Penelitian yang dilakukan oleh Rohmah dan Pratikto (2019) menemukan bahwa
expressive writing therapy efektif digunakan sebagai media mengungkapkan perasaan
atau isi hati atau emosi pasien dengan skizofrenia hebefrenik. Menurut Susilowati,
(2017) menulis merupakan suatu aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan dengan
tulisan. Menulis memiliki suatu kekuatan tersendiri karena dengan menulis, seseorang
dapat bereksplorasi dan berekspresi, dapat mengembangkan suatu pemikiran serta
kesadaran akan suatu peristiwa.
Terapi menulis memberikan dampak positif bagi psikis maupun fisik. Terapi menulis
berpengaruh baik bagi kesejahteraan psikis seseorang, mengurangi kecemasan,
perbaikan suasana hati, dan menurunkan ketegangan sehingga dalam jangka panjang
berakibat baik bagi kesehatan tubuh (Susilowati, 2017). Hal ini sepada dengan yang
dikatakan oleh Fikri (2012) yaitu terapi menulis dapat dijadikan sebagai media
penyembuhan dan peningkatan kesehatan mental.
Pengaruh dari kegiatan terapi menulis secara kesehatan, dapat dijelaskaan dari sudut
pandang inhibition theory yang menyatakan bahwa dengan memendam pikiran dan
perasaan mengenai pengalaman traumatis berakibat pada adanya akumulasi tekanan
atau stres pada tubuh sehingga dalam jangka panjang dapat menyebabkan individu
senantiasa berada dalam situasi tertekan dan merasa terancam secara sosial (Danarti,
2018). Dengan terapi menulis seseorang dapat meluapkan emosinya dan dapat
menurunkan kecemasan dan rasa tertekan yang dirasakannya. Menurut Susanti &
Supriyantini (2013) melalui menulis, seseorang dapat mengekspresikan diri hingga
memperoleh pemahaman yang lebih baik dan mentransformasikan pemahaman
tersebut untuk menjadi emosi yang baik untuk menyelesaikan masalah. Selain itu
dapat membantu merekonstruksi kognitif dan pengorganisasian peristiwa trauma
yang dialami.
Hasil-hasil penelitian di atas dikuatkan oleh paparan Pranoto (2015) bahwa terapi
menulis bertujuan untuk melepaskan tekanan batin dan sekaligus menyenangkan hati.
Tulisan tangan tidak hanya meningkatkan motorik saraf-saraf pergelangan tangan
tetapi ujung pena saat digoreskan getarannya merangsang kerja otak kiri dan otak
kanan seimbang, yang efeknya memperaktif memori. Dengan aktifnya memori,
seseorang akan menjadi rileks, kreatif dan produktif karena pikirannya jernih. Secara
fisik, saat menulis dengan tangan seseorang dapat memposisikan diri senyaman
mungkin sesuai kehendak hati. Pada saat akan menggoreskan huruf di atas kertas,
mata pena bergetar dan akan memperlancar peredaran darah penulis. Dampaknya
ketegangan (tense) jiwa akan tereduksi oleh kata-kata yang dicurahkan melalui
tulisan. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, secara keseluruhan ketika
seseorang mengungkapkan emosi dan perasaannya melalui tulisan, akan terjadi
pengurangan tekanan atau penurunan emosi pada orang tersebut.
Pranoto, N. (2015). Writing for Therapy. Yayasan Pustaka Obor Indonesia : Jakarta.
Purwanti, P., Damaiyanti, M. (2019). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Jiwa pada
Ibu Y dengan Intervensi Inovasi Terapi Menulis Pengalaman Emosional terhadap
Perilaku Kekerasan di Ruang Punai Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada
Mahakam Samarinda 2018. Skripsi : Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.