Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MUATAN LOKAL

TENTANG

“ PANGKENANG ADAT SAMAWA”

DISUSUN OLEH :
JAIMAH
KELAS XI MIA 1

SMA NEGERI 1 ALAS


TAHUN 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1


1.1. Sakapur Sirih.................................................................................................................2
1.2. Pangkenang Adat Samawa Selayang Pandang .............................................................3

BAB II Kelengkapan Pangkenang Adat Samawa ..................................................................5


2.1. Pangkenang Adat Salaki ................................................................................................6
2.2. Pangkenang Adat Sawai ................................................................................................8

BAB III Ragam Pangkenang Adat Samawa ...........................................................................15


3.1. Pangkenang Lonas Pabite ..............................................................................................16
3.2. Pangkenang Lonas Panempu .........................................................................................17
3.3. Pangkenang Salonang Antin .........................................................................................18
3.4. Pangkenang Rama Nempu ............................................................................................19
3.5 Pangkenang Pajatu Juran ................................................................................................20
3.6. Pangkenang Pasak Kanadi.............................................................................................21
3.7. Pangkenang Pasak Panempu .........................................................................................22
3.8. Pangkenang Manca Kanadi ...........................................................................................23
3.9. Pangkenang Lante Lumar ..............................................................................................24
3.10. Pangkenang Lante Gadu ..............................................................................................25
3.11. Pangkenang Batedung Tuntang ...................................................................................26
BAB IV Penutup ........................................................................................................................27
4.1. Kesimpulan ....................................................................................................................28
4.2. Saran ..............................................................................................................................28

ii
BAB. I
PENDAHULUAN

1
1.1. Sakapur Sirih
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kepada Allah SWT juga tercurah dengan sepenuh cinta dan kasih. Karena
berkat rahmat dan ridhoNya saya dapat menyelesaikan tulisan “Pangkenang Adat Samawa”,
yang berisi uraian tentang ragam dan jenis pakaian adat Sumbawa yang merupakan hasil kajuan
dan standarisasi pakaian adat Sumbawa.

Samawa (baca : Sumbawa) merupakan kelompok etnis yang sangat egaliter, ramah dan
berpembawaan riang. Hubungnnya dengan etnis lain baik melalui komunikasi diluar daerah
maupun didalam lingkungan etnis samawa itu sendiri sedikit banyak memberikan pengaruh pada
tata tradisi busana Sumbawa.
Melalui tulisan Pangkenang Adat Samawa (Pakaian Adat Sumbawa) Saya mencoba
memperkenalkan lebih lanjut tentang salah satu kekayaan budaya Tau Tana Samawa.
Tulisan maupun hasil kajian tentu tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan, oleh
karenanya sumbangsih pemikiran maupun kritik dan saran sangat saya harapkan untuk
kesempurnaan.

2
1.2. Pangkenang Adat Samawa
Selayang Pandang

Berbicara tentang busana pada umumnya 1. Pangkenang Adat


bahwa sejak jaman purbakala manusia sudah Merupakan pakaian yang menjadi identitas Tau
mengenal busana, ketika mereka menemukan Samawa yang dikenakan dalam berbagai
bahan untuk menutup tubuhnya. Setelah manusia kesempatan.
pandai berburu, mereka mendapatkan dua hal 2. Pangkenang Boat Adat
yang sangat penting dalam hidupnya yakni daging Pakaian yang menjadi kelengkapan upacara
untuk dimakan dan kulit binatang untuk menutupi adat daur hidup seperti Pangkenang Biso Tian,
tubuhnya. Pangkenang Basunat, Pangkenang Batanak,
Selain kulit binatang, bahan busana juga dll.
dibuat dari kulit kayu, rumput dan lain-lain. 3. Pangkenang Tokal Adat
Semua bermuara pada satu tujuan yakni tujuan Pakaian kebesaran yang dikenakan selaras
kesusilaan, kesehatan dan rasa keindahan. Jabatan. Pakaian jenis ini berlaku dimasa
Demikian pula bagi tau Samawa, kerajaan Kesultanan Sumbawa. Dewasa ini
perjalanan peradabannya dalam tata busana sudah sangat jarang dipakai.
melalui jarak tempuh yang cukup panjang sampai
dengan apa yang kita kenal dewasa ini. Tentu Dalam tulisan ini, bahasan kita adalah
tidak dapat dielakkan adanya persentuhan dan tentang Pangkenang Adat. Secara umum bahan
pengaruh adat istiadat dan budaya dengan suku pakaian adat Sumbawa terbagi atas dua bagian,
bangsa lain yang memunculkan sintesa baru adat yakni :
istiadat dan menjadi ciri bagi budaya Tana a. Bahan Pakaian Adat Hasil Tenunan Khas
Samawa. Sumbawa seperti :
Tana samawa yang terbentang dari Tarano 1. Sesek Biasa
hingga Sekongkang, pada masa lalu merupakan Tenunan biasa yang umumnya dikenakan
wilayah adat Kesultanan Sumbawa. Dewasa ini untuk kebutuhan sehari-hari seperti : Kere
Tana Samawa terbagi menjadi dua Kabupaten Palekat, Kere Ragi Bungkis
yakni Kabupaten Sumbawa yang terbentuk pada 2. Sesek Alang
tanggal 22 Januari 1959 dan Kabupaten Sumbawa Tenunan yang kita kenal secara umum
Barat yang dimekarkan pada tanggal 20 sebagai songket khas Sumbawa yang
November 2003. disebut Kere Alang (Sarung Songket),
Tau Tana Samawa memiliki kekayaan dan Pabasa Alang (Selendang Pria) maupun
keragaman budaya, salah satunya adalah Sapu Alang (Destar).
“Pangkenang” atau pakaian adat. Dalam tata 3. Sesek Pagar
busana Tradisi Tana Samawa, dikenal Tenunan jenis ini memiliki kekhasan serta
pembagaian jenis pakaian adat atas tiga kelompok kaunikan tersendiri dimana hasil tenunan
besar, yakni : memiliki motif/ragam hias tetapi tidak

3
melalui proses menyongket, hanya
menggunakan teknik penerapan motif
pada benang lungsi/tane yang turun naik
membentuk motif.
4. Sesek Ikat
Tenunan yang motifnya dibuat dengan
Teknik mengikat benang lalu dicelupkan
pada warna yang disukai, tenun teknik ini
sudah dikenal cukup lama oleh Tau
Samawa. Biasa digunakan sebagai Alu atau
kepala kain, terutama untuk teknik ragam
khias pada Sesek Ragi Bungkis.
5. Sesek Medo Bura
Tenunan khusus yang digunakan pada ritus
pengobatan magis seperti, Kere Polak Desa,
Kere Bali, Kere Buyang dan Langit Pipes.

b. Bahan Pakaian Adat hasil aplikasi dari bahan jadi lalu diberi ornamen khas dengan teknik Jit Tahan Uji
seperti ; Lamung Pene Cila, Awi Lompo, Awi Cila, Cipo Cila, Sarangan Cila, Leang Pabarat, Lamung
Tutup, Gadu, Lamung Taruna, Lamung Kurung Bini, dll.

Kedua Materi Tersebut diatas berpadu pada diri Tau Samawa baik pria maupun wanita sehingga
melahirkan bentuk-bentuk Pakaian Adat Samawa yang begitu kaya dan beragam. Dikenakan dalam
berbagai kesempatan budaya.

4
BAB. II
KELENGKAPAN PANGKENANG ADAT
SAMAWA

5
2. Kelengkapan Pangkenang Adat Samawa

2.1. Pangkenang Adat Salaki

2.1.1. Sapu’ Alang

Sapu’ Alang merupakan ikat kepala yang d. Tokko Layar Pele


terbuat dari KRE’ALANG (kain tenun khas Takko jenis ini biasanya dikenakan oleh para pria
Sumbawa) yang memiliki bentuk segitiga dalam perjalanan jauh
menjulang keatas yang bermakna bahwa si
pemakai adalah orang yang religius dan memiliki
harkat martabat yang tinggi. Sapu’ Alang ini
awalnya berbentuk segiempat yang kemudian
dilipat menjadi 3 sudut. Sapu’ Alang itu dipakai
dengan cara dibentuk segitiga lalu diikatkan ke
kepala, artinya tidak boleh dijahit memang.
Dalam tradisi Sumbawa model lipatan Sapu’
Alang disebut “Tokko”.
Beberapa Jenis “Tokko Sapu’ Alang” yaitu : e. Tokko Tekar Layar
a. Tokko Mako Turen Den Jenis Tokko ini biasanya dikenakan saat upacara
Tokko Mako Turen Den adalah jenis resmi
Takko Sapu’ Alang yang biasa dikenakan pada
acara resmi.

f. Tokko Pamale
Jenis Tokko ini dikenakan oleh para pemain dalam
permainan rakyat, seperti : main jaran/barapan kebo,
gentao dll.

b.Tokko Baringin Nyungkar


Jenis Tokko ini biasanya dikenakan pada
saat ngayo (bertanding) maupun dalam kegiatan
yang bersifat kompetitif.
c. Tokko Salimpat
Jenis Takko ini biasa digunakan saat g. Tokko Kampung
bersila-turahmi dan upacara adat atau permainan Jenis Tokko ini biasanya dikenakan oleh para
rakyat Gajang Ritapi para Matowa Kampung Bugis (Pelindung
Sultan)

h. Tokko Lete Mega


Selain itu, yang biasa dikenakan oleh kaum lelaki
dikepalanya adalah Katopong, yang dalam bahasa
indonesia berarti peci.

6
2.1.2 Katopong

Kopiah khas sebagai penutup kepala pria.


Katopong selain dikenakan oleh pria dewasa terutama
dalam kedudukannya sebagai tokoh masyarakat juga
merupakan kelengkapan “Pakenang Tokal Adat”.
Selain pemakaiannya sebagai kelengkapan pakaian
adat, katopong juga menjadi pelengkap busana upacara
adat “Pakenang Boat Adat” bagi anak lelaki yang Katopong Bukubambang Katopong Bukubambang
tengah diupacarai dalam ritual daur hidup seperti No Pusuk Pusuk Tungal
basunat (Khitan).
Katopang selain bentuknya yang khas,
diperkaya pula dengan hiasan khusus pada bagian atas
berupa hiasan dari logam/permata atau yang biasa
disebut “Bukubambang”. Bukubambang pada
Katopong inilah yang menjadi petunjuk untuk
memperjelas status si pemakai. Katopong Bukubambang Katopong
Rapusuk Telu Antin Bukubambang Rapusuk
Dua Antin

2.1.3. Saruku ( Simpul Sapu’ Alang)

Sapu’ Alang atau destar pria memiliki tatacara b. Saruku Lam Jalala
menyimpul (Saruku). Ada dua jenis simpul Sapu’ Simpul Sapu’ Alang yang menyerupai
Alang diantaranya : huruf Lam Jalala/Lam Alif (Huruf Hijaiyah) untuk
a. Saruku Malang “Tokko Baringin Nyungkar”
Merupakan simpul sapu’ Alang yang umumnya
dipakai oleh pria Sumbawa

7
2.1.4. Lamung Belo

Kaum Pria Sumbawa mengenakan lamung,


semacam jas tutup berlengan panjang berhiaskan cepa
emas. Kemudian dihiasi dengan pabasa alang, yaitu
semacam selendang songket, berukuran agak lebar
dibanding selendang biasa yang berfungsi sebagai dodot.

Pabasa Alang
Lamung Belo

2.1.5. Saluar Belo dan Tope

Untuk pakaian bawah, menggunakan saluar belo yaitu celana panjang polos kemudian.celana dipadu
dengan tope, semacam rok dari kain halus berwarna merah yang dihiasi dengan cepa emas yang agak besar.
Untuk menahan tope digunakan ikat pinggang (pending) emas.

Seluar Belo dan Tope

8
2.2. Pangkenang Adat Sawai

2.2.1. Sapu Kidasanging

Sapu’ Kidasanging adalah kain persegi empat d. Sapu Kidasanging Sampar Ima
berukuran minimal 30x30 cm hingga 70x70 cm. Bidang Dikenakan sebagai pegangan pada tangan kiri
kain disulam benang emas sedang bagian sisi diberi hiasan Pengantin pria dan wanita sebagai alas tangan
renda emas (rante) serta hiasan berupa kepingan kiri(sampar ima) saat bersalaman
emas/perak berbentuk daun yang disebut kida-kida.
Pemakaian Sapu Kidasanging dalam tata busana
adat Sumbawa antara lain :
a. Sapu Kidasanging Tedung Cipo
Difungsikan sebagai penutup kepala, terutama bagi
anak-anak putri yang tengah diupacarai.

e. Sapu Kidasanging Salampe Puyung


Dikenakan sebagai penutup sanggul (Punyung
Lakang) bagi para gadis (dadara).

b. Sapu Kidasanging Salampe Toak


Dipakaikan pada bahu kiri, umumnya pada f. Sapu Kidasanging Panali Keris
pengantin putri Hiasan pada hulu keris sebagai kelengkapan
pangkenang adat, pangkenang tokal adat dan
pangkenang boat adat.

c. Sapu Kidasanging Tungkam/Batungkam g. Sapu Kidasanging Lungkap Parisi/Pasangka


Sapu kidasanging sebagai penutup wajah mempelai Digunakan sebagai penutup hantaran adat baik
putri dalam prosesi “Sentek Kemang Bolang Kemang” yang berisi makanan kelengkapan upacara adat dll.
Upacara adat perkawinan Sumbawa.

9
h. Sapu Kidasanging Pakebas Tanak
Dikenakan sebagai hiasan tangan oleh penari Tanak juran, sebuah tari ritual yang biasa ditampilkan pada
upacara adat dan upacara kebesaran Kesultanan Sumbawa

2.2.2. Selendang

Wanita suku Samawa mengenal beberapa jenis selendang yang


dikenakan sebagai kelengkapan pakaian adat selendang khas
dimaksud antara lain:
a. Cipo Cila
Tutupan kepala berwarna merah tersebut dinamakan
cipo cila, fungsinya yaitu untuk menutup kepala. Dibagian
kepala belakang terdapat lubang. Lubang tersebut biasanya
digunakan untuk memasukkan sanggul atau biasa disebut
punyung lakang dalan bahasa Sumbawa. Namun akan diangkat
keatas jika menggunakan jilbab.
Menurut cerita, lubang di kepala belakang cipo cila juga
melambangkan status wanita tersebut. Jika lubang tersebut
diturunkan atau terbuka saat digunakan, bertanda bahwa
wanita tersebut sudah berkeluarga. Jika tertutup, maka wanita
tersebut masih gadis atau belum menikah.
b. Sarangan Cila
Adalah selendang persegi panjang
dengan ukuran berkisar 185x60 cm hingga
200x80 cm. seperti halnya cipo cila, sarangan
cila juga disulam dengan teknik Jit tahan uji;
komposisi ragam hiasnya terbagi atas 3 (tiga)
bagian, antara lain bagian ujung meggunakan
motif Pusuk Rebong maupun Kemang nanas.
Sedangkan bagian sisi menggunakan motif
ragam hias Lonto engal, pada bagian tengah
diperkaya dengan Bunga tabur berbentuk
kemag setange, cepa tampok manggis, cepa
bunga tanjung, dll.
Sarangan cila juga berfungsi sebagai
penutup kepala yang dipadukan dengan baju
kurung maupun kebaya kurung khas
Sumbawa, umumnya digunakan oleh wanita
dewasa.

c. Leang Pabarat
Masih dalam jenis yang sama dengan sarangan cila, Leng Pabarat
memiliki ukuran yang lebih besar dari sarangan cila. Ukurannya berkisar
antara 185x120 cm hingga 200x150 cm. Baik teknis ragam hias maupun
fungsinya, tidak jauh berbeda dengan sarangan cila.

10
2.2.3. Lamung

Pakaian adat wanita Sumbawa berupa Lamung b. Lamung Kurung Belo


pene dan Lamung Kurung. Baju kurung yang berukuran lebih panjang,
1. Lamung Pene yakni berukuran diatas lutut pemakai. Baju
Baju khas berbentuk persegi dengan lubang
kurung jenis ini tidak menggunakan krah hanya
untuk memasukkan kepala. Lamung pene dikatakan
demikian artinya baju berlengan pendek. Lamung pene berbentuk bundar leher biasa.
diperindah dengan Kae (Renda emas) ataupun Rante
(Rantai emas;Logam) dan Cepa (hiasan bunga tabor baik
yang border maupun dalam bentuk lempengan logam).
Lamung pene dikenakan oleh wanita pada
umumnya serta untuk mengikuti berbagai kegiatan dan
acara budaya.

c. Lamung Kurung Bini


Memiliki ukuran yang sama dengan lamung
kurung belo tetapi yang menjadi pembeda adalah
Lamung Kurung Bini mempunyai kerah.

2. Lamung Kurung
Lamung Kurung atau atau baju kurung
dikenakan oleh wanita dewasa dalam kesempatan-
kesempatan tertentu.
Ada beberapa jenis Lamung Kurung antara lain :
a. Lamung Kurung Bela Dada
Yakni baju kurung berlengan panjang yang
batas baju sebatas panggul. Baju kurung jenis ini tanpa
kerah dengan ciri khas pecahan pada bagian dada.

11
3. Kebaya Kurung
Kebaya Kurung yaitu kebaya khas Sumbawa
bentuknya yang unik dengan jahitan “Jangkoak” yakni
guntingan melengkung terbuka pada bagian bawah depan.
Kebaya kurung memiliki krah maupun tidak tergantuk
selera pemakai. Baik lamung kurung, kebaya kurung
maupun lamung pene dibuat dari bahan polos
bertiras/tekstur lembut dan disentuh motif hias dengan
teknik sulam.

2.2.4. Kere’ Alang

Dalam kebudayaan Sumbawa, Kere’ Alang merupakan


tenun songket khas Sumbawa yang berfungsi sebagai
kelengkapan pakaian adat pria dan wanita yang digunakan
dalam upacara adat. Kain tenunan yang menggunakan benang
emas disebut dengan kere’ alang. Kere’ alang yang ada di
daerah Sumbawa sangat beragam. Berdasarkan jenisnya kere’
alang terbagi menjadi empat yaitu, Kere’ Alang Jit Tahan Uji,
Kere’ Alang Rata Ketik, Kere’ Alang Cepa’, dan Kere’ Alang
Ragi Sasir/Kere’ Alang Sasir.
Dari beberapa jenis kere’ alang tersebut, masing-
masing kain memiliki motif yang berbeda dan juga
mengandung nilai filosofi yang berbeda pada tiap motifnya.
Adapun motif-motif yang ada pada tenunan songket kere’
alang adalah Motif Kemang Satange, Motif Lonto Engal, Motif
Ayam, Motif Gili Liyuk, Motif Kemang Babete Idar Langi,
Motif Bukang Marege, Motif Piyo Manis, Motif Jajar Kemang
Baleno, Motif Cepa’, Motif Kengkang Badayung, Motif
Lasuji, Motif Selimpat, Motif Pohon Hayat, Motif Pusuk
Rebong, Motif Manusia.

Gambar V : Motif Kemang Babete Idar


Langi

12
Gambar VIII : Motif Jajar Kemang
Balino

2.2.5. Asesoris

Asesoris merupakan pelengkap dalam b. Sumping Telu Ragi


berbusana adat. Begitupula dalam berbusana adat Bunga yang digubah dalam tiga warna sebagai
Sumbawa. Asesoris yang dikenakan memiliki bentuk hiasan yang diselipkan dibawah sanggul, warna
serta menjadi identitas penguat dalam berbusana adat. yang umumnya dipakai adalah warna kuning, hijau
Asesoris yang dimaksud antara lain : dan merah muda
a. Kemang Kanentek c. Bengkar Taroweh
Lebih dikenal dengan nama kemang goyang, Adalah anting panjang yang dipakai melengkapi
dipakai sebagai hiasan kepala. busana adat Sumbawa, sedangkan bengkar atau
pasak adalah giwang besar yang dikenakan jika para
wanita dewasa memakai baju kurung maupun
kebaya kurung.
d. Tonang Mastora
Kalung khas yang terbuat dari butiran atau
lempengan logam berukuran kecil dengan jumlah
anakan yang cukup banyak, digunakan sebagai
penutup leher, terutama bagi wanita yang belum
menikah.

13
e. Ponto
adalah gelang khas yang dikenakan wanita
dalam berpakaian adat

f. Salepe
Sama dengan fungsi pada pakaian yang terdapat pada
pakaian adat pria. Sedikit hal yang menjadi pembeda
adalah, salepe pada wanita juga berfungsi sebagai
“Penyelit Lamung” yakni tempat memasukkan ujung
lamung pene bagian depan

14
BAB. III
RAGAM PANGKENANG ADAT
SAMAWA

15
3. Ragam Pangkenang Adat Samawa

3.1. Pangkenang Lonas Pabite

Lonas Pabite artinya remaja yang bergaya


atau gaya remaja.
Pangkenang adat ini diperuntukan bagi
remaja dan pemuda dikenakan dalam berbagai
kesempatan budaya, penyambutan tamu baik di
dalam maupun di luar daerah.

Materi Pakaian:
Pria
1. Sapu Alang Tokko Mako Turen Den
2. Pabasa Alang Salempang Lipat Dua
3. Kere Alang dikenakan dengan cara “Tepong
gadu” yakni melipat kain dipinggang kiri dan
kanan, lalu diberi Parabat. Panjang kain -+ 10 cm
di bawah lutut.
4. Lamung Taruna Lengan ¾
5. Saluar Belo
6. Parabat
7. Salepe
8. Alas kaki (sepatu sandal/sepatu)

Wanita
Sapu Kidasanging diletakkan di atas sanggul
punyung belakang.
2. Lamung Pene diberi hiasan dengan teknik
border/payet (cepo/cila)
3. Kere Alang
4. Bebat (stagen) dan Parabat
5. Assesoris:
- Kemang Bagegar/Kemang Kanentek (tiga
batang)
- Bengkar Tarowe (anting)
- Kemang Sumping
- Tonang Mastora (kalung)
- Ponto (gelang)
- Salepe
6. Alas kaki (selop terbuka)

16
3.2. Pangkenang Lonas Panempu

Remaja/pemuda yang mengikuti/


menghadiri suatu kegiatan, inilah maksud
dari Lonas Panempu.
Pakaian yang dihajatkan untuk
remaja dan kaum muda yang belum
menikah ini dikenakan dalam berbagai
kesempatan budaya, penyambutan tamu
baik di dalam maupun di luar daerah.

Materi Pakaian:

Pria
1. Sapu Alang Tokko Mako Turen
Den/Layar Pele
2. Pabasa Alang Salonang dengan empat
lipatan
3. Kere Alang dikenakan dengan cara
“Tepong gadu” yakni melipat kain
dipinggang kiri dan kanan, lalu diberi
Parabat. Panjang kain -+ 10 cm di
bawah lutut.
4. Lamung Taruna Lengan panjang
5. Saluar Belo
6. Parabat
7. Salepe
8. Alas kaki (sepatu sandal/sepatu)

Wanita
1. Sapu Kidasanging disampirkan di bahu
kiri
2. Lamung Pene diberi hiasan dengan
teknik border/payet (cepo/cila)
3. Kere Alang
4. Parabat
5. Bebat (stagen)
6. Assesoris:
- Kemang Bagegar/Kemang Kanentek
(tiga batang)
- Bengkar Tarowe (anting)
- Kemang Sumping
- Tonang Mastora (kalung)
- Ponto (gelang)
- Salepe
7. Alas kaki (selop terbuka)

17
3.3. Pangkenang Salonang Antin

Salonang Antin, nama yang diambil


dari cara pemakaian Pabasa Alang/Salempang
sang pria dalam jenis pakaian adat ini.
Pangkenang adat Salonang Antin
seperti halnya Lonas Pabite dan Lonas
Panempu dikenakan dalam berbagai
kesempatan budaya, penyambutan tamu baik
di dalam maupun di luar daerah.

Materi Pakaian:

Pria
1. Sapu Alang Tokko Baringin Nyungkar
2. Pabasa Alang Salonang dengan empat
lipatan
3. Kere Alang dikenakan dengan cara
“Tepong Belo”
4. Lamung Kurung
5. Parabat
6. Salepe
7. Alas kaki (sepatu sandal/sepatu)

Wanita
1. Cipo Cila
2. Lamung Pene diberi hiasan dengan teknik
border/payet (cepo/cila)
3. Kere Alang
4. Bebat (stagen) dan parabat
5. Assesoris:
- Pasak/Bengkar (dikenakan oleh remaja
putri yang tidak berjilbab)
- Tonang Mastora (kalung)
- Ponto (gelang)
6. Memakai jilbab dasar dan dalaman
(muslimah)
7. Alas kaki (selop terbuka)

18
3.4. Pangkenang Rama Nempu

Rama atau khalayak adalah masyarakat


umum.
Pangkenang ini digunakan untuk yang
sedang menghadiri acara budaya, seperti itulah
deskripsi dari pakaian adat Rama Nempu.
Dipakai oleh pemuda/pemudi serta
kalangan dewasa salam berbagai acara.

Materi Pakaian:

Pria
1. Sapu Alang Tokko Pamale
2. Pabasa Alang Salempang Lipat Dua
3. Kere Alang “Tepong Belo”
4. Lamung Taruna Lengan Panjang
5. Parabat
6. Salepe
7. Alas kaki (sepatu sandal/sepatu)

Wanita
1. Cipo Cila
2. Lamung Pene diberi hiasan dengan teknik
border/payet (cepo/cila)
3. Kere Alang
4. Bebat (stagen)
5. Assesoris:
- Pasak/Bengkar (dikenakan oleh wanita
yang tidak berjilbab)
- Karabu (Bros)
- Memakai jilbab dasar dan dalaman
(muslimah)
6. Alas kaki (selop terbuka)

19
3.5. Pangkenang Pajatu Juran

Pengatur atau penguasa wilayah arti


dari Pajatu Juran.
Disebabkan pakaian adat ini dihajatkan
untuk dipakai oleh para panitia, pengatur
kegiatan ataupun pejabat di suatu wilayah
tertentu seperti kelurahan, desa dan lain-lain.

Materi Pakaian:

Pria
1. Sapu Alang Tokko Kampung
2. Pabasa Alang Salempang Lipat Empat
3. Kere Alang Tepong Belo
4. Lamung tutup (jas tutup)
5. Parabat
6. Salepe
7. Alas kaki (sepatu sandal/sepatu)

Wanita
1. Cipo Cila
2. Lamung Kurung Bela Dada
3. Kere Alang
4. Bebat (stagen)
5. Memakai jilbab dasar dan dalaman
(muslimah)
6. Asesoris: Karabu (Bros)
7. Memakai alas kaki (Selop)

20
3.6. Pangkenang Pasak Kanadi

Pasak Kanadi dimaknai sebagai


tokoh yang memiliki kedudukan dalam
masyarakat.
Pakaian adat ini dikenakan oleh
para tokoh dan sesepuh dalam berbagai
kesempatan terutama sebagai pengatur
dan pelaksana kegiatan adat, budaya
dan lain-lain.

Materi Pakaian:

Pria
1. Katopong berwarna keemasan
dengan hiasan buku Bambang Tanpa
Pucuk.
2. Lamung tutup (jas tutup) warna
terang seperti: krem, coklat susu,
coklat keemasan, hijau muda, biru
muda.
3. Kere Alang Tepong Belo
4. Assesoris: rantai saku
5. Parabat
6. Salepe
7. Alas kaki (sandal/sepatu sandal)

Wanita
1. Sarangan Cila
2. Lamung Kurung
3. Kere Alang
4. Bebat (stagen)
5. Memakai jilbab dasar dan dalaman
(muslimah)
6. Asesoris: Karabu (Bros)
7. Alas kaki (Selop terbuka)

21
3.7. Pangkenang Pasak Panempu

Jika Pasak Kanadi dalam peran sang


pemakai sebagai pelaksana/pengatur dan lain-
lain.
Maka Pasak Panempu digunakan oleh
tokoh yang memiliki kedudukan dalam
masyarakat dalam rangka menghadiri/mengikuti
acara-acara budaya serta seremonial lainnya.

Materi Pakaian:

Pria
1. Sapu Alang Tokko Mako Turen Den
2. Lamung Kurung warna terang seperti: krem,
coklat susu, coklat keemasan, hijau muda, biru
muda.
3. Kere Alang Tepong Belo
4. Assesoris: rantai saku
5. Parabat
6. Salepe
7. Alas kaki (sandal/sepatu sandal)

Wanita
1. Cipo Cila
2. Lamung Pene
3. Kere Alang
4. Bebat (stagen)
5. Assesoris: Karabu (bros)
6. Memakai jilbab dasar dan dalaman
(muslimah)
7. Alas kaki (Selop terbuka)

22
3.8. Pangkenang Manca Kanadi

Seperti halnya Pasak Kanadi,


pangkenang Manca Kanadi juga diperuntukan
bagi tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh
budaya yang dituakan dalam masyarakat baik
sebagai pelaksana kegiatan maupun dalam
rangka menghadiri kegiatan budaya dan
seremonial lainnya.

Materi Pakaian:

Pria
1. Katopong warna hitam dengan hiasan buku
Bambang Sopo Antin
2. Lamung tutup (jas tertutup) warna gelap
seperti: hitam, biru tua, hijau gelap, maroon,
coklat tua, dan lain-lain.
3. Kere Alang Tepong Belo
4. Assesoris : rantai saku
5. Parabat
6. Salepe
7. Alas kaki (sandal/sepatu sandal)

Wanita
1. Sarangan Cila (selendang bersulam)
2. Kebaya Kurung
3. Kere Alang
4. Bebat (stagen)
5. Assesoris: Karabu (bros)
6. Memakai jilbab dasar dan dalaman
(muslimah)
7. Alas kaki (Selop terbuka)

23
3.9. Pangkenang Lante Lumar

Pakaian adat ini dikenakan dalam acara


yang tidak terlalu resmi seperti pada upacara
adat maupun sebagai pelaku dalam kegiatan
budaya.

Materi Pakaian:

Pria
1. Sapu Alang Tokko Lete Mega/Mako Turen
Den
2. Lamung tutup (jas tertutup) warna hitam, biru
tua, hijau gelap, maroon, coklat tua, dan
semua jenis warna gelap.
3. Kere Alang Tepong Belo
4. Assesoris: rantai saku
5. Parabat
6. Salepe
7. Alas kaki (sandal/sepatu sandal)

Wanita
1. Cipo Cila
2. Lamung Pene
3. Kere Alang
4. Bebat (stagen)
5. Assesoris: Karabu (bros)
6. Memakai jilbab dasar dan dalaman
(muslimah)
7. Alas kaki (Selop terbuka)

24
3.10. Pangkenang Lante Gadu

Lante Gadu secara harfiah diartikan


sebagai pakaian para menteri.
Pakaian adat ini merupakan pakaian adat
resmi dan lengkap untuk tokoh masyarakat
maupun pejabat pemerintah dalam menghadiri
acara/seremonial resmi.

Materi Pakaian:

Pria
1. Katopong warna hitam; buku Bambang Telu
Antin
2. Lamung tutup (jas tertutup) warna gelap
seperti: hitam, biru tua, hijau gelap, maroon,
coklat tua, dan semua jenis warna gelap.
3. Kere Alang (sabidang; ukuran setengah
sarung)
4. Saluar belo (celana panjang)
5. Assesoris: rantai saku
6. Parabat
7. Keris + Sapu Kidasanging
8. Selepe
9. Alas kaki (sandal/sepatu sandal)

Wanita
1. Leang Pabarat (selendang besar bersulam)
2. Lamung Kurung Bini (bersulam benang
emas)
3. Kere Alang
4. Bebat (stagen)
5. Memakai jilbab dasar dan dalaman
(muslimah)
6. Assesoris: Karabu (bros)
7. Alas kaki (Selop terbuka)

25
3.11. Pangkenang Batedung Tuntang

Batedung Tuntang disebut juga


dengan istilah “Bakere Dua” artinya
memakai dua lembar sarung.
Nama Batedung Tuntang diambil
dari tatacara bersarung bagi sang wanita.
Satu lembar disarungkan dan satu lembar
dijadikan kerudung. Keunikan dari
busana ini khususnya busana wanita
adalah terletak pada padupadan warna
antara kain kerudung, kebaya berbunga
dan kain sarung. Adapun busana pria
menampakkan pengaruh busana melayu.
Dikenakan pada acara tidak resmi dalam
kegiatan kemasyarakatan.

Materi Pakaian:

Pria
1. Kopiah hitam
2. Lamung Kurung
3. Kere Palekat/Kere Ragi Bungkis
4. Saluar Belo
5. Alas kaki (sandal)
Catatan:
Pangkenang Batedung tuntang khusus
untuk pria dapat memakai atau
mengenakan sarung panjang ataupun
celana panjang dengan sarung pendek
sebagaimana gambar tersaji.

Wanita
1. Kere Ragi Bungkis (Kere Sabe)
2. Kebaya
3. Kere Palekat
4. Bebat (stagen)
5. Assesoris: Karabu (bros)
6. Alas kaki (Selop terbuka)

26
BAB. IV
PENUTUP

27
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Samawa (baca : Sumbawa) merupakan kelompok etnis yang sangat egaliter, ramah dan berpembawaan
riang. Hubungnnya dengan etnis lain baik melalui komunikasi diluar daerah maupun didalam lingkungan etnis
samawa itu sendiri sedikit banyak memberikan pengaruh pada tata tradisi busana Sumbawa. Tau Tana Samawa
memiliki kekayaan dan keragaman budaya, salah satunya adalah “Pangkenang” atau pakaian adat. Kelengkapan
Pangkenang Adat Samawa terdiri dari Pangkenang Adat Salaki dan Pangkenang Adat Sawai. Yang dimana untuk
pangkenang adat Salaki terdiri atas Sapu Alang, Katopong (Kopiah), Lamung Belo, Saluar belo dan Tope.
Sedangkan pada Pangkenang Adat Sawai terdiri atas Sapu Kidasanging, Salendang, Lamung, Kere’ Alang serta
Asesoris.
Pangkenang Adat Samawa dalam tata cara pemakaiannya selama ini, terdapat banyak perbedaan serta
belum sepenuhnya sempurna. Berbagai bentuk dan gaya pakaian adat Samawa merupakan keragaman tata busana
yang memperlihatkan tingginya citarasa berbusana Tau Samawa (Orang Sumbawa). Hasil kajian dan standarisasi
tertuang dalam pembagian ragam dan jenis pangkenang adat Samawa yaitu : Pangkenang Lonas Pabite,
Pangkenang Lonas Panempu, Pangkenang Salonang Antin, Pangkenang Rama Nempu, Pangkenang Pajatu Juran,
Pangkenang Pasak Kanadi, Pangkenang Pasak Panempu, Pangkenang Manca Kanadi, Pangkenang Lante Lumar,
Pangkenang Lante Gadu, Pangkenang Batedung Tuntang.

4.2. Saran
Tulisan maupun hasil kajian tentu tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan, oleh karenanya sumbangsih
pemikiran maupun kritik dan saran sangat saya harapkan untuk kesempurnaan.

28

Anda mungkin juga menyukai