Anda di halaman 1dari 12

PSIKOLOGI POSITIF

Teori dan Terapan untuk Perubahan

Editor
Dr. Nurlaila Effendi, M.Si
Dr. Wustari L. Mangundjaya, M.Si
Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si
PSIKOLOGI POSITIF
Teori dan Terapan untuk Perubahan

Cetakan ke-1, Jakarta


Diterbitkan oleh Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I)

Juli 2018

ISBN
Editor
Dr. Nurlaila Effendi, M.Si
Dr. Wustari L. Mangundjaya, M.Si
Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si

Setting dan Layout


Abdul Rahman Shaleh

Hak Cipta pada


Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I)

Penerbit

ii
PSIKOLOGI POSITIF
Teori dan Terapan untuk Perubahan

Tim Penyusun
Nurlaila Effendy
M.Taufiq Amir
Anizar Rahayu
Iman Setiadi Arif
Putu Rahayu Ujianti
Andhika Alexander Repi
Wahyu Rahardjo
Agnes Maria Sumargi
Inge Wattimena
Sianawati
Endang Retno Wardhani
Jessica Farolan
MC. Oetami Prasadjaningish
Ahmad Gimmy Prathama Siswadi
Michael Seno Rahardanto
Jaka Santosa Sudagijono
Iffah Rosyiana
Suwandi
Wustari L. Mangundjaya
Maya Sita Darlina
Amy Mardhatillah
Elvi
Irfan Aulia
Abdul Rahman Shaleh

Editor
Dr. Nurlaila Effendi, M.Si
Dr. Wustari L. Mangundjaya, M.Si
Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah


memberikan rahmat, sehingga terbentuknya Asosiasi Psikologi
Positif di Indonesia dengan nama AP2I (AsosiasipsikologiPositif
Indonesia). Kami, para akademisi dan pemerhati Psikologi Positif
yang berada di wilayah Indonesia menyadari perlunya wadahuntuk
mengembangkan Psikologi Positif di Indonesia agar dapat memberi
kontribusi yang optimal di Perguruan Tinggi dan Masyarakat luas.
Padaawalnya Ilmu Psikologi memiliki tiga tujuan utama, yaitu
1) Menyembuhkan terkait dengan kesehatan mental;
2) Mengidentifikasi dan memelihara bakat, potensi, dan
mengembangkan strengths;
3) Membantu manusia untuk hidup lebih produktif dan
bermakna.
Namun, setelah Perang Dunia Kedua, fokus Psikologi hanya
pada fungsi pertama, yaitu menyembuhkan terkait dengan kesehatan
mental. Sehingga focus Psikologi hanya pada sebagian fungsi
manusia.Hal inilah menjadi perhatian para pendiri Psikologi Positif.
Pada tahun 1998 Pendirian Psikologi Positif di Dunia diawali
saat Martin Seligman menjadi presiden APA (American Psychology
Association) bersama beberapa koleganya (Mihaly Csikszentmihalyi,
EdDiener, Kathleen Hall Jamieson, Chris Peterson, dan George
Vaillant) dengan mengembalikan tiga tujuan utama Psikologi. Tujuan
mendirikan Psikologi Positif adalah menginginkan manusia memiliki
kehidupan yang baik, kehidupan yang menyenangkan, dan
kehidupan yang bermakna (have a goodlife, have a pleasant life, dan have
a meaningful life). Tujuan dari Psikologi Positif adalah kesejahteraan,
yang dikenal dengan nama flourishing.
Perkembangan Asosiasi Psikologi Positif berkembang pesat
sehingga berdirilah asosiasi di Amerika, Eropa, Australia dan New
Zaeland sejak beberapa tahun lalu (8-15tahun) dengan perkembangan
riset yang sangat pesat pula. Di beberapa negara Asia sudah mulai
berdiri sejak 2-4 tahun lalu, antara lain di China, India, danTurki. Di
Asean, termasuk di Indonesia memilikipeminat yang cukup banyak

