1-16
Abstract. This study aimed to analyze the effect of art therapy to improve the accuracy of
learning. Aspects of learning accuracy is centering the mind, motivation, anxiety, feelings of
depression, thought disorder, panic disorder, and readiness to learn. This study uses
quantitative experimental research. Data collection is the use of assay pauli. This data
collection method is a method of assays pauli which uses a method by doing simple
calculations in which to be seen is the work curve of the participants. The subjects were
students of class VIII MTsN Model Samarinda with a total sample of 20 students, 10 students
as a control group and 10 people experiment. Data analysis technique used is one way
ANOVA analysis. The findings show that the statistical analysis of the results of the hypothesis
of art therapy showed a significant effect on the precision of the data distribution posttest 1
with t count > t table (6.171 to 4.41), with p = 0.023 (p <0.05). An analysis of the posttest 2
showed no significant difference between the rigor of art therapy with the values t <t table
(0.184 to 4.41) and the value of p = 0.673 (p> 0.05).
Abstrak. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh art therapy untuk meningkatkan
ketelitian belajar. Aspek-aspek ketelitian belajar adalah pemusatan fikiran, motivasi, rasa
khawatir, perasaan tertekan, gangguan pikiran, gangguan kepanikan, dan kesiapan belajar.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen kuantitatif. Pengumpulan data
yang digunakan adalah menggunakan alat tes pauli. Metode pengumpulan data ini adalah
metode alat tes pauli yaitu menggunakan suatu metode dengan cara mengerjakan
penghitungan sederhana di mana yang hendak dilihat adalah kurva kerja dari testee. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTsN Model Samarinda dengan jumlah sampel
sebanyak 20 orang siswi, 10 orang siswa sebagai kelompok kontrol dan 10 orang eksperimen.
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis one way anova. Hasil penelitian
menunjukan bahwa art therapy berpengaruh signifikan terhadap ketelitian pada posttest 1
dengan F = 6,171 dan p = 0,023 < 0,050. Hasil analisa pada posttest 2 menunjukkan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara art therapy terhadap ketelitian dengan F = 0,184
dan nilai p = 0,673 > 0,050.
1
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
2
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
3
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
Sebagai salah satu jenis seni, pada menemui kesulitan dalam mengerjakan
dasarnya menyulam memiliki tahapan sesuatu.
yang telah dikembangkan oleh beberapa Costa dan McCrae (1992) dalam Feist
terapis sebagai modalitas terapi seni, yaitu dan Feist (2009) menjelaskan bahwa
menggambar. Namun dalam berbagai ketelitian menilai kemampuan individu
sudut, menyulam bukan semata-mata didalam organisasi, baik mengenai
menggambar biasa. Karena menyulam ketekunan dan motivasi dalam mencapai
melibatkan lebih banyak faktor dan sarana tujuan sebagai perilaku langsungnya.
dibandingkan dengan menggambar biasa Sebagai lawannya menilai apakah individu
seperti penggunaan jarum, kain, dan tersebut tergantung, malas dan tidak rapi.
benang. Dimensi ini merujuk pada jumlah tujuan
Berdasarkan uraian di atas latar yang menjadi pusat perhatian seseorang.
belakang masalah yang terjadi maka dapat Orang yang mempunyai skor tinggi
diajukan sebuah penelitian dengan judul cenderung mendengarkan kata hati dan
"Efektivitas art therapy dalam mengejar sedikit tujuan dalam satu cara
meningkatkan ketelitian". yang terarah dan cenderung bertanggung
jawab, kuat bertahan, tergantung, dan
TINJAUN PUSTAKA berorientasi pada prestasi. Sementara yang
Kepercayaan Diri (Self-Confidence) skornya rendah akan cenderung menjadi
Costa dan McCrae (1992) dalam Feist lebih kacau pikirannya, mengejar banyak
dan Feist (2009) menjelaskan bahwa tujuan, dan lebih hedonistik. McCrae dan
ketelitian mendiskripsikan orang-orang Allik, J (2002) menjelaskan bahwa untuk
yang teratur, terkontrol, terorganisasi, mengukur kepribadian ketelitian yaitu
ambisius, terfokus, pada pencapaian, dan competence, kesanggupan, efektifitas dan
memiliki disiplin diri. Secara umum, kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu.
mereka yang memiliki sifat Menurut Winkel, belajar adalah
concientiousness yang tinggi biasanya semua aktivitas mental atau psikis yang
pekerja keras, berhati-hati, tepat waktu, berlangsung dalam interaksi aktif dalam
dan mampu bertahan. Sebaliknya, mereka lingkungan, yang menghasilkan
yang mempunyai sifat conscientiousness perubahan-perubahan dalam pengelolaan
rendah cenderung tidak teratur, ceroboh, pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard
pemalas, serta tidak memiliki tujuan dan dalam (Sumardi Suryabrata, 1984) belajar
lebih mungkin menyerah saat mulai merupakan proses perbuatan yang
4
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
5
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
6
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
mengatur posisi tubuh pada saat belajar yang kondusif, kondisi kesehatan
belajar, dan mempelajari materi siswa, dan keadaan siswa yang jenuh.
