebra/conjungtiva : tidak tampak edema/ tidak anemis
d. Sclera : tidak tampak icteric

13
e. Hidung : tampak bersih tampak septum berada di
tengah
f. Rogga mulut : tampak bersih - Gusi: tidak ada
peradangan
g. Gigi : tidak utuh - Gigi palsu: tidak ada
h. Kemampuan menguyah keras : tidak mampuh megunyah keras
i. Lidah : tampak bersih
j. Pharing : tidak tampak adanya peradangan
k. Kelenjar getah bening : tidak teraba adanya pembesaran
l. Kelenjar parotis : tidak teraba adanya pembesaran
m. Abdomen :
- Inspeksi : tampak datar, tidak ada bayangan vena
- Auskultasi : terdengar peristaltic usus 10x/menit
- Palpasi : tidak nyeri, tidak ada benjolan
- Perkusi : terdengar suara tympani
n. Kulit :
- Edema : Negatif
- Icterik : Negatif
- Tanda-tanda radang : tidak tampak adanya radang
- Lesi : tidak tampak adanya lesi
o. Peristaltik usus: 10x/menit
p. Palpasi kandung kemih : kosong
q. Mulut uretra : Tidak dikaji pasien menolak
r. Anus :
- Peradangan : Tidak dikaji pasien menolak
- Hemoroid : Tidak dikaji pasien menolak
- Fistula : Tidak dikaji pasien menolak
s. Tekanan Darah
- Berbaring : 140/90 mmHg
Duduk : tidak dikaji
Berdiri : tidak dikaji
Kesimpulan : hipotensi ortostatik : -
- HR : 100x/menit
- Kulit :
Keringat dingin: tampak tidak ada
Basah : tampak tidak ada
JVP: 5-2 cmH20
Kesimpulan :pemompaan vertrikel memadai
- Perfusi pembuluh kapiler kaku : kembali 3 detik
- Thorax dan pemanasan
Inpeksi :
Bentuk thorax :tampak simetris kiri dan kanan

14
Retraksi interkostal:tampak tidak ada Sianosis : tidak ada
Stridor: tidak ada
Palpasi
Vocal premitus :getaran kedua lapang paru
Krepitasi :tidak ada
Perkusi :redup
Lokasi: paru hepar berada pada ICS IV linea mid-clavicularis
dextra
Auskultasi
Suara napas :bronchial
Suara ucapan:getaran kepala tambahan rchi dan wheezing
- Jantung
Inspeksi :
Ictus cordis :tidak tampak
Palpasi :
Ictus cordis :teraba pada ICS V linea mid-clavicularis sinistra
Perkusi :
Batang atas jantung : ICS 2-3 linea mid-clavicularis sinistra
Batang bawah jantung : ICS 5 linea mid-clavicularis sinistra
Batang kanan jantung: ICS 2 linea mid-clavucularis sinistra
Batang kiri jantung :ICS V linea mid-clavucularis sinistra
Auskultasi :
Bunyi jantung IIA : tunggal, ICS 2 linea sternatalis dextra
Bunyi jantung IIP sinistra :tunggal, ICS 3 linea sternatalis
sternalis
Bunyi jantung IT sinistra : tunggal, ICS 4 linea sternalis
Bunyi jantung IM sinistra : tunggal, ICS 5 linea mid-
clavucularis
Bunyi jantung III irama gallop : tidak terdengar
A.Renalis : tidak terdengar
A.femoralis : tidak terdengar
- Lengan dan tungkai
Artifi otot:negatif
Rentang gerak : tampak terbatas pada lengan kiri karena
terdapat infus
Kaku sendi : tidak ada kaku sendi
Nyeri sendi :tidak ada fraktur
Fraktur : tidak ada parese
Paralisis : tidak ada paralisis
- Uji kekuatan otot
Kanan kiri