iv
untuk melakukan riset dan pengabdian masyarakat, namun belum
memiliki asosiasi.
Di Indonesia mulai aktif bertemu secara virtual dan langsung
sejak tahun 2014, yang dimulai beberapa aktivitas:
a. Grup Psikologi Positif di Facebook dengan nama Positive
Psychology-Indonesia. Grup ini awalnya dibentuk ketika
perjalanan Kereta dari Amsterdam ke Frankfurt, sehabis
menghadiri 4th European Conference on Positive Psychology.
Dalam waktu 1 jam ada 94 orang yang mengajukan untuk
bergabung di grup Facebook tersebut, hal ini menunjukkan
banyaknya peminat Psikologi Positif, namun belum memiliki
wadah. Sekarang grup tersebut memiliki member diatas 400.
Informasi tentang event-event Psikologi Positif di Indonesia dan di
luar negeri, serta ebook-ebook dapat diakses di grup ini.
b. Seminar Nasional PsikologiPositif I danCall for paperserta
workshop padaDesember 2015 di Surabaya (Universitas katolik
Widya Mandala). Pada pertemuan ini berkumpul para peneliti
Psikologi Positif maupun pemerhati Psikologi Positif di indonesia
c. Pada September 2016 mulai dibentuk Grup WA Dosen Psikologi
Positif dan Grup WA Psikologi Positif. Tujuan dibentuk grup ini
agar dapat dilakukan diskusi secara intensif, baik tentang topik-
topik tertentu, informasi-informasi positif, koordinasi, maupun
berelasi positif.
d. Sharing- learning forum PsikologiPositif di Jakarta pada bulan
Juli2016. Pertemuan ini adalah pertemuan pertama setelah seminar
PP yang I. Ada beberapa topik yang dibawakan nara sumber dan
dihadiri pemerhati PP di jakarta.
e. Pertemuan dosen-dosen peminat Psikologi Positif berbagai
universitas negeri dan swasta dari Jakarta, Jawa Barat, JawaTimur,
Bali, Makasar, DIY di Bandung (Universitas Kristen Maranatha
pada 3 Agustus 2016. Pada pertemuan ini mulai dideklarasikan
asosiasi PP dan dibentuk tim perumus untuk menyusun formulasi
strategi (visi, mis, nilai-nilai), struktur organisasi, dan proposal ke
HIMPSI.
f. Seminar Nasional PsikologiPositif II danCall for paperserta
workshop padaDesember 2016di Surabaya (Universitas katolik

v
Widya Mandala). Satu tahun kemudian setelah pertemuan yang
pertama, para peneliti dan pemerhati Psikologi Positif bertemu
kembali dan ditindak lanjuti oleh tim perumus untuk mengajukan
proposal asosiasi psikologi Positif.
g. Selanjutnya dilakukan roadshow: Seminar & workshop
PsikologiPositif di Semarang, Jakarta, dan Medan. Road show ini
akan dilanjutkan hingga akhir 2017
Dengan terbentuknya Asosiasi Psikologi Positif Indonesia,
Psikologi Positif semakin berkembang, dapat menggali dan
mengembangkan keilmuan Psikologi Positif di Indonesia secara
berkesinambungan berakar pada keragaman nilai-nilai Indonesia,
menjalin kerjasama dengan asosiasi Psikologi Positif dari negara lain
untuk menunjang pengembangan keilmuan Psikologi Positif di
Indonesia, dan menjalin kerjasama denganberbagai bidang keilmuan
dan berbagai pihak lain dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sehingga visi AP2I, yaitu menjadi organisasi
kepeminatan Psikologi Positif yang mampun memberikan kontribusi
dan berdampak positif pada perkembangan akademik di bidang
Psikologi Positif dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di
Indonesia berbasis lokal dan berwawasan global dapat tercapai.
Aamiin.

Ketua AP2I
Dr. Nurlaila Effendi, M.Si

vi
Sekapur Sirih

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari pikiran dan


perilaku (mind and behavior) individu. Dalam perkembangannya
psikologi lebih dikenal sebagai keilmuan yang berhubungan dengan
kondisi mental dan pikiran seseorang dengan konotasi negatif,
misalnya gangguan jiwa, depresi, stress, bunuh diri, dan sebagainya.
Ini diperkuat dengan arah riset dalam bidang psikologi dalam
perspektif aliran-aliran yang ada,
Psikoanalisis yang mengkaji “aspek dan dinamika psikologis
dalam” menekankan dorongan “id” yang mesti dipenuhi, sehingga
manusia sepenuhnya tertekan dan dapat menjadi “jahat”.
Behaviorisme sebagai aliran perilaku menekan aspek materialistik
dan mekanistik perilaku. Perilaku dapat dibentuk dan dipengaruhi
lingkungan. Individu menjadi tidak punya pilihan selain memberi
respon terhadap stimulus. Sama hanya dengan itu, kognitif dan
neurobiologi melihat perilaku manusia sebagai hasil kerja mekanis
dari sistem syaraf. Individu hanya merespon berdasarkan informasi
dan mengolahnya sedemikian rupa berdasarkan impuls sistemik dari
perilaku. Humanistik meskipun lebih humanis dengan memberikan
kebebasan perilaku dan pilihan-pilihan berperilaku pada individu,
namun ternyata tetap saja “tidak berdaya” terhadap tekanan need dari
level terbawah individu. Transpersonal sebagai aliran yang memberi
ruang bagi aspek dalam manusia ternyata juga memberi ruang
berlebih pada aspek yang tidak terjelaskan dan cenderung terjebak
pada situasi over out individu dan menjadikan perilaku “unoservable”
dan filosofis, jika tidak dapat disebut ‘mistik. Hingga berkembangnya
keseluruhan kajian dan riset dalam aliran-aliran tersebut tampak
sepakat lebih menekankan aspek kekurangan bukan kekuatan,
kelemahan bukan kelebihan dari individu.
Kesadaran sejumlah peneliti dan tokoh psikologi
menghadirkan psikologi positif. Seligman mengungkapkan bahwa,
“Psikologi bukan hanya studi tentang kelemahan dan kerusakan;

vii
psikologi juga adalah studi tentang kekuatan dan kebajikan.
Pengobatan bukan hanya memperbaiki yang rusak; pengobatan juga
berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada dalam diri kita.”
Oleh karenanya paradigma psikologi yang patogenis mestilah beralih
menuju sesuatu yang lebih positif dengan berfokus pada kelebihan
dan kekuatan manusia.
Dalam konteks itulah, kehadiran Asosiasi Psikologi Positif
Indonesia (AP2I) menjadi signifikan. Usaha menyemai hasil riset dan
pikiran-pikiran dalam lingkup psikologi positif diharapkan dapat
menjadi patokan intervensi dan persebaran nilai-nilai keunggulan
positif (virtues). Misi dicoba hadirkan menjadi sejumlah program
yang terencana yang salah satunya adalah publikasi karya pemerhati
bidang psikologi positif. Buku ini hadir di hadapan pembaca dalam
kerangka tersebut sebagai usaha awal untuk menunjukkan
keberadaan dan sumbangsih AP2I di tengah masyarakat.
Buku “Psikologi Positif Teori dan Terapan untuk Perubahan” ini
tidak dirancang sistematis dan dengan sengaja dibiarkan menjadi
kumpulan tulisan dan pemikiran terkait teori dan praktek positif
dalam berbagai aspek kehidupan. Tulisan diawali oleh Nurlaila
Effendi, pendiri dan Ketua AP2I yang pertama, mengenai Flourisihing.
Tulisan ini seolah menjadi pembuka untuk menjelaskan psikologi
positif dan tujuan manusia untuk menggapai kesejahteraan yang
mengedepankan perasaan positif dan puas terhadap aspek-aspek
kehidupan. Flourishing adalah kombinasi dari perasaan baik (good
feeling) dan berfungsi secara efektif dan menjadi sinonim dari level
kesejahteraan mental yang tinggi dan melambangkan kesehatan
mental. Tulisan kedua dan ketiga dari Taufik Amir dan Anizar Rahayu
memperdalam makna kesejahteraan dan kesejahteraan itu dengan
menjelaskan aspek-aspek kebahagiaan dan kaitannya dengan
kehidupan individu dan masyarakat. Ketika seorang bahagia,
seseorang bisa sukses, lebih memiliki kelentingan, dan mampu
mengatasi kesulitan serta bangkit dari kemalangan. Orang yang
bahagia juga sumringah hidupnya dan disukai oleh banyak orang.

viii
Tulisan keempat hingga ketujuh dari Iman Setiadi Arif, Putu
Rahayu Ujianti, Andhika Alexander Repi, dan Wahyu Rahardjo
menguraikan bagaimana penerapan dan menjelaskan perilaku dalam
bidang pendidikan anak dan remaja. Arif menguraikan mengenai
bagaimana menerapkan prinsip-prinsip positif dalam pendidikan
anak, Ujianti menerapkannya dengan mengungkap kesejahteraan
guru, sementara Repi dan Rahardjo menggambarkan bagaimana
pendidikan seksualitas dan relasi seksual dibangun untuk
menciptakan remaja dan individu yang berharga.
Tulisan kedelapan hingga kesepuluh Agnes Maria Sumargi, Inge
Wattimena, dan Sianawati membidik orangtua dan pengasuhan.
Sumargi menghadirkan bagaimana penjelasan psikologi positif dan
penerapan teori-teori sebagai pengasuhan positif dengan mengajak
setiap kita menjadi orangtua yang positif. Wattimena dan Sianawati
lebih dalam lagi menguraikan upaya menciptakan generasi yang
berkualitas dengan “Membangun Kekuatan Ibu Menyusui” dan
menerapkan “Pengasuhan Balita Positif”.
Pada aspek sosial dan lingkungan Endang Retno Wardhani,
Jessica Farolan, dan MC. Oetami Prasadjaningsih menawarkan
bagaimana membangun individu dan masyarakat serta relasi antar
individu dalam masyarakat menjadi lebih positif. Wardhani mencoba
menggambarkan program untuk membangun keterampilan dengan
mewujudkan lingkungan positif. Lebih kuta Farolah
mendeskripsikan bagaimana setiap orang dapat mencapai hidup
berkualitas dengan membangun kecerdasan sosial. Prasadjaningsih
seolah menjawab kegalauan masyarakat dan bangsa dengan
mengajar menguatkan kebhinnekaan dengan membangun relasi
pertemanan yang positif.
Pada tulisan selanjutnya menggali sisi positif dan keunggulan
individu dengan menghadirkan psikoterapi positif, kerendahhatian,
dan membangun modalitas individu yang beragam serta kontrak
psikologis positif. Ahmad Gimmy Prathama Siswadi menjelaskan
bagaimana psikoterapi positif, Michael Seno Rahardanto mengajak

ix
individu untuk menghadirkan keunggulan rendah hati dalam
dirinya, dan Jaka Santosa Sudagijono dan menggambarkan bagaimana
aplikasi terapetik dengan membangun modalitas individu yang
beragam. Iffah Rosyiana mengungkapkan bagaimana individu dapat
melakukan pengembangan perilaku inovatifnya melalui upaya
menbangun kontrak psikologis positif dalam antara diri dengan
lingkungan dan organisasi.
Tulisan kesembilan belas hingga kedua-puluh dua berbicara
dalam lingkup kerja dan usaha. Suwandi menguraikan bagaimana
membangun dan mengembangkan organisasi positif organisasi
positif. Wustari L. Mangundjaya mengajak untuk menyikapi
perubahan organisasi dengan nyaman tanpa adanya tekanan yang
menyulitkan. Maya Sita Darlina menggambarkan bagaimana
selayaknya individu dalam organisasi dibangun agar mampu
semangat dan berdedikasi terhadap organisasi dengan membangun
employee enggagement, Amy Mardhatillah lebih menekankan agar
individu mampu menciptakan keseimbangan peran dan kehidupan
kerja, Elvi mendeskripsikan bagaimana pemimpin positif perlu
diciptakan dan bagaimana menciptakannya.
Buku ini ditutup dengan dua tulisan. Irfan Aulia menunjukkan
bagaimana membangun kualitas hidup dengan menjadi wirausaha
dan bagaimana membangun wirausaha yang positif agar dapat
menggapai kualitas hidup. Sementara Abdul Rahman Shaleh
memaparkan sejumlah tools yang dapat diaplikasikan agar flow
dalam menggapai flourishing/wellbeing/kebahagiaan.
Akhirnya semoga buku ini bermanfaat bagi semua penikmat
psikologi, pemerhati psikologi positif, dan tentu saja masyarakat
Indonesia, sebagaimana tulisan ini dimulai dari kesejahteraan dan
diakhir dengan kebahagiaan. Tentu saja, diskusi dan brainstorming
tentu saja diperlukan bagi pengembangan positif. SAPOSE, salam
positif untuk semua.
Editor
NL, WLM, dan ARS

x
Daftar Isi

Kata Pengantar Iiv


Sekapur Sirih Ivii
Daftar Isi Ixi
Flourishing : Modal Manusia Berkualitas 1
Nurlaila Effendy
Psikologi Positif dan Kebahagiaan 10
M.Taufiq Amir
Kesejahteraan Subjektif TKLN Perempuan 34
Anizar Rahayu
Pondasi Positive Education 39
Iman Setiadi Arif
Guru Sejahtera dalam Perspektif Psikologi Positif 40
Putu Rahayu Ujianti
Pendidikan Seksualitas Dan Kebahagiaan Anak Dan Remaja 53
Andhika Alexander Repi
Individu Berharga Dalam Relasi Seksual 80
Wahyu Rahardjo
Positive Parenting 92
Agnes Maria Sumargi
Membangun Kekuatan Ibu Menyusui 103
Inge Wattimena
Pengasuhan Balita Berdasarkan Psikologi Positif 119
Sianawati
Membangun Soft Skill dan Lingkungan Positif 138
Endang Retno Wardhani
Kecerdasan Sosial: Potensi Mencapai Hidup Yang Berkualitas 149
dan Sejahtera Jessica Farolan
Merajut Pertemanan Menguatkan Kebhinekaan 159
MC. Oetami Prasadjaningish

xi
Psikoterapi Positif 177
Ahmad Gimmy Prathama Siswadi
Kerendahan Hati 190
Michael Seno Rahardanto
Aplikasi Teknik Psikologi Positif Dalam Terapi Multimodal 200
Jaka Santosa Sudagijono
Pengembangan Perilaku Inovatif Melalui Kontrak Psikologis 217
Positif Iffah Rosyiana
Membangun Organisasi Positif 236
Suwandi
Menyikapi Perubahan Organisasi Dengan Nyaman 247
Wustari L. Mangundjaya
Psikologi Positif dalam Membangun Employee Enggagement 260
Maya Sita Darlina
Positive Role Balance Dan Work Life Balance Dalam 273
Meningkatkan Kinerja
Amy Mardhatillah
Positive Leader 289
Elvi
Wirausaha Dan Kualitas Hidup 300
Irfan Aulia
Menggapai Bahagia 304
Abdul Rahman Shaleh

xii

Anda mungkin juga menyukai