Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Pelayanan ini bersifat penting (emergency) sehingga diwajibkan untuk melayani pasien 24 jam sehari secara terus menerus serta IGD memiliki peran sebagai gerbang utama masuknya penderita gawat darurat (Ali, 2014). IGD memiliki tujuan utama yaitu untuk menerima, melakukan triage, menstabilisasi, dan memberikan pelayanan kesehatan akut umtuk pasien, termasuk pasien yang membutuhkan resusitasi dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu (Australian Collegefor Emergency Medicine, 2014). Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD sangat diperlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan kegawatdaruratan dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Salah satu masalah yang dapat terjadi di IGD yaitu kondisi overcrowding. Kondisi overcrowding di IGD telah menjadi issue global di seluruh sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia lebih dari dua dekade. IGD overcrowding didefinisikan sebagai kondisi di mana permintaan layanan darurat melebihi kemampuan instalasi gawat darurat untuk memberikan perawatan berkualitas dalam kerangka waktu yang tepat. Kondisi crowding dikaitkan dengan meningkatnya kejadian yang tidak diharapkan, penundaan pelayanan, meningkatnya angka kematian dan lama hari perawatan (Yarmohammadian, 2017). Penyebab kondisi overcrowding di IGD dibagi menjadi tiga faktor yaitu input, throughput dan output. Faktor input mengacu pada peningkatan jumlah kunjungan dan tingkat keparahan (acuity) pasien yang berkunjung ke IGD. Faktor throughput mengacu pada proses pelayanan mulai dari pendaftaran sampai adanya disposisi dari dokter untuk MRS, KRS atau tindakan khusus. Faktor output mengacu pada hambatan alur pasien yang keluar dari IGD setelah ada disposisi dari dokter. Faktor input dan output dikaitkan dengan masalah kesehatan yang lebih luas di luar kewenangan IGD, oleh karena itu faktor throughput menjadi fokus utama penanganan overcrowding di IGD, dan indikator penting dari proses throughput pasien di IGD adalah length of stay (LOS). Hambatan pada proses throughput di atas berpotensial menimbulkan kondisi crowding di IGD. Penelitian McCarthy (2009) dan Pines (2010) telah mengidentifikasi length of stay (LOS) IGD yang memanjang sebagai penyebab sekaligus akibat dari kondisi crowding di IGD, oleh karena itu identifikasi faktor yang berhubungan dengan proses throughput dan length of stay pasien di IGD di perlukan untuk mengatasi permasalahan crowding dan memanjangnya LOS di IGD. Overcrowding di ruang IGD menyebabkan banyak kejadian yang merugikan seperti yang diungkapkan Australian College of Emergency Medicine (2013) diantaranya meningkatnya beban kerja, kelelahan staf, kecemasan pasien, medical eror, inefficiency, terabaikannya patient safety, dan terhambatnya pelayanan. Selain itu Australasian College For Emergency Medicine (2014) menyimpulkan dampak dari overcrowding yaitu terganggunya kehormatan dan privacy pasien sebab ruang IGD dirancang sebagai ruangan terbuka. Menurut Olshaker (2009), overcrowding dapat berpotensi meningkatnya rujukan, menurunkannya kepuasan pasien, buruknya hasil akhir perawatan pasien dan frustasi pada pasien, keluarga serta petugas di IGD. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan analisis terhadap jurnal “Emergency Department Escalation in Theory and Practice: A Mixed-Methods Study Using a Model of Organizational Resilience”.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari analisis jurnal ini adalah : a. Tujuan Umum Untuk melakukan analisis jurnal yang berjudul “Emergency Department Escalation in Theory and Practice: A Mixed-Methods Study Using a Model of Organizational Resilience”. b. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui hasil telaah dan sintesis jurnal menggunakan metode SWOT 2) Untuk mengetahui implikasi keperawatan intervensi dalam jurnal terhadap pelayanan keperawatan gawat darurat
Ali, U. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Mutu Pelayanan
Keperawatan Di Ruang IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar. Diakses dari http://library.stikesnh.ac.id (Diakses pada 27 Maret 2020).
Australian College for Emergency Medicine. (2014). Emergency Department
Design Guidelines, G15. Third Section,Australian College For Emergency Medicine.
Yarmohammadian, M. H. et al. (2017). Overcrowding in emergency departments:
A review of strategies to decrease future challenges. Journal of Research in Medical Sciences, (1). doi: 10.4103/1735-1995.200277
Australian College of Emergency Medicine. (2013). The Australian Triage
Scale. Carlton Vic.: Publisher
Olshaker, J. S. (2009). Managing emergency department overcrowding.
Emergency medicine clinics of North America, 27(4), 593–603.