Anda di halaman 1dari 5

Nama : Maryam Haninah

Nirm : 2015-11-097
Kelas : B
Diskusi Integrasi I Modul 6.3
Psikiatri, Neurologi, Farmasi
Rabu, 25 April 2018

Seorang wanita 54 tahun, datang kontrol ke 3 poli gigi RS tipe C tempat anda dinas,
dengan rencana pencabutan gigi atas belakang (M2), status lokalis menunjukan tidak
ada tanda-tanda infeksi lagi setelah sebelumnya anda terapi dengan anda terapi
dengan antibiotic, anti-inflamasi dan analgetik. Pada saat dilakukan anestesi lokal,
tiba-tiba pasien tersebut mengeluh sakit kepala disertai muntah sesaat sebelum
terjatuh dari kursi pemeriksaan (dental care). Saat anda periksa, pasien tidak bisa
bicara akibat pelo, bingung, gelisah, dan pemeriksaan motorik kesan hanya anggota
gerak kiri yang aktif. Anamnesis dari keluarga dikatakan bahwa pasien tersebut biasa
mengkonsumsi obat-obat seperti chlorpromazine dan haloperidol. Selain itu ada
riwayat darah tinggi tapi tidak pernah kontrol dan pernah minum obat darah tinggi
karena tidak ada keluhan pusing.

Pertanyaan :
1. Apa kemungkinan yang dialami pasien tersebut (diagnosis kerja dan diagnosis
bandingnya)?
2. Apa kira-kira penyebab kejadiannya tersebut ?
3. Adakah korelasi obat yang dikonsumsi pasien secara rutin dengan diagnosis
diatas?
4. Mengapa kejadian tersebut terjadi sesaat setelah anda anestesi lokal ?
5. Apa yang seharusnya anda lakukan sebelum melakukan tindakan pencabutan
gigi ?
6. Tindakan apa yang harus dilakukan sebagai pertolongan awal terhadap pasien
tersebut ?
7. Berdasarkan anamnesis, sebelum dilakukan pemeriksaan, apakah yang
menjadi diagnosis banding di bidang psikiatri ?
8. Bagaimana cara menyingkirkan diagnosis banding di bidang psikiatri ?
9. Obat-obatan yang rutin dikonsumsi oleh pasien tersebut digunakan untuk
pengobatan penyakit apa ?
10. Tuliskan resep antibiotika, analgetika dan anti inflamasi yang di berikan pada
pasien tersebut !
11. Menurut UU obat-obat yang diberikan pada pasien tersebut termasuk
golongan apa ?
12. Berdasarkan kasus diatas asa etika apa yang dilanggar ?
13. Apa saja kewajiban dokter terhadap pasien ?
Anamnesis :
 Wanita
 Usia 54 tahun
 Riwayat pengobatan :
 Kunjungan I : Premiedikasi = pemberian antibiotic, anti-inflamasi dan
analgetik
 Kunjungan II :
 tidak ada tanda-tanda inflamasi lagi.
 Dilakukan pencabutan gigi M2 RA
 Riwayat penyakit sistemik : Hipertensi.
 Tidak pernah kontrol
 Pernah minum obat hipertensi karena tidak ada keluhan pusing,
 Setelah diaplikasikan anatesi lokal pasien :
 Pasien mengeluh sakit kepala.
 Muntah sesaat
 Jatuh dari dental chair
 Tidak bisa bicara akibat pelo (lidah kaku/bicara tidak jelas).
 Bingung
 Gelisah
 Pemeriksaan motorik : hanya anggota badan kiri yang aktif.

Alloanamnesis (dari keluarga) : pasien mengonsumsi obat-obat chlopromozine &


haloperidol.

Jawab :
1. Diagnosis : Stroke Trombotik.
 Stroke trombotik adalah penyumbatan aliran darah yang terjadi akibat
pembekuan darah di dalam salah satu arteri otak.
 Terdapat gejala sisa saat pasien sadar. Pada kasus pasien dinyatakan
pasien tidak dapat bicara akibat pelo (lidah kaku) yang merupakan ciri
khas dari terganggunya sistem saraf pusat.
 Pasien masih dalam keadaan sadar = Trombosis stroke. Apabila
diiringi dengan kehilangan kesadaran = Ischemic Stroke.
 Pada pemerikasaan motoric kesan, hanya anggota gerak kiri yang aktif.
Maka dapat disimpulkan bawah kerusakan/sumbatan terjadi pada
hemisfer kanan/otak kanan.
Diagnosis banding :
a. Syok Anafilaktik
 Reaksi anafilaktik/anafilaksis adalah respon imunologi yang
berlebihan terhadap suatu bahan dimana seorang individu pernah
tersensitasi oleh bahan tersebut.
 Tidak terdapat gejala sisa saat pasien sadar (fungsi tubuh masih
seperti awal/tidak ada gangguan fungsi tubuh).
b. Ischemic Stroke
 Pasien di iringi kehilang kesadaran/pingsan.

2. Penyebab kejadian tersebut : apabila pada anestesi lokal tersebut mengandung


vasokonstriktor seperti epinefrin/norepinefrin ini berarti merupakan
kontaindikasi anestesi lokal pada wanita tersebut karena pasien mempunyai
riwayat hipertensi. Vasokontriktor ini dapat menaikan tekanan darah yang
dapat memicu terjadinya stroke.

3. Tidak ada korelasi obat yang dikonsumsi pasien (chlorpromazine &


haloperidol) dengan diagnosis pasien
 Chlorpromazine (CPZ) : obat yang menangani gejala psikosis pada
skizofrenia. Obat ini bekerja untuk menangani zat kimia di otak yang
dinamakan dopamine, sehingga dapat mengurangi gejala psikosis
berupa perilaku yangagresif yang membahayakan diri sendiri atau
orang lain. Efek samping dari cpz ini : hipotensi ortostatik.
 Haloperidol (HLD) : golongan obat antipsikotik yang bermanfaat untuk
mengatasi psikosis pada gangguan mental seperti skizofrenia. HLD
bekerja mengembalikan keseimbangn zat kimia alami dalam otak,
yakni neurotransmitter, sehingga dapat menimbulkan rasa tenang,
meredakan kegelisahan, serta mengurangi perilaku agresif dan
keinginan untuk menyakiti orang lain.

4. Kemungkinan pada saat tindakkan tekananan darah pasien sedang naik, dan
penggunaan anestesi lokal yang mengandung vasokontriktor memperparah
keadaan tersebut yang menyebabkan stroke pada pasien.

5. Yang dilakukan sebelum melakukan tindakakan pencabutan :


Dokter melakukan SOAP dengan benar
 Dimulai dari melakukan anamnesa
 Menanyakan dan mencatat identitas pasien
 Menanyakan keluhan utama
 Menanyakan riwayat kesehatan umum pasien
 Melakukan pemeriksaan I.O dan E.O
6. Bila terlihat gejala-gejala awal terjadi syok anafilaktik maka harus bertindak
segera. Adapun langkah-langkah penanganan yang harus dilakukan adalah
sbb:
 Segera hentikan pemberian anestesi
 Baringkan pasien dilantai dengan kepala miring pada salah satu sisi
 Angkat leher pasienm kemudian ekstensikan kepala/dagu dan jaga
aliran udara agar bebas dari obstruksi
 Berikan obat adrenalun 1:1000 sebanyak 0.5ml secara subkutan.
Tujuannya untuk menstabilkan tekanan darah dan menghilangkan
bronskospame.
7. N
8. N
9. Chlorpromazine & haloperidol adalah obat untuk menangani gejala psikosis
pada skizofrenia. Selain untuk mengatasi gejala psikosis, chlorpromazine juga
digunakan untuk menangani mual,muntah yang tak kunjung berhenti.
Sedangkan haloperidol bekerja dengan mengembalikan keseimbangan zat
kimia alami dalam otak, yakni neurotransmitter, sehingga dapat menimbulkan
rasa tenang, dan meredakan kegelisahan.

Drg.Maryam Haninah
10. Jl Kemang Raya No 13R
Telp. 777 341
Jakarta
SIP 1305/KK/96

Jakarta, 23 April 2018

R/ Cap. Amoxicillin 500 mg No. XV


S 3 d.d. cap.

R/ Capl. Asam Mefenamat 500 mg No. X


S 3 d.d. capl. p.r.n

R/ Tab. Cataflam 50 mg No. X


S 3 d.d. tab.

Pro : ibu X
Usia : 54 tahun
11. Chlorpromazin dan haloperidol termasuk golongan psikotropika
- Amoxicilin(antibiotik) termasuk golongan Obat keras (daftar G =
Berbahaya)
- Asam mefenamat (anti inflamasi) dan cataflam (analgesik) termasuk
golongan obat bebas terbatas (daftar W = peringatan) dimana obat termasuk
obat keras yg dalam batas2 tertentu dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada
kemasan obat harus dilampirkan tanda peringatan & aturan pakai obat oleh
pabrik obat.
12. Berdasarkan kasus di atas Azas etika yang di langgar adalah Azas tidak
merugikan (principle of maleficence) dimana pasien tiba-tiba mengeluh sakit
kepala disertai muntah sesaat dan terjatuh dari kursi pemeriksaan. seharusnya
sebagai seorang dokter mengutamakan tindakan yang tidak merugikan pasien,
serta mengupayakan supaya resiko fisik, resiko psikologik maupun resiko
sosial akibat tindakan tersebut seminimal mungkin.
13. Kewajiban dokter terhadap pasien :
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,
ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam
penyakit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai