Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm.

1-16

EFEKTIVITAS ART THERAPY DALAM MENINGKATKAN


KETELITIAN BELAJAR
1)
Haryati, 2) Auliya Diah Safitri, 3) Khairunnisa Kaharuddin Boru Manullang,
4)
Rita Haryanti, 5) Elda Trialisa Putri
1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
email: yharyati16@yahoo.com
2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
email: auliyadiah@yahoo.co.id
3
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
email: khairunnisakbm@gmail.com
4
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
email: rita_haryanti17@yahoo.com
5
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
email: eldatrialisa@gmail.com

Abstract. This study aimed to analyze the effect of art therapy to improve the accuracy of
learning. Aspects of learning accuracy is centering the mind, motivation, anxiety, feelings of
depression, thought disorder, panic disorder, and readiness to learn. This study uses
quantitative experimental research. Data collection is the use of assay pauli. This data
collection method is a method of assays pauli which uses a method by doing simple
calculations in which to be seen is the work curve of the participants. The subjects were
students of class VIII MTsN Model Samarinda with a total sample of 20 students, 10 students
as a control group and 10 people experiment. Data analysis technique used is one way
ANOVA analysis. The findings show that the statistical analysis of the results of the hypothesis
of art therapy showed a significant effect on the precision of the data distribution posttest 1
with t count > t table (6.171 to 4.41), with p = 0.023 (p <0.05). An analysis of the posttest 2
showed no significant difference between the rigor of art therapy with the values t <t table
(0.184 to 4.41) and the value of p = 0.673 (p> 0.05).

Keywords: art therapy, learning accuracy.

Abstrak. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh art therapy untuk meningkatkan
ketelitian belajar. Aspek-aspek ketelitian belajar adalah pemusatan fikiran, motivasi, rasa
khawatir, perasaan tertekan, gangguan pikiran, gangguan kepanikan, dan kesiapan belajar.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen kuantitatif. Pengumpulan data
yang digunakan adalah menggunakan alat tes pauli. Metode pengumpulan data ini adalah
metode alat tes pauli yaitu menggunakan suatu metode dengan cara mengerjakan
penghitungan sederhana di mana yang hendak dilihat adalah kurva kerja dari testee. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTsN Model Samarinda dengan jumlah sampel
sebanyak 20 orang siswi, 10 orang siswa sebagai kelompok kontrol dan 10 orang eksperimen.
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis one way anova. Hasil penelitian
menunjukan bahwa art therapy berpengaruh signifikan terhadap ketelitian pada posttest 1
dengan F = 6,171 dan p = 0,023 < 0,050. Hasil analisa pada posttest 2 menunjukkan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara art therapy terhadap ketelitian dengan F = 0,184
dan nilai p = 0,673 > 0,050.

Kata kunci: art therapy, ketelitian belajar.

1
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

PENDAHULUAN American Art Therapy Association (2000)


Kewaspadaan dan ketelitian mengatakan bahwa terapi seni banyak
merupakan hal yang penting di masyarakat digunakan sebagai sarana menyelesaikan
kita. Terutama kewaspadaan dan ketelitian konflik emosional, me-ningkatkan
dalam belajar dan bekerja. Kewaspadaan kesadaran diri, mengembangkan
dan ketelitian adalah sesuatu yang ketrampilan sosial, mengontrol perilaku,
diperlukan oleh orang banyak baik untuk meningkatkan harga diridan berbagai
belajar, bekerja, dan pekerjaan–pekerjaan gangguan psikologis lainnya. Tujuan
yang membutuhkan konsentrasi. terapi jenis ini lebih menekankan pada
Kecelakaan sewaktu melakukan pekerjaan kebebasan komunikasi daripada
dapat timbul pada kegiatan yang menghasilkan bentuk (hasil karya) artistik
membutuhkan ketelitian dan kewaspadaan (Cathy, 2003; Ballou, 1995; Huss, 2009;
yang sangat tinggi. Ketelitian dalam Gussak, 2009).
bekerja itu sangat dibutuhkan dan bahkan Dalam ilmu psikologi sangat sering
hal yang sangat penting. Kadang kita kita mendengar istilah terapi sebagai salah
menyepelekan hal yang kecil karena satu metode untuk melakukan
peranan yang kecil itu sangat besar. penyembuhan bagi individu yang
Sekarang ini kewaspadaan dan ketelitian mengalami gangguan psikologis. Terapi
dibutuhkan dalam segala lapangan itu sendiri sangatlah beragam dan
pekerjaan. Hanya banyak orang yang tidak bervariatif sesuai dengan kegunaannya dan
mempergunakannya dengan baik sehingga hampir setiap psikolog melakukan terapi
pekerjaan dapat tidak dikerjakan dengan bagi kliennya yang mengalami masalah
maksimal mungkin. psikologis sesuai dengan diagnosis yang
Cara meningkatkan ketelitian dapat telah dilakukan. Terapi tersebut pada
menggunakan berbagai intervensi salah dasarnya digunakan untuk melakukan
satunya berupa art therapy (terapi seni). intervensi baik usia anak-anak hingga
Cathy (2003) dalam Hand Book of Art dewasa tergantung daripada kebutuhan
Therapy mengatakan bahwa art therapy tiap individu tersebut.
adalah jenis terapi dengan menggunakan Menurut AATA (American Art
beberapa media seni sebagai Therapy Association), terapi seni itu
intervensinya, sehingga pasien atau klien sendiri dapat diartikan sebagai suatu
dapat berekspresi dan bekerja melalui kegiatan terapeutik yang menggunakan
permasalahan dan perhatiannya. The proses kreatif dalam lukisan untuk

