Anda di halaman 1dari 18

Aspek I : Manajerial

Subaspek Keterangan
Administrasi dan - UU No 44 tahun 2009 tentang RS
per UU - PMK 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan RS
- PMK 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi RS
- PMK 129 tahun 2008 tentang SPM RS
- PMK 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di RS
Klasifikasi RS Jenis RS
1. Berdasarkan Pelayanan
- Rumah Sakit Umum
Rumah sakit yang melayani semua jenis penyakit
- Rumah Sakit Khusus
RUmah sakit yang melayani 1 jenis penyakit tertentu, cth : Rumah Sakit
Paru, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Onkologi
2. Berdasarkan Pengelolaan
- Rumah Sakit Publik
Dikelola oleh pemerintah/pemda. Pengelolaan dengan BLU/BLUD
- Rumah Sakit Privat
Dikelola oleh pihak swasta non pemerintah
Klasifikasi RS
A/B/C/D (Terlampir)

Organisasi RS dan 1. Instalasi Farmasi


IFRS 2. Tim/Komite Farmasi dan Terapi
3. Tim/Komite lain
- Pengendalian Infeksi Rumah Sakit;
- Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
- Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit;
- perawatan paliatif dan bebas nyeri;
- penanggulangan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndromes);
- Direct Observed Treatment Shortcourse (DOTS);
- Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA);
- Transplantasi;
- PKMRS; atau
- Terapi Rumatan Metadon.
Akreditasi Terlampir
Tim Medik- Adalah : unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah
Farmasi dan Sakit mengenai kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit
Terapi
Anggota : Dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit,
Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan.

Tugas:
Komite/Tim Farmasi dan Terapi mempunyai tugas:
1. mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit;
2. melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit;
3. mengembangkan standar terapi;
4. mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;
5. melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional;
6. mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;
7. mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
8. menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah
Sakit.

Komite/Tim Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur,


sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan
sekali dalam satu bulan.

Aspek II : Pengelolaan sediaan farmasi dan sistem pengendalian mutu IFRS


Subaspek Keterangan
Pemilihan Berdasarkan:
(PMK 72 : Standar Pelayanan Kefarmasian)
a. formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi;
b. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang telah ditetapkan;
c. pola penyakit;
d. efektifitas dan keamanan;
e. pengobatan berbasis bukti;
f. mutu;
g. harga; dan
h. ketersediaan di pasaran.
(MDS – 3. Managing Acces to Medicine and Health Technology)
1. Kebutuhan/Needs
2. Efficacy
3. Safety
4. Cost
5. Compliance

Dilakukan oleh Tim Farmasi dan Terapi


Perencanaan Adalah : kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:


a. anggaran yang tersedia;
b. penetapan prioritas;
c. sisa persediaan;
d. data pemakaian periode yang lalu;
e. waktu tunggu pemesanan; dan
f. rencana pengembangan.

Metode Perencanaan:
1. Konsumsi = karena epidemiologi untuk rumah sakit khusus,
RSU lebih baik untuk konsumsi
2. Epidemiologi
3. Kombinasi
Dilakukan Oleh :
Departemen Farmasi
Pengadaan Adalah : Kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan.

Aplikasi POS (Point of Sales) – Direct sales langsung ke pabriknya. nanti


diberikan oleh distributor terdekat dengan harga terendah.

Sumber Pengadaan:
1. Pembelian
2. Produksi
- Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran ; NaCl 15% untuk
hiponatremi berat
- Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri; Alkohol
handrub
- Sediaan Farmasi dengan formula khusus;
- Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking;
Meropenem AB untuk anak2
- Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan alergen di RSUD dr
soetomo
- Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus
dibuat baru (recenter paratus). cth : TPN, sediaan steril

3. Dropping/hibah
Obat2 program dari dinas kesehatan
1. TB
2. HIV
3. Kusta
4. Malaria
5. Gizi buruk
6. Hepatitis
7. Cacing
8. Diare
9. Imunisasi
Instalasi dapat mengembalikan obat yang tidak bermanfaat.
PMK 72 hal 19

Dilakukan Oleh :
Unit Layanan Pengadaan

Alur:
Perencanaan-Penganggaran-List anggaran oleh BLU – Pejabat
pengadaan (ULP)
Penganggaran
UU no 44 th 2009
Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di
bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah
dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan
Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Penganggaran melalui BLU

BLU rumah sakit merupakan unit pelaksana teknis Kementerian


Kesehatan yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan
kegiatan jasa pelayanan, pendidikan, penelitian, dan pengembangan
serta usaha lain dalam bidang kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat.

Bertujuan untuk menerapkan pengelolaan keuangan yang fleksibel


untuk meningkatkan kesejahteraan

Financial Resources :
- Government Financing, e.g. National/local government
- User fees e.g. Privat medicine purchases
- Social insurance i.e. BPJS
- Community financing i.e. Pembayaran sukarela/ NGO
- Donor financing, kerjasama bilateral, multilateral

Kriteria pemilihan supplier


- Berbadan hukum
- Memiliki tanda daftar perusahaan
- NPWP
- Penanggung jawab apotekr dengan SIPA
Penerimaan Adalah: kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

- Dokumen cold chain


- NIE

Dilakukan oleh:
Barang >5 jt panitia penerimaan disesuaikan sama SP/ faktur
Barang <5 jt langsung ke pengurus barang persediaan (koordinator
penerimaan)
Penyimpanan Persyaratan penyimpanan :
1. Accessability
2. Utility
3. Communication
4. Drainage
5. Size
6. Security
Ketentuan2 tertentu
1. Jarak rak dengan lantai 30 cm
rak dengan dinding 15 cm
rak dengan atap 60 cm

2. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api


dan diberi tanda khusus bahan berbahaya.

3. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi


penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis
gas medis.

Biru = N2O (Nito oksida)


Putih = Oksigen
Abu2= Nitrogen
4. LASA
- Ketentuan RS
Nama mirip, dosis berbeda, kemasan mirip
5. Obat High Alert:
Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas 
 obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat 
menimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau 
kemoterapeutik; 
 obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama  (look alike), bunyi ucapan sama (sound alike),
seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine atau
disebut juga nama obat rupa ucapan mirip  (NORUM); 
 elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi
sama atau  lebih dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan
konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi
20%, 40%, atau lebih.
Pendistribusian Distribusi sentralisasi

Distribusi desentralisasi
- Depo (ada 7)
- Ward Floor stock

Emergency Kit = Life saving drug, dopamin dobutamin


Pemusnahan dan Penarikan
penarikan • Mandatory, cth karisoprodol
• Voluntary, cth yang mengandung losartan yang mpy efek
karsinogenik
Pemusnahan (PMK 72)
• Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
• Kadaluwarsa
• Tidak memenuhi syarat untuk digunakan
• Dicabut izin edarnya

Pemusnahan narkotika dan psikotropika


- Mengajukan surat pemberitahuan dan permohonan saksi
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau
Kepala Balai Besar/Balai Pengawasan Obat dan Makanan
Setempat.
- Pemusnahan 3 org dengan 2 orang saksi.
- Pemusnahan dilakukan oleh fasilitas pelayanan kefarmasian :
disaksikan petugas kesehatan sesuai permohonan
- Laporan pemusnahan yg di ttd apoteker penanggung jawab
dan saksi
Pengendalian Tujuan:
• Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit
• Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
• Memastikan persediaan efektif dan efisien (kekosongan /
kelebihan , kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan
Cara pengendalain: Evaluasi obat slow moving, dead stock
Dead stock = 3 bulan berturut turut tidak keluar

Obat dead stock yang ED + life saving pengadaan tidak boleh >0,1%
aset
Administrasi dan 1. Pencatatan dan Pelaporan
Pelaporan 2. Administrasi Keuangan
3. Administrasi Penghapusan
Laporan usulan penghapusan untuk obat ED

Sistem Pengendalian mutu BAB VI PMK 72 tahun 2016


IFRS Adalah : mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap
pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga
dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta
menyediakan mekanisme tindakan yang diambil.

Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:


a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring
dan evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai target yang ditetapkan.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja);
2. memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
1. melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang
ditetapkan;
2. meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah
memuaskan.

SPM PMK 129 tahun 2008 (Pedoman teknis untuk audit)


1. Waktu tunggu pelayanan
a. Obat jadi = ≤ 30 menit
b. Racikan = ≤ 60 menit
2. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat
100 %
3. Kepuasan pelanggan
≤ 80 %
4. Penulisan resep sesuai formularium
100 %

SPM PMK 43 tahun 2016 (untuk keseluruhan pelayanan kesehatan


menggunakan clinical pathway)

Akreditasi rumah sakit

UDD yang bertanggung jawab adalah apoteker yang boleh didelegasikan kepada AA / perawat

Aspek 3 : Pelayanan Farmasi Klinis


Adalah
1. Pelayanan langsung o apoteker
2. Mengoptimalkan terapi
3. Meminimalkan terjadinya resiko ES
4. Unt patient safety dan quality of life

Subaspek Keterangan
1. Pelayanan dan Yang wajib dilakukan (Berdasarkan prioritas)
Pengkajian resep - Skrining Administratif
- Skrining Farmasetik
- Skrining Klinis
2. Penelusuran Adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh
riwayat obat Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan,

Tahapan
Membandingkan-identifikasi ROTD-penilaian (rasionalitas,
penggunaan, penyalahgunaan)-dokumentasu

Info yang didapat:


o nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis, bentuk sediaan,
frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan Obat;
o reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi
o kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat (jumlah Obat yang
tersisa).

3. Rekonsiliasi Adalah : proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat


yang telah didapat pasien.

Tahapan:
Pengumpulan data-komparasi- konfirmasi- komunikasi

SNARS mengatur : Penelusuran Alergi


4. PIO Adalah
1. kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi
Obat
2. Independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif
3. Dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar
Rumah Sakit.

5. Konseling Adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi
Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.

Kriteria Pasien Konseling


1) pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu
hamil dan menyusui);
2) pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM,
epilepsi, dan lain-lain);
3) pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off);
4) pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, phenytoin);
5) pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan
6) pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.

- DIlihat pasien nya siapa saja, diberikan skala prioritas


berdasarkan masalah yang banyak dihadapi pasien
6. Visite Pekerjaan Apt di Rawat inap (1:30)
pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan
aktivitas
1. pengkajian resep,
2. penelusuran riwayat penggunaan Obat,
3. rekonsiliasi Obat,
4. pemantauan terapi Obat,
5. pemberian informasi Obat,
6. konseling,
7. edukasi dan
8. visite

Pekerjaan Apt di Rawat jalan (1:50)


pelayanan farmasi menajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan
aktivitas
1. pengkajian Resep,
2. penyerahan Obat,
3. Pencatatan Penggunaan Obat (PPP) dan
4. konseling,
7. PTO Adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan
terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

Tahapan
a. pengumpulan data pasien;
b. identifikasi masalah terkait Obat;
c. rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat;
d. pemantauan; dan
e. tindak lanjut.
8. EPO Adalah program evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan
berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
Kegiatan praktek EPO:
a. mengevaluasi pengggunaan Obat secara kualitatif; dan
b. mengevaluasi pengggunaan Obat secara kuantitatif.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
a. indikator peresepan;
b. indikator pelayanan; dan
c. indikator fasilitas

9. PKOD Pada transplantasi ginjal Cyclosporin


- Mengapa dipantau?
- Bagaimana adjustment apabila kurang atau berlebih?
- Akan dibebankan kepada siapa ? Umum

10. Dispensing sediaan PMK 72, Pelayanan Farmasi Klinis


steril
11. MESO Adalah merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat
yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi.
MESO bertujuan:
a. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama
yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang;
b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan
yang baru saja ditemukan;
c. mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO;
d. meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang idak dikehendaki;
dan
e. mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.

Komite Lintas Sektor


1. Komite - Permenkes 27 tahun 2017
Pengendalian - Rantai infeksi
Infeksi (PPI) - Penerapan PPI
1. Kewaspadaan standar
a.
2. Penggunaan Ab bijak
3. Bundles/ penggunaan AB dengan bukti ilmiah
- Produk PPI? PPRA? Evaluasi regulasi?
2. Pengelolaan B3 Definisi
Regulasi UU 32 th 2009

Pengadaan obat dan reagen?


Penanganan limbah pasien dan produksi?

Berdsarkan tingkat bahaya


1. Padatan Radioaktif
2. Bahan piroforik
3. Bahan eksplosif
4. Cairan flammables
5. Asam basa korosif, cthe : Reagen labolatorium
6. Bahan reaktif
7. Padatan flammable

PP 101 tahun 2014. tentang PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN


BERBAHAYA DAN BERACUN
Sumber Limbah

1. Manufakturing, formulasi, produksi, dan distribusi (MFPD) produk


farmasi
2. IPAL yang mengolah efluen proses manufaktur dan produksi farmasi

Uraian Limbah
- Bahan atau Pproduk yang tidak memenuhi spesifikasi teknis,
kedaluwarsa, dan sisa
- Residu proses produksi dan formulasi
- Residu proses destilasi, evaporasi dan reaksi
- Reactor bottom wastes
- Sludge dari fasilitas produksi
- Absorban dan filter bekas atau karbon aktif
- Sludge dari IPAL
Kemotrapi, hormon, dan ARV

Produksi dan Kontrol Regulas: PMK 72


Kualitas BUD
Sediaan non steril racikan tablet/ puyer
- <6 Bulan ikut ED
- >6 bulan ikut 6 bulan
CSSD
PSPM

IPAL
TERMS
1. Drug use evaluation (DUE) is a system of ongoing, systematic, criteria-based evaluation of
drug use that will help ensure that medicines are used appropriately (at the individual
patient level).
Adalah sistem yang sedang berlangsung, sistematik menggunakan evaluasi dengan kriteria
tertentu untuk memastikan obat digunakan dengan tepat pada pasien

2. Drug Use Study (DUS) Studies to measure drug,


Adalah suatu penelitiab untuk mengukur penggunaan obat

3. Drug Use Review (DUR) an ongoing method of assuring the quality of drug use through the
employment of standards and efforts to correct drug use not consistent with these
standards; the effectiveness of corrective actions is measured.
Adalah Sebuah metode yang sedang berlangsung untuk memastikan kualitas penggunaan
obat berdasarkan standar tertentu.

4. BOR – Tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan dari tempat tidur


Per IRNA
Jumlah lama hari perawatan / jumlah tep tidur tersedia x periode waktu x 100%

3 BABAK
1. Dasar hukum bekerja di RS = UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 108. Khusus obat
harus apoteker . Kewenangan ada di PP 51
Di Komite ngapain?
2. Pengelolaan mulai pemilihan sampai administrasi dan pelaporan
Ward stock, ada berapa jumlah TTK? dengan supervisi
Harus fokus di instalasi farmasi
Wajib = Konseling, tidak ada PIO
Termasuk produksi

3. Klinis
Ambil 1 contoh kasus . Baca kasus yang di laporan.

Bedakan indikasi utama saat masuk dan komorbid.


Guideline utamanya dimana
OPERASI = Analgesik-Anastesi-Antibiotik
Antimikroba

Tujuan antibiotika profilaksis:


a. Penurunan dan pencegahan kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO).
b. Penurunan morbiditas dan mortalitas pasca operasi.
c. Penghambatan muncul flora normal resisten.
d. Meminimalkan biaya pelayanan kesehatan.

Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis:


a. Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus bersangkutan.
b. Spektrum sempit untuk mengurangi risiko resistensi bakteri.
c. Toksisitas rendah.
d. Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian obat anestesi.
e. Bersifat bakterisidal.
f. Harga terjangkau

Rute pemberian a. Antibiotik profilaksis diberikan secara intravena. b. Untuk menghindari


risiko yang tidak diharapkan dianjurkan pemberian antibiotik intravena drip.

Waktu pemberian Antibiotik profilaksis diberikan


≤ 30 menit sebelum insisi kulit. Idealnya diberikan pada saat induksi anestesi.

Dosis ulangan dapat diberikan atas indikasi perdarahan lebih dari 1500 ml atau operasi
berlangsung lebih dari 3 jam.

Gunakan sefalosporin generasi I – II untuk profilaksis bedah. Pada kasus tertentu yang
dicurigai melibatkan bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol.

Tidak dianjurkan menggunakan sefalosporin generasi III dan IV, golongan karbapenem, dan
golongan kuinolon untuk profilaksis bedah.

Jenis Operasi
Jenis Operasi
Operasi Bersih Operasi yang dilakukan pada Kelas operasi bersih
daerah dengan kondisi pra terencana umumnya tidak
bedah tanpa infeksi, tanpa memerlukan antibiotik
membuka traktus profilaksis kecuali pada
(respiratorius, gastro beberapa jenis operasi,
intestinal, urinarius, bilier), misalnya mata, jantung, dan
operasi terencana, atau sendi.
penutupan kulit primer
dengan atau tanpa
digunakan drain tertutup
Operasi Bersih – Operasi yang dilakukan pada Pemberian antibiotika
Kontaminasi traktus (digestivus, bilier, profilaksis pada kelas operasi
urinarius, respiratorius, bersih kontaminasi perlu
reproduksi kecuali ovarium) dipertimbangkan manfaat
atau operasi tanpa disertai dan risikonya karena bukti
kontaminasi yang nyata. ilmiah mengenai efektivitas
antibiotik profilaksis belum
Contoh : TURB ditemukan.
Bds EAU disampaikan bahwa
pasien mdp profilaksis jika Pada TURB (EAU Guideline
mpy resiko tinggi terkena 2018)
sepsis Single dose prior to or at
surgery
Operasi Kontaminasi Operasi yang membuka Kelas operasi kontaminasi
saluran cerna, saluran memerlukan antibiotik terapi
empedu, saluran kemih, (bukan profilaksis).
saluran napas sampai
orofaring, saluran reproduksi
kecuali ovarium atau operasi
yang tanpa pencemaran
nyata (Gross Spillage).
Operasi Kotor Adalah operasi pada Kelas operasi kotor
perforasi saluran cerna, memerlukan antibiotik
saluran urogenital atau terapi.
saluran napas yang terinfeksi
ataupun operasi yang
melibatkan daerah yang
purulen (inflamasi bakterial).
Dapat pula operasi pada luka
terbuka lebih dari 4 jam
setelah kejadian atau
terdapat jaringan nonvital
yang luas atau nyata kotor.

Dasar Hukum : 108


Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp100.000.000,00

PP51 th 2009
Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Kasus Klinis I
1. Referensi
-
EASL Guideline AASL Guideline
asites 1. Pemberian nutrisi BCAA First-line treatment of patients with
2. Manajemen asites cirrhosis and ascites consists of sodium
Grade 1 = Mild. Dapat dideteksi dengan USG = restriction (88 mmol per day [2000 mg
No tx per day], diet education,) and diuretics
Grade 2 = Moderate . Ada tonjolan di perut = (oral spironolactone with or without oral
Restriksi intake Na dan air furosemide).
Recommendations Patients with the first
episode of grade 2 (moderate) ascites should
receive an aldosterone antagonist such as
spironolactone alone, starting at 100 mg/day
and increasing stepwise every 7 days (in 100
mg steps) to a maximum of 400 mg/day if there
is no response

Recurrent ascites = kombinasi

Grade 3. Severe . Gross ascites dan tonjolan di


perut sangat terlihat = LVP dengan restriksi Na
(4.6– 6.9 g of salt/day) dan penggunaan
diuretik

SBP - The diagnosis of SBP is based on neutrophil - Intravenous ceftriaxone for 7 days or
count in ascitic fluid of >250/mm3 as twicedaily norfloxacin for 7 days should
determined by microscopy be given to prevent bacterial infections
- Since the most common causative organisms of in patients with cirrhosis and
SBP are Gram-negative aerobic bacteria, such gastrointestinal hemorrhage.
as E. coli, the first line antibiotic treatment are - Patients who have survived an episode
third-generation cephalosporins of SBP should receive long-term
prophylaxis with daily norfloxacin (or
DIPIRO trimethoprim/sulfamethoxazole).
- Patients with documented or suspected SBP - Patients with ascitic fluid
should receive broad-spectrum antibiotic polymorphonuclear leukocyte (PMN)
therapy to cover Escherichia coli, Klebsiella counts greater than or equal to 250
pneumoniae, and Streptococcus cells/mm3 (0.25 x 109 /L) in a
pneumoniae. community-acquired setting in the
- Cefotaxime, 2 g every 8 hours, or a similar absence of recent Β-lactam antibiotic
third-generation cephalosporin for 5 days is exposure should receive empiric
considered the drug of choice. Oral antibiotic therapy, e.g., an intravenous
ofloxacin, 400 mg every 12 hours for 8 days, third-generation cephalosporin,
is equivalent to IV cefotaxime. preferably cefotaxime 2 g every 8 hours
HE - Primary prophylaxis for prevention of episodes Oral ofloxacin (400 mg twice per day) can
of OHE is not required, except in patients with be considered a substitute for
cirrhosis with a known high risk to develop HE intravenous cefotaxime in inpatients
- Oral BCAA without prior exposure to quinolones,
- Intravenous LOLA vomiting, shock, grade II (or higher)
- Lactulose is the first choice for treatment of hepatic encephalopathy, or serum
episodic OHE creatinine greater than 3 mg/dL. (
- Neomycin This antibiotic still has its advocates
and was widely used in the past for HE
treatment; it is a known glutaminase inhibitor
PH - primary prophylaxis is the use of a
dan VB nonselective β-adrenergic blocking
agent such as propranolol or nadolol,
carvedilol (mencegah recurrence
bleeding)
- Propranolol
20-40 mg orally twice a day Adjust
every 2-3 days until treatment goal is
achieved Maximal daily dose: 320
mg/day in patients without ascites 160
mg/day in patients with ascites
Monitoring
- Resting heart rate of 55-60 beats per
minute Systolic blood pressure should
not decrease

2. Data Pasien
Nama Ny. T (75 tahun)
Berat Badan 50 kg
Diagnosis CH + Asites
Riwayat Penyakit Hepatitis C positif
(18/7/18)
Riwayat Pengobatan Saat pasien nyeri
membeli obat di
apotik
MRS 9/10/18
3. Kondisi klinis
Lemah (hari ke dua hilang), Mual (3) Nyeri ulu hati, bengkak pada kaki
4. Terapi
Terapi asites = Spironolakton 100 mg 1x1, Furosemid 40 mg 1x1
Pencegahan HE = Kanamicin 500 mg 3x1
SBP = Inj Ampicilin Sulbaktam kombinasi 4x 1,5 g
GI Symptomps = Omz . The evaluation of 24-h acidity by gastric ph-metry in 49 patients
with cirrhosis showed a marked hypoacidity in patients with cirrhosis compared to
controls, mainly during the night hours (Lodato et al, 2008)
Albumin = setelah LVP 8g/l
Suplemen = Curcuma
5. SOAP
6. FAQ
- Dosis LOLA = ommon doses of LOLA were 0.154–0.616 g/kg/day and the maximum
dose was 1.232 g/kg/day. = 7-30 g/day (Ahn Jin Ok, 2016)
- Pemberian prpanolol saat hematemesis

Kasus II AF Rapid+CHF+ Kardiomegali


1. Referensi
ESC Guideline for AF (2016)
Manajemen AF pada gagal jantung
Kondisi akut:
1. Stabilisasi kondisi jantung
2. Pemberian antikoagulan sesuai resiko stroke (Estimate stroke risk based on number of CHA2DS2-
VASc risk factors=== Hasil 1, considered OAC jika skor >=2)
3. Pemberian diuretik untuk mengatur cairan tubuh
4. Kontrol HR target <110 x/min
5. Inhibisi RAA system
6. Treatment other cardiovascular disease; Iskemia dan HT
Kondisi kronis
1. Kontrol ritme jantung
2. Devices
Rate Control
1. Digoxin
0.5 mg intravenous bolus (0.75–1.5 mg over 24 hours in divided doses).
ES = GI upset, dizziness, blured vision, sakit kepala, rash, digoksin toksisitas serum >2 ng/ml
2. Amiodaron
300 mg intravenously diluted in 250 mL 5% dextrose over 30–60 minutes (preferably via central
venous cannula).
ES= Hipotensi, takikardi, nausea, QT prolongation, pulmonary toxicity, skin discolouration,

2. Data Pasien
Ny. YP (49 Tahun)

Tanggal MRS 05/10/2018 (05.00)


Keluhan Masuk Berdebar setelah minum Oskadon (Parasetamol dan kafein),
Demam selama 3 hari (sebelum MRS), Pusing, Mual.
Diagnosa Masuk AF Rapid + CHF + Cardiomegali
Alergi Obat Ampicilin
Riwayat Penyakit Gastritis
Riwayat Penelusuran Pasien mengaku pernah mengkonsumsi antasida (Promag)
Pengobatan untuk mengatasi tukak lambung yang dibeli secara
swamedikasi. Pasien juga mengatakan pernah mengkonsumsi
obat yang diperoleh dari dokter tetapi pasien lupa nama dan
indikasi obatnya. Dan pasien lupa membawa obat tersebut.

3. Kondisi Klinis (5-10)


TD = fluktuatif
Nadi menurun.
Suhu 36 stabil
RR turun
SpO2 normal
Sesak, demam, batuk, turun
4. Terapi
Aritmia = Digoksin dan Amiodaron
Menurunkan preload = Bisoprolol
Antikardiak remodelling = Ramipril, Candesartan
Diuretik = Spironolakton, Furosemid
Antibiotik = Ciprofloksasin
Antipiretik = Pamol
Obat Racik = (3x1) Codein 10 mg, Salbutamol, MP, CTM, GG)

5. SOAP
6. FAQ

Kasus ku DM STEMI
1. Referensi
ISK: AB empirik (digunakan AMI-STEMI: DM :
3x24 jam) kemudian AB definitif 1. Antiplatelet Kombinasi Insulin basal dan
(Kotrimoxazol) 2. Antikoagulan bolus
3. Fibrinolitik
4. Antiiskemik
5. Anti-Cardiac
Remodelling
6. Statin
7. PPI (Jika perlu)
8. PCI

2. Data Pasien
Nama : Tn Anwar
Usia : 42 Tahun
MRS : 13/10/2018
KRS : 19/10/2018
R Penyakit : DM
R Obat : Glimepirid 4mg 1x1
Metformin 3x1
Sucralfat bila perut sebah
Diagnosis : ISK, DM, STEMI
3. Kondisi Klinis

4. Terapi
DM = Inj Novorapid 3x6 U, Inj Levemir 1x12 U, Acarbose 3x1,
Antiiskemik = ISDN 3x1, Concor 2,5 mg 1x1
Antiplatelet = CPG 75 mg, aspilet 100 mg 1x1
Simvastatin 20 mg 1x1
Antikoagukan = FOndaparinux (Arixtra) 14-18
Antibiotik = Ceftriakson
Antiemetik = Ondansetron
5. SOAP
6. FAQ

Anda mungkin juga menyukai