(informasi) sesuai dengan Aspek-aspek Ketelitian Belajar
karakteristik siswa itu sendiri. Menurut Nugroho (2007) aspek-aspek
c. Pergaulan. Juga dapat mempengaruhi ketelitian belajar adalah sebagai berikut:
siswa dalam menerima pelajaran, a. Pemusatan pikiran adalah suatu
perilaku dan pergaulan mereka, dapat keadaan belajar yang membutuhkan
mempengaruhi konsentrasi belajar ketenangan, nyaman, perhatian
yang dipengaruhi juga oleh beberapa seseorang dalam memahami isi
faktor, seperti faktor teknologi yang pelajaran yang dihadapi.
berkembang saat ini contohnya b. Motivasi adalah keinginan atau
televisi, internet, dll hal ini sangat dorongan yang terdapat dalam diri
berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang untuk berusaha
siswa. mengadakan perubahan tingkah laku
d. Psikologi. Faktor psikologi juga dapat yang lebih baik dalam memenuhi
mempengaruhi bagaimana sikap dan kebutuhannya.
perilaku siswa dalam berkonsentrasi c. Rasa khawatir merupakan perasaan
untuk ketelitian dalam belajar, yang tidak tenang karena seseorang
misalnya karena adanya masalah merasa tidak optimal dalam
dalam lingkungan sekitar dan melakukan pekerjaannya.
keluarga, hal ini tentunya akan d. Perasaan tertekan merupakan
mempengaruhi psikologi siswa, perasaan seseorang yang bukan dari
karena siswa akan kehilangan individu melainkan dorongan atau
semangat dan motivasi belajar tuntutan dari orang lain maupun
mereka, tentunya akan berpengaruh lingkungan.
juga terhadap tingkat konsentrasi e. Gangguan pikiran merupakan
siswa yang akan semakin menurun hambatan seseorang yang berasal dari
dan mempengaruhi ketelitiannya dalam individu maupun orang sekitar
dalam belajar. sendiri. Misalnya masalah ekonomi
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat keluarga, masalah pribadi individu.
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang f. Gangguan kepanikan merupakan
mempengaruhi ketelitian belajar adalah hambatan dalam berkonsentrasi dalam
tidak memiliki motivasi diri, suasana bentuk rasa was-was akan menunggu
7
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
hasil yang akan dilakukan maupun Terapi seni ini didasarkan pada
yang sudah dilakukan oleh seseorang gagasan bahwa proses kreatif pembuatan
tersebut. seni penyembuhan dan meningkatkan
g. Kesiapan belajar merupakan keadaan kehidupan dan merupakan bentuk
seseorang yang sudah siap akan komunikasi nonverbal dari pikiran dan
menerima pelajaran, sehingga perasaan (American Art Therapy
individu dapat mengembangkan Association, 1996). Seperti bentuk-bentuk
potensi yang dimilikinya. lain dari psikoterapi dan konseling,
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan
disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam pribadi, meningkatkan pemahaman diri,
ketelitian belajar adalah pemusatan fikiran, dan membantu dalam perbaikan emosional
motivasi, rasa khawatir, perasaan tertekan, dan telah digunakan dalam berbagai
gangguan pikiran, gangguan kepanikan, macam pengaturan dengan anak-anak,
dan kesiapan belajar. orang dewasa, keluarga, dan kelompok. Ini
Art Therapy adalah modalitas yang dapat membantu
Terapi seni merupakan salah satu jenis individu dari segala usia menciptakan
dari berbagai jenis terapi ekspresif makna dan mencapai wawasan,
melibatkan individu dalam aktivitas kreatif mendapatkan bantuan dari emosi yang luar
dalam bentuk penciptaan (karya atau biasa atau trauma, menyelesaikan konflik
produk) seni (Case & Dalley, 1992; dan masalah, memperkaya kehidupan
Ballou, 1995). Melalui aktifitas seni sehari-hari, dan mencapai peningkatan
tersebut individu diasumsikan mendapat rasa kesejahteraan (Malchiodi, 2003).