2
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

menambah baik dan menyempurnakan Para peneliti dari Mayo Clinic di


fisikal, mental dan emosi individu di Minnesota, AS, menanyai sukarelawan
bawah semua peringkat umur. Secara tentang aktivitas harian mereka setahun
sederhana terapi seni termasuk dalam sebelumnya dan seberapa aktif mereka
kategori terapi ekspresif yang secara mental.
menggunakan media warna, kapur, pensil Sukarelawan tersebut berusia antara
di integrasikan dengan terapi 50 hingga 65 tahun. Mereka yang selama
psikoterapeutik dan teknik proses kreatif. usia tengah baya sibuk dengan membaca,
Melalui terapi seni ini seseorang dapat bermain games, atau merajut dan
memunculkan pengalaman bawah sadar sejenisnya, 40 persennya ditemukan
dan dari situlah perasaan akan dapat mengalami penurunan risiko rusaknya
terlihat. Pengalaman bawah sadar dan ingatan. Pada usia lanjut, mereka yang
perasaan tersebut diekspresikan dalam memiliki kegiatan sama, risikonya
bentuk kasar yang tidak beraturan. menurun antara 30 hingga 50 persen.
Material seni memiliki peran penting Selain dapat melindungi diri dari
untuk memunculkan sadar dan ketidak kehilangan memori, merajut dan
sadaran seseorang. Bagian terpenting keterampilan lainnya juga punya manfaat
dalam terapi ini pada dasarnya adalah lain, yaitu meningkatkan ketelitian,
membuat sesuatu, proses membuatnya dan menurunkan tekanan darah tinggi,
apa produknya. membebaskan diri dari stres,
Banyak pendekatan dan intervensi mengembangkan koordinasi tangan dan
yang dapat diberikan dalam terapi ini, mata pada anak-anak, membantu melatih
mulai dari menggambar, merajut atau sendi pada penderita artritis, melatih otak,
menyulam, membuat suatu benda, membantu proses penyembuhan dari
bernyanyi dan bermain musik. Merajut dan operasi atau penyakit karena merajut
menyulam merupakan kegiatan sederhana membuat pasien rileks dan bisa
namun harus memiliki ketelitian yang beristirahat.
tinggi. Selain sebagai hobi, menyulam Hal ini mendorong peneliti untuk
ternyata memiliki dampak positif bagi melakukan penelitian dengan
otak. Sudah terbukti bahwa merajut, menggunakan seni sebagai intervensi
menyulam, dan pekerjaan tangan lainnya terapi untuk siswa dalam meningkatkan
dapat menunda proses kehilangan memori ketelitian. Seni yang digunakan dalam
pada otak menjelang usia tua, alias pikun. penelitian ini adalah sulaman (menyulam).

3
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

Sebagai salah satu jenis seni, pada menemui kesulitan dalam mengerjakan
dasarnya menyulam memiliki tahapan sesuatu.
yang telah dikembangkan oleh beberapa Costa dan McCrae (1992) dalam Feist
terapis sebagai modalitas terapi seni, yaitu dan Feist (2009) menjelaskan bahwa
menggambar. Namun dalam berbagai ketelitian menilai kemampuan individu
sudut, menyulam bukan semata-mata didalam organisasi, baik mengenai
menggambar biasa. Karena menyulam ketekunan dan motivasi dalam mencapai
melibatkan lebih banyak faktor dan sarana tujuan sebagai perilaku langsungnya.
dibandingkan dengan menggambar biasa Sebagai lawannya menilai apakah individu
seperti penggunaan jarum, kain, dan tersebut tergantung, malas dan tidak rapi.
benang. Dimensi ini merujuk pada jumlah tujuan
Berdasarkan uraian di atas latar yang menjadi pusat perhatian seseorang.
belakang masalah yang terjadi maka dapat Orang yang mempunyai skor tinggi
diajukan sebuah penelitian dengan judul cenderung mendengarkan kata hati dan
"Efektivitas art therapy dalam mengejar sedikit tujuan dalam satu cara
meningkatkan ketelitian". yang terarah dan cenderung bertanggung
jawab, kuat bertahan, tergantung, dan
TINJAUN PUSTAKA berorientasi pada prestasi. Sementara yang
Kepercayaan Diri (Self-Confidence) skornya rendah akan cenderung menjadi
Costa dan McCrae (1992) dalam Feist lebih kacau pikirannya, mengejar banyak
dan Feist (2009) menjelaskan bahwa tujuan, dan lebih hedonistik. McCrae dan
ketelitian mendiskripsikan orang-orang Allik, J (2002) menjelaskan bahwa untuk
yang teratur, terkontrol, terorganisasi, mengukur kepribadian ketelitian yaitu
ambisius, terfokus, pada pencapaian, dan competence, kesanggupan, efektifitas dan
memiliki disiplin diri. Secara umum, kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu.
mereka yang memiliki sifat Menurut Winkel, belajar adalah
concientiousness yang tinggi biasanya semua aktivitas mental atau psikis yang
pekerja keras, berhati-hati, tepat waktu, berlangsung dalam interaksi aktif dalam
dan mampu bertahan. Sebaliknya, mereka lingkungan, yang menghasilkan
yang mempunyai sifat conscientiousness perubahan-perubahan dalam pengelolaan
rendah cenderung tidak teratur, ceroboh, pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard
pemalas, serta tidak memiliki tujuan dan dalam (Sumardi Suryabrata, 1984) belajar
lebih mungkin menyerah saat mulai merupakan proses perbuatan yang

4
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

dilakukan dengan sengaja, yang kemudian Faktor-faktor Ketelitian Belajar


menimbulkan perubahan, yang Menurut Nugroho (2007) terdapat
keadaannya berbeda dari perubahan yang beberapa faktor-faktor yang
ditimbulkan oleh lainnya. Sedangkan mempengaruhi siswa kehilangan ketelitian
Pengertian Belajar menurut Gagne dalam dalam belajar antara lain:
bukunya The Conditions of Learning a. Tidak memiliki motivasi diri.
1977, belajar merupakan sejenis Motivasi kuat yang timbul dalam diri
perubahan yang diperlihatkan dalam seseorang siswa dapat mendorongnya
perubahan tingkah laku, yang keadaaannya belajar sangat diperlukan. Ada siswa
berbeda dari sebelum individu berada yang akan dapat berprestasi bila
dalam situasi belajar dan sesudah diberikan sebuah rangsangan,
melakukan tindakan yang serupa itu. misalnya ia di janjikan sebuah hadiah
Perubahan terjadi akibat adanya suatu yang bagus dari orang tuanya apabila
pengalaman atau latihan. Berbeda dengan memperoleh nilai bagus pada tahun
perubahan serta-merta akibat refleks atau ini. Akan tetapi orang tua juga harus
perilaku yang bersifat naluriah. berhati-hati dalam memberikan
Surya (2003) mendefinisikan belajar rangsangan berupa hadiah. Jangan
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan sampai ia malah selalu mengharapkan
individu untuk memperoleh suatu hadiah, baru ia mau belajar. Tahap
perubahan tingkah laku yang baru awal pada usia dini, penggunaan
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman hadiah dengan lebih mengutamakan
individu itu sendiri dalam interaksinya motivasi diri dalam siswa.
dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa b. Suasana belajar yang kondusif.
diambil dari kedua pengertian di atas, Suasana yang ramai dan bising tentu
bahwa pada prinsipnya, belajar adalah saja sangat mengganggu siswa yang
perubahan dari diri seseorang. ingin belajar dalam suasana tenang.
Berdasarkan beberapa pengertian Demikian pula bila dalam satu rumah
diatas dapat disimpulkan bahwa ketelitian terdapat lebih dari satu tipe cara
belajar adalah sikap teratur, terkontrol, belajar siswa. Di satu sisi ada salah
terorganisasi, ambisius, terfokus pada satu siswa yang baru bisa belajar
pencapaian, dan memiliki disiplin diri apabila sambil mendengarkan music
dalam perubahan tingkah laku dari diri dengan keras, sedangkan siswa yang
seseorang dalam pembelajaran.

5
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

lainnya menghendaki suasana yang a. Lingkungan. Dapat mempengaruhi


hening. kemampuan dalam ketelitian, kita
c. Kondisi kesehatan siswa. Bila siswa akan dapat memaksimalkan
terlihat ogah-ogahan pada materi kemampuan untuk teliti dalam belajar.
pelajaran yang sedang didalaminya, Jika kita dapat mengetahui faktor apa
hendaknya jangan tergesa-gesa untuk saja yang berpengaruh terhadap
menghakimi bahwa ia malas belajar. ketelitian, kita mampu menggunakan
Mungkin saja kondisi kesehatannya kemampuan kita pada saat dan
saat itu sedang ada masalah. Cari suasana yang tepat. Faktor lingkungan
tahulah terlebih dahulu akan hal ini. yang mempengaruhi ketelitian belajar
d. Siswa merasa jenuh. Beban pelajaran adalah suara, pencahayaan,
yang harus dikuasai oleh seseorang temperatur, dan desain belajar.
siswa sangatlah banyak. Belum lagi b. Modalitas Belajar. Modalitas belajar
agar memiliki keterampilan yang menentukan siswa dapat
tambahan, tak jarang mereka harus memproses setiap informasi yang
mengikuti kegiatan di beberapa diterima. Ketelitian dalam belajar dan
lembaga pendidikan formal (kursus). kreativitas guru dalam
Karena sedemikian padatnya aktivitas mengembangkan strategi dan metode
yang harus dilakukan oleh seorang pembelajaran di kelas akan
siswa, maka seringkali mereka meningkatkan ketelitian belajar siswa
dihinggapi kejenuhan. Bila hal ini sehingga hasil belajarnya pun akan
terjadi, bukan merupakan suatu meningkat pula. Semakin banyak
tindakan yang bijaksana apabila orang informasi yang diterima dan diserap
tua tetap memaksakan anaknya untuk oleh siswa, maka kemampuan
belajar. Berilah mereka waktu ketelitian pun harus semakin baik dan
istirahat sejenak (refreshing), sekedar fokus dalam mengikuti setiap proses
untuk mengendorkan urat syaraf yang pembelajaran. Banyak cara yang
sudah sangat tegang tersebut. ditawarkan oleh para ahli dalam
Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatkan ketelitian belajar siswa,
ketelitian belajar misalnya dengan cara meningkatkan
Ketelitian belajar siswa, dapat gelombang alfa agar setiap siswa
dipengaruhi oleh berbagai faktor (Tonie dapat berkonsentrasi dengan baik,
Nase, 2007), seperti di bawah ini: kemudian dapat juga dengan

6
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

mengatur posisi tubuh pada saat belajar yang kondusif, kondisi kesehatan
belajar, dan mempelajari materi siswa, dan keadaan siswa yang jenuh.
(informasi) sesuai dengan Aspek-aspek Ketelitian Belajar
karakteristik siswa itu sendiri. Menurut Nugroho (2007) aspek-aspek
c. Pergaulan. Juga dapat mempengaruhi ketelitian belajar adalah sebagai berikut:
siswa dalam menerima pelajaran, a. Pemusatan pikiran adalah suatu
perilaku dan pergaulan mereka, dapat keadaan belajar yang membutuhkan
mempengaruhi konsentrasi belajar ketenangan, nyaman, perhatian
yang dipengaruhi juga oleh beberapa seseorang dalam memahami isi
faktor, seperti faktor teknologi yang pelajaran yang dihadapi.
berkembang saat ini contohnya b. Motivasi adalah keinginan atau
televisi, internet, dll hal ini sangat dorongan yang terdapat dalam diri
berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang untuk berusaha
siswa. mengadakan perubahan tingkah laku
d. Psikologi. Faktor psikologi juga dapat yang lebih baik dalam memenuhi
mempengaruhi bagaimana sikap dan kebutuhannya.
perilaku siswa dalam berkonsentrasi c. Rasa khawatir merupakan perasaan
untuk ketelitian dalam belajar, yang tidak tenang karena seseorang
misalnya karena adanya masalah merasa tidak optimal dalam
dalam lingkungan sekitar dan melakukan pekerjaannya.
keluarga, hal ini tentunya akan d. Perasaan tertekan merupakan
mempengaruhi psikologi siswa, perasaan seseorang yang bukan dari
karena siswa akan kehilangan individu melainkan dorongan atau
semangat dan motivasi belajar tuntutan dari orang lain maupun
mereka, tentunya akan berpengaruh lingkungan.
juga terhadap tingkat konsentrasi e. Gangguan pikiran merupakan
siswa yang akan semakin menurun hambatan seseorang yang berasal dari
dan mempengaruhi ketelitiannya dalam individu maupun orang sekitar
dalam belajar. sendiri. Misalnya masalah ekonomi
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat keluarga, masalah pribadi individu.
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang f. Gangguan kepanikan merupakan
mempengaruhi ketelitian belajar adalah hambatan dalam berkonsentrasi dalam
tidak memiliki motivasi diri, suasana bentuk rasa was-was akan menunggu

7
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

hasil yang akan dilakukan maupun Terapi seni ini didasarkan pada
yang sudah dilakukan oleh seseorang gagasan bahwa proses kreatif pembuatan
tersebut. seni penyembuhan dan meningkatkan
g. Kesiapan belajar merupakan keadaan kehidupan dan merupakan bentuk
seseorang yang sudah siap akan komunikasi nonverbal dari pikiran dan
menerima pelajaran, sehingga perasaan (American Art Therapy
individu dapat mengembangkan Association, 1996). Seperti bentuk-bentuk
potensi yang dimilikinya. lain dari psikoterapi dan konseling,
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan
disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam pribadi, meningkatkan pemahaman diri,
ketelitian belajar adalah pemusatan fikiran, dan membantu dalam perbaikan emosional
motivasi, rasa khawatir, perasaan tertekan, dan telah digunakan dalam berbagai
gangguan pikiran, gangguan kepanikan, macam pengaturan dengan anak-anak,
dan kesiapan belajar. orang dewasa, keluarga, dan kelompok. Ini
Art Therapy adalah modalitas yang dapat membantu
Terapi seni merupakan salah satu jenis individu dari segala usia menciptakan
dari berbagai jenis terapi ekspresif makna dan mencapai wawasan,
melibatkan individu dalam aktivitas kreatif mendapatkan bantuan dari emosi yang luar
dalam bentuk penciptaan (karya atau biasa atau trauma, menyelesaikan konflik
produk) seni (Case & Dalley, 1992; dan masalah, memperkaya kehidupan
Ballou, 1995). Melalui aktifitas seni sehari-hari, dan mencapai peningkatan
tersebut individu diasumsikan mendapat rasa kesejahteraan (Malchiodi, 2003).
media paling aman untuk memfasilitasi Terapi Seni mendukung keyakinan
komunikasi melalui eksplorasi pikiran, bahwa semua individu memiliki kapasitas
persepsi, keyakinan, dan pengalaman, untuk mengekspresikan diri secara kreatif
khususnya emosi (Holt & Kaiser, 2009). dan bahwa produk ini kurang penting
Proses dan respon subjek saat dibandingkan proses terapi yang terlibat.
menggambar serta karya seni subjek Fokus terapis tidak secara khusus pada
digunakan sebagai refleksi atas manfaat estetika pembuatan seni tetapi
perkembangan, kemampuan, kepribadian, pada kebutuhan terapi orang untuk
ketertarikan, perhatian dan konflik mengekspresikan. Artinya, yang penting
individu (Ballou, 1995; Glaister, 2000). adalah keterlibatan seseorang dalam
bekerja, memilih dan memfasilitasi

8
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

kegiatan seni yang membantu untuk orang, dan tujuan penelitian. Waktu yang
membantu orang untuk menemukan dibutuhkan dalam terapi dalam jangka
makna dalam proses kreatif, dan panjang biasanya berkisar antara 3 bulan
memfasilitasi pembagian pengalaman sampai 1 tahun (Wallin dan Durr, 2002;
gambar membuat dengan terapis. Huss, 2009 dan ussak, 2009) sedangkan
Sementara bentuk-bentuk terapi yang untuk terapi dalam jangka pendek biasanya
efektif, terapi seni semakin banyak dilakukan tidak lebih dalam 12 sesi.
digunakan oleh terapis dengan individu Hal ini mendorong peneliti untuk
dari segala usia dan dengan berbagai melakukan penelitian dengan
populasi. menggunakan seni sebagai intervensi
Tidak hanya terapis seni, tapi terapi untuk meningkatkan ketelitian
konselor, psikolog, psikiater, pekerja dalam bekerja. Seni yang digunakan dalam
sosial, dan bahkan dokter menggunakan penelitian ini adalah sulaman (menyulam).
ekspresi seni untuk terapi. Dengan Bahkan menggambar memberi cara untuk
munculnya bentuk-bentuk singkat terapi mengekspresikan pikiran dan perasaan
dan tekanan yang meningkat untuk individu dengan sedikit perasaan terancam
menyelesaikan pengobatan di sejumlah dibandingkan komunikasi verbal
sesi, terapis menemukan bahwa kegiatan (Malchiodi, 2003; Case & Dalley, 1992).
seni membantu individu untuk Dengan diterimanya metode terapi maka
berkomunikasi yang relevan isu dan akan menurunkan tingkat resistensi subjek
masalah dengan cepat, sehingga terhadap terapi dan berpengaruh positif
mempercepat penilaian dan intervensi. terhadap proses terapeutik (Malchiodi,
Bahkan sederhana menggambar tugas 2003).
menawarkan kemungkinan yang unik Berdasarkan penjelasan diatas, dapat
untuk ekspresi yang melengkapi dan, disimpulkan bahwa terapi seni adalah
dalam banyak kasus, membantu anak-anak salah satu jenis terapi ekspresif untuk
atau orang dewasa untuk memfasilitasi komunikasi melalui
mengkomunikasikan apa kata-kata tidak eksplorasi pikiran, persepsi, keyakinan,
bisa. dan pengalaman, khususnya emosi.
Seperti halnya jenis terapi lain, art Sulaman adalah salah satu teknik
therapy dapat dilakukan dengan intensif kreasi menghias pada kain polos atau kain
ataupun jangka waktu panjang. Hal tenunan polos dengan cara menggunakan
tersebut disesuaikan dengan kepentingan tusuk hias dan variasinya, yang

9
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

mempunyai bentuk dan ukuran yang cm2. Pilihannya biasanya antara 11, 14,
teratur dengan menggunakan berbagai 18, dan 28.
macam jenis benang berwarna dan sesuai Tusuk silang adalah kegiatan
motif selera si pemakai/pengrajin. menyulam yang menyenangkan karena
Menyulam istilah menjahit yang berarti menawarkan kebebasan bagi penyulam,
menjahitkan benang searah dekorasi (Elly terutama dalam pilihan warna benang.
Muliyanti dalam Ibrahim, 2013). Menurut Benang sulam biasanya digunakan untuk
Ernawati (2008) sulaman fantasi disebut menjahit tusuk silang dan tersedia dalam
juga sulaman karena sulaman ini didesain ratusan warna. Menyulam tusuk silang
dengan memvariasikan tusuk hias dan adalah sesederhana menyesuaikan satu
warna benang pada bahan tenunan polos. pola pada grid dalam kain tusuk silang.
Ragam hias yang digunakan untuk Pilih pola dari buku atau secara daring
sulaman sering menggunakan ragam hias (online), dan kumpulkan benang sulam
naturalis seperti bentuk bunga-bunga, dengan warna-warna yang sesuai pola.
binatang, buah-buahan dan geometris. Gunakan ring untuk menyulam (ram), ram
Warna yang digunakan untuk sulaman adalah ring ganda yang terbuat dari plastik,
lebih dari dua warna. Penggunaan tusuk logam, atau kayu, yang mengamankan
divariasikan lebih dari dua macam tusuk. posisi tusuk silang saat menyulam. Walau
Jenis sulaman yang digunakan pada Anda bisa menyulam tanpa alat ini,
terapi seni (menyulam) ini adalah menggunakan ram akan sangat membantu
menyulam tusuk silang. Walau tusuk dan harganyajuga tidak mahal.
silang mengacu pada cara menciptakan Menggunakan ram kecil lebih mudah agar
pola sulaman dan bukan kain tertentu, kainnya tidak bergerak tetapi harus sering
namun ada kain yang sering digunakan dipindah-pindah, sementara ram yang
untuk tusuk silang yaitu kain yang dikenal lebih besar “genggaman” pada kainnya
sebagai kain Aida (strimin). Material ini kurang, tapi tidak perlu terlalu sering
memiliki grid atau kotak-kotak yang dipindahkan.
jarang/jauh jaraknya sehingga Jenis pola yang digunakan terbagi
mengerjakan jahitan tusuk silang menjadi menjadi dua dengan tingkat kesulitan yang
mudah. Kain Aida tersedia dalam beberapa berbeda. Jenis pola yang pertama adalah
ukuran yang mengacu pada jumlah tusuk pola huruf yang termasuk kategori mudah
silang yang bisa dibuat dalam ukuran 6,25 atau sedang, selanjutnya pola kedua yang

10
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

digunakan adalah pola bunga dengan H0 : Tidak Ada pengaruh pada terapi seni
kategori rumit atau sulit. menyulam terhadap ketelitian belajar
Penggunaan Art Therapy untuk siswa.
Ketelitian
Art therapy dalam bahasa Indonesia METODE PENELITIAN
disebut juga terapi seni, karena bertujuan Penelitian ini dilakukan dengan
untuk uatu penyembuhan, namun menggunakan eksperimen. Subyek
menggunakan alat/tools seni. dimasukkan kedalam kelompok
Digunakannya alat dalam terapi seni eksperimen dan kelompok kontrol
dikarenakan, menurut penelitian para ahli berdasarkan tempat sekolah yang sama dan
psikolog, ternyata sejak dahulu kala seni dikenai pretest atau posttest. Setelah itu
adalah kegiatan manusia yang memberi dilakukan manipulasi yang bentuk
kesenangan jiwa pelakunya sendiri. Dari perlakuannya adalah penelitian aktivasi art
aktivitas ringan hobi seseorang untuk therapy. Selanjutnya dilakukan
datang menonton karya seni saja, yang pengukuran ulang (posttest) pada variabel
bersangkutan sudah mendapat pengalaman konsentrasi belajar.
kegembiraan hati. Keterlibatan sebagai Berdasarkan uraian kegiatan yang
pelaku seni tentu dapat memberi digunakan dalam penelitian ini, maka
pengalaman kesenangan secara lebih desain penelitian yang digunakan adalah
penuh, karena seluruh perhatian inderanya Treatment by Level Design (T-L).
konsentrasi pada kegiatan daya Tujuannya adalah untuk mengukur tingkat
imajinasinya yang terungkap dan tertuang ketelitian belajar dari art therapy yang
diatas pe rlatan yang tersedia medium seni diberikan dalam penelitian ini.
untuk tampil sebagai karyanya sendiri. Subjek penelitian terdiri dari 20 orang
Dengan konsentrasi penuh inilah art responden. Kelompok subjek penelitian
therapy dapat meningkatkan ketelitian terbagi menjadi dua, 10 orang pada
seseorang dalam beraktivitas ataupun kelompok kontrol dan 10 orang pada
belajar. kelompok eksperimen. Subjek tersebut
Hipotesis bersedia untuk berpartisipasi dalam
H1 : Ada pengaruh pada terapi seni penelitian ini dalam bentuk membuat
menyulam terhadap ketelitian belajar sebuah sulaman, seluruh subjek berkenan
siswa untuk membuat sulaman yang terbagi
menjadi dua jenis sulaman.

11
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

Metode pengumpulan data yang 08.30 WITA sampai dengan pukul


digunakan dalam penelitian eksperimen ini 10.00 WITA tiap pertemuannya yang
adalah tes pauli. Tes Pauli dikembangkan disesuaikan dengan suasana ruangan
pada tahun 1983, oleh Dr.Richard Pauli yang tenang menggunakan ruangan
bersama dengan Dr. Wilhem Arnold dan yang kosong sehingga membuat
Prof. Dr. Van Hiss. Pada dasarnya, nyaman peserta pelatihan dan
Richard Pauli tergolong dalam suatu aliran pelaksanaannya dirancang sesuai
yang ingin membuat psikologi menjadi dengan prosedur pelatihan.
bidang ilmu pasti, yaitu membuat c. Pasca-Eksperimen
psikologi sebagai suatu bidang Pasca eksperimen merupakan tahapan
eksperimen. akhir dari serangkaian dari pelaksanan
Prosedur Eksperimen eksperimen secara keseluruhan.
Prosedur ekperimen dibagi dalam tiga Kegiatan yang dilakukan adalah
tahapan yaitu: pre-eksperimen, pemberian pasca tes pada kelompok
pelaksanaan pelatihan art therapy, pasca- eksperimen, yaitu setelah perlakuan
eksperimen. terakhir dilakukan.
a. Pra-Eksperimen Teknik Analisis Data
Pra-ekperimen merupakan tahap Teknik analisa data yang digunakan
persiapan pemberian perlakuan pada dalam penelitian ini adalah One-way
kelompok eksperimen. Kegiatan Anova. Analisis of variance atau ANOVA
dalam pre-ekperimen adalah (1) merupakan salah satu teknik analisis
Perkenalan dan pengarahan; (2) multivariate yang berfungsi untuk
pemberian pretest: (3) Perencanaan membedakan rata-rata lebih dari dua
metode pemberian program pelatihan kelompok data dengan cara mem-
aktivitas art therapy yang dilakukan bandingkan variansinya. Analisis varian
selama eksperimen; (4) pemberian termasuk dalam kategori statistik
posttest. parametrik. Sebagai alat statistika
b. Pelaksanaan Pelatihan art therapy parametrik, maka untuk dapat meng-
Pelaksanaan yang diberikan terhadap gunakan rumus ANOVA harus terlebih
kelompok eksperimen selama 7 dahulu perlu dilakukan uji asumsi meliputi
pertemuan setiap hari senin pada normalitas, heterokedastisitas dan random
pukul 09.30 WITA sampai dengan sampling (Ghozali, 2009). Sedangkan
pukul 11.00 dan hari Sabtu pada pukul menurut Teguh Wahyono dalam bukunya,

12
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

One-Way ANOVA merupakan prosedur dependen dengan tipe data kuantitatif


yang digunakan untuk menghasilkan dengan sebuah variabel independen
analisis variansi satu arah untuk variabel sebagai variabel faktor.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Individu yang menjadi subjek Samarinda Ilir. Jumlah subjek penelitian
penelitian ini adalah siswi-siswi MTsN dalam penelitian ini adalah 20 orang.
Model Samarinda yang beralamat Jln. Adapun distribusi sample penelitian
Harmonika No 100 Kel Sungai Pinang Kec adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Responden
Menurut Usia
Aspek Umur Frekuensi Persentase
12 2 10%
Umur 13 16 80%
14 2 10%
Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat mendapatkan gambaran demografi subjek


diketahui bahwa rata-rata usia siswi MTsN dan deksripsi mengenai variabel
Model Samarinda yang menjadi sampel penelitian, yaitu pengaruh art theraphy
dalam penelitian ini adalah 13 tahun yang untuk meningkatkan ketelitian belajar.
berjumlah 16 orang atau 80%, 2 anak Rerata empirik dan rerata hipotetik
berusia 12 tahun atau 10%, 2 anak berusia diperoleh dari respon subjek penelitian
14 tahun atau 10%. melalui satu alat test pauli, dengan tiga
Hasil Uji Deskriptif perbandingan pretest, posttest 1 dan
Analisis deskriptif sebaran frekuensi posttest 2.
dan histogram dilakukan untuk
Tabel 2. Rerata Empiris dan
Rerata Hipotetik
Rerata
Variabel Min Max SD Status
Empirik
Ketelitian
0,25 1,50 0,34028 0,9500 Sedang
Belajar

Melalui tabel 2 dapat diketahui pada siswa MTsN Model Samarinda.


gambaran secara umum keadaan sebaran Berdasarkan hasil pengukuran melalui tes
data pada subjek penelitian secara umum pauli yang telah diisi diperoleh rerata

13
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

empirik pretest (0,9500) dengan status Sedangkan pada posttest 1 terdapat 14


sedang. siswa memiliki tingkat ketelitian tinggi, 6
Pada pretest, posttest 1 dan posttest 2 siswa dengan tingkat ketelitian sedang dan
skor tingkat ketelitian siswa terdapat tidak ada siswa memiliki tingkat ketelitian
perbedaan skor pada 20 subjek, pada rendah. Pada posttest 2 siswa yang
pretest yang memiliki tingkat ketelitian memiliki tingkat ketelitian tinggi sebanyak
tinggi sebanyak 4 siswa, 16 siswa memiliki 18 siswa, 2 memiliki tingkat ketelitian
tingkat ketelitian sedang dan tidak ada sedang dan tidak ada siswa yang memiliki
siswa memiliki tingkat ketelitian rendah. tingkat ketelitian rendah.
Hasil Uji Normalitas
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Variabel Shapiro-Wilk P
Pre test 0,940 0,238
Pasca tes1 0,909 0,062
Post test2 0,858 0,007

Tabel 3 menunjukan hasil uji 0,062 (p > 0,05), hasil uji tersebut
normalitas terhadap sebaran data variabel menunjukkan ketelitian belajar siswa
ketelitian belajar (pretest) pada siswa dapat dikatakan normal. Sedangkan pada
menghasilkan nilai Z = 0,940 dan p = data posttest 2 menghasilkan nilai Z =
0,238 (p > 0,05), hasil uji menunjukkan 0,858 dan p = 0,007, sehingga dapat
ketelitian belajar siswa normal. Data dikatakan data tidak normal.
ketelitian belajar pada posttest 1 Hasil Uji Homogenitas
menghasilkan nilai Z = 0,909 dan nilai p =
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas
Levene statistic p Keterangan
3,528 0,077 Homogen

Berdasarkan tabel 4 di atas, hasil uji Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan
asumsi homogenitas terhadap variabel Berdasarkan analisis data penelitian
ketelitian belajar (pretest) pada siswa menunjukkan pengaruh yang signifikan
menghasilkan nilai Levene = 3,528 dan p pada posttest 1 terhadap tingkat ketelitian
= 0.077 (p > 0.05). Berdasarkan hasil uji belajar siswa MTsN Model Samarinda
menunjukkan sebaran data adalah dengan nilai F = 6,171 dan p = 0,023 <
homogen. 0,050. Berdasarkan hal tersebut, maka
hipotesis penelitian eksperimen untuk

14
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

posttest 1 ini diterima. Sedangkan, untuk sebagian siswa lainnya tidak mengalami
hipotesis posttest 2 menunjukkan tidak ada kesusahan yang berarti saat proses
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat menyulam tersebut. Setelah mendekati
ketelitian belajar siswa dengan nilai F = hari-hari akhir terapi mereka menjadi lebih
0,184 dan nilai p = 0,673 > 0,050. terampil dari sebelumnya, sehingga
Berdasarkan data tersebut, maka hipotesis terdapat peningkatan dalam konsentrasi
penelitian eksperimen untuk posttest 2 ini dan ketelitian belajar mereka ditinjau dari
ditolak. besarnya kesalahan yang terjadi saat
Berdasarkan hasil yang diperoleh menyulam hari demi hari semakin
terdapat pengaruh yang signifikan antara berkurang. Salah satu faktor mengapa
art therapy terhadap ketelitian belajar terdapat pengaruh yang signifikan antara
siswa. Hal ini terlihat dari hasil pretest dan pretest dan posttest 1 pada siswa karena
posttest pada tingkat ketelitian belajar semangat para siswa mengikuti art therapy
yang telah di teliti dimana hasil antara dengan metode menyulam sangat antusias
pretest dan posttest mengalami sehingga memudahkan mereka dalam
peningkatan. Dimana pada pretest dan menjalani prosesnya, tugas yang kami
posttest tingkat ketelitian belajar terdapat berikan pun dikerjakan dengan baik.
perbedaan skor pada 6 subjek, pada saat Pada posttest 2 hipotesis ditolak
pretest semua siswa berada pada kategori dikarenakan art therapy dengan media
tingkat ketelitian sedang meskipun nilai menyulam ini mungkin saja memang tidak
yang dicapai berbeda-beda. Sedangkan bisa bertahan lama efeknyanya dan faktor
pada posttest 1 setelah diberikan art lain juga mempengaruhi hasil posttest 2
therapy adalah terdapat 6 siswa yang tersebut seperti para siswa yang tidak
memiliki tingkat ketelitian kerja yang semangat mengerjakan tes Pauli karena
tinggi dan 4 siswa yang memiliki tingkat banyak angka angka yang harus dihitung,
ketelitian kerja yang sedang. waktu pada saat melakukan posttest 2 juga
Sebenarnya 4 siswa ini mengalami tidak terlaksana pada jadwal yang
perubahan skor akan tetapi tetap masih seharusnya. Tes dilakukan pada siang hari
dalam kategori sedang sehingga sehingga para siswa sudah lelah pada saat
pengaruhnya tidak signifikan. Hal ini mengerjakan tes Pauli tersebut.
dikarenakan pada awalnya beberapa siswa
mengalami kesulitan dengan pola
menyulam yang kami ajarkan, namun

15
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16

KESIMPULAN Ernawati, Izwarni & Weni Nilmara. 2008.


Tata Busana Jilid 3. Jakarta : Jenderal
Berdasarkan hasil penelitian yang
Manajemen Pendidikan Dasar dan
telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.
bahwa:
Feist, J dan Feist, J.G. 2009. Teori
1. Terdapat pengaruh yang signifikan Kepribadian. Theories of Personality
. Buku 2: Edisi 7 Jakarta: Salemba
setelah pelatihan art theraphy untuk
Humanika.
ketelitian belajar siswa-siswi MTsN Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS,
Model Samarinda.
Edisi Keempat. Penerbit Universitas
2. Tidak terdapat pengaruh yang Diponegoro.
Gussak, D. 2009. The Arts in
signifikan pada posttest 2 setelah
Psychotherapy Comparing the
pelatihan art therapy dan posttest 1 effectiveness of art therapy on
depression and locus of control of
dilaksanakan.
male and female inmates. Journal The
3. Mayoritas skor pretest tingkat Arts in Psychotherapy 36, 202–207.
Huss, E. 2009. “A Coat Of Many Colors”
ketelitian siswa-siswi MTsN Model
Towards An Integrative Multilayered
Samarinda termasuk dalam katagori Model Of Art Therapy. The Arts in
Psychotherapy, 36, 154–160.
sedang.
Holt, E & Kaiser, D.H. (2002). The first
4. Mayoritas skor posttest 1 tingkat step series: art therapy for early
substance abuse treatment. The Arts
ketelitian siswa-siswi MTsN Model
in Psychotherapy 36, 245–250
Samarinda memiliki peningkatan Malchiodi, C. (Ed) (2003). Handbook of
Art Therapy. USA: Guildford Press.
tingkat konsentrasi yang termasuk
McCrae, R.R., & Allik, J. (2002). The Five
dalam kategori tinggi. Factor Model of personality across
cultures. New York: Kluwer
Academic/ Plenum Publishers.
REFERENSI Surya, M. 2003. Pengantar Psikologi
Pendidikan. Bandung: FIP IKIP
Ballou, M. 1995. Psychologycal
Bandung.
Interventions : A Guide To Strategies.
Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M.
Westport, CT: Praeger Publishers.
K. (2008). Psikologi Kognitif.
Case, C. & Dalley, T. 1992. The Handbook
Surabaya: Penerbit Erlangga.
of Art Therapy. USA & Canada:
Wallin, K. & Durr, M. 2002. Creativity
Routledge.
and expressive art in social emotional
Cathy, M. 2003. Handbook of art therapy.
learning. Journal of Reclaiming
USA: The Guilford Press.
Children and Youth, 11 (1), 30.

16

Anda mungkin juga menyukai