15
Tangan 4 4

Kaki 3 3

Keterangan :
Nilai 5 : kekuatan penuh
Nilai 4 : kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3 : mampu menahan tegak tapi mampu melawan tekanan
Nilai 2 :mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan sentuhan
akan jahuh
Nilai 1 : tampak kontraksi otot ada sedikit gerakan
Nilai 0: tida ada kontraksi otot, tidak mampu bergerak
Refleksi fisiologi : positif (reflex biseb,trisep,patella)
Reflex patologi :negatif
Babinski : kiri : negative
Kanan : negative
Clubbing jari-jari: tampak tidak ada
Varises tungkai :tampak tidak ada
- Columna vetebralis
Inspeksi :-
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
- Penglihatan
Kornea: tampak jernih
Pupil: tampak isokar kiri dan kanan
Lensa mata: tampak jernih
Tekanan intra okuler (TIO): teraba kenyal antara bola mata kiri
san kanan
- pendengaran
Pina :tampak semestri
Kanalis :tampak bersih
Membrane timpani : tampak utuh dan memantulkan cahaya .
- pengenalan rasa pada gerakan lengan dan tungkai :
Pasien mampu merasakan tekanan pada kedua lengan dan
tungkai
4. Pengkajian 11 Pola Gordon
a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Pasien mengatakan ia di bawah ke rumah sakit karena 1 hari yang
lalu pasien sesak disertai batuk berlendir. Keluarga bingung harus
berbuat apa maka keluarga pasien memutuskan untuk
membawanya ke rumah sakit untuk diberikan perawatan.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik

16
- Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum masuk Rumah sakit pola
makannya teratur yaitu 3 hari sehari. Setiap harinya pasien
menghabiskan 1 porsi makanan dengan menu nasi, sayur, lauk
dan air putih 6-8 gelas perhari. Pasien juga mengatakan tidak
ada alergi terhadap makanan dengan BB : 51 kg
- Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak sakit pola makannya masih teratur
yaitu 3 kali sehari tetapi nafsu makan pasien berkurang karena
susah untuk mengunyah makanan, setiap makan pasien hanya
menghabiskan 1/3 porsi makan dengan menu bubur, sayur, lauk
pauk, dan minum air putih 2-3 gelas perhari denan BB 43 kg.
- Observasi
Tampak pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi bubur yang
disediakan dan ½ gelas air puih.
c. Pola eliminasi
- Keadaan sebelum sakit:
Pasien mengatakan BAK lancar yaitu ± 4-6x dalam sehari
dengan warna urine kuning, sedangkan BAB 1x dalam sehari
dengan konsistensi lunak berwarna kuning kecoklatan, pasien
juga mengataan tidak ada masalah/ keluhan saat BAK dan
BAB.
- Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak di rawat di RS ia belum perna BAB
sedangkan BAK ± 2-4x dalam sehari
- Observasi
Pasien BAK 2-4x dalam sehari warna dan bau tidak dikaji
karna pasie memakai pampers.
d. Pola aktifitas dan latihan
- Keadaan sebelum sakit:
Pasien mengatakan pekerjaannya sehari-hari hanya memasak
dan istirahat atau bermain sama cucu-cucunya.
- Keadaan saat sakit:
Pasien mengatakan sejak sakit ia hanya beraktivitas di tempat
tidur,pasien juga mengatakan ia tidak bisa beraktivitas sendiri
ia selalu dibantu oleh keluarga dan perawat.
- Observasi
Pasien tampak berbaring di tempat tidur dengan posisi semi
fowler dan terpasang O2 sebanyak 3 liter/ menit, tampak
kebutuhan pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
- Aktivitas harian
Makan :2

17
0: mandi
Mandi :2 1: batuan dengan alat
Pakaian : 2 2: bantuan orang
Kerapian : 2 3: bantuan alat dan
BAB :2 orang
BAK :1 4: bantuan penuh
Mobilisasi di tempat tidur : 1
Postur tubuh : tidak dikaji, pasien tidak bisa duduk
Gaya jalan : tidak dikaji, pasien tidak bisa jalan
Anggota gerak yang cacat : tidak ada
Fiksasi : tidak ada
Tracheostomi : tidak ada
e. Pola tidur dan istirahat
- keadaan sebelum sakit :
pasien mengatakan tidur pada malam hari pada pukul 22:00
dan bagun pikul 05:00 untuk shalat subuh ,dan pasien juga
teratur tidur siang mulai jam 13:00dan bagun shalat ashar jam
15:30 pasien juga mengatakan tidak mengalami kesulitan saat
tidur ,pasien tidur nyenyak dan selalu merasa segar saat bagun.
- keadaan saat sakit ia sering terbagun saat tidur ,karena sesak
dan batuk berlendir yang dialaminya ,dan pasien juga
mengatakan tidak segar karena selalu merasa mengantuk dan
matanya susah terbuka, terkecuali jika diajak bicara sama
keluarga ataupun perawat.
- observasi
Pasien tampak mengantuk
Ekspresi wajah mengantuk: Positif
Banyak menguap: positif
Palpebra inferior berwarna gelap: Psotif tegatif
f. Pola Persepsi Kognitif
- Keadaan sebelum sakit:
pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan kelima panca
inderanya yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecaan dan perabaan.
- Keadaan sejak sakit
pasien mangatakan sejak sakit tidak ada perubahan atau
gangguan pada penglihatan, pendengaran, pendengaran,
penciuman, pengecapan, maupun perabaan.
- Observasi
Pasien tampak tidak menggunakan alat bantu penglihatan
maupu pendengaran dan pasien tidak tidak mampu membca
papan nama perawat karena pasien tidak tau membaca.
g. Pola persepsi dan konsep diri

18
- keadaan sebelum sakit :
pasien merasa bangga pada dirinya karena ia adalah ibu dengan
satu anak pasien juga mengatakan ia tidak perna merasa frustasi
atau stress terkecuali saat ditinggal sama suaminya tapi pasien
sudah merupakan itu semua krena pasien sadar bahwa itu takdir
bahwa suaminya sudah meninggal
- keadaan saat sakit:
pasien mengatakan sejak ia merasa cemas dengan keadaanya
karena betuknya tidak kunjung sembuh
- observasi
pasien tampak cemas dan pasien juga tampak murung
Kelopak mata : tampak ada kontak mata
Rentang perhatian : tampak perhatian penuh
Suara dan cara bicara :terdengar nada rendah tapi jelas gugup
h. Pola Peran Dan Hubungan Dengan Sesama
- Pasien mengatakan berhubungan baik dengan orang-orang
lingkungan tempat tinggalnya
- Pasien mengatakan keuarganya berharap agar pasien cepat
sembuh
- Tampak anak setia menjaga pasien
i. pola reproduksi dan seksualitas
- pasien berbaring di tempat tidur dengan lemas
- pemeriksaan fisik tidak dikaji karena pasien menolak
j. pola mekanisme koping dan seksualitas
Pasien tampak menerima dokter, perawat , maupun mahasiswa
dengan senyuman
k. pola sistem nilai kepercayaan
Tampak tasbih dekat pasien

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d mucus dalam jumlah
berlebih
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak
mampuan untuk mencerna makanan
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik

19
C. Intervensi Keperawatan

No Tanggal Diagnosa keperawatan Hasil yang Rencana


diharapkan tindakan
25-01-2014 1. Ketidakefektifan Setelah Kaji pola
bersihan jalan napas b/d dilakukan napas
mucus dalam jumlah perawatan 2-3 observasi ttv
berlebihan hari di beri posisi yg
harapakan jalan nyaman
DS: pasien mengatakan nafas kembali anjutkan batuk
sesak dirasakan 1 hari yang efektif degan efektif
lalu, pasien mengatakan kriteria hasil:
batuk di sertai lender, keadaan umum
pasien mengatakan sudah baik,pasien
pernah menderita penyakit sesak, pasien
yang sama 1 tahun yang tidak batuk
lalu berlendir. Tidak
DO: keadaan umum pasien terdengar suara
tampa lemah, pasien tambahan ronchi Kaji ola makan
tampak sesak, pasien dan wheezing. pasien
tampak batuk di sertai Kebutuhan Kaji adanya
lender, terdengan suara nutrisi tetap anoreksia
ronchi dan wheezing seimbang dalam Sediakan
jangka waktu 2- makanan
2. ketidakseimbangan 3 hari dalam keadaan
nutrisi kurang dari hangat
kebutuhan tubuh b/d
ketidak mampuan untu
mencerna makanan Kaji tingkat
kemampuan
DS: pasien mengataka Pemenuhan pasien dalam
nafsu makan berkurang, kebutuhan melakukan
susah mengunyah makanan aktivitas dapat aktifitas
DO: keadaan umum pasien dilakukan Observasi TTV
tampak lemah , tampak pasien secara dan keadaan
pasien tidak selera makan mandiri 3-4 hai umum pasien
Libatkan
3. intoleransi aktivitas b/d kelurga
kelemahan fisik memenuhi
kebutuhan
DS: pasien mengatakan pasien
tidak bisa memenuhi
kebutuhan sendiri dan
badan terasa lemah
DO: keadaan pasien tampak
lemah, pasien tampak
berbaring

20
D. Implementasi Keperawatan

Tanggal Waktu Pelaksanaan keperawatan


25-01-2014 14:25 Mengobservasi TTV
14:45 Memberikan posisi yang nyaman seperti posisi
15:10 semi flowler
15:40 Mengkaji tingkat kemampan pasien dalam
16:50 melakukan aktifitasnya
23:15 Mengkaji pola napas
Melibatkan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pasien
Menganjurkan asien untuk istrirahat

26-01-2014 08:05 Merapikan tempat tidur pasien


08:15 Memberian posisi yang nyaman seperti posisi
semi flowler dan meningggikan kepala
08:25 Menyajikan makanan dalam keadaan hangat
10:15 Mengbservasi keadaan umum pasien
16: 35 Melaksanakan advis dokter dalam pemberian
obat dan tanda-tanda vital
22: 35 Menganjurkan pasien untuk istirahat
04:35 Mengobservasi TTV psien
04:35 Melaksanakan adis dokter dalam pemberian obat

E. Evaluasi Keperawatan

Tanggal Evaluasi SOAP


25-01-2014 1. ketidakefektifan bersiha jalan napas b/d mucus dalam jumlah
berlebihan
S: pasien mengatakan sesak
O: keadaan umum pasien tampak lemah
A: bersihan jalan napas belum efektif
P: lanjutkan interensi 1-7 di fokuskan pada intervensi 1-6

2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


ketidakmampuan untuk mencerna makanan
S: keluarga mengatakan pasien malas makan
O: keadaan umum pasien tampak lemah
A: kebutuhan ntrisi elum seimbangan
P: lanjutkan intervensi 1-6

3. intoleransi aktivitas b//d kelemahan fisik


S: pasien mengatakan badannya masih lemah
O: keadaan umum pasien tampak lemah
A: pasien belum dapat beraktivitas secara mandiri dalam
memenuhi kebutuhannya
P: lanjutkan intervensi 1-6

21
26-01-2014 1. ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d musuk dalamjulah
berlebihan
S: pasien mengataka tidak sesak lagi
O: pasien tampak terbaring lemah
A: ketidak efektifan jalan nafas mulai teratasi
P: lanjutkan intervensi 1-7 di fokuskan intervensi 3 sampai 5

2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuha tubuh b/d


ketidak mampuan mencerna makanan
S: pasien mengatakan nafsumakan meningkat
O: tampak keadaan umum mulai membaik
A: keseimbangan nutrisi terpenuhi
P: intervensi dihentikan

3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik


S: pasien mengatakan badannya masih lemah
O: keadaan umum pasien Nampak lemah
A: pasien belum dapat beraktivitas secara mandiri dalam
memenuhi kebutuhannya
P: lanjutkan intervensi 1-6

22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan
individualisasi perawatan yang perawat berikan. Proses-proses
keperawatan yang dilakukan menunjukan pentingnya peranan
perawat dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien.
Intervensi yang diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien
dan diagnosa keperawatan yang ada. Akhirnya, dengan
penyusunan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bronkitis yang telah
dibuat menunjukan dan menjelaskan cara pembuatan asuhan
keperawatan yang benar dalam bentuk teori dan penangganan
langsung kepada pasien. Penanganan langung dan kerjasama yang
baik dengan keluarga pasien dan pasien itu sendiri dapat
mempermudah intervensi yang akan dilakukan. Pemahaman yang
benar tentang penyakit bronkitis dapat mempermudah dalam
pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam
pembuatan Askep dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari
perawat itu sendiri. Askep yang akurat juga dapat membantu dalam
memenuhi syarat akreditasi asuhan keperawatan.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses
keperawatan/asuhan keperawatan khusunya tentang asuhan
keperawatan pada pasien bronkitis, dapat menunjang kita dalam
proses pembelajaran pada mata kuliah KMB I Respirasi serta
menjadi pedoman dan bahan pembelajaran dalam melaksanakan
profesi kita sebagai perawat nantinya. Oleh karena itu dengan
adanya bahan materi ini diharapakan kita sebagai mahasiswa
mampu mengetahui definisi penyakit bronkitis, etiologinya,
anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan patoflow bronkitis,
manifestasi klinik, pemeriksaan diagnosis, terapi penyakit,
komplikasi dari penyakit bronkitis, prognosis dan pencegahan yang

23
dapat dilakukan dalam proses keperawatan, dapat mengidentifikasi
tujuan dalam proses keperawatan, serta dapat mengetahui contoh
bentuk asuhan keperawatan sebelum kita turun ke
lapangan/masyarakat.

24

Anda mungkin juga menyukai