media paling aman untuk memfasilitasi Terapi Seni mendukung keyakinan
komunikasi melalui eksplorasi pikiran, bahwa semua individu memiliki kapasitas
persepsi, keyakinan, dan pengalaman, untuk mengekspresikan diri secara kreatif
khususnya emosi (Holt & Kaiser, 2009). dan bahwa produk ini kurang penting
Proses dan respon subjek saat dibandingkan proses terapi yang terlibat.
menggambar serta karya seni subjek Fokus terapis tidak secara khusus pada
digunakan sebagai refleksi atas manfaat estetika pembuatan seni tetapi
perkembangan, kemampuan, kepribadian, pada kebutuhan terapi orang untuk
ketertarikan, perhatian dan konflik mengekspresikan. Artinya, yang penting
individu (Ballou, 1995; Glaister, 2000). adalah keterlibatan seseorang dalam
bekerja, memilih dan memfasilitasi
8
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
kegiatan seni yang membantu untuk orang, dan tujuan penelitian. Waktu yang
membantu orang untuk menemukan dibutuhkan dalam terapi dalam jangka
makna dalam proses kreatif, dan panjang biasanya berkisar antara 3 bulan
memfasilitasi pembagian pengalaman sampai 1 tahun (Wallin dan Durr, 2002;
gambar membuat dengan terapis. Huss, 2009 dan ussak, 2009) sedangkan
Sementara bentuk-bentuk terapi yang untuk terapi dalam jangka pendek biasanya
efektif, terapi seni semakin banyak dilakukan tidak lebih dalam 12 sesi.
digunakan oleh terapis dengan individu Hal ini mendorong peneliti untuk
dari segala usia dan dengan berbagai melakukan penelitian dengan
populasi. menggunakan seni sebagai intervensi
Tidak hanya terapis seni, tapi terapi untuk meningkatkan ketelitian
konselor, psikolog, psikiater, pekerja dalam bekerja. Seni yang digunakan dalam
sosial, dan bahkan dokter menggunakan penelitian ini adalah sulaman (menyulam).
ekspresi seni untuk terapi. Dengan Bahkan menggambar memberi cara untuk
munculnya bentuk-bentuk singkat terapi mengekspresikan pikiran dan perasaan
dan tekanan yang meningkat untuk individu dengan sedikit perasaan terancam
menyelesaikan pengobatan di sejumlah dibandingkan komunikasi verbal
sesi, terapis menemukan bahwa kegiatan (Malchiodi, 2003; Case & Dalley, 1992).
seni membantu individu untuk Dengan diterimanya metode terapi maka
berkomunikasi yang relevan isu dan akan menurunkan tingkat resistensi subjek
masalah dengan cepat, sehingga terhadap terapi dan berpengaruh positif
mempercepat penilaian dan intervensi. terhadap proses terapeutik (Malchiodi,
Bahkan sederhana menggambar tugas 2003).
menawarkan kemungkinan yang unik Berdasarkan penjelasan diatas, dapat
untuk ekspresi yang melengkapi dan, disimpulkan bahwa terapi seni adalah
dalam banyak kasus, membantu anak-anak salah satu jenis terapi ekspresif untuk
atau orang dewasa untuk memfasilitasi komunikasi melalui
mengkomunikasikan apa kata-kata tidak eksplorasi pikiran, persepsi, keyakinan,
bisa. dan pengalaman, khususnya emosi.
Seperti halnya jenis terapi lain, art Sulaman adalah salah satu teknik
therapy dapat dilakukan dengan intensif kreasi menghias pada kain polos atau kain
ataupun jangka waktu panjang. Hal tenunan polos dengan cara menggunakan
tersebut disesuaikan dengan kepentingan tusuk hias dan variasinya, yang
9
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
mempunyai bentuk dan ukuran yang cm2. Pilihannya biasanya antara 11, 14,
teratur dengan menggunakan berbagai 18, dan 28.
macam jenis benang berwarna dan sesuai Tusuk silang adalah kegiatan
motif selera si pemakai/pengrajin. menyulam yang menyenangkan karena
Menyulam istilah menjahit yang berarti menawarkan kebebasan bagi penyulam,
menjahitkan benang searah dekorasi (Elly terutama dalam pilihan warna benang.
Muliyanti dalam Ibrahim, 2013). Menurut Benang sulam biasanya digunakan untuk
Ernawati (2008) sulaman fantasi disebut menjahit tusuk silang dan tersedia dalam
juga sulaman karena sulaman ini didesain ratusan warna. Menyulam tusuk silang
dengan memvariasikan tusuk hias dan adalah sesederhana menyesuaikan satu
warna benang pada bahan tenunan polos. pola pada grid dalam kain tusuk silang.
Ragam hias yang digunakan untuk Pilih pola dari buku atau secara daring
sulaman sering menggunakan ragam hias (online), dan kumpulkan benang sulam
naturalis seperti bentuk bunga-bunga, dengan warna-warna yang sesuai pola.
binatang, buah-buahan dan geometris. Gunakan ring untuk menyulam (ram), ram
Warna yang digunakan untuk sulaman adalah ring ganda yang terbuat dari plastik,
lebih dari dua warna. Penggunaan tusuk logam, atau kayu, yang mengamankan
divariasikan lebih dari dua macam tusuk. posisi tusuk silang saat menyulam. Walau
Jenis sulaman yang digunakan pada Anda bisa menyulam tanpa alat ini,
terapi seni (menyulam) ini adalah menggunakan ram akan sangat membantu
menyulam tusuk silang. Walau tusuk dan harganyajuga tidak mahal.
silang mengacu pada cara menciptakan Menggunakan ram kecil lebih mudah agar
pola sulaman dan bukan kain tertentu, kainnya tidak bergerak tetapi harus sering
namun ada kain yang sering digunakan dipindah-pindah, sementara ram yang
untuk tusuk silang yaitu kain yang dikenal lebih besar “genggaman” pada kainnya
sebagai kain Aida (strimin). Material ini kurang, tapi tidak perlu terlalu sering
memiliki grid atau kotak-kotak yang dipindahkan.
jarang/jauh jaraknya sehingga Jenis pola yang digunakan terbagi
mengerjakan jahitan tusuk silang menjadi menjadi dua dengan tingkat kesulitan yang
mudah. Kain Aida tersedia dalam beberapa berbeda. Jenis pola yang pertama adalah
ukuran yang mengacu pada jumlah tusuk pola huruf yang termasuk kategori mudah
silang yang bisa dibuat dalam ukuran 6,25 atau sedang, selanjutnya pola kedua yang
10
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
digunakan adalah pola bunga dengan H0 : Tidak Ada pengaruh pada terapi seni
kategori rumit atau sulit. menyulam terhadap ketelitian belajar
Penggunaan Art Therapy untuk siswa.
Ketelitian
Art therapy dalam bahasa Indonesia METODE PENELITIAN
disebut juga terapi seni, karena bertujuan Penelitian ini dilakukan dengan
untuk uatu penyembuhan, namun menggunakan eksperimen. Subyek
menggunakan alat/tools seni. dimasukkan kedalam kelompok
Digunakannya alat dalam terapi seni eksperimen dan kelompok kontrol
dikarenakan, menurut penelitian para ahli berdasarkan tempat sekolah yang sama dan
psikolog, ternyata sejak dahulu kala seni dikenai pretest atau posttest. Setelah itu
adalah kegiatan manusia yang memberi dilakukan manipulasi yang bentuk
kesenangan jiwa pelakunya sendiri. Dari perlakuannya adalah penelitian aktivasi art
aktivitas ringan hobi seseorang untuk therapy. Selanjutnya dilakukan
datang menonton karya seni saja, yang pengukuran ulang (posttest) pada variabel
bersangkutan sudah mendapat pengalaman konsentrasi belajar.
kegembiraan hati. Keterlibatan sebagai Berdasarkan uraian kegiatan yang
pelaku seni tentu dapat memberi digunakan dalam penelitian ini, maka
pengalaman kesenangan secara lebih desain penelitian yang digunakan adalah
penuh, karena seluruh perhatian inderanya Treatment by Level Design (T-L).
konsentrasi pada kegiatan daya Tujuannya adalah untuk mengukur tingkat
imajinasinya yang terungkap dan tertuang ketelitian belajar dari art therapy yang
diatas pe rlatan yang tersedia medium seni diberikan dalam penelitian ini.
untuk tampil sebagai karyanya sendiri. Subjek penelitian terdiri dari 20 orang
Dengan konsentrasi penuh inilah art responden. Kelompok subjek penelitian
therapy dapat meningkatkan ketelitian terbagi menjadi dua, 10 orang pada
seseorang dalam beraktivitas ataupun kelompok kontrol dan 10 orang pada
belajar. kelompok eksperimen. Subjek tersebut
Hipotesis bersedia untuk berpartisipasi dalam
H1 : Ada pengaruh pada terapi seni penelitian ini dalam bentuk membuat
menyulam terhadap ketelitian belajar sebuah sulaman, seluruh subjek berkenan
siswa untuk membuat sulaman yang terbagi
menjadi dua jenis sulaman.
11
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
12
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
13
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
Tabel 3 menunjukan hasil uji 0,062 (p > 0,05), hasil uji tersebut
normalitas terhadap sebaran data variabel menunjukkan ketelitian belajar siswa
ketelitian belajar (pretest) pada siswa dapat dikatakan normal. Sedangkan pada
menghasilkan nilai Z = 0,940 dan p = data posttest 2 menghasilkan nilai Z =
0,238 (p > 0,05), hasil uji menunjukkan 0,858 dan p = 0,007, sehingga dapat
ketelitian belajar siswa normal. Data dikatakan data tidak normal.
ketelitian belajar pada posttest 1 Hasil Uji Homogenitas
menghasilkan nilai Z = 0,909 dan nilai p =
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas
Levene statistic p Keterangan
3,528 0,077 Homogen
Berdasarkan tabel 4 di atas, hasil uji Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan
asumsi homogenitas terhadap variabel Berdasarkan analisis data penelitian
ketelitian belajar (pretest) pada siswa menunjukkan pengaruh yang signifikan
menghasilkan nilai Levene = 3,528 dan p pada posttest 1 terhadap tingkat ketelitian
= 0.077 (p > 0.05). Berdasarkan hasil uji belajar siswa MTsN Model Samarinda
menunjukkan sebaran data adalah dengan nilai F = 6,171 dan p = 0,023 <
homogen. 0,050. Berdasarkan hal tersebut, maka
hipotesis penelitian eksperimen untuk
14
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
posttest 1 ini diterima. Sedangkan, untuk sebagian siswa lainnya tidak mengalami
hipotesis posttest 2 menunjukkan tidak ada kesusahan yang berarti saat proses
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat menyulam tersebut. Setelah mendekati
ketelitian belajar siswa dengan nilai F = hari-hari akhir terapi mereka menjadi lebih
0,184 dan nilai p = 0,673 > 0,050. terampil dari sebelumnya, sehingga
Berdasarkan data tersebut, maka hipotesis terdapat peningkatan dalam konsentrasi
penelitian eksperimen untuk posttest 2 ini dan ketelitian belajar mereka ditinjau dari
ditolak. besarnya kesalahan yang terjadi saat
Berdasarkan hasil yang diperoleh menyulam hari demi hari semakin
terdapat pengaruh yang signifikan antara berkurang. Salah satu faktor mengapa
art therapy terhadap ketelitian belajar terdapat pengaruh yang signifikan antara
siswa. Hal ini terlihat dari hasil pretest dan pretest dan posttest 1 pada siswa karena
posttest pada tingkat ketelitian belajar semangat para siswa mengikuti art therapy
yang telah di teliti dimana hasil antara dengan metode menyulam sangat antusias
pretest dan posttest mengalami sehingga memudahkan mereka dalam
peningkatan. Dimana pada pretest dan menjalani prosesnya, tugas yang kami
posttest tingkat ketelitian belajar terdapat berikan pun dikerjakan dengan baik.
perbedaan skor pada 6 subjek, pada saat Pada posttest 2 hipotesis ditolak
pretest semua siswa berada pada kategori dikarenakan art therapy dengan media
tingkat ketelitian sedang meskipun nilai menyulam ini mungkin saja memang tidak
yang dicapai berbeda-beda. Sedangkan bisa bertahan lama efeknyanya dan faktor
pada posttest 1 setelah diberikan art lain juga mempengaruhi hasil posttest 2
therapy adalah terdapat 6 siswa yang tersebut seperti para siswa yang tidak
memiliki tingkat ketelitian kerja yang semangat mengerjakan tes Pauli karena
tinggi dan 4 siswa yang memiliki tingkat banyak angka angka yang harus dihitung,
ketelitian kerja yang sedang. waktu pada saat melakukan posttest 2 juga
Sebenarnya 4 siswa ini mengalami tidak terlaksana pada jadwal yang
perubahan skor akan tetapi tetap masih seharusnya. Tes dilakukan pada siang hari
dalam kategori sedang sehingga sehingga para siswa sudah lelah pada saat
pengaruhnya tidak signifikan. Hal ini mengerjakan tes Pauli tersebut.
dikarenakan pada awalnya beberapa siswa
mengalami kesulitan dengan pola
menyulam yang kami ajarkan, namun
15
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 4, No. 1/Juni 2015, hlm. 1-